Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prinsip penangan penyakit diabetes melitus saat ini disesuaikan dengan


beberapa hasil penelitian yang secara khusus dirancang untuk hal tersebut. Ketika
memulai untuk menangani diabetes melitus maka perlu di tentukan target yang
harus dicapai dan target tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi pasien
diabetes melitus. Walaupun demikian peran tenaga kesehatan yang lebih
mengetahui keadaan individu yang ditangani dari merekalah semua keputusan
untuk menetapkan dan melaksanakan target tersebut (Soegondo, 2018).

Penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 banyak sekali dipengaruhi oleh


penelitian UKPDS (United Kingdom Prosvectivr Diabetes Study), yang
membuktikan bahwa resiko terjadinya komplikasi mikrovaskuler akan berkurang
bila kadar glukosa darah dapat terkendali. Pada saat makalah ini ditulis baru saja
diumumkan beberapa hasil penelitian dengan jumlah responden yang besar.
Penelitian tersebut seperti ADVANCER, ACOORD DAN VADT merupakan
penelitian yang juga ditunjukkan untuk menilai kontrol glokosa dengan terjadinya
komplikasi. Hasil penelitian diatas kurang lebih sama terhadap pencegahan
komplikasi mikrovaskuler. Untuk pencegahan komplikasi makrovaskuler tetap
diperlukan tambahan perbaikan tekanan darah dan perbaikan kelainan lipid.

Berdasarkan penelitian diatas maka para ahli berpendapat (terbukti


bersama penelitian DCCT pada diabetes tipe 1) bahwa adalah tugas para dokter,
perawat, atau dietisien untuk bersama mereka dengan diabetes melakukan segala
daya dan upaya untuk mencapai target A1c senormal mungkin tanpa terjadinya
hiperglikemi agar komplikasi dapat ditunda atau dicegah.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan OHO?


2. Apa saja jenis-jenis OHO?
3. Bagaimana mekanisme kerja OHO jenis Glibenclamide?
4. Apa sajakah obat OHO yang dapat dikolaborasiokan dengan
Glibenclamide?
5. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat hipoglikemik
oral?

C. Tujuan Penelisan

1. Untuk mengetahui pengertian OHO.


2. Untuk mengetahui jenis-jenis OHO.
3. Untuk mengetahui mekanismeme kerja OHO jenis Glibenclamide.
4. Untuk memahami obat OHO yang dapat dikolaborasikan dengan
Glibenclamide.
5. Untuk memahami hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat
hipoglikemik oral.

D. Manfaat Penulisan

Untuk menambah pengetahuan mengenai penyakit diabetes melitus dalam


lingkup keperawatan medikal bedah.

E. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan yaitu metode study literature.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi OHO
OHO merupakan obat penurun kadar glukosa pada darah yang diresepkan
oleh dokter khusus bagi orang penderita diabetes
B. Jenis-jenis OHO
1. Pemicu sekresi insulin ( insulin sekretagok )
a. Golongan sulfonilurea
Cara kerja obat ini adalah meningkat sekresi insulin oleh sel beta
pankreas.obat golongan ini merupakan pilihan kedua setelah metformin
untuk pasien diabetes dewasa baru tanpa memandang berat badan serta
tidak pernah mengalami ketoaasidosis sebelumnya.
Termasuk obat golongan ini antara lain :
 Khlorpropamid
Seluruhnya diekskresi melalui ginjal sehingga tidak dipakai pada
gangguan faal ginjal dan karena kerjanya lebih dari 24 jam,
diberikan kepada dosis tunggal, tidak dianjurkan untuk pasien
geriatrik.
 Glibenklamid
Mempunyai efek hipoglikemik yang paten, sehingga pasien perlu
diingatkan untuk melakukan jadwal makanan yang ketat. Dalam
batas-batas tertentu masih dapat diberikan pada beberapa kelainan
fungsi hati dan ginjal.
 Gliklasid
Mempunyai efek hipoglikemid yang sedang sehingga tidak begitu
sering menyebabkan hipoglikemia. Dapat diberikan pada gangguan
fungsi hati dan ginjal yang ringan.
 Glikuidon
Mempunyai efek hipiglikemik yang sedang dan juga jarang
menyebabkan hipoglikemia. Karena hampir sewutuhnya diekskresi
melalui empedu dan usus, dapat diberikan pada pasien dengan
gangguan fungsi hati dan ginjal yang lebih berat.
 Glipisid
Mempunyai efek yang lebih lama dari glibenklamid tetapi lebih
pendek dari khlorpropamid dan mempunyai efek yang menekan
produksi glukosa hati.
 Glimepirid
Mempunyai waktu mulai kerja yang cepat dan lama kerja yang
panjang, dengan memberikan dosis tunggal atau dua kali dengan
hasil yang sama. Efek farmakodinamikanya adalah mensekresi
insulin bila terdapat asupan makanan sehingga lebih jarang
mengakibatkan hipoglikemia. Untuk pasien yang beresiko tinggi
yaitu lansia, gangguan ginjal atau yang melakukan aktivitas berat
dapat diberikan obat ini. Dibandingkan dengan glibenklamid,
glimepirid lebih jarang menimbulkan efek hipoglikemik pada awal
pengobatan.
b. Glimid
Merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea
dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari
2 macam obat yaitu :
 Repaglinid
Merupakan derivat asam benzoat. Mempunyai efek hipoglikemik
ringan sampai sedang. Diabsorpsi cepat setelah pemberian oral dan
diekskresi terutama melalui urin. efek samping yang dapat terjadi
pada penggunaan obat ini adalah keluhan infeksi saluran
pernapasan atas.
2. Penambah sensivitas terhadap insulin
a. Biguanid
Biguanid tidak mengurangi sekresi insulin dan terutama bekerja dihati
dengan mengurangi hepatik glukosa output dan menurunkan glukosa
darah sampai normal ( euglikemia ) serta tidak pernah menyebabkan
hipoglikemia. Obat golongan ini saat ini banyak dipakai sebagai terapi
awal diabetes sesudah diagnosis ditegakkan. Contoh obat golongan ini
adalah metformin.
 Metformin merupakan glukosa darah yang memperbaiki transpor
glukosa ke dalam sel otak yang dirangsang oleh insulin. Obat ini
dapat memperbaiki ambilan glukosa sebesar 10 – 40 %.
 Matformin menurunkan produksi glukosa hati dengan jalan
mengurangi glikogenelisis dan glukoneogenesis.
 Metformin berbeda dengan golongan sulfonilurea karena tidak
meningkatkan sekresi insulin, tidak menaikkan berat badan dan
malah kadang-kadang dapat menurunkan berat badan.
 Metformin menurunkan kadar glukosa puasa sebanyak 60 mg/dl
A1c, 1.8 %. Jadi hampir semua efek seperti sulfonilurea.

Efek samping yang sering terjadi adalah nausea, muntah-muntah, dan kadang-
kadang diare oleh karena itu lebih baik diberikan kepada pasien yang gemuk,
sebab tidak merangsang sekresi insulin, yang seperti diketahui mempunyai efek
anabolik.

Kontraindikasi adalah :

 Gangguan fungsi ginjal (kreatinin :>_ 1,5 mg/ dl bagi laki-laki >_ 1,4
mg/dl bagi perempuan)
 Dehidrasi
 Gangguang fungsi hati
 Asidosis metabolik
 Usia lanjut
 Gagal jantung
b. Thiazolindion/glitazon
Thiazilindion berikatan pada peroxisome proliferator activated receptor
gamma (PPAR γ ) suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Obat
golongan ini memperbaiki sensitifitas terhadap insulin dengan
memperbaiki transport glukosa kedalam sel. Contoh obat golongan ini
adalah :
 Pioglitazone ( actoz )
Mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan
meningkatkan jumlah transport glukosa sehingga meningkatkan
ambilan glukosa di perifer.
 Rosiglitazone ( Avandia )
Cara kerja hamper sama dengan pioglitazone diekskresi melalui
urin dan feses. Mempunyai efek hipoglikemik yang cukup baik
jika dikombinasikan dengan metformin. Obat ini
dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung karena
dapat memperberat edema dan juga pada gangguan faal hati.
Kedua obat ini dapat menyebabkan pertambahan berat badan
dan edema tungkai, terutama pada dosis yang lebih besar atau
bila digunakan bersama insulin atau insulin sekretagok.

3. Penghambat alfa glukosidase / acarbose


Acarbose merupakan suatu penghambat enzim alfa glukosidase yang
terletak pada dinding usus halus. Enzim glukosidase adalah maltase,
isomaltase, glukomaltase dan sukrase berfungsi untuk hidrolisis
oligosakarida, trisakarida dan disakarida pada dinding usus halus. Inhibisi
system enzim ini secara efektif dapat mengurangi digesti karbohidrat
kompleks dan absorbsinya, sehingga pada orang dengan diabetes dapat
mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial.
Acarbose juga menghambat alfa-amilase pancreas yang berfungsi
melakukan hidrolisa tepung-tepung kompleks didalam lumen usus halus.
Obat ini merupakan obat oral yang biasanya diberikan dengan dosis 150-
300 mg/hari. Obat ini efektif bagi pasien dengan diet tinggi karbohidrat dan
kadar glukosa plasma puasa kurang dari 180 mg/dl. Efek samping obat ini
adalah perut kurang enak, lebih banyak flatus dan kadang-kadang diare,
yang akan berkurang setelah pengobatan lebih lama. Obat ini hanya
mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan tidak
mempengaruhi kadar glukosa darah sesudah itu. Bila diminum bersama
obat golongan sulfonylurea ( atau dengan insulin ) dapat terjadi
hipoglikemia yang hanya dapat diatasi dengan glukosa murni.

4. Golongan inkretin
a. Inktretin mimetic
Exanatid (Byetta) suatu GLP-1 analog adalah salah satu obat golongan
ini dalam bentuk suntikan yang terbukti cukup efektif menurunkan
glukosa darah dengan cara merangsang sekresi insulin dan menghambat
sekresi glucagon.
b. Penghambat DPP IV
Obat golongan baru ini mempunyai cara kerja menghambat suatu enzim
yamg mendegradasi hormone inkretin endogen, hormone GLP-1 dan
GIP yang berasal dari usus, sehingga dapat meningkatkan kadarnya
setelah makan, yang kemudia akan meningkatkan sekresi insulin yang
dirangsang glukosa, mengurangi sekresi glucagon dan memperlmbat
pengosongan lambung. Obat ini diberikan dengan dosis tunggal tanpa
perlu penyesuaian dosis. Dapat diberikan sebagai monoterapi tetapi juga
dapat dikombinasi dengan metformin, glitazon atau sulfonylurea.
 Sitagliptin (Januvia) dikeluarkan melalui ginjal sehingga pada
gangguan fungsi ginjal perlu penyesuaian dosis. Dosis standar
adalah 100 mg/hari dan bila ada gangguan fungsi ginjal (GFR
30-50 mL/menit) diturunkan menjadi 50 mg/hari.
 Vildagliptin (galvus).
C. Mekanisme Kerja OHO Jenis Glibenclamide
Glibenklamid adalah obat anti diabetes mellitus tipe dua yang termasuk ke
dalam golongan sulfonylurea. Glibenklamid menurunkan kadar gula darah
dengan cara berikatan dengan kanal kalsium pada permukaan sel pancreas
sehingga mengurangi konduksi kalsium untuk keluar sel sehingga kadar ion
kalsium intraseluler sel β pancreas meningkat dan menstimulasi produksi
insulin. Dengan peningkatan rasio insulin maka glukosa yang diubah menjadi
energy bertambah sehingga kadar gula darah menurun. Obat glibenklamid
biasanya dengan kadar 2,5 mg/tablet dan 5 mg/tablet. Obat ini dapat digunakan
sebagai terapi tunggal atau kombinasi dengan antidiabetes oral atau insulin
misalnya metformin beberapa tersedia sebagai dosis tetap dalam satu tablet
sehingga pemakaiannya lebih nyaman, daripada mengonsumsi 2 tablet atau
lebih.
a. Indikasi
Kegunaan glibenklamid adalah untuk pengobatan DM tipe 2 jika
kadar gula darah tidak cukup dikendalikan dengan diet, latihan fisik
dan penurunan berat badan.
b. Kontraindikasi
 Jangan digunakan untuk pasien yang mempunyai riwayat alergi
terhadap glibenklamid atau obat-obat yang termasuk golongan
sulfonylurea dan sulfonamide lainnya.
 Obat ini juga dikontraindikasikan untuk orang-orang dengan
defesiensi G6PD ( enzim yang melindungi sel darah merah ),
obat ini bias menyebabkan hemolysis akut.
 Orang-orang yang memiliki gangguan pada ginjal, hati,
kelenjar adrenal atau kelenjar pituitary sebaiknya tidak
menggunakan obat ini.
 Obat ini tidak disarankan jika akan mengalami operasi,
memiliki infeksi berat, atau usia diatas 70 tahun.
c. Efek samping
 Pada saluran pencernaan, efek samping glibenklamid seperti
nyeri pada ulu hati.
 Obat ini mempunyai efek samping seperti sakit kepala, demam,
kenaikan berat badan, dan reaksi alergi pada kulit.
 Reaksi seperti gatal, eritema, urtikaria, dan erupsi
maculopapular. Jika reaksi ini terjadi segera hentikan obat.
 Hati-hati dengan resiko terjadinya hipoglikemia terutama jika
digunakan untuk jangka waktu lama dengan dosis yang tinggi.
d. Perhatian
Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien jika menggunakan obat
glibenklamid :
 Obat ini sebaiknya digunakan setelah makan atau bersama
makanan, biasanya pada sarapan pagi
 Obat ini tidak bisa digunakan pada penderita gangguan fungsi
hati dan ginjal dan lansia diatas 70 tahun.
 Jangan digunakan tanpa resep dokter.
 Karena terjadinya resiko glikemia yang ditandai dengan tubuh
yang lemah dan pusing.
 Jika kamu sedang hamil atau ibu kamu menyusui sebaiknya
tidak menggunakan obat ini.
 Pengobatan disaat stress sebaiknya menggunakan terapi
suntikan insulin.
 Pengaturan pola makan dan aktivitas olahraga membantu proses
pengendalian olahraga jika mengalami efek samping yang berat
segera hubungi pihak medis.
e. Dosis glibenklamid
 Dosis lazim dewasa : awal 15 mg/hari
 Jika obat ini harus digunakan untuk lansia dosis awal dikurangi
2,5 mg/hari
 Dosis maksimal adalah 15 mg/hari
 Gunakan obat ini setelah makan atau bersama makanan ( saat
sarapan )

D. Obat OHO yang dapat Dikolaborasikan dengan Glibenclamide.


Terapi kombinasi sullfonilurea dan biguanid
Pada saat ini mulai banyak digunakan terapi kombinasi/pemakaian
bersama antara obat-obat golongan sulfonylurea dan biguanid. Sulfonylurea
akan mengawali dengan merangsang sekresi pancreas yang mamberikan
kesempatan untuk biguanid bekerja efektif. Kedua-duanya rupanya mempunyai
efek terhadap sensitivitas reseptor, jadi pemakaian kedua obat tersebut saling
menunjang. Kombinasi kedua obat ini dapat efektif pada DM yang sebelumnya
tidak memberikan manfaat bila dipakai secara sendiri-sendiri.

E. Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Memilih Obat Hipoglikemik Oral.


Hal-hal yang dapat diperhatikan dalam memilih obat hipoglikemik oral saat
sekarang adalah :
1. Cara pemberian obat diabetes oral dengan cara menaikan dosis bila gagal
mencapai target dalah cara pengobatan berdasarkan kegagalan sehingga
dicari cara yang lebih baik seperti terapi intensif dan kombinasi dini.
2. Dosis selalu harus dimulai dengan dosis rendah yang kemudian dinaikkan
secara bertahap.
3. Harus diketahui betul bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping
obat-obat tersebut. Misalnya khlorpropamid jangan diberikan 3 kali 1
tablet Karena lama kerjanya 24 jam.
4. Bila memberikannya bersama obat lain pikirkan kemudian adanya interaksi
obat.
5. Bila setelah beberapa waktu pengobatan oral tampaknya dengan mencapai
dosis menengah agaknya akan mengalami kegagalan untuk mencapai
target, usahakanlah segera pemberian kombinasi dengan obat oral
golongan lain, bila masih gagal baru dilakukan peningkatan terapi
kombinasi tersebut. Bila dengan cara ini belum juga mencapai target maka
dapat menambahkan insulin basal atau beralih kepada penggunaan insulin.
6. Usahakan agar harga obat terjangkau oleh orang dengan diabetes.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.honestdocs.id/glibenclamide

Anda mungkin juga menyukai