DATA KLIEN
A. DATA UMUM
2. Umur : 60 Tahun
4. Agama : Islam
1. Kesehatan Umum
Keluarga pasien mengatakan pasien tiba-tiba pingsan saat berjalan di rumah, penurunan
kesadaran bagian tubuh kiri lemas tidak bias digerakkan.
Lalu pasien dipindahkan ke bangsal Dahlia 1 (satu) pada jam 23.30. Pengkajian
dilakukan pada tanggal 15/8/2018 pada hari ke 3 perawatan, kesadaran Apatis GCS
E4V3 M5, gelisah, tekanan darah 191/105 mmHg, Nadi x/menit, suhu 36,5° C, RR 25
x/menit, SpO2 98 %. Pasien mengeluh pusing, sakit kepala dan mual. Pasien sudah
terpasang 02 NK 3 liter per menit, sudah terpasang DC urin tampung 250 cc dan
terpasang infus Asering 20 tetes per menit serta titrasi perdipin.
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya, 2 tahun yang lalu pernah
mengalami TIA, memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun.
c) Riwayat pengobatan :
Di IGD mendapatkan terapi Infus Asering 20 tpm, injeksi piracetam 1x3gr, Injeksi
Citicolin Ix500mg dan injeksi ranitidine 1x50 mg. Kemampuan mengontrol
kesehatan: Yang dilakukan bila sakit : berobat di puskesmas atau rumah sakit
Tekanan darah 185/126 mmHg, Nadi 89 x/m, suhu 36,5° C, RR 25 x/m, SpO2 98 %.
f) Pengobatan sekarang
2. NUTRITION
a. A (Antropometri) meliputi :
Eosinofil 0 1–6%
Basofil 0 0–1%
Netrofil Segmen 82 40 - 75 %
Limfosit 14 20 - 45 %
Monosit 4 2 – 10 %
d. D (diet), meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan selama di rumah sakit:
Pasien mendapatkan diet dari Rumah Sakit 3 kali/hari, pasien makan dan minum oral.
e. E (energy), meliputi kemampuan pasien dalam beraktifitas selama di rumah sakit: Pasien
hanya bedrest di tempat tidur, semua kebutuhan dan aktivitas dibantu perawat.
Pasien diberikan diet untuk pasien hipertensi 3 x sehari. Diet lunak ???
Makanan : 200 cc, minum : 500 cc, infus Asering 60 cc/jam (20 tetes/menit). i. Cairan
masuk Makanan = 200 cc = 600 cc/24 jam Minum = 500 cc/24 jam,
i. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi perut simetris, tidak terlihat adanya jaringan parut, lesi, dan benjolan.
2) Auskultasi terdengar bising usus 12x/m, tidak terdengar bruit, maupun friction rub.
3) Palpasi perut teraba lembut, tidak teraba adanya pembesaran hati, tidak ada nyeri
tekan, maupun nyeri lepas, tidak terdapat distensi kandung kemih.
4) Perkusi:
P erkusi sepanjang kiri bawah dada anterior terdengar bunyi timpani, kembung (-).
3. ELIMINATION
a. System Urinary
Terpasang selang cateter berukuran 14mm. Jumlah tamping urine selama 24 jam
1400 cc berwarna kuning jernih.
3) Pola urine
b. System gastrointestinal
1) Pola eliminasi
c. System integument )
1) Kulit Turgor
Turgor kulit sedang, kembali dalam 2 detik setelah diberi penekanan, CRT 2 detik,
akral dingin, suhu 36,5o
4. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
Selama di ICU klien sadar namun tidak dapat melakukan aktivitas berlebih. Klien
mengatakan tidak mau banyak bergerak karena takut kalau nyerinya bertambah.
Berdasarkan skala indeks Barthel didapatkan hasil sebagai berikut:
1) Makan:0
2) Toileting 0
3) Mandi: 0
4) Transfer: 0
5) Berpakaian: 0
6) Mobilisasi: 0
7) BAB:0
b. Aktivitas
Selama dirumah sakit, aktivitas klien dibantu oleh perawat dan keluarga, tangan kiri klien
terpasang infus
4 1
4 1
Keterangan:
c. Cardio respon
2) Palpasi : Iktus cordis teraba pada 2cm lateral dari midelavikula line kiri
3) Perkusi : Pada saat perkusi lebar jantung, kesan melebar cardio lateral
4) Auskultasi : suara jantung normal, sl/s2 reguler, tidak terdengar bunyi jantung
tambahan berupa gallop ventrikel dan atrium (S3, S4) di apek jantung, tidak terdengar
bunyi napas
d. Pulmonary respon
2) Penggunaan 02 : saat dikaji klien terpasang terapi oksigen 10 L/m melalui NRB.
5) Pemeriksaan paru-paru:
a) Inspeksi: bentuk dada simetris, tidak terdapat penggunaan otot bantu napas, pola
napas takipnea, retraksi dinding dada (-)
5. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi:
1) Pendidikan : SMP
2) Kurang pengetahuan :
b. Komunikasi
6. SELF PERSEPTION
Tidak terkaji
7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan hubungan klien baik dengan keluarga dan orang lain terjalin dengan
baik : Orang terdekat klien adalah istri dan anaknya.
3) Perubahan gaya hidup tidak ada perubahan gaya hidup yang bermakna sebelum dan
sesudah sakit: klien mengatakan keluarganya merupakan keluarga yang
berkecukupan.
4) Interaksi dengan orang lain: interaksi klien dengan orang lain baik.
8. COPING/STRESS TOLERANCE
Tidak terkaji
c) Kegiatan kebudayaan : Klien tidak mengikuti kegiatan budaya yang ada disekitar
lingkungannya.
10. SAFETY/PROTECTION
11. COMFORT
Klien nyeri kepala dan pusing, skala 4, kepala bagian kanan, timbul saat pasien mencoba
bangun atau duduk hilang saat istirahat
-40 kg x 20 = 800 cc
-Jumlah = 2300
CATATAN PERKEMBANGAN
a. Balance cairan
Obat Injeksi 4 cc 4 cc 4 cc
Feses - - -
2. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Masalah
Gangguan ventilasi
S: 6, asam laktat
meningkat
T: hilang timbul
nyeri
DO:
RR: 25x/menit
suhu: 37C,
RR: 25x/menit,
Nyeri kepala
Hambatan mobilitas
fisik
Risiko hipovolemia
Gangguan menelan
Deficit perawatan
diri
Risiko infeksi
Risiko aspirasi
Ansietas
Risiko jatuh
Deficit pengatahuan
b. Rumusan Masalah
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis/iskemia ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri seperti tertindih pada dada dengan skala 6 dengan intensitas hilang
timbul.
3. Caring moment
4. Implementasi
P=aktivitas
Q= tertindih
R=dada
S=5
T=hilang timbul
Memonitor EKG
5. Evaluasi
P= beraktivitas
Q= tertindih
R= dada
S= 2
T=hilang timbul
O:
RR=23x/menit
A:
P: Lanjutkan intervensi
Observasi keluhan nyeri, monitor pengkajian
nyeri, lakukan thermotherapy untuk mengurangi
nyeri, edukasi pasien mengenai cara mengontrol
nyeri, kolaborasikan obat analgetik
2/9/2017 Penurunan S:
curah jantung
14.00 Klien merasa lebih nyaman dan lelah berkurang,
sesak berkurang
O:
P: intervensi dilanjutkan
2/9/2017 Ansietas S:
O:
RR= 23x/mnt
Nadi=86x/m
Tekanan darah =140/90 mmhg
P: intervensi dilanjutkan
Jean Watson mendefinisikan caring lebih dari sebuah existensial philosophy ia memandang sebagai dasar spiritual, baginya
caring adalah ideal moral dari keperawatan. Menusia akan meningat eksistensinya bila dimensi spiritualnya meningkat
ditunjukkan dengan penerimaan diri, tingkat kesadaran diri, kekuatan dari dalam diri, dan intuitif. Caring sebagai esensi dari
keperawatan berarti juga pertanggungjawaban hubungan antara perawat-pasien, dimana perawat membantu partisipasi pasien,
membantu memperoleh pengetahuan, dan meningkatkan kesehatan. Watson mengemukakan bahwa caring merupakan inti dari
keperawatan.
Dalam hal ini caring merupakan perwujudan dari semua faktor yang digunakan perawat dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada klien. Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan,
perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien. Watson juga mengemukakan
bahwa respon setiap individu terhadap suatu masalah kesehatan unik, artinya dalam praktik keperawatan, seorang perawat harus
mampu memahami setiap respon yang berbeda dari klien terhadap penderitaan yang dialaminya dan memberikan pelayanan
kesehatan yang tepat dalam setiap respon yang berbeda baik yang sedang maupun akan terjadi.
Pada kasus ini Tn. A mengalami keluhan nyeri dan kecemasan dan membutuhkan perawatan intensive. Tentunya perawat
tidak hanya focus pada upaya penanganan masalah biologis namun pada psikologis juga. Klien mengalami cemas akan
kondisinya dan nyeri yang dirasakan sementara keluarga sebagai support tidak dapat menemani setiap saat. Oleh karena itu teori
keperawatan caring. Teori ini memiliki focus pada interpersonal care, carrative factor, caring moment, dan caring healing.
Interpersonal caring yaitu hubungan yang terjadi antara perawat dengan klien, dimana perawat menunjukkan caring melalui
perhatian, mendengarkan keluhan, memberikan lingkungan yang nyaman untuk mempertahankan kesehatan klien dan
memberikan energi positif yang diberikan pada klien. Carrative factor memberikan intervansi keperawatan yang disesuaikan
dengan kebutuhan klien. Caring momen menekankan bahwa perawat dalam hal ini sebagai care giver juga perlu memahami
kesadaran dan kehadiranya dalam moment merawat dengan pasiennya, sebagai bentuk perhatian perawat terhadap klien misalnya
seperti memberikan edukasi, dan menemani pasien.
Pada Klien keluhan utama dibawa ke pelayanan kesehatan yaitu adanya nyeri dada. Nyeri disertai dengan sesak napas. Klien
berharap dengan dibawa ke pelayanan kesehatan nyeri klien berkurang Nyeri dapat diatasi dengan penatalak sanaan nyeri yang
bertujuan untuk meringankan atau mengurangi rasa nyeri sampai tingkat kenyamananyang dirasakan oleh klien. Penanganan
nyeri secara umum dibagi menjadi dua yaitu farmakolgi dan nonfarmakologi. Prosedur secara farmakologis dilakukan dengan
pemberian analgesik, yaitu untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri. Secara farmakologis dapat diatasi dengan
menggunakan obat-obatan analgesic misalnya, morphine sublimaze, stadol, demerol dan lain lain. Sedangkan secara umum tehnik
non farmakologis dapat dilakukan dengan cara relaksasi, teknik pernapasan, pergerakan atau perubahan posisi, hypnobirthing,
musik, dan TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation). Salah satu terapi non farmakologi yang dapat diterapkan untuk
mengurangi nyeri dada pada pasien sindrom koroner akut salah satunya dengan terapi panas (thermotherapy).
Thermotherapy adalah pemberian aplikasi panas pada tubuh untuk mengurangi gejala nyeri akut maupun nyeri kronis. Terapi
ini efektif untuk mengurangi nyeri, terapi ini biasanya digunakan untuk meningkatkan aliran darah dengan melebarkan pembuluh
darah sehingga suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan meningkat selain itu dapat meningkatkan elastisitas otot sehingga
mengurangi kekakuan otot. Pada klien saat awal masuk memiliki skala nyeri 6. Skala nyeri 6 menunjukkan bahwa klien berada
pada skala nyeri sedang. Kerja thermotherapy pada dasarnya adalah meningkatkan aktivitas molekuler (sel) dengan metode
pengaliran energi melalui konduksi (pengaliran lewat media padat), konveksi (pengaliran lewat media cair atau gas), konversi
(pengubahan berntuk energi) dan radiasi (pemancaran energi).
Efek teraupetik thermotherapy antara lain mengurangi nyeri, mengurangi ketengangan otot, mengurangi edema/pembekakan
pada fase kronis dan meningkatkan aliran darah. Kekakuan otot yang disebabkan iskemia dapat diperbaiki dengan jalan
meningkatkan aliran darah pada daerah radang. Mekanisme thermotherapy meningkatkan permeabilitas kapiler, pelepasan
histamin dan bradikinin yang mengakibatkan vasodilatasi. Jenis aplikasi thermotherapy banyak jenisnya salah satu jenis yang
digunakan adalah hot pack (kantung panas) adalah berisi silika gel yang direndam dengan air panas yang diaplikasi selama 15- 20
menit. Hot pack diindikasi untuk mendapatkan relaksasi tubuh secara umum dan mengurangi siklus nyeri, spasme, iskemi dan
hipoksia. Berdasarkan hasil literature review pemberian thermotherapy selain menunjukkan perubahan nyeri secara signifikan.
Terapi ini juga dapat menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan aliran darah, persentase pernafasan pasien dan
persentase saturasi oksigen, dapat meredakan nyeri dada dengan melebarkan arteri koroner, meningkatkan proses angiogenesis
dan meningkatkan perfusi miokad selain itu sebagai mediator inflamasi miokardium yang terluka. Selain itu thermotherapy
merangsang sekresi endorphin yaitu senyawa seperti morfin endogen yang membantu menghilangkan rasa sakit. Disisi lain
thermotherapy dapat mengurangi kecemasan pasien karena mengurangi aktivitas simpatik, mengurangi beban kerja jantung,
mencegah perkembangan iskemia dan akhirnya mengurangi nyeri dada selain itu merangsang reseptor rasa sakit dan mengurangi
rasa sakit melalui mekanisme gate control.
Teori Gate Control menyatakan bahwa nyeri dan persepsi nyeri dipenganuhi oleh 2 sistem,yaitu: substansi gelatinosa pada
dorsal horn di medula spinalis dan sistem yang berfungsi sebagai inhibitor (penghambat) yang terdapat pada batang otak. Serabut
A delta berdiameter kecil membawa impuls nyeri cepat sedangkan serabut C membawa impuls nyeri lambat. Sebagai tambahan
bahwa serabut A-beta yang berdiameter lebar membawa impuls yang dihasilkan oleh stimulus sentuhan. Didalam substansi
gelatinosa impuls ini akan bertemu dengan suatu gerbang yang membuka dan menutup berdasarkan prinsip siapa yang lebih
mendominasi, serabut taktil A-Beta ataukah serabut nyeri yang berdiameter kecil. Apabila impuls yang dibawa serabut nyeri yang
berdiameter kecil melebihi impuls yang dibawa oleh serabut taktil A-Beta maka gerbang akan terbuka sehingga perjalanan impuls
nyeri tidak terhalangi sehingga impuls akan sampai ke otak. Sebaliknya, apabila impuls yang dibawa serabut taktil lebih
mendominasi, gerbang akan menutup sehingga impuls nyeri akan terhalangi.
Hasil penelitian Mujhana, menyatakan bahwa adanya penurunan nadi sebanyak 55%, penurunan tekanan darah sebanyak 55%,
dan penurunan nyeri dada yang banyak dialami dengan skala nyeri berat 36,7% setelah diberikan intervensi
thermotherapy(Muljaha, 2017). Penelitian serupa mengenai efektivitas terapi panas lokal yang dilakukan oleh Muhammad dkk,
didapatkan hasil bahwa tidak ada signifikansi hasil pada tekanan darah diastolic dan denyut nadi namun signifikan terhadap
tekanan darah sistolik respirasi/sesak menurun dan peningkatan pada saturasi oksigen(Muhammad, 2017).