Oleh:
1. Asriana Hilda Verni H1041151032
2. Febri Zulfinar H1041161029
3. Rina Karmila H1041161032
4. Siti Hodijah H1041161048
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia Allah Subhanahu wa ta’ala kami dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum ini dengan baik. Laporan praktikum iniberjudul “Pengaruh Ubi Jalar
Sebagai Senyawa Organik terhadap Multiplikasi Anggrek Hitam (Coelogyne
pandurata Lindl.) dengan Penambahan NAA Dan BAP secara In Vitro”. Laporan
praktikum ini disusun agarpembaca dapat memahami dan memperluas wawasannya
seputar judul tersebut.Selain itu juga laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Orchidologi”yangtelah diberikan dosen pengampu. Laporan ini dapat
diselesaikan dengan tepat waktu meskipun kurangsempurna dalam sisi penulisan
maupun isi yang terkandung di dalamnya. Namun demikian, kami telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yangdimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendahhati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran dan usul gunapenyempurnaan laporan ini. Harapan kami,
semoga informasi di dalam laporan inibermanfaat bagi para pembaca
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………… ii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Belakang………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….. 2
1.3 Tujuan…………………………………………………………………. 2
1.4 Manfaat …………………………………………………………….…. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Orchidologi…………………………………………………..………. 4
2.2 Klasifikasi Morfologi……………………………………..………….. 4
2.2.1 Phaleopsis bellina …………………………….……………….. 4
2.2.2 Ceologyne pandurata ……………………..…………………..... 6
2.2.3 Dendrobium fimbriatum ……………..………………………… 7
2.2.4 Grammotophylum speciosum…….…………………………….. 9
2.2.5 Vanda tricolor……………….………………………………….. 10
2.2.6 Arundina graminifolia…………………………………………. 11
2.2.7 Agrostophylum laxu…………………………………………….. 13
2.2.8 Angraecum eburneu……………………………………………..
2.2.9 Cristensonia vietnam…………………………………………….
2.2.10 Debdrobium rosellum…………………………………………..
2.3 Kultur Jaringan………………………………………………….…….
2.3.1 Definisi Kultur Jaringan ……………………………………….
2.3.2 Inisiasi……………………………………...…………………….
2.3.3 Multiplikasi……………………………………………………...
2.3.4 Aklimatisasi………………..…………………………………….
2.4 Zat Pengatur Tumbuh…………………………………………………
2.4.1 Zat Sintetik .................................................................................. …
2.4.2 Zat Organik………………………………………………………..
BAB III METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat……………………………………………………...
3.2 Alat dan Bahan…………………………………………………………..
3.3 Sterilisasi Ruang dan Alat………………………………………………
3.4 Pembuatan Media………………………………………………………..
3.5 Sterilisasi Media………………………………………………………….
3.6 Parameter Pegamatan……………………………………………………
3.6.1 Waktu Muncul Tunas……………………………………………..
3.6.2 Jumlah Tunas………………………………………………………
3.6.3 Jumlah Daun……………………………………………………….
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil………………………………………………………………………..
4.2 Pembahasan……………………………………………………………….
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………...
5.2 Saran……………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Melakukan perlakuan penambahan NAA, BAP, dan ekstrak ubi jalar terhadap
multiplikasi dari tunas eksplan Coelogyne pandurata Lindl.
2. Melakukan perlakuan kombinasi konsentrasi NAA, BAP, dan ekstrak ubi jalar
dalam menginduksi tunas eksplan Coelogyne pandurataLindl.
1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana pengaruh penambahan NAA, BAP, dan ekstrak ubi jalar
terhadap multiplikasi dari tunas eksplan Coelogyne pandurata Lindl.
2. Mengetahui bagaimana kombinasi konsentrasi NAA, BAP, dan ekstrak ubi jalar
dalam menginduksi tunas eksplan Coelogyne pandurataLindl.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anggrek merupakan tanaman yang bersifat hermaprodit, yaitu serbuk sari dan
putik terdapat di dalam satu bunga, sedangkan sifat kelaminnya adalah monoandrae,
yaitu kelamin jantan dan betina terletak pada satu tempat atau satu bunga, sehingga
anggrek mudah mengalami penyerbukan dengan bantuan serangga dan manusia untuk
perbanyakan tanaman (Rosmiati, 2007). Proses penyerbukan anggrek mengalami
penyerbukan ganda tidak sempurna karena biji anggrek tidak memiliki embrio dan
tidak memiliki cadangan makanan (endosperm) (Aditya, 2009)
Anggrek ini masih satu genus dengan anggrek bulan putih (Phalaenopsis
amabilis).Daunnya berbentuk bulat telur memanjang dan membulat kearah
ujung.Daunnya lebih kaku dibanding Phalaenopsis amabilis dan juga memiliki
lapisan lilin yang mengkilap.Akarnya bulat memipih agak berkerut pada
permukaannya dan diselaputi oleh warna keperakan dengan ujung akar berwarna
kehijauan.Bunga tersusun dalam tandan yang dapat mencapai panjang 30
cm.(Iswanto,2001)
Tandan akan mekar 1-3 kuntum secara bersamaan, kemudian akan disusul
beberapa hari kemudian oleh kuncup bunga yang ada dibawahnya, sehingga apabila
terdapat beberapa tandan bunga maka bunga yang mekar akan tampak serentak dan
terus menerus. Masing-masing berukuran 5-6 cm, berbentuk bintang. Bunganya
memiliki warna ungu lembayung yang mencolok pada bagian tengah dan pangkal
bawah sedangkan bagian lainnya berwarna putih semburat hijau muda (Iswanto,2001)
2.2.2 Coelogyne pandurata
Coelogyne berasal dari bahasa Yunani koilos dan gyne. Secara harfiah kedua
kata tersebut dapat diartikan sebagai rongga wanita. Kemudian penamaan untuk
anggrek ini merujuk pada bentuk column (alat reproduksi pada bunga anggrek yang
berbentuk pipa) yang menjadi cirikhas dari anggrek Coelogyne. Anggrek memiliki
ratusan spesies yang tersebar di daerah yang memiliki iklim panas hingga dingin
seperti Kalimantan, Sumatra, Jawa, untuk yang Indonesia dan India, China dan
kepulauan Fiji untuk yang luar negeri. Anggrek ini dapat tumbuh secara terestrial
maupun litofit. Coelogyne memiliki rizoma yang keras dengan panjang bervariasi.
Bahkan ada jenis-jenis tertentu yang memiliki rizoma yang menjalar dengan bulb
yang menjauhi induknya.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Genus : Coelogyne
Spesie : Coelogyne pandurata
Dikenal dengan nama Anggrek Hitam atau Black Orchid, Anggrek hitam
(Coelogyne pandurata) adalah spesies anggrek yang hanya tumbuh di pulau
Kalimantan. Anggrek hitam adalah maskot flora propinsi Kalimantan
Timur.Dinamakan anggrek hitam karena anggrek ini memiliki lidah (labellum)
berwarna hitam dengan sedikit garis-garis berwarna hijau dan berbulu.Sepal dan petal
berwarna hijau muda.(Adi,2014)
Spesies ini mempunyai daun kembar yang tumbuh pada ujung umbi semunya.Bentuk
daunnya menyempit dipangkal, lebar ditengah dan meruncing diujung.Panjang daung
mencapai 60 cm. Tangkai bunganya horizontal atau merunduk dengan panjang
mencapai 50 cm dengan jumlah bunga mencapai 15 kuntum.Bunganya berukuran 12
cm, dengan warna hijau kekuningan.Bibir bunganya besar, berbentuk biola, berbelah
tiga.Berkerut-kerut dipinggirannya dan berwarna hitam pekat (Adi,2014)
Anggrek hitam termasuk dalam anggrek golongan simpodial dengan bentuk bulb
membengkak pada bagian bawah dan daun terjulur di atasnya.Setiap bulb hanya
memiliki dua lembar daun saja. Daunnya sendiri sekilas mirip seperti daun pada tunas
kelapa muda. Secara keseluruhan penampilan Anggrek Hitam ini menarik, umbinya
yang berwarna hijau terang dan mempunyai permukaan umbi yang mengkilat sangat
menarik untuk di pandang mata, di setiap umbi tumbuh du ahelai daun yang kaku dan
berbentuk seperti pembungkus mayang kelapa, perpaduan bentuk umbi dan dua helai
daun di ujungnya mirip seperti sosok seekor ikan. Tangkai bunga yang menjuntai
kebawah dengan susunan bunga yang teratur membuat penampilan anggrek ini
istimewa.(Adi,2014)
Kingdom : Planthae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Genus : Dendrobium
Spesies : Dendrobium sp.
Berikut ini morfologi dari anggrek Dendrobium :
a. Daun
Daun Dendrobium memiliki daun lanset, lanset ramping dan lanset membulat
dengan ketebalan yang bervariasi.Daun keluar dari ruas batang.Posisi daun
berhadapan atau berpasangan. Selama satu siklus hidup dendrobium mengalami 2 – 3
periode pertumbuhan, yaitu periode vegetative, generated dan beberapa dormasi.
Lama setiap periode tergantung spesies dan habitatnya.
b. Batang
Batang Dendrobium berpola pertumhan batang simpodial, yaitu per tumbuhan
ujung batang lurus ke atas dan terbatas. Pertumbuhannya akan terhenti setelah
mencapai titik maksimal. Selanjutnya tunas baru atau anakan baru keluar dari akar
rimpang dan tumbuh makin membesar. Batang dedrobium umumnya beruas-ruas
dengan panjang yang hampir sama. Pada anggrek epifit yang simpodial baisanya
memiliki umbi semu / pseudobulb. Umbi ini sesungguhnya batang yang membesar
yang berfungsi menyimpan cadangan air dan makanan.Batang semu tersebut
mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam tergantung spesiesnya. Anggrek
Dendrobium memilik berbagai macam ukuran psedobulb mulai dari pendek dengan
panjang 5-10 cm hingga yang memiliki psedobulb hingga 5 meter, contohnya adalah
Dendrobium vimbriatum.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Genus : Grammatophyllum
Spesies :Grammatophyllum speciosum
Tanaman ini tumbuh secara epifit pada pohon-pohon di hutan-hutan yang
agak terbuka.Anggrek tebu termasuk jenis anggrek dengan pertumbuhan monopodial,
yaitu anggrek yang ujung-ujung batangnya memiliki pertumbuhan tidak terbatas
dengan pertumbuhan satu arah ke atas.Ciri utama anggrek tebu adalah ukurannya
yang besar. Panjang malai dapat tumbuh mencapai 2,5 – 3 meter dengan diameter
sekitar 1,5-2 cm. Setiap malai memiliki puluhan, bahkan mencapai seratus kuntum
bunga yang masing-masing bunga berdiameter sekitar 10 cm. Penduduk lokal sering
menjulukinya dengan sebutan anggrek macan berdasarkan corak bunganya, akan
tetapi sebutan ini sering rancu dengan kerabatnya, G. scriptum yang memiliki corak
serupa. Oleh sebab itu, anggrek ini populer juga dengan sebutan sebagai anggrek
tebu, karena bentuk batang tanamannya yang menyerupai batang pohon tebu
(Aritonang,2002)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Asparagales
Family : Orchidaceae
Genus : Vanda
Species : Vanda tricolor
Anggrek Vanda tricolor berbatang bundar, panjang dan kokoh. Tinggi
tanaman dapat mencapai 2m, daun berbentuk pita agak melengkung dengan ujung
daun rumpangbersudut tajam dengan lebar sekitar kurang lebih 3 cm dan panjang
mencapai 45 cm, tersusun saling bergantian pada batang yang tumbuh tegak. Tandan
bunga bisa mencapai 50 cm yang menyangga 10-20 kuntum bunga yang muncul dari
ketiak daun, sepal dan petal berwarna dasar antara putih dan kuning dengan corak
totol berwarna coklat hingga kuning, dengan totol-totol merah keunguan. Diameter
bunga anggrek Vanda tricolor bisa mencapai 10 cm, bunga mampu bertahan hingga
20-25 hari. Bunga anggrek Vanda tricolor berbau harum, aroma harum ini sangat di
pengaruhi oleh ketinggian tempat hidupnya, di dataran tinggi aromanya sangat kuat
dan semakin turun ke dataran rendah aromanya akan semakin berkurang
(irawati,2002)
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : : Monokotyledoneae
Ordo : Asparagales
Family : Orchidaceae
Genus : Agrostophyllinae
Spesies : Agrostophyllum laxum
Habitatnya di tepi sungai maupun di riam-riam.Batang pipih dengan panjang
10-35 cm, daun tersusun dua baris berukuran kecil dan membentuk pertumbuhan
datar.Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman sepanjang 2-4 cm terdiri dari banyak
bunga-bunga kecil yang mekar tidak bersamaan.Untuk budidaya dapat ditanam di pot
dengan media kadaka, sabut dan lumut.Anggrek epifit yang pertumbuhan batangnya
keatas berakhir dengan tangkai bunga yang terdiri dari banyak sekali kuntum bunga
berukuran kecil dan mekar tidak bersamaan.(irawati,2002)
Anggrek ini ditemukan di Jawa, Sumatra dan Kalimantan di hutan bukit pada
ketinggian 700 hingga 1.700 meter sebagai ukuran sedang hingga besar, hidup pada
suhu hangat hingga dingin. Merupakan anggrek epiphyte tumbuh dengan sangat
padat, batang memanjang membawa banyak, lebih besar di setengah apikal, tumpul
daun apikal yang mekar di musim panas, terdapat pada 4 sampai 6 perbungaan, bunga
berbentuk kepala.Agrostophyylum merupakan anggrek, epifit yang mempunyai
batang yang lurus dan kaku, Daunnya panjang sampai menyempit. Daun berwarna
hijaun, permukaan daun mengkilat, ukuran daun lebih pendek dari batang( mardiana,
2019)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Famili : Orchidaceae
Genus : Arundina
Spesies : Arundina graminifolia
Bunga anggrek ini memang agak mirip juga dengan bunga anggrek Cattleya.
Ukuran bunganya juga cukup besar mencapai 5-8 cm. Bunganya juga berbau harum.
Warna bunga merah muda keunguan yang biasanya mekar di musim panas dan setiap
tangkai tetrdapat 2 - 6 kuntum bunga. Di Cina anggrek ini dikenal dengan sebutan
Zhu Ye. Anggrek in memiliki ciri berukuran besar, dapat hidup pada kondisi panas
hingga dingin, polipodial, terestrial, batang tegak setinggi 2,5 m,
3.6 Penanaman
Cara kerja penanaman, pertama disiapakan semua alat dan bahan media tanam.
Selanjutnya dihidupkan LAF dengan sinar UV selama 30 menit kemudian dinyalakan
lampu dan fan pada LAF. Selanjutnya kedua tangan disemprot dengan alkohol 70%,
kemudian dibersihkan LAF pada bagian-bagian dinding menggunakan alkohol.
Semua alat dan bahan dimasukkan kedalam LAF. Sterilisasi scalpel dan pinset
dengan membakar diatas api bunsen. Kemudian mengambil plantet dan menanam
dimedia dengan menggunakan scalpel dengan cara dipotong pada bagian sisinya lalu
dimasukkan eksplan pada botol kultur yang berisi media, kemudian rendam kembali
scalpel dan pinset setelah digunakan kedalam alkohol 70%. Sterilisasikan lubang dan
tutup botol kultur yang sudah ditanami eksplan diatas api bunsen. Tutup botol dengan
rapat lalu disimpan dlam rak penyimpanan tanaman kultur. Setelah penanaman
selesai api bunsen dimatikan dan dibersihkan kembali dinding LAF menggunakan
alkohol 70%. Lampu LAF dan fan dimatikan lalu LAF ditutup.
4.1 Hasil
4.1.1 Waktu Muncul Tunas (Hari)
BAP (M) + Ubi Jalar Kuning Ubi Jalar Ungu
NAA (M) + Rata- Rata-
Ekstrak 1 2 3 Rata 1 2 3 Rata
(ml/L)
Kontrol - - 23 7,67 - 23 23 15,3
10-6 + 10-7+
- - 23 7,67 23 23 23 23
100
10-6 + 10-7+
23 - - 7,67 23 - - 7,67
200
10-6 + 10-7 +
- - - 0 - 23 23 15,3
300
0 + 0 + 100 23 23 23 23 23 23 23 23
0 + 0 + 200 23 23 23 23 - - - 0
0 + 0 + 300 23 - 23 15,3 - - - 0
10-6 + 10-7+
- - - 0 1 - 3 1,3
100
10-6 + 10-7+
- - - 0 2 - - 0,67
200
10-6 + 10-7 + - - - 0 - - - 0
300
0 + 0 + 100 - - - 0 - - - 0
0 + 0 + 200 1 - - 0,33 - - - 0
0 + 0 + 300 - - 1 0,33 - - - 0
10-6 + 10-7+
- - 1 0,33 5 1 4 3
100
10-6 + 10-7+
- - - 0 4 - - 1,3
200
10-6 + 10-7 +
- - - 0 - 1 3 1,3
300
0 + 0 + 200 5 2 - 2,3 - - - 0
0 + 0 + 300 3 - 2 1,67 - - - 0
4.2 Pembahasan
Praktikum pengaruh ubi jalar sebagai senyawa organik terhadap multiplikasi
Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) dengan penambahan NAA dan BAP
secara In Vitro ini menghasilkan tiga tabel hasil pengamatan yaitu waktu muncul
tunas (hari), jumlah tunas, dan jumlah daun. Pengamatan dilakukan setiap satu
minggu sekali selama 4 minggu.
Berdasarkantabel waktu muncul tunas (hari), kelompok ubi jalar kuning pada
perlakuan kontrol waktu muncul tunas rata-rata terjadi pada hari ke-7,67. Perlakuan
BAP 10-6M + NAA 10-7M + ekstrak 100 ml/L waktu muncul tunas rata-rata terjadi
pada hari ke-7,67. Perlakuan BAP 10-6M + NAA 10-7M + ekstrak 200 ml/L waktu
muncul tunas rata-rata terjadi pada hari ke-7,67. Perlakuan BAP 10-6M + NAA 10-
7
M + ekstrak 300 ml/L waktu muncul tunas tidak ada karena eksplan yang ditanam
mati. Perlakuan BAP 0M + NAA0M + ekstrak 100 ml/L waktu muncul tunas rata-
rata terjadi pada hari ke-23. Perlakuan BAP 0M + NAA0M + ekstrak 200 ml/L
waktu muncul tunas rata-rata juga terjadi pada hari ke-23. Perlakuan BAP 0M +
NAA0M + ekstrak 200 ml/L waktu muncul tunas rata-rata juga terjadi pada hari ke-
15,3.
Berdasarkan tabel waktu muncul tunas (hari), kelompok ubi jalar ungu pada
perlakuan kontrol waktu muncul tunas rata-rata terjadi pada hari ke-15,3. Perlakuan
BAP 10-6M + NAA 10-7M + ekstrak 100 ml/L waktu muncul tunas rata-rata terjadi
pada hari ke-23. Perlakuan BAP 10-6M + NAA 10-7M + ekstrak 200 ml/L waktu
muncul tunas rata-rata terjadi pada hari ke-7,67. Perlakuan BAP 10-6M + NAA 10-
7
M + ekstrak 300 ml/L waktu muncul tunas rata-rata terjadi pada hari ke-15,3.
Perlakuan BAP 0M + NAA0M + ekstrak 100 ml/L waktu muncul tunas rata-rata
terjadi pada hari ke-23. Perlakuan BAP 0M + NAA0M + ekstrak 200 ml/L dan
perlakuan BAP 0M + NAA0M + ekstrak 300 ml/L waktu muncul tunas tidak ada
karena eksplan yang ditanam mati.
Jadi, waktu muncul tunas rata-rata yang terbaik pada kelompok ubi jalar kuning
pada perlakuan BAP 0M + NAA0M + ekstrak 100 ml/L dan perlakuan BAP 0M +
NAA0M + ekstrak 200 ml/L dengan rata-rata waktu muncul tunas pada harike-23.
Waktu muncul tunas rata-rata yang terbaik juga terjadi pada kelompok ubi jalar ungu
yaitu pada perlakuan BAP 10-6M + NAA 10-7M + ekstrak 100 ml/L dan perlakuan
BAP 0M + NAA0M + ekstrak 100 ml/L dengan waktu muncul rata-rata pada harike-
23.
Berdasarkan tabel jumlah tunas, kelompok ubi jalar kuning pada perlakuan
kontrol, perlakuan BAP 10-6 M + NAA 10 -7 + ekstrak 100 ml/L, perlakuan BAP 10-6
-7
M + NAA 10 + ektrak 200 ml/L, perlakuan BAP 10-6 M + NAA 10 -7
+ ektrak 300
ml/L, dan perlakuan BAP 0M + NAA 0 M+ ekstrak 100 ml/L jumlah tunas rata-rata
adalah 0 karena tunas tidak tumbuh. Perlakuan BAP 0M + NAA 0+ ekstrak 200 ml/L
dan perlakuan BAP 0M + NAA 0+ ekstrak 300 ml/L, jumlah tunas rata-rata adalah
0,33 yang merupakan perlakuan terbaik, dikarenakan mempunyai nilai yang paling
tinggi.
Berdasarkan tabel jumlah tunas, kelompok ubi jalar ungu pada perlakuan kontrol
dan perlakuan BAP 10-6 M + NAA 10 -7
+ ekstrak 100 ml/L jumlah tunas rata-rata
yaitu 0,33 yang merupakan perlakuan terbaik, dikarenakan mempunyai nilai yang
paling tinggi. Perlakuan BAP 10-6 M + NAA 10 -7
+ ekstrak 200 ml/L jumlah tunas
rata-rata yaitu 0,67. Perlakuan BAP 10-6 M + NAA 10 -7 + ektrak 300 ml/L, perlakuan
BAP 0M + NAA 0 M+ ektrak 100 ml/L, perlakuan BAP 0M + NAA 0+ ektrak 200
ml/L, dan perlakuan BAP 0M + NAA 0+ ektrak 300 ml/L, jumlah tunas rata-rata
adalah 0 karena tunas tidak tumbuh.
Jadi, jumlah tunas rata-rata yang terbaik terdapat pada kelompok ubi jalar ungu pada
perlakuan kontrol dan perlakuan BAP 10-6 M + NAA 10 -7 + ekstrak 100 ml/Ldengan
rata-rata 1,3.
Perlakuan kontrol dan perlakuan BAP 10-6 M + NAA 10 -7
+ ekstrak 100 ml/L
merupakan perlakuan terbaik. Pada perlakuan kontrol tumbuh jumlah tunas terbaik
dikarenakan hormon endogen pada eksplan perlakuan kontrol sudah cukup terpenuhi,
sehingga tanpa pemberian hormon eksogen dan zat pengatur tumbuh, pada perlakuan
kontrol dapat tumbuih tunas yang baik. Menurut Gaba (2005), di dalam kultur in
vitro untuk memacu proliferasi sel atau kumpulan sel agar terjadi dediferensiasi dan
organogenesis menggunakan ZPT dalam konsentrasi sangat rendah. Tidak semua
sel di dalam jaringan tanaman memberikan respon terhadap ZPT yang diberikan,
suatu sel hanya memberikan respon pada stadia tertentu dalam siklus pertumbuhan
tanaman. Dengan demikian selain genotipe tanaman, kondisi fisiologi eksplan seperti
kemampuan meristematis, juga stadia pertumbuhan dari sel atau jaringan juga sangat
menentukan keberhasilan regenerasi tunas. Hal ini terkait dengan metabolisme sel,
ketersediaan zpt endogen serta aktifitas gen-gen yang mengendalikan proses
pertumbuhan dan perkembangan. (Gaba, 2005).
Proses pembentukan organ seperti tunas atau akar ada interaksi antara zat
pengatur tumbuh eksogen yang ditambahkan ke dalam media dengan zat pengatur
tumbuh endogen yang diproduksi oleh jaringan tanaman (Gunawan, 1987).
Pembentukan tunas dapat dipacu dengan memanipulasi dosis auksin dan sitokinin
eksogen. Kombinasi antara sitokinin dengan auksin dapat memacu morfogenesis
dalam pembentukan tunas (Flick et al., 1993). Perlakuan BAP 10-6 M + NAA 10 -7 +
ekstrak 100 ml/L merupakan perlakuan yang terbaik karena dimungkinkan kombinasi
dosis auksin (NAA), sitokinin (BAP) dan ekstrak ubi (ZPT) adalah kombinasi yang
terbaik untuk pertumbuhan tunas.
Berdasarkan tabel jumlah daun, kelompok ubi jalar kuning pada perlakuan kontrol
jumlah daun rata-rata tidak ada karena eksplan mati. Perlakuan BAP 10-6M + NAA
10-7M + ekstrak 100 ml/L jumlah daun rata-rata yaitu 0,33. Perlakuan BAP 10-6M +
NAA 10-7M + ekstrak 200 ml/L dan perlakuan BAP 10-6M + NAA 10-7M + ekstrak
300 ml/L jumlah daun rata-rata tidak ada karena eksplan mati. Perlakuan BAP 0M +
NAA0M + ekstrak 100 ml/L jumlah daun rata-rata yaitu 0,33. Perlakuan BAP 0M +
NAA0M + ekstrak 200 ml/L jumlah daun rata-rata yaitu 2,3. Perlakuan BAP 0M +
NAA0M + ekstrak 300 ml/L jumlah daun rata-rata yaitu 1,67.
Jadi, jumlah daun rata-rata yang terbaik pada kelompok ubi jalar kuning
padaperlakuan BAP 0M + NAA0M + ekstrak 200 ml/L dengan rata-rata jumlah daun
2,3.Penambahan jumlah daun seiring dengan penambahan konsentrasi ubi jalar pada
konsentrasi tertentu yang diberikan, hal ini disebabkan oleh berbagai kandungan
bahan organik pada ubi jalar. Pramesyanti (1999) dalam Widiastoety dan Bahar
(1995) mengatakan bahwa kandungan bahan organik yang diberikan dapat memacu
hormon tumbuh endogen.Ekstrak ubi jalar memberikan sumbangan karbohidrat
sebagai sumber energi untuk pertumbuhan daun planlet (Silviasari, 2010), dan juga
mengandung gula 2,38%, dan mineral 71,1% yang dapat menstimulasi proliferasi
jaringan, memperlancar metabolisme dan respirasi, sehingga memberikan hasil yang
baik terhadap pertumbuhan tinggi planlet, jumlah dan luas daun anggrek (Garvita dan
Elizabeth, 2011).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pengaruh ubi jalar sebagai senyawa organik terhadap
multiplikasi Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) dengan penambahan NAA
dan BAP secara In Vitro dapat disimpulkan bahwa :
1. NAA, BAP, dan ekstrak ubi jalar berpengaruh terhadap multiplikasi dari tunas
eksplan Coelogyne pandurataLindl.dibuktikan dengan adanya hasil rata-rata terbaik
dari beberapa parameter yang diamati
2. kombinasi konsentrasi NAA, BAP, dan ekstrak ubi jalar dalam menginduksi tunas
eksplan Coelogyne pandurataLindl.
5.2 Saran
Saran untuk pelakasanaan praktikum kultur jaringan Orchidologi selanjutnya harus
lebih memperhatikan kesterilisasian alat, bahan maupun ruangan dan prosedur kerja
dilakukan sesuai standar yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Adi NKAP, Astarini IA, Astiti NPA (2014) Aklimatisasi anggrek hitam (Coelogyne
pandurata Lindl.) hasil perbanyakan in vitro pada media berbeda. J Simbiosis
2: 203-214
Flick C.E., D.A. Evans, and W.R. Sharp. 1993. Organogenesis.In D.A. Evans, W.R.
Sharp, P.V. Amirato, and T.Yamada (eds.) Handbook of Plant Cell Culture
CollierMacmillan. Publisher London. 13-81
Gaba, V. B., 2005, Plant Growth Regulator in Plant Tissue Culture and
Development, In: R.J. Trigiono and D.J. Gray(Eds). Plant Development and
Biotechnology, CRC Press. London
Gamborg, O. L & Shyluk, J. P., 1981, Nutrition, Media and Characteristics of Plant
Cell and Tissues Cultures, 21-44, dalam Thorpe T.A, Plant Tissue Culture:
Methods and Applications in Agriculture, Academic Press, New York,
London, Toronto, Sydney.
Garvita, R., V dan Elizabeth, H. (2011). Pengaruh Penambahan Berbagai Kadar
Pisang dan Ubi Jalar Pada Pertumbuhan Kultur Tiga Jenis Phalaenopsis.
Buletin Kebun Raya. 14 (2).
George, E.F., M.A, Hall. and G.J. De Klerk. 2008. Plant Propagation by Tissue
Culture. Third edition. Springer.
George, F. P. dan Sherrington, P.D. 1984. Plant Propagation by Tissue
Culture.Eversley: Hand Book and Directory of Commercial Laboratories
Exigetic Limited.
Gunawan, L.,W., 1995, Teknik Kultur In Vitro dalam Holtikultura, 68-70 Edisi I,
Penerbit Swadaya, Jakarta.Gunawan, L.W et al., 1992, Perbanyakan
Tanaman Bioteknologi Tanaman Laboratorium Kultur Jaringan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institute
Pertanian Bogor.
Gunawan, L., 1997, Teknik Kultur Jaringan, Laboratorium Kultur Jaringan
Tanaman, PAU Bioteknologi IPB. Bogor
Hendaryono, D. P. S dan Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan dan Petunjuk
Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Modern. Yogyakarta: Kanisius
Karjadi, A.K dan A. Buchory, 2008, Pengaruh Auksin dan Sitokinin terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Meristem Kentang Kultivar
Granola. J.Hort. 18(4):380-384.
Katuuk, Jeanette. 1989. Teknik Kultur Jaringan dalam Mikropropagasi Tanaman.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Proyek Perkembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.
Maretza D.T. 2009. Pengaruh Dosis Ekstrak Rebung Bambu Betung (Dendrocalamus
asper Backerex Hyne) Terhadap Pertumbuhan Semai Sengon (Paraserianthes
falcatarian (L) Nielsen). Skripsi.Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Pierik, R.L.M. 1987, In Vitro Culture of Higher Plants, Martinus Nijhoff Publisher.
Dordrecht
Santosa, U. & Nursandi, F., 2002, Kultur Jaringan Tanaman, Universitas
Muhammadiyah Malang, Malang.
Silviasari, A., D. (2010). Pengaruh konsentrasi ekstrak ubi jalar dan emulsi ikan
terhadap pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium alice noda x
Dendrobium tomie dan Phalaenopsis pinlong Cinderella x Vanda tricolor
pada medium vacin dan went. Fakultas pertanian. Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Staba, E.J., 1982, Plant Tissue Culture as a Source of Biochemicals, CRC Press Ink.
Philadeplhia, USA
Untari, R dan D. Puspitaningtyas. (2006). Pengaruh Bahan Organik dan NAA
terhadap Pertumbuhan Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) d a l a m
Kultur in Vitro. J. Biodiversitas. 7 (3) : 344 - 348.
Widiastuti, D dan F. A. Bahar. 1995. Pengaruh Berbagai Sumber dan Kadar
Karbohidrat terhadap Pertumbuhan Plantlet Anggrek Dendrobium.
J. Hortikultura. 5(3):76-80.
Yusnita, 2003, Kultur Jaringan: Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. Agro
Media Pustaka. Jakarta. 105 hlm.