Anda di halaman 1dari 12

KOLOKIUM/SEMINAR SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


2023

NAMA : NIA OKTAVIA


NRP : C2501222008
PROGRAM STUDI : PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN
JUDUL PENELITIAN : PENAMBAHAN BAHAN ADITIF PADA PAKAN UNTUK
MENINGKATKAN EFISIENSI PAKAN UDANG VANAME
(Litopenaeus vannamei, Boone 1931) DALAM UPAYA
MENGURANGI LIMBAH ORGANIK KE PERAIRAN
KOMISI PEMBIMBING : PROF. DR.IR. RIDWAN AFFANDI, DEA
PROF. DR. IR. NIKEN TUNJUNG MURTI PRATIWI, M.SI
HARI / TANGGAL : HARI / TANGGAL BULAN 2023
WAKTU / TEMPAT : WAKTU WIB / DALAM JARINGAN ZOOM

Disetujui oleh

Pembimbing 1:
Prof. Dr.Ir. Ridwan Affandi, DEA

Pembimbing 2:
Prof. Dr. Ir. Niken Tunjung Murti Pratiwi, M.Si

Diketahui oleh

Ketua Program Studi:


Dr. Ir. Mohammad Mukhlis Kamal, M.Sc.
NIP. 196809141994021001
I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Udang adalah salah satu komoditas yang dapat meningkatkan devisa negara dari sektor
non-migas. Udang menjadi komoditas yang digemari oleh konsumen di negara maju karena
mempunyai rasa yang gurih dan kandungan gizi yang tinggi. Udang mempunyai banyak jenis
baik itu udang yang hidup di perairan tawar atau yang hidup di perairan laut (Manijo 2021).
Salah satu jenis udang yang banyak digemari dan dibudidayakan adalah udang vaname
(Litopenaeus vannamei). Udang vaname adalah salah satu komoditas akuakultur yang
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Udang vaname juga menjadi komoditas ekspor di
Indonesia yang mengalami peningkatan dan mempunyai prospek yang baik secara ekonomi.
Menurut data BPS (2018) nilai ekspor udang budidaya di Indonesia pada periode Januari-
Agustus 2018 mengalami peningkatan sebesar 71,16% dibanding pada periode Januari-Agustus
tahun 2016 yakni sebesar 13,25 juta dollar. Selain itu, keunggulan dari budidaya udang vaname
adalah mempunyai kebutuhan protein pada pakan yang relatif tidak terlalu tinggi, pertumbuhan
yang relatif cepat, toleran terhadap suhu air, dan oksigen terlarut yang relatif rendah (Cholik et
al. 2005).
Udang vaname (Litopeaneus vannamei) merupakan salah satu komoditas akuakultur yang
memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Adanya peningkatan produksi budidaya udang vaname
harus oleh adanya ketersediaan pakan yang berkualitas, mudah didapat, dan harga yang
terjangkau. Pakan yang digunakan di tambak salah satunya adalah pakan jenis NOVO yang
mempunyai kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Pakan NOVO yang
digunakan diduga mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kandungan proteinnya. Pakan komersil biasanya meningkatkan kandungan karbohidrat sebagai
strategi dalam meminimalkan penggunaan protein pada pakan. Hal tersebut dilakukan karena
tingginya harga pakan yang mengandung protein yang tinggi. Menurut Shiau et al. (1991)
udang mempunyai kemampuan yang terbatas dalam memanfaatkan karbohidrat dan tidak dapat
beradaptasi pada karbohidrat dalam level yang tinggi. Adanya pernyataan tersebut
membuktikan bahwa kebutuhan protein pada pakan sangat diperlukan karena dapat
mempercepat pertumbuhan udang vanname, memperbaiki, dan memelihara fungsi-fungsi rutin
tubuh udang (Cuzon et al. 2015). Oleh karena itu, pakan yang diberikan diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh udang vaname dengan metode
penambahan feed additive pada pakan.
Pemberian pakan yang sesuai dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan udang
vaname secara optimal sehingga produktivitasnya dapat ditingkatkan. Upaya peningkatan
produktivitas tersebut dapat dilakukan dengan penerapan efisiensi penggunaan pakan.
Penggunaan pakan yang efisien dapat menekan biaya dan dapat meningkatkan efisiensi
produksi, sehingga diperlukan suatu sistem yang dapat membuat pakan termanfaatkan optimal
oleh udang (Ulumiah et al. 2020). Ketersediaan pakan yang tepat baik secara kualitas dan
kuantitas menjadi syarat mutlak untuk mendukung pertumbuhan udang vaname. Pemberian
pakan dalam jumlah yang berlebihan dapat meningkatkan biaya produksi dan menyebabkan
peningkatan sisa pakan yang dapat berakibat pada penurunan kualitas air yang berpengaruh
terhadap sintasan dan pertumbuhan udang (Wyban dan Sweeny 1991). Penurunan kualitas air
akibat adanya sisa pakan dapat mempengaruhi kondisi fisiologis udang dan turunnya nafsu
makan pada udang. Kondisi fisiologis udang yang terjadi akibat perubahan lingkungan adalah
udang akan mengalami stress sehingga mudah terkena serangan penyakit (Hermawan et al.
2016).
Efisiensi penggunaan pakan adalah salah satu upaya untuk mengurangi biaya pakan agar
tetap efisien namun tidak mengurangi laju pertumbuhan. Kandungan nutrien lemak, protein,
karbohidrat, dan lainnya perlu disesuaikan dengan nutrien udang sehingga dapat mencapai
pertumbuhan dan sintasan yang optimum sehingga pakan yang terbuang seminimum mungkin
(Tahe dan Suwoyo 2011). Salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi pakan dengan tetap
memperhatikan pertumbuhan udang adalah dengan menambahkan bahan aditif pada pakan.
Penambahan feed additives dapat meningkatkan pertumbuhan udang dan efisiensi pakan
sehingga dapat mengurangi biaya produksi dan menurunkan limbah organik yang berpotensi
mencemari lingkungan perairan (Soetomo 1990).
Feed additive adalah suatu bahan yang ditambahkan pada pakan dengan jumlah yang
relatif sedikit untuk mencapai tujuan tertentu (Agustono et al. 2011). Adanya feed additive
diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pakan dan mengurangi dampak lingkungan yang
terjadi sehingga tetap menjaga kondisi fisiologis udang serta meningkatkan pertumbuhan udang.
Kondisi fisiologis udang terlihat dari kadar gula darah yang ditimbulkan saat udang mengalami
penurunan nafsu makan dan stress. Kadar glukosa digunakan untuk merespon dan beradaptasi
pada stres atau mengalihkan peran energi yang seharusnya digunakan untuk proses metabolisme
menjadi proses pengaktifan sistem fisiologis untuk menghadapi stres (Andrade et al. 2015).
Feed additive yang ditambahkan pada pakan dalam penelitian ini adalah produk inovasi
Aquapro-IPB Boost yang dapat meningkatkan nafsu makan, pertumbuhan udang vaname, dan
pemanfaatan pakan secara optimal. Penelitian terkait efektifitas produk Aquapro-IPB Boost
terhadap udang vaname yang diaplikasikan pada skala lapangan belum ada sebelumnya
sehingga perlu dilakukan kajian lebih lanjut sebagai upaya untuk meningkatkan nilai retensi
nutrien dalam tubuh udang, pertumbuhan, melihat respon fisiologis, dan meningkatkan efisiensi
pakan yang dapat mengurangi beban limbah. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat
mengkaji beberapa indikator berupa pengaruh produk terhadap kondisi fisiologis, komposisi
tubuh udang, pertumbuhan, dan efisiensi pakan udang vaname yang dipelihara dalam skala
laboratorium.

Perumusan Masalah

Udang vaname merupakan komoditas unggulan dalam sektor akuakultur yang memerlukan
perhatian dalam upaya peningkatan produktivitasnya. Jumlah pakan yang dikonsumsi akan
mempengaruhi penggunaan energi pada udang. Energi tersebut diperoleh dari perombakan ikatan kimia
melalui proses reaksi oksidasi terhadap komponen pakan seperti protein, lemak, dan karbohidrat yang
diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana yaitu asam amino, asam lemak, dan glukosa sehingga
dapat diserap oleh tubuh untuk digunakan (Afrianto dan Liviawaty 2005). Pakan merupakan komponen
biaya produksi yang paling besar dalam budidaya udang sehingga penggunaannya secara optimal perlu
dilakukan. Penggunaan pakan yang efisien dapat menekan biaya dan dapat meningkatkan efisiensi
produksi, sehingga diperlukan suatu sistem yang dapat membuat pakan termanfaatkan secara optimal
oleh udang (Ulumiah et al. 2020).
Nutrien yang terdapat dalam pakan yaitu protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin yang dapat
dijadikan sebagai sumber energi dan reproduksi. Kekurangan pakan dapat menyebabkan pertumbuhan
udang menjadi lambat, ukuran tidak seragam, tubuh tampak keropos, dan kanibalisme. Selebihnya,
kelebihan pakan dapat memperburuk kualitas air, udang mudah stres, dan pertumbuhan udang menjadi
terlambat (Nuhman 2009). Oleh karena itu, dalam peningkatan produksi budidaya udang vaname
dibutuhkan ketersedian pakan yang berkualitas, mudah didapat, dan harga yang terjangkau.
Kegiatan budidaya udang vaname tidak hanya menghasilkan keuntungan, tetapi dapat
berdampak negatif jika tidak dikelola secara optimal. Permasalahannya adalah tidak semua pakan dapat
dikonsumsi oleh udang, sehingga ada sisa pakan yang terbuang yang dapat mengapung di air dan
mengendap pada dasar kolam. Sebagian besar pakan yang diberikan dimanfaatkan udang sebagai sumber
energi dan nutrien dalam proses pertumbuhan yang disimpan sebagai biomassa udang. Proses eksresi
udang mengeluarkan urin yang larut pada air tambak. Kemudian, sisa pakan yang tidak termakan melalui
proses sedimentasi dan mengendap pada dasar kolam. Kandungan terbesar dalam sisa pakan dan kotoran
udang adalah nitrogen (N) dan fosfor (P) yang dapat menyebabkan kualitas air menjadi buruk baik pada
air tambak maupun air limbah yang terbuang (Wulandari 2020). Permasalahan lain yang terjadi pada
pemberian pakan yang dilakukan petambak adalah tidak memperhatikan kandungan gizi pada pakan
sehingga tidak sesuai dengan standar kebutuhan nutrien udang. Pakan yang digunakan misalnya mie
kadaluarsa, roti kadaluarsa, atau biskuit kadaluarsa (Rahman et al. 2018). Pakan yang digunakan dalam
kegiatan budidaya udang vanname secara intensif adalah pakan komersil yang diduga masih mempunyai
nilai efisiensi pakan yang rendah (Pantjara et al. 2012).
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pakan adalah dengan menambahkan feed additive.
Adapun bahan aditif yang biasanya ditambahkan yaitu atraktan, antioksidan, immunostimulant, mineral
mikro, multivitamin, prebiotik, probiotik, bahan prekursor hormon, dan binder. Bahan tersebut dapat
berbentuk serbuk atau cair yang tergantung pada pakan yang ditambahkan. Berikut adalah skema
peranan feed additive pada pertumbuhan biota.

Gambar 1 Skema Peranan Bahan Aditif pada Pakan


Keterangan :
FA = Food Aditif A = Penyerapan P = Produksi
SE = Sekresi Enzim T = Pengangkutan SR = Kelangsungan Hidup
AE = Aktivitas Enzim M = Metabolisme EP = Efisiensi Pakan
I = Konsumsi Pakan G = Pertumbuhan PAL = Palabilitas
SH = Sekresi Hormon ML= Mutu Lemak

Peningkatan produksi udang vaname dapat didukung melalui ketersediaan pakan yang
berkualitas, mudah didapat, dan harga yang relatif terjangkau. Berdasarkan uraian tersebut, pokok
masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana pengaruh bahan aditif pada pakan udang vaname terhadap kondisi fisiologis,
komposisi nutrien daging, dan pertumbuhan udang vaname?
b. Apakah penambahan bahan aditif pada pakan udang vaname dapat meningkatkan efisiensi pakan
sehingga dapat mengurangi limbah organik yang masuk ke lingkungan ?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh feed additive terhadap :


1. Kondisi fisiologis dan tingkat kesehatan udang vaname
2. Kualitas udang vaname
3. Kondisi biologis (SR, SGR, EP) udang vaname
4. Jumlah limbah organik

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi terkait pengaruh bahan
aditif pakan terhadap kualitas, nutrisi udang, pertumbuhan, dan efisiensi pakan udang vaname.
Pengaplikasian produk tersebut diharapkan dapat menjadi informasi mengenai efisiensi pakan yang
sesuai agar tidak mencemari lingkungan dan meningkatkan produktivitas udang vaname. Penelitian ini
dapat menjadi informasi dasar dalam merumuskan strategi pengelolaan dan pengembangan tambak
udang vaname yang tepat melalui penggunaan pakan yang efisien agar tidak mencemari lingkungan
perairan serta mampu meningkatkan kualitas udang vaname.
II. METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada periode Mei hingga Juni 2023 selama 30 hari di Laboratorium
Fisiologi Hewan Air (FHA), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Ruang Lingkup Penelitian

Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan terbagi menjadi
perlakuan dan ulangan. Perlakuan yang dilakukan terbagi menjadi tiga yaitu P1(Kontrol), P2, dan P3.
Setiap perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Perlakuan yang digunakan pada penelitian dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Akuarium yang diberi perlakuan penambahan feed additive
Perlakuan Komposisi
P1 (Kontrol) Pakan konvensional 100% + FA 0%

P2 Pakan konvensional 100% + FA 5%


P3 Pakan konvensional 80% + Pakan komersil 20% + FA 5%

Persiapan Wadah
Wadah pemeliharaan menggunakan akuarium yang telah diatur dan dipasang dengan peralatan
pendukung berupa aerasi, filter akuarium, dan termometer minimum-maksimum. Akuarium yang
digunakan sebanyak 9 buah yang berukuran 30 × 30 × 40 cm3 dengan volume air sebesar 30 liter.

Persiapan Hewan Uji


Hewan uji yang digunakan adalah benih udang vaname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931)
dengan ukuran kurang lebih 3,15 gr/ekor. Udang vaname yang digunakan pada penelitian ini diperoleh
dari tambak. Udang vaname dipindahkan ke Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, IPB University. Udang diaklimatisasi pada wadah fiber ukuran 2 x 1,5 x 0,5 m 3.
Udang vaname kemudian ditebar secara perlahan ke dalam wadah yang telah disiapkan. Jumlah udang
yang ditebar pada tiap akuarium sebanyak 12 ekor.

Pengukuran Kualitas Air


Adapun parameter fisika kimia air yang diukur adalah suhu, konduktivitas, DO, pH, alkalinitas,
dan amonia diamati dan diukur secara rutin. Parameter suhu diukur dua kali sehari pada pagi dan sore.
Parameter suhu, DO, pH, dan konduktivitas dianalisis secara insitu dengan menggunakan alat seperti
termometer, DO-meter, pH-meter, dan Conductivity meter, sedangkan parameter alkalinitas dan amonia
dianalisis dengan menggunakan metode titrasi dan spektrofotometer. Parameter kualitas air, satuan, dan
metode atau alat ukur disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Parameter fisika kimia air, satuan, dan metode/alat ukur


Parameter Satuan Metode/Alat Ukur
Suhu °C Termometer
Salinitas ppm Refraktometer
pH - pH-meter
DO mg/L DO-meter
Amonia mg/L Spektrofotometer

Persiapan Pakan Uji


Media penambahan zat aditif yang ditambahkan pada pakan dapat bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan udang sesuai dengan kualitas dan kuantitas pakan yang tidak menimbulkan tumpukan
pakan yang tidak termakan. Feed Additif yang digunakan adalah produk Aquapro-IPB Boost. Produk ini
mengandung asam amino, agen asidifikasi, penguat rasa, enzim, dan mineral. FA yang digunakan pada
percobaan digunakan sebanyak 5% yang dicampurkan pada pakan konvensional dan pakan komersial.
Adapun pakan konvensional yang digunakan adalah pakan jenis NOVO yang mengandung kadar air
minimal sebesar 12%, sedangkan pakan komersial yang digunakan adalah serbuk Feng-Li yang
mengandung kadar air minimal 10%. Berikut adalah kandungan nutrien yang digunakan percobaan ini
pada Tabel 3.

Tabel 3 Kandungan nutrien pakan percobaan dalam keadaan kering

Komposisi Nutrien
Jenis Pakan Protein Lemak Karbohidrat Abu
(%) (%) (%) (%)
Pakan Konvensional 31,81 5,6 50,1 12,5
Pakan Komersial 44,4 7,7 33,5 14,4
Pakan Campuran 34,32 6,02 47,58 12,08

Pengelolaan Media dan Pemeliharaan Hewan Uji


Udang vaname dipelihara dan diamati setiap hari selama 30 hari dengan pengamatan kondisi dan
tingkah lakunya. Metode pakan yang dilakukan dengan frekuensi empat kali dengan rentang 4 jam
sekali, dimulai dari jam 07.00, 11.00, 15.00, dan 19.00 WIB. Pemeliharaan kualitas air dilakukan
dengan penyiponan setiap hari sebesar 10% dari volume air. Dua kali seminggu dengan penyiponan
sebesar 70% dari volume air yang digunakan.

Pengelolaan Media dan Pemeliharaan Hewan Uji


Pengukuran parameter pertumbuhan dilakukan untuk mendapat data panjang, bobot, dan
biomassa ikan pada masing-masing perlakuan. Pengamatan pertumbuhan ini dilakukan pada awal
penelitian sebelum dimasukkan ke dalam akuarium pada masing-masing perlakuan dan dilakukan pada
akhir penelitian. Pengamatan ketahanan hidup udang dan pencatatan panjang bobot udang yang
mengalami kematian dilakukan setiap hari.

Parameter yang Diamati

Sintasan (Survival Rate)

Sintasan atau survival rate (SR) udang vaname dianalisis dengan rumus sebagai berikut :

Nt
SR = × 100
N0
Keterangan :
SR = Sintasan (%)
Nt = Jumlah udang di akhir percobaan (ekor)
N0 = Jumlah udang di awal percobaan (ekor)

Faktor Kondisi

Faktor kondisi merupakan suatu keadaan kemontokan ikan yang dinyatakan dalam angka-angka
berdasarkan perhitungan dari panjang berat udang vaname (Maghfiroh et al.2019). Faktor kondisi
menggunakan persamaan (Effendi 2000) sebagai berikut :
100W
FK =
L3

Keterangan :
FK = Faktor kondisi
W = Bobot udang (g)
L = Panjang udang (cm)
Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik atau specific growth rate udang vaname dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut (Zenneveld et al. 1991):

Ln W t-Ln W o
LPS = × 100
t

Keterangan :
LPS = Laju pertumbuhan spesifik
W t = Bobot rata-rata ikan diakhir percobaan (gr)
W o = Bobot rata-rata ikan diawal percobaan (gr)
t = Lama periode percobaan (hari)

Rasio Konversi Pakan

Rasio konversi pakan atau feed conversion ratio pada udang vaname dihitung menggunakan
tumus sebagai berikut (Effendie 1997) :

F
RKP =
(Bt+D)-Bo

Keterangan :
RKP = Rasio konversi pakan
F = Jumlah pakan yang dikonsumsi selama pemeliharaan (gr)
Bt = Biomassa akhir (gr)
Bo = Biomassa awal (gr)
D = Bobot udang yang mati selama pemeliharaan (gr)

Efesiensi Pemanfaatan Pakan

Nilai efisiensi pemanfaatan pakan dapat dihitung menggunakan rumus Tacon (1987) sebagai
berikut :

EPP = (Wt + D) – W0)


F

Keterangan :
EPP = Efisiensi pemanfaatan pakan (%)
W0 = Bobot udang pada awal pemeliharaan (gr)
Wt = Bobot udang pada akhir pemeliharaan (gr)
F = Jumlah pakan ikan yang diberikan selama pemeliharaan (gr)
D = Bobot udang yang mati selama pemeliharaan (gr)

Limbah Organik

Limbah organik pada kegiatan pemeliharaan dan pembesaran udang merupakan hasil sisa pakan
yang terakumulasi didasar perairan dan meningkatkan sedimentasi (Zai et al. 2023).

40
Limbah Organik = FCR ×
100
Keterangan :
100 = Total Pakan (%)
40 = Pakan yang tidak termakan (%)
FCR = Feed conversion rate (%)
Persentase Penurunan Limbah Organik

Perhitungan persentase penurunan limbah organik menggunakan data jumlah pakan yang
dikonsumsi untuk memperoleh 1 kg daging udang (data FCR) dari nilai kecernaan bahan kering pakan
berdasarkan literatur.

Lk-L
% Penurunan limbah organik (feses) = × 100
1000

Keterangan :
Lk = Limbah Kontrol (gr)
L = Limbah perlakuan (gr)

Glukosa

Parameter fisiologi udang dilakukan dengan mengambil kadar glukosa pada darah udang yang
dilakukan pada awal dan akhir penelitian yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen
Budidaya Perairan, IPB. Kadar glukosa cairan tubuh udang diukur sebelum proses adaptasi dan hari ke-5
setelah sebelumnya dipuasakan selama 1 hari setelah akhir masa adaptasi. Pengukuran glukosa cairan
tubuh benur udang vaname dilakukan dengan metode whole body melalui penggerusan. Hasil gerusan
ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung eppendorf yang telah dilapisi EDTA. Tabung eppendorf
disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 10000 g. Cairan tubuh diambil dari bagian supernatant
menggunakan spuit suntik dan ditempatkan di tabung eppendorf kosong yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Metode pengukuran kadar cairan tubuh udang menggunakan kit GOD-PAP dengan bantuan
pembacaan spektrofometer.

Jumlah Hemosit (THC/Total Haemocyte Count)

Penghitungan jumlah hemosit dilakukan menggunakan haemocytometer dengan rumus (Liu dan
Chen 2004) sebagai berikut:

1
𝑇𝐻𝐶 = 𝑅𝑎𝑡𝑎 – 𝑟𝑎𝑡𝑎 ∑𝑆𝑒𝑙 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 × × 100 × 𝐹𝑝 × 100
Volume kotak besar

Parameter Kimia Tubuh

Komposisi kimia daging udang vaname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931) diukur dengan
analisis proksimat. Komposisi kimia udang dilakukan dengan analisis proksimat untuk mengetahui
kandungan nilai nutrien secara kasar (crude) yang meliputi kadar air, protein, lemak, dan abu yang
terdapat dalam bahan. Sampel udang yang digunakan adalah udang vaname yang dipelihara selama satu
siklus pemeliharaan (Verdian et al. 2020). Proksimat merupakan suatu metode analisa kimia yang
digunakan untuk mengetahui kandungan nutrisi di antaranya karbohidrat, protein, lemak, dan serat
(Artama 2001). Pengukuran komposisi kimia dapat menggunakan metode AOAC 2005 di Laboratorium
Jasa Pengujian dan Sertifikasi (Lab Terpadu) IPB, Gedung Pascasarjana, Kampus IPB Baranangsiang
wing Kimia Lt. Dasar, Jl. Pajajaran Bogor 16129.
Pada awal percobaan pengamatan komposisi kimia tubuh udang, sebanyak lima ekor udang
diambil secara acak untuk analisis awal komposisi tubuh. Pada akhir penelitian (hari ke-30
pemeliharaan), lima ekor udang diambil. secara acak dari setiap akuarium untuk analisis komposisi
tubuh. Kadar air, protein kasar, lemak kasar dari pakan uji, dan tubuh ikan diukur dengan metode
standar. Kadar air diukur melalui pengeringan dalam oven pada 105℃ selama 24 jam, protein kasar
dianalisis dengan metode Kjeldah, lemak kasar dianalisis dengan metode ekstraksi ether melalui sistem
Soxhlet. Analisis kadar abu dilakukan dengan pengabuan pada suhu 550℃ selama 24 jam dalam muffle
furnace.

Analisis Data
Analisis data pada parameter uji dilakukan menggunakan Microsoft Excel versi 2013 dan Rstudio
versi 4.0.2. Analisis parameter SR, FK, LPS, RKP, dan EP serta kualitas air dilakukan dengan
menggunakan uji ANOVA. Analisis ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% dilakukan untuk
menentukan beda nyata perlakuan pada setiap parameter. Setelah dilakukan analisis, hasil tersebut diuji
lebih lanjut menggunakan uji Duncan.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto E, Liviawaty E. 2005. Pakan Ikan. Yogyakarta (ID) : Kanisius.


Agustono H, Setyono T, Nurhajati M, Lamid MA, Al-Arief WP, Lokapinasari. 2011. Praktikum
Teknologi Pakan Ikan. Surabaya (ID) : Universitas Airlangga.
Akbarurrasyid M, Prajayanti VTF, Nurkamalia I, Astiyani WP, Gunawan BI. 2022. Hubungan kualitas
air dengan struktur komunitas plankton tambak udang vannamei. Jurnal Penelitian Sains.
24(2):90-98.
Alifatri LO, Hariyadi S, Susanto HA. 2017. Analisis daya dukung lahan untuk pengembangan budidaya
kerapu di perairan tambak Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. 22(1): 52-66.
Amrina, Wa Ode Rahmiathi, Wa Iba dan Abdul Rahman. 2013. Pemberian silase ikan gabus pada
pakan buatan bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang vaname (Litopenaeus vannamei)
pada stadia larva post larva. Jurnal Mina Laut Indonesia. Kendari: Universitas Haluoleo
Andrade T, Afonso A, Peres-Jimenez A, Oliva-Teles A, de Las Heras V, Mancera M, Serradeiro R,
Costas B. 2015. Evaluation of different stocking densities in a Senengalese sole (Solea
senegalensis) farm: Imlicationa for growth, humoral immune parameters and oxidative status.
Aquaculture. 438:6-11.
Anas P, Sudinno D, Jubaedah I. 2015. Daya dukung perairan untuk budidaya udang vanname sistim
semi intensif dalam pemanfaatan wilayah pesisir Kabupaten Pemalang. J. Penyul. Perikan. Dan
Kelaut. 9(2): 29–46.
AOAC [Association of Official Analitycal Chemist]. 2005. Official methods of analysis of the
Association of Analytical Chemist. Arlington, Virginia, USA: Published by Association of Official
Analytical Chemist, Inc.
Arini E. 2011. Pemberian kapur (CaCO3) untuk perbaikan kualitas tanah tambak dan pertumbuhan
rumput laut Gracillaria sp. Jurnal Saintek Perikanan. 6(2): 23-30.
Boangmanalu R, Wahyuni TH, Umar S. 2016. Kecernaan bahan kering, bahan organik, dan protein
kasar ransum yang mengandung tepung limbah ikan gabus pasir (Butis amboinensis) sebagai
substitusi tepung ikan pada broiler. Jurnal Peternakan Integratif. 4(3):329-340.
Cholik F, Jagatraya AG, Poernomo RP, Jauzi A. 2005. Akuakultur : Tumpuan Harapan Masa Depan
Bangsa. Kerjasama Masyarakat Perikanan Nusantara dengan Taman Akuarium Air Tawar
TMILPT. Victoria Kreasi Mandiri. vannamei reared in tanks or in ponds.Aquaculture.235: 513–
551.
Cuzon G, Lawrence A, Gaxiol G, Rosa C, Guillaume J. 2004. Nutrition of Litopenaeus vannamei reared
in tanks or in ponds. Aquaculture. 235:513- 551.
Davis, D.A., A.L. Lawrence, and D. Gatlin. 1992. Mineral requirements of Penaeus vannamei: a
preliminary examination of the dietary essentiality for thirteen minerals. J.World Aquaculture
Society. 23:84.
Davis, D.A., A. Lawrence, and D. Gatlin III. 1993. Response of Penaeus vannamei to dietary calcium,
phosphorus, and calcium: phosphorus ratio. J. World Aquaculture Society.24:504-515.
Davis, D.A., I.P. Saoud, W.J. McGraw, and D.B. Rouse. 2002. Considerations for Litopenaeus
vannamei reared in inland low salinity waters. In: CruzSuárez et al. (eds.). Avances en
Nutrición Acuícola VI. Memorias del VI Simposium Internacional de Nutrición Acuícola. 3 al 6
de Septiembre del 2002. Cancún Quintana Roo. México. 73-90pp.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta (ID) : Kanisius.
Elfidiah. 2016. Studi kasus optimalisasi tambak udang dari pencemaran amoniak (NH3) dengan
metode bioremediasi. Distilasi. 1(1): 57-61.
Fitasari E, Reo K, Niswi N. 2016. Penggunaan kadar protein berbeda pada ayam kampung terhadap
penampilan produksi dan kecernaan protein. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 26(2):73-83.
Garno YS. 2004. Pengembangan budidaya udang dan potensi pencemarannya pada perairan pesisir.
Badan Penerapan Pengkajian dan Teknologi. 5(3):187-192.
Hardi, Esti H, Sukenda, Enang H, Angela ML. 2011. Karakteristik dan patogenitas Streptococcus
agalactiae tipe β-hemolitik dan non-hemolitik pada ikan nila. Jurnal Veteriner. 12(2): 152-164.
Hartinah, Sennung LPL, Hamal R. 2014. Performa jumlah dan diferensiasi sel hemosit juvenil udang
windu (Penaeus monodon Fab.) pada pemeliharaan kematian mendadak pada tambak intensif yang
kemungkinan besar disebabkan terjadi stress pada udang windu. Jurnal Bionature, 15(2), 104–110.
Heptarina D. 2010. Pengaruh pemberian pakan dengan kadar protein berbeda terhadap pertumbuhan
yuwana udang putih Litopenaeus vanamei. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Balai
Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Herlina, Burhanuddin, Malik A, Murni, Saleh S. 2023. Pengaruh oksigen terlarut terhadap laju
mineralisasi ammonia, nitrit, nitrat, dan fosfat pada budidaya udang vannamei (Litopenaeus
vannamei). Jurnal Ruaya. 11(1):80-85.
Hermawan O, Satyantini WH, Prayogo. 2016. Efek penambahan kitosan terhadap perubahan jumlah
total hemosit dan daya tahan terhadap stress salinitas pada udang vaname (Litopenaeus vannamei).
Journal of Aquaculture and Fish Health. 5(3):100-107.
Hernandez MR, Buckle LFR, Palacios E, Baron BS. 2006. Preferential behavior of white shrimp
Litopenaeus vannamei (Boone, 1931) by progressive temperature salinity simultaneous
interaction. Journal of Thermal Biology. 31: 565-572.
Hidayat R. 2017. Efisiensi pemanfaatan pakan dan pertumbuhan udang windu (Penaeus monodon) pada
media bioflok dengan C/N ratio berbeda. Jurnal Sains Teknologi Akuakultur. 1(1):11-20.
Hill AD, Taylor AC, Strang RHC. 1991. Physiological and metabolic responses of the shore crab
Carcinus maenans (L) during environmental anoxia and subsequent recovery. J. Exp. Mar. Biol.
Ecol. 150 : 31-50.
Isman H, Rupiwardani I, Sari D. 2022. Gambaran pencemaran limbah cair industri tambak udang
terhadap kualitas air laut di pesisir Pantai Lombeng. Jurnal Pendidikan dan Konseling. 4(5): 3531-
3541.
Kale A, Bandela N, Kulkarni J, Raut K. 2020. Factor analysis and spatial distribution of water quality
parameters of Aurangabad District, India. Groundwater for Sustainable Develompment. 10.
https://doi.org/10.1016/j.gsd.2020.100345
Kilawati Y, Maimunah Y. 2015. Kualitas lingkungan tambak intensif udang vannamei (Litopenaeus
vannamei) dalam kaitannya dengan prevalansi penyakit WSSV. Research Journal of Life Science.
2(1):1-5.
Khasani I. 2013. Atraktan pada pakan ikan : jenis, fungsi, dan respons ikan. Media Akuakultur.
8(2):127-133.
Komarawidjaja W. 2006. Pengaruh perbedaan dosis oksigen terlarut (DO) pada degradasi amonium
kolam kajian budidaya udang. Jurnal Hidrosfir.1(1):32-37.
Kureshy, N. and D.A Davis. 2002. Protein requirement for maintenance and maximum weight gain for
the Pacific white shrimp, Litopenaeus vannamei. Aquaculture.204:125-143.
Kuswardani Y. 2006. Pengaruh pemberian resin lebah terhadap gambaran darah maskoki (Carassius
auratus) yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophilla [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Lowe CJ, Davison W. 2005. Plasma osmolarity, glucose concentration and erythrocyte responses of two
Antartic nototheniid fishes to acute and chronic thermal change. Journal of Fish Biology. 67:752-
766.
Maulina I, Handaka AA, Riyantini I. 2012. Analisis prospek budidaya tambak udang di Kabupaten
Garut. Jurnal Akuatika. 3(1):49-62.
Maghfiroh A, Anggoro S, Purnomo PW. 2019. Pola osmoregulasi dan faktor kondisi udang vaname
(Litopenaeus vannamei) yang dikultivasi di Tambak Intensif Mojo Ulujami Pemalang. Journal of
Maquares. 8(3):177-184.
Mulyanto. 1992. Lingkungan Hidup untuk Ikan. Jakarta (ID) : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Murjani A. 2011. Budidaya beberapa varietas ikan sepat rawa (Tricogaster trichopterus Pall) dengan
pemberian pakan komersial. 1(2).
Muqsith A, Ariadi H, Wafi A. 2021. Analisis kelayakan finansial dan tingkat sensitivitas usaha pada
budidaya intensif udang vaname (Litopenaeus vannamei). Journal of Economic and of Fisheries
and Marine. 8(2):268- 279.
Muzahar. 2020. Teknologi dan Manajemen Budidaya Udang. Tanjungpinang (ID) : Umrah Press.
Nisa, Khoirun, Marsi, Fitriani M. 2013. Pengaruh pH media air rawa terhadapkelangsungan hidup dan
pertumbuhan benih ikan gabus (Channa striata). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 1(1) : 57-65.
Nuhman, 2009. Pengaruh prosentase pemberian pakan terhadap kelangsungan hidup dan laju
pertumbuhan udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.
1(2):193-197.
Pangaribuan E, Sasanti AD, Amin M. 2017. Efisiensi pakan, pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan
respon imun ikan patin (Pangasius sp.) yang diberi pakan bersinbiotik. Jurnal Akuakultur Rawa
Indonesia. 5(2):140-154.
Pantjara B, Nawang A, Usman, Rachmansyah. 2012. Pemanfaatan bioflok pada budidaya udang
vaname (Litopenaeus vanname) intensif. Jurnal Riset Akuakultur. 7(1):61-72.
Pratama A, Wardiyanto, Supono. 2017. Studi performa udang vaname (Litopenaeus vannamei) yang
dipelihara dengan sistem semi intensif pada kondisi air tambak dengan kelimpahan plankton yang
berbeda pada saat penebaran. Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 6(1):643-652.
Pratiwi RK, Arfiati D. 2021. Upaya penurunan bahan organic air sisa budidaya udang vaname
(Litopenaeus vannamei) dengan konsorsium bakteri dan kepadatan Chlorella sp. yang berbeda.
Jurnal Pengabdian Perikanan Indonesia. 1(3): 188-195.
Prihadi TH, Saputra A, Huwoyon GH, Pantjara B. 2017. Pengaruh kepadatan terhadap sintasan,
pertumbuhan, dan gambaran darah benih ikan betutu Oxyeleotris marmorata. Jurnal Riset
Akuakultur. 12(4):341-350.
Rafiqie M. 2021. Analisis kualitas air budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak
rakyat kontruksi dinding semen dan dasar tambak semen di Pantai Konang, Kecamatan Panggul
Kabupaten Trenggalek.Samakia. Jurnal Ilmu Perikanan. 12(1):80-85.
Ridwan M, Fathoni R, Fatihah I, Pangestu DA. 2016. Stuktur komunitas makrozoobenthos di empat
muara sungai Cagar Alam Pulau Dua, Serang, Banten. Al-Kauniyah Jurnal Biologi. 9(1).
Royan F, Rejeki S, Haditomo AHC. 2014. Pengaruh salinitas yang berbeda terhadap profil darah ikan
nila (Oreochromis niloticus). Journal of Aquaculture Management and Technology. 3(2):109-117.
Scabra AR, Hermawan D, Haryadi. 2022. Feeding different types of feed on Vannamei Shrimp
(Litopenaeus Vannamei) maintaining with low salinity media. Jurnal Media Akuakultur Indonesia.
2(1):31-45.
Soetomo M. 1990. Teknik Budidaya Udang Windu. Bandung (ID) : Sinar Baru.
Soesono. 1989. Limnology. Bogor (ID) : Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian.
Sitorus H, Widigdo B, Lay BW. 2005. Estimasi daya dukung lingkungan pesisir untuk pengembangan
areal tambak berdasarkan laju biodegradasi limbah tambak di perairan pesisir Kabupaten Serang.
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 12(2): 97-105.
Supriatna, Mahmudi M, Musa M, Kusriani. 2020. Hubungan pH dengan parameter kualitas air pada
tambak instensif udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Journal of Fisheries and Marine
Research. 4(3):368-374.
Suwoyo, Suryanto H, Mangampa M. 2010. Aplikasi probiotik dengan konsentrasi berbeda pada
pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei). Prosiding Forum Inovasi Teknologi
Akuakultur. Sulawesi Selatan.
Syah R, Makmur M, Fahrur M. 2017. Budidaya udang vaname dengan padat penebaran tinggi. Jurnal
Ilmiah Kelautan dan Perikanan. 12(1):19-26.
Tahe S, Suwoyo S. 2011. Pertumbuhan dan sintasan udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan
kombinasi pakan berbeda dalam wadah terkontrol. Jurnal Riset Akuakultur. 6(1):31-40.
Tenriulo A, Parenrengi A, Tampangallo R. 2014. Respons imun udang windu, Penaeus monodon yang
membawa marker DNA tahan penyakit setelah dipapar bakteri patogen Vibrio harveyi. In Forum
Inovasi Teknologi Akualtur. pp. 991–999.
Ulumiah M, Lamid M, Soepranianondo K. 2020. Manajemen pakan dan analisis usaha budidaya
udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada lokasi yang berbeda di Kabupaten Bangkalan dan
Kabupaten Sidoarjo. Journal of Aquaculture and Fish Health. 9(2):95.
Verdian AH, Witoko P, Aziz R. 2020. Komposisi kimia daging udang vaname dan udang windu dengan
sistem budidaya keramba jarring apung. Jurnal Polinela. 20(1):1-4.
Wedemeyer GA. Barton BB. McLeay DJ. 1990. Stress and acclimation. In C.B. Schreck and P.B.
Moyle (Eds). Methods for Fish Biology. Bethesda MD: American Fisheries Society.
Wulandari A. 2020. Estimasi beban limbah nutrient terhadap daya dukung lingkungan untuk budidaya
udang vannamei (Litopenaeus vannamei) semi intensif di Desa Banjar Kemuning. [Skripsi].
Surabaya (ID): Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
Wulandari, E. (2015). Hubungan Pengelolaan Kualitas Air Dengan Kandungan Bahan Organik, NO2
dan NH3 Pada Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di Desa Keburuhan
Purworejo. Journal of Maquares Management of Aquaculture. 4(3):42-48.
Zaidy AB, Hadie W. 2009. Pengaruh penambahan kalsium pada media terhadap siklus molting dan
pertumbuhan biomassa udang galah, Macrobrachium rosenbergii (de Man). Jurnal Riset
Akuakultur. 4(2):179-189.

Anda mungkin juga menyukai