OLEH :
NAMA : PRATAMA HADI WIJAYA
NIM : D1A022189
KELOMPOK : 5B
ASISTEN : MALIKA AZ ZAHRA
Bahan pakan merupakan segala sesuatu yang dapat diberikan dan dicerna ternak
tanpa mengurangi kesehatan ternak itu sendiri. Pemberian bahan pakan pada ternak juga
harus memenuhi nilai gizi ternak. Bahan pakan yang dikonsumsi ternak berbeda beda
tergantung jenis ternak dan tujuan pemberiannya pada ternak.
Banyaknya keanekaragaman bahan pakan menjadi alasan perlu adanya pembeda
untuk menanggulangi kesalahan pemberian pakan. Nomenklatur merupakan salah satu
cara untuk menanggulangi ketidaktepatan dalam pemberian nama bahan pakan. Dengan
adanya nomenklatur kita dapat membedakan bahan pakan dengan lebih jelas dan pasti.
Nonemklatur sendiri adalah istilah untuk pemberian nama pada baha pakan.
Kejelasan pada nomenklatur ini meliputi asal mula, part, proses, tingkat kedewasaan,
defoliasi, dan grade pada setiap bahan pakan. Bahan pakan yang baik adalah bahan pakan
yang memenuhi nilai gizi daripada ternak.
Membawa bahan pakan ke lab merupakan cara untuk mengetahui nilai gizi dari
suatu bahan pakan. Dengan mengetahui nilai gizi bahan pakan kita dapat memberikan
komposisi yang pas untuk pakan ternak sehingga ternak memiliki produksi yang bagus.
Kita perlu mengetahui alat apa saja yang dapat digunakan sebelum kita terjun langsung ke
laboratorium.
Pengenalan alat laboratorium adalah langkah pertama yang dapat kita pelajari
sebelum kita masuk lab. Pengenalan alat laboratorium penting dilakukan untuk
keselamatan kerja saat melakukan penelitian maupun mendukung kegiatan praktikum.
Alat alat laboratorium dapat rusak atuu bahkan berbahaya jika penggunanya tidak sesuai
dengan prosedur pemakaian. Dengan pengenalan alat ini praktikan dapat mengetahui
cara penggunaan alat laboratorium dan meminimalisir terjadinya kesalahan prosedur.
1.2 Tujuan
1. Praktikan dapat mengetahui enam faset bahan pakan
2. Praktikan dapat membedakan alat alat laboratorium
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu Bahan Pakan acara “Nomenklatur Bahan Pakan dan Pengenalan Alat
Laboratorium” dilaksanakan pada hari Kamis, 7 September 2023, pukul 17.10-19.30 di
Laboratorium Ilmu Bahan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto.
I.
II. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Materi
3.1.1 Nomenklatur Bahan Pakan (Hijuan dan Konsentrat)
Sampel diamati
Alat diamati
4.1 Hasil
4.1.1 Nomenklatur Bahan Pakan
4.1.1.1 Nomenklatur Hijuan
Gambar dan Nama Asal Mula Bagian Proses Tingkat Defoliasi Grade
Hijauan
Kedewas
aan
Rumput Raja
Rumput Gajah
Rumput Pakchong
Setaria Aerial Segar Dewasa 30 hari 6-7%
splendida
Setaria
Zea mays Aerial Segar Dewasa 90 hari 9,9%
Daun Jagung
Oryza sativa Aerial Segar Dewasa 90 -120 5%
hari
Jerami Padi
Saccharum Daun Segar Dewasa 9-12 6,04%
officinarum bulan
Daun Tebu
Daun Pisang
Daun Nangka
Manihot Daun Dilayuka Dewasa - 25,1%
utillisima n
Daun Singkong
Carica Daun Dilayuka Dewasa - 11%
papaya n
Daun Pepaya
Grilisida Daun Dilayuka Dewasa - 25%
maculate n
Daun Gamal
Sesbania Daun Segar Dewasa 6--8 bulan 27,3%
grandiflora dan
Tangkai
Daun Turi
Daun Rami
Erytrina Daun Dilayuka Dewasa - 29,01%
lithosperma n
Daun Dadap
Morus indica Daun Segar Dewasa - 22-23%
L. dan
Tangkai
Daun Murbai
Kaliandra
Lamtoro
Hibiscus Daun Dilayuka Dewasa - 18,3%
tileaceus dan n
Tangkai
Daun Waru
Indigofera sp Daun Segar Dewasa 4—6 20-28%
bulan
Indigofera
Bungkil Kelapa
Jagung Giling
Glycine max Biji Sisa - - 46-48%
ekstarksi
minyak
Bungkil Kedelai
Elaesis Daging Sisa - - 13-15%
guineensis dan ekstarksi
buah minyak
Bungkil Sawit
Tepung Ikan
Mussa Batang Fermenta - - 7,08%
paradisiaca si
Batang Pisang
Ca(CO3) Batuan Dihancur - - Sumber
kan dan mineral
dihaluska 40%
n
Kapur
- - - - - -
Mineral Ruminansia
Oryza sativa Kulit ari Dikeringk - - 12-13%
padi an dan
digiling
Dedak
Mannihot Umbi Dikeringk - - 0,6 -
utilissima tanpa an, pres, 1,6%
kulit dan
dihancurk
an
Onggok
- - - - - Sumber
vit.
Vitamin
Pennisetum Biji Dikeringk - - 6%
glaucum an
- - - - - Sumber
vit.
Aditif
Bentonit
Molasses
Ampas Kopi
Tritium Biji Dikeringk - - 14,35%
sativum an dan
Dihaluska
n
EM4
CO(NH2)2 - - - - Sumber
vit. 46%
Urea
Triticum Biji Dikeringk - - 13,5%
aestivum an dan
Digiling
Pollard
- - - - - Sumber
vit.
Aditif
Rumensin
- - - - - -
Mineral Unggas
CuSO4 batuan Dihancur - - Sumber
kan dan mineral
dihaluska 34%
n
Tembaga Sulfat
4.2 Pembahasan
4.2.1 Nomenklatur Bahan Pakan
4.2.1.1 Nomenklatur Hijauan
Nomenklatur memiliki enam faset yaitu terdiri atas asal mula atau origin yaitu
nama ilmiah dari bahan pakan yang diamati, lalu ada bagian/part yang dimakan ternak,
proses atau suatu tahapan yang digunakan untuk menyiapkan pakan ternak, tingkat
kedewasaan suatu hijauan yang mana bertujuan untuk mengetahui nilai nutrisi, defoliasi
atau umur panen pada hijauan, dan yang terakhir grade atau kualitas bahan pakan atau
presentase protein kasar. Bahan pakan dapat digolongkan menjadi delapan kelas yaitu
hijauan kering, hijauan segar, silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral,
sumber vitamin, dan zat aditif. Nomenklatur atau pemberian nama pada bahan pakan
penting untuk dipelajari, hal tersebut selaras dengan pernyataan Wijaya dan Suarna
(2020) bahwa Indonesia menyimpan berbagai jenis tumbuhan, sehingga ketika
mengetahui nomenklatur dari setiap hijauan akan mempermudah dalam memenuhi
nutrisi pada ternak. Tumbuhan pakan ternak yang ideal pada saat ini adalah tumbuhan
yang tidak hanya memiliki produktivitas tinggi, melainkan juga memiliki nilai estetika. Nilai
estetika ini akan memperluas area penanaman pakan ternak.
Bahan pakan merupakan segala sesuatu yang dapat dimakan dan mempunyai nilai
nutrisi sehingga dapat bermanfaat bagi ternak. Hal tersebut sependapat dengan
Sudarmadji (2013) yang mengatakan bahwa bahan pakan yaitu segala sesuatu yang dapat
diberikan pada ternak baik berupa pakan organik maupun anorganik yang dapat dicerna
tanpa mengakibatkan adanya gangguan kesehatan pada ternak. Pernyataan tersebut
didukung oleh Muchlis et.al (2023) yang mana bahan makanan ternak merupakan segala
sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak baik sebagian maupun seluruhnya yang dapat
dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak. Bahan pakan ternak sendiri dapat
digolongkan menjadi bahan pakan hijauan dan konsentrat.
Pakan hijauan terdapat banyak jenisnya, salah satunya yaitu rerumputan. Rumput
merupakan sumber serat kasar yang berguna untuk menggertak saluran pencernaan dan
mengenyangkan ternak. Tanaman rumput memiliki beberapa jenis yaitu rumput bentuk
kasar, medium, dan halus. Rumput setaria (Setaria sphacelata) adalah salah satu contoh
dari rerumputan bentuk fisik medium. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hacker dan
Moore (1992) yang mengatakan bahwa rumput setaria (Setaria sphacelata) merupakan
tanaman pakan jenis medium yang sangat palatable dan berproduksi tinggi mencapai 31
ton/ha/tahun.
4.2.1.2 Nomenklatur Konsentrat
Bahan pakan yang diberikan pada ternak selain hijauan terdapat konsentrat.
Konsentrat merupakan suatu bahan pakan yang digunakan atau diberikan pada ternak
bersama bahan pakan lain atau secara sederhana dijadikan campuran bahan pakan lain.
Konsentrat memiliki peran sebagai bahan pakan pelengkap bagi ternak. Hal tersebut
selaras dengan pernyataan Ramadhan et al., (2013) bahwa konsentrat merupakan bahan
pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari
keseluruhan pakan dan dimaksudkan untuk disatukan atau dicampur sebagai suplemen
atau bahan pelengkap.
Bahan pakan hijauan sebagian memiliki zat anti nutrisi yang mana dapat
merugikan ternak jika diberikan langsung tanpa adanya proses terlebih dahulu. Senyawa
zat anti nutrisi seringkali mengikat protein, zat-zat mineral, sehingga pemanfaatan gizi
dalam bahan pakan oleh ternak menjadi berkurang. Penyataan tesebut sependapat oleh
Sikone dan Bira (2016) yang mana menjelaskan bahwa sifat antinutrisi adalah sebagai
inhibitor atau penghambat proses metabolisme zat gizi dan sebagai racun sehingga dapat
mengganggu proses pembentukan sel darah merah.
Kandungan zat anti nutrisi pada hijauan bahan pakan dapat diturunkan dengan
memberikan perlakuan sebelum diberikan kepada ternak. Hal tersebut selaras dengan
pernyataan Herawati dan Royani (2017) bahwa salah satu cara alternatif yang dapat
digunakan untuk menghilangkan zat anti nutrisi tersebut yaitu dengan cara dibuat
konsentrat dalam bentuk silase. Silase merupakan hijauan yang diawetkan dalam bentuk
segar dengan kandungan air sekitar 65-70%. Kandungan gizi pada suatu bahan pakan
dapat meningkan ketika diberikan silase, selain itu silase juga berperan pengawetan dan
merupakan suatu cara untuk menghilangkan zat anti nutrisi atau racun yang terkandung
dalam suatu bahan pakan
4.2.2 Pengenalan Alat Laboratorium
4.2.2.1 Pengenalan Alat Luar
Alat luar merupakan salah satu jenis dari alat – alat laboratorium yang mana dapat
mengeluarkan panas dan membutuhkan ventilasi. Alat laboratorium yang termasuk jenis
alat luar diantaranya bucket yang berfungsi untuk analisis biosinergi, lalu terdapat tabung
oksigen yang berfungsi untuk menampung dan mengeluarkan oksigen, lalu ada oven
sebagai alat untuk mengeringkan sampel, waterbath digunakan untuk merefluks sampel,
kompor listrik untuk memanaskan sampel. Kondensor berfungsi untuk membuang kalor
dan mengubah wujud pendingin dari gas ke cair. Hal tersebut dipertegas oleh Siagian
(2015) yang mana menjelaskan bahwa kondensor berfungsi untuk membuang kalor dan
mengubah wujud bahan pendingin dari gas menjadi cair. Kondensor juga digunakan untuk
membuat kondensasi bahan pendingin gas dari kompresor dengan suhu tinggi dan
tekanan tinggi. Alat luar lainnya yaitu terdapat , destruktor untuk mendestruksi, destilator
untuk mendestilasi, serta tanur sebagai alat dalam proses pengabuan.
Destilator merupakan jenis alat luar yang berfungsi untuk mendestilasi. Volume
yang dihasilkan pada suhu dan waktu yang telah ditentukan menjadi tolak ukur efisiensi
dari kinerja destilator. Hal tersebut selaras dengan pendapat Taufik et al., (2014) bahwa
efisiensi destilasi dipengaruhi oleh perbedaan suhu dan besarnya koefisien perpindahan
panas menyeluruh.
Waterbath merupakan alat laboratorium termasuk alat luar yang berfungsi untuk
merefluks dan memanaskan sampel dalam air dengan suhu konstan. Hal tersebut selaras
dengan pendapat Rosi (2019) bahwa prinsip dari waterbath adalah menggunakan energi
listrik sebagai sumber panas dan menggunakan air sebagai penghantar kalornya.
Waterbath digunakan atau dikhususkan sebagai pemanas bahan - bahan sampel yang
bersifat cair atau berupa larutan.
4.2.2.2 Pengenalan Alat Dalam
Jenis alat laboratorium yang kedua yaitu alat dalam. Alat dalam merupakan alat –
alat laboratorium yang bersifat ringkih dan mudah pecah, sehingga harus diletakkan
dalam lemari. Alat dalam terdiri dari berbagai macam diantaranya yaitu erlenmeyer yang
berfungsi untuk mencampurkan larutan, beaker glass sebagai penampung larutan, gelas
ukur untuk mengukur larutan, batang pengaduk untuk mengaduk larutan, spatula untuk
mengambil sampel, corong untuk membantu dalam memasukan sampel. Analisis lemak
kasar dengan metode soxhlet menggunakan labu khusus yaitu labu soxhlet dan labu didih.
Labu soxhlet berfungsi untuk menampung sampel pada analisis lemak kasar, sedangkan
labu didih menampung larutan. Hal tersebut selaras dengan penjelasan Pargiyanti (2019),
dalam analisis ekstrasi biji kemiri menggunakan labu soxhlet karena metode penelitian
yang digunakan yaitu metode soxhlet.
Kegiatan praktikum atau penelitian bahan pakan tidak terlepas dari titrasi. Alat
dalam yang berfungsi atau yang berperan dalam proses titrasi yaitu buret. Hal tersebut
selaras dengan pernyataan oleh Holly et al., (2018) bahwa dalam penentuan kadar asam
cuka dilakukan titrasi asam basa. Proses titrasi dibantu oleh buret sebagai alat titrasi, klem
sebagai penjepit buret, dan statif sebagai penegak buret.
Alat dalam lainnya yang sering digunakan yaitu pipet. Pipet terbagi menjadi tiga
macam dengan fungsi yang sama yaitu mengambil larutan, namun dengan takaran yang
berbeda. Pipet volume berfungsi mengambil larutan sampel dalam satuan volume. Pipet
tetes untuk mengambil larutan dalam satuan kecil yaitu tetesan. Pipet seukuran atau
volumetri merupakan pipet untuk mengambil larutan dengan jumlah yang ditentukan. Hal
tersebut selaras dengan pernyataan Rosi (2019) yang menjelaskan bahwa pipet volumetri
berfungsi untuk mengambil larutan dalam volume tertentu.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. 6 faset bahan pakan : Origin, part, proses, tingkat kedewasaan, defoliasi, grade.
2. Dalam garis besar alat laboratorium dibedakan menjadi 2 yaitu: alat luar yang
merupakan alat besar yang membutuhkan fentilasi dan alat dalam yaitu alat alat
yang mudah pecah, penyimpanan biasanya menggunakan rak didalam lemari.
5.2 saran
1. Disarankan praktikan tidak terlalu banyak menulis agar dapat lebih detail
mengamati bahan bahan, dan untuk materinya di print saja.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, L dan N.R. Kumalasari. 2019. Pengembangan Hijauan Pakan. IPB Press, Bogor.
Adani, S. I., dan Pujiastuti, Y. A. (2018). Pengaruh Suhu dan Waktu Operasi pada Proses
Destilasi untuk Pengolahan Aquades di Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman. Jurnal Chemurgy, 1(1), 31-35.
Anwar, A. S., dan Aditiawarman, A. D. (2016). Pembuatan Modul Sistem Proteksi Tenaga
Listrik Sebagai Alat Praktikum Di Laboratorium Teknik Konversi
Energi. Eksergi, 10(2).
Hacker, N. F. dan Moore J. G. 1992. Essential Pg Obstetrics and Gynecology 2 nd Edition. W.
B. Saunders Company. Philadelphia.
Herawati E. Dan M. Royani. 2017. Kualitas Silase Daun Gamal Dengan Penambahan
Molases Sebagai Zat Aditif Silage Quality Of Gliricidia Sepium Leaves With
Molasses Addition As Additive. IJAS. 7 (2) : 29 – 32.
Holly D.N., R. Sahputra, Dan L. Hadi. 2018. Deskripsi Keterampilan Psikomotorik Siswa
Kelas Xi Ipa Sman 8 Pontianak Pada Praktikum Titrasi Asam Basa. Jurnal Pendidikan
Dan Pembelajaran Khatulistiwa. 7 (9) : 1 – 9.
Kristiantoro, T., Idayanti, N., Sudrajat, N., Septiani, A., dan Mulyadi, D. (2016).
Ketidakpastian Pengukuran Pada Karakteristik Material Magnet Permanen Dengan
Alat Ukur Permagraph. Jurnal Elektronika Dan Telekomunikasi, 16(1), 1-6.
Laryska, Nabila dan Tri Nurhajati. 2013. Peningkatan Kadar Lemak Susu Sapi Perah
Dengan Pemberian Pakan Konsentrat Komersial Dibandingkan Dengan Ampas
Tahu. Agroveteri. 1(2):79-87.
Natsir, M. H., E. Widodo dan O. Sjofjan. 2017. Industri Pakan Ternak. UBPress. Malang.
Pargiyanti, P. 2019. Optimasi Waktu Ekstraksi Lemak Dengan Metode Soxlet Menggunakan
Perangkat Alat Mikro Soxlet. Indonesian Journal of Laboratory. 1(2) : 29-35.
Muchlis, A., Sema, S., Syamsu, J. A., dan Asmuddin, A. (2023). Teknologi Pengolahan Pakan
di Daerah Tropis: Teknik Pengolahan Pakan Hijauan (Berserat). Jurnal Ilmu dan
Teknologi Peternakan Terpadu, 3(1), 145-152.
Ramadhan, B. G., Suprayogi, T. H., dan Sustiyah, A. (2013). Tampilan produksi susu dan
kadar lemak susu kambing Peranakan Ettawa akibat pemberian pakan dengan
imbangan hijauan dan konsentrat yang berbeda. Animal Agriculture Journal, 2(1),
353-361.
Rosi, P.D. 2019. Alat-Alat Laboratorium. CV Graha Printama Selaras, Sukoharjo.
Siagian S. 2015. Analisis Karakter Unjuk Kerja Kondensor Pada Sistem Pendingin (Air
Conditioning) Yang Menggunakan Freon R-134 A Berdasarkan Pada Variasi Putaran
Kipas Pendingin. Jurnal Bina Teknika. 11 (2): 124 – 130.
Sikone H.Y. Dan G.F. Bira. 2016. Pengaruh Pemberian Tepung Biji Gamal (Gliricidia Sepium)
Sebagai Pengganti Bungkil Kedelai Dalam Ransum Terhadap Kadar Hemoglobin
Dan Nilai Hematokrit Anak Babi Lepas Sapih. Portal Jurnal Unimor. 1 (4) : 41 – 42.
Sudarmadji, S.,2013. Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian.Liberty, Yogyakarta.
Wijaya I.M.S. Dan I.W. Suarna. 2020. Karakter Morfologis Kacang Pedang (canavalia
gladiata (jacq.) dc.: fabaceae) dan potensinya sebagai pakan ternak. Pastura. 9 (2) :
114 – 119.