Disetujui oleh
Pembimbing 1:
Prof. Dr.Ir. Ridwan Affandi, DEA
Pembimbing 2:
Prof. Dr. Ir. Niken Tunjung Murti Pratiwi, M.Si
Diketahui oleh
Latar Belakang
Udang adalah salah satu komoditas yang dapat meningkatkan devisa negara dari sektor
non-migas. Udang menjadi komoditas yang digemari oleh konsumen di negara maju karena
mempunyai rasa yang gurih dan kandungan gizi yang tinggi. Udang mempunyai banyak jenis
baik itu udang yang hidup di perairan tawar atau yang hidup di perairan laut (Manijo 2021).
Salah satu jenis udang yang banyak digemari dan dibudidayakan adalah udang vaname
(Litopenaeus vannamei). Udang vaname adalah salah satu komoditas akuakultur yang
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Udang vaname juga menjadi komoditas ekspor di
Indonesia yang mengalami peningkatan dan mempunyai prospek yang baik secara ekonomi.
Menurut data BPS (2018) nilai ekspor udang budidaya di Indonesia pada periode Januari-
Agustus 2018 mengalami peningkatan sebesar 71,16% dibanding pada periode Januari-Agustus
tahun 2016 yakni sebesar 13,25 juta dollar. Selain itu, keunggulan dari budidaya udang vaname
adalah mempunyai kebutuhan protein pada pakan yang relatif tidak terlalu tinggi, pertumbuhan
yang relatif cepat, toleran terhadap suhu air, dan oksigen terlarut yang relatif rendah (Cholik et
al. 2005).
Udang vaname (Litopeaneus vannamei) merupakan salah satu komoditas akuakultur yang
memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Adanya peningkatan produksi budidaya udang vaname
harus oleh adanya ketersediaan pakan yang berkualitas, mudah didapat, dan harga yang
terjangkau. Pakan yang digunakan di tambak salah satunya adalah pakan jenis NOVO yang
mempunyai kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Pakan NOVO yang
digunakan diduga mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kandungan proteinnya. Pakan komersil biasanya meningkatkan kandungan karbohidrat sebagai
strategi dalam meminimalkan penggunaan protein pada pakan. Hal tersebut dilakukan karena
tingginya harga pakan yang mengandung protein yang tinggi. Menurut Shiau et al. (1991)
udang mempunyai kemampuan yang terbatas dalam memanfaatkan karbohidrat dan tidak dapat
beradaptasi pada karbohidrat dalam level yang tinggi. Adanya pernyataan tersebut
membuktikan bahwa kebutuhan protein pada pakan sangat diperlukan karena dapat
mempercepat pertumbuhan udang vanname, memperbaiki, dan memelihara fungsi-fungsi rutin
tubuh udang (Cuzon et al. 2015). Oleh karena itu, pakan yang diberikan diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh udang vaname dengan metode
penambahan feed additive pada pakan.
Pemberian pakan yang sesuai dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan udang
vaname secara optimal sehingga produktivitasnya dapat ditingkatkan. Upaya peningkatan
produktivitas tersebut dapat dilakukan dengan penerapan efisiensi penggunaan pakan.
Penggunaan pakan yang efisien dapat menekan biaya dan dapat meningkatkan efisiensi
produksi, sehingga diperlukan suatu sistem yang dapat membuat pakan termanfaatkan optimal
oleh udang (Ulumiah et al. 2020). Ketersediaan pakan yang tepat baik secara kualitas dan
kuantitas menjadi syarat mutlak untuk mendukung pertumbuhan udang vaname. Pemberian
pakan dalam jumlah yang berlebihan dapat meningkatkan biaya produksi dan menyebabkan
peningkatan sisa pakan yang dapat berakibat pada penurunan kualitas air yang berpengaruh
terhadap sintasan dan pertumbuhan udang (Wyban dan Sweeny 1991). Penurunan kualitas air
akibat adanya sisa pakan dapat mempengaruhi kondisi fisiologis udang dan turunnya nafsu
makan pada udang. Kondisi fisiologis udang yang terjadi akibat perubahan lingkungan adalah
udang akan mengalami stress sehingga mudah terkena serangan penyakit (Hermawan et al.
2016).
Efisiensi penggunaan pakan adalah salah satu upaya untuk mengurangi biaya pakan agar
tetap efisien namun tidak mengurangi laju pertumbuhan. Kandungan nutrien lemak, protein,
karbohidrat, dan lainnya perlu disesuaikan dengan nutrien udang sehingga dapat mencapai
pertumbuhan dan sintasan yang optimum sehingga pakan yang terbuang seminimum mungkin
(Tahe dan Suwoyo 2011). Salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi pakan dengan tetap
memperhatikan pertumbuhan udang adalah dengan menambahkan bahan aditif pada pakan.
Penambahan feed additives dapat meningkatkan pertumbuhan udang dan efisiensi pakan
sehingga dapat mengurangi biaya produksi dan menurunkan limbah organik yang berpotensi
mencemari lingkungan perairan (Soetomo 1990).
Feed additive adalah suatu bahan yang ditambahkan pada pakan dengan jumlah yang
relatif sedikit untuk mencapai tujuan tertentu (Agustono et al. 2011). Adanya feed additive
diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pakan dan mengurangi dampak lingkungan yang
terjadi sehingga tetap menjaga kondisi fisiologis udang serta meningkatkan pertumbuhan udang.
Kondisi fisiologis udang terlihat dari kadar gula darah yang ditimbulkan saat udang mengalami
penurunan nafsu makan dan stress. Kadar glukosa digunakan untuk merespon dan beradaptasi
pada stres atau mengalihkan peran energi yang seharusnya digunakan untuk proses metabolisme
menjadi proses pengaktifan sistem fisiologis untuk menghadapi stres (Andrade et al. 2015).
Feed additive yang ditambahkan pada pakan dalam penelitian ini adalah produk inovasi
Aquapro-IPB Boost yang dapat meningkatkan nafsu makan, pertumbuhan udang vaname, dan
pemanfaatan pakan secara optimal. Penelitian terkait efektifitas produk Aquapro-IPB Boost
terhadap udang vaname yang diaplikasikan pada skala lapangan belum ada sebelumnya
sehingga perlu dilakukan kajian lebih lanjut sebagai upaya untuk meningkatkan nilai retensi
nutrien dalam tubuh udang, pertumbuhan, melihat respon fisiologis, dan meningkatkan efisiensi
pakan yang dapat mengurangi beban limbah. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat
mengkaji beberapa indikator berupa pengaruh produk terhadap kondisi fisiologis, komposisi
tubuh udang, pertumbuhan, dan efisiensi pakan udang vaname yang dipelihara dalam skala
laboratorium.
Perumusan Masalah
Udang vaname merupakan komoditas unggulan dalam sektor akuakultur yang memerlukan
perhatian dalam upaya peningkatan produktivitasnya. Jumlah pakan yang dikonsumsi akan
mempengaruhi penggunaan energi pada udang. Energi tersebut diperoleh dari perombakan ikatan kimia
melalui proses reaksi oksidasi terhadap komponen pakan seperti protein, lemak, dan karbohidrat yang
diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana yaitu asam amino, asam lemak, dan glukosa sehingga
dapat diserap oleh tubuh untuk digunakan (Afrianto dan Liviawaty 2005). Pakan merupakan komponen
biaya produksi yang paling besar dalam budidaya udang sehingga penggunaannya secara optimal perlu
dilakukan. Penggunaan pakan yang efisien dapat menekan biaya dan dapat meningkatkan efisiensi
produksi, sehingga diperlukan suatu sistem yang dapat membuat pakan termanfaatkan secara optimal
oleh udang (Ulumiah et al. 2020).
Nutrien yang terdapat dalam pakan yaitu protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin yang dapat
dijadikan sebagai sumber energi dan reproduksi. Kekurangan pakan dapat menyebabkan pertumbuhan
udang menjadi lambat, ukuran tidak seragam, tubuh tampak keropos, dan kanibalisme. Selebihnya,
kelebihan pakan dapat memperburuk kualitas air, udang mudah stres, dan pertumbuhan udang menjadi
terlambat (Nuhman 2009). Oleh karena itu, dalam peningkatan produksi budidaya udang vaname
dibutuhkan ketersedian pakan yang berkualitas, mudah didapat, dan harga yang terjangkau.
Kegiatan budidaya udang vaname tidak hanya menghasilkan keuntungan, tetapi dapat
berdampak negatif jika tidak dikelola secara optimal. Permasalahannya adalah tidak semua pakan dapat
dikonsumsi oleh udang, sehingga ada sisa pakan yang terbuang yang dapat mengapung di air dan
mengendap pada dasar kolam. Sebagian besar pakan yang diberikan dimanfaatkan udang sebagai sumber
energi dan nutrien dalam proses pertumbuhan yang disimpan sebagai biomassa udang. Proses eksresi
udang mengeluarkan urin yang larut pada air tambak. Kemudian, sisa pakan yang tidak termakan melalui
proses sedimentasi dan mengendap pada dasar kolam. Kandungan terbesar dalam sisa pakan dan kotoran
udang adalah nitrogen (N) dan fosfor (P) yang dapat menyebabkan kualitas air menjadi buruk baik pada
air tambak maupun air limbah yang terbuang (Wulandari 2020). Permasalahan lain yang terjadi pada
pemberian pakan yang dilakukan petambak adalah tidak memperhatikan kandungan gizi pada pakan
sehingga tidak sesuai dengan standar kebutuhan nutrien udang. Pakan yang digunakan misalnya mie
kadaluarsa, roti kadaluarsa, atau biskuit kadaluarsa (Rahman et al. 2018). Pakan yang digunakan dalam
kegiatan budidaya udang vanname secara intensif adalah pakan komersil yang diduga masih mempunyai
nilai efisiensi pakan yang rendah (Pantjara et al. 2012).
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pakan adalah dengan menambahkan feed additive.
Adapun bahan aditif yang biasanya ditambahkan yaitu atraktan, antioksidan, immunostimulant, mineral
mikro, multivitamin, prebiotik, probiotik, bahan prekursor hormon, dan binder. Bahan tersebut dapat
berbentuk serbuk atau cair yang tergantung pada pakan yang ditambahkan. Berikut adalah skema
peranan feed additive pada pertumbuhan biota.
Peningkatan produksi udang vaname dapat didukung melalui ketersediaan pakan yang
berkualitas, mudah didapat, dan harga yang relatif terjangkau. Berdasarkan uraian tersebut, pokok
masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana pengaruh bahan aditif pada pakan udang vaname terhadap kondisi fisiologis,
komposisi nutrien daging, dan pertumbuhan udang vaname?
b. Apakah penambahan bahan aditif pada pakan udang vaname dapat meningkatkan efisiensi pakan
sehingga dapat mengurangi limbah organik yang masuk ke lingkungan ?
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi terkait pengaruh bahan
aditif pakan terhadap kualitas, nutrisi udang, pertumbuhan, dan efisiensi pakan udang vaname.
Pengaplikasian produk tersebut diharapkan dapat menjadi informasi mengenai efisiensi pakan yang
sesuai agar tidak mencemari lingkungan dan meningkatkan produktivitas udang vaname. Penelitian ini
dapat menjadi informasi dasar dalam merumuskan strategi pengelolaan dan pengembangan tambak
udang vaname yang tepat melalui penggunaan pakan yang efisien agar tidak mencemari lingkungan
perairan serta mampu meningkatkan kualitas udang vaname.
II. METODE
Penelitian dilaksanakan pada periode Mei hingga Juni 2023 selama 30 hari di Laboratorium
Fisiologi Hewan Air (FHA), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan terbagi menjadi
perlakuan dan ulangan. Perlakuan yang dilakukan terbagi menjadi tiga yaitu P1(Kontrol), P2, dan P3.
Setiap perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Perlakuan yang digunakan pada penelitian dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Akuarium yang diberi perlakuan penambahan feed additive
Perlakuan Komposisi
P1 (Kontrol) Pakan konvensional 100% + FA 0%
Persiapan Wadah
Wadah pemeliharaan menggunakan akuarium yang telah diatur dan dipasang dengan peralatan
pendukung berupa aerasi, filter akuarium, dan termometer minimum-maksimum. Akuarium yang
digunakan sebanyak 9 buah yang berukuran 30 × 30 × 40 cm3 dengan volume air sebesar 30 liter.
Komposisi Nutrien
Jenis Pakan Protein Lemak Karbohidrat Abu
(%) (%) (%) (%)
Pakan Konvensional 31,81 5,6 50,1 12,5
Pakan Komersial 44,4 7,7 33,5 14,4
Pakan Campuran 34,32 6,02 47,58 12,08
Sintasan atau survival rate (SR) udang vaname dianalisis dengan rumus sebagai berikut :
Nt
SR = × 100
N0
Keterangan :
SR = Sintasan (%)
Nt = Jumlah udang di akhir percobaan (ekor)
N0 = Jumlah udang di awal percobaan (ekor)
Faktor Kondisi
Faktor kondisi merupakan suatu keadaan kemontokan ikan yang dinyatakan dalam angka-angka
berdasarkan perhitungan dari panjang berat udang vaname (Maghfiroh et al.2019). Faktor kondisi
menggunakan persamaan (Effendi 2000) sebagai berikut :
100W
FK =
L3
Keterangan :
FK = Faktor kondisi
W = Bobot udang (g)
L = Panjang udang (cm)
Laju Pertumbuhan Spesifik
Laju pertumbuhan spesifik atau specific growth rate udang vaname dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut (Zenneveld et al. 1991):
Ln W t-Ln W o
LPS = × 100
t
Keterangan :
LPS = Laju pertumbuhan spesifik
W t = Bobot rata-rata ikan diakhir percobaan (gr)
W o = Bobot rata-rata ikan diawal percobaan (gr)
t = Lama periode percobaan (hari)
Rasio konversi pakan atau feed conversion ratio pada udang vaname dihitung menggunakan
tumus sebagai berikut (Effendie 1997) :
F
RKP =
(Bt+D)-Bo
Keterangan :
RKP = Rasio konversi pakan
F = Jumlah pakan yang dikonsumsi selama pemeliharaan (gr)
Bt = Biomassa akhir (gr)
Bo = Biomassa awal (gr)
D = Bobot udang yang mati selama pemeliharaan (gr)
Nilai efisiensi pemanfaatan pakan dapat dihitung menggunakan rumus Tacon (1987) sebagai
berikut :
Keterangan :
EPP = Efisiensi pemanfaatan pakan (%)
W0 = Bobot udang pada awal pemeliharaan (gr)
Wt = Bobot udang pada akhir pemeliharaan (gr)
F = Jumlah pakan ikan yang diberikan selama pemeliharaan (gr)
D = Bobot udang yang mati selama pemeliharaan (gr)
Limbah Organik
Limbah organik pada kegiatan pemeliharaan dan pembesaran udang merupakan hasil sisa pakan
yang terakumulasi didasar perairan dan meningkatkan sedimentasi (Zai et al. 2023).
40
Limbah Organik = FCR ×
100
Keterangan :
100 = Total Pakan (%)
40 = Pakan yang tidak termakan (%)
FCR = Feed conversion rate (%)
Persentase Penurunan Limbah Organik
Perhitungan persentase penurunan limbah organik menggunakan data jumlah pakan yang
dikonsumsi untuk memperoleh 1 kg daging udang (data FCR) dari nilai kecernaan bahan kering pakan
berdasarkan literatur.
Lk-L
% Penurunan limbah organik (feses) = × 100
1000
Keterangan :
Lk = Limbah Kontrol (gr)
L = Limbah perlakuan (gr)
Glukosa
Parameter fisiologi udang dilakukan dengan mengambil kadar glukosa pada darah udang yang
dilakukan pada awal dan akhir penelitian yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen
Budidaya Perairan, IPB. Kadar glukosa cairan tubuh udang diukur sebelum proses adaptasi dan hari ke-5
setelah sebelumnya dipuasakan selama 1 hari setelah akhir masa adaptasi. Pengukuran glukosa cairan
tubuh benur udang vaname dilakukan dengan metode whole body melalui penggerusan. Hasil gerusan
ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung eppendorf yang telah dilapisi EDTA. Tabung eppendorf
disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 10000 g. Cairan tubuh diambil dari bagian supernatant
menggunakan spuit suntik dan ditempatkan di tabung eppendorf kosong yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Metode pengukuran kadar cairan tubuh udang menggunakan kit GOD-PAP dengan bantuan
pembacaan spektrofometer.
Penghitungan jumlah hemosit dilakukan menggunakan haemocytometer dengan rumus (Liu dan
Chen 2004) sebagai berikut:
1
𝑇𝐻𝐶 = 𝑅𝑎𝑡𝑎 – 𝑟𝑎𝑡𝑎 ∑𝑆𝑒𝑙 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 × × 100 × 𝐹𝑝 × 100
Volume kotak besar
Komposisi kimia daging udang vaname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931) diukur dengan
analisis proksimat. Komposisi kimia udang dilakukan dengan analisis proksimat untuk mengetahui
kandungan nilai nutrien secara kasar (crude) yang meliputi kadar air, protein, lemak, dan abu yang
terdapat dalam bahan. Sampel udang yang digunakan adalah udang vaname yang dipelihara selama satu
siklus pemeliharaan (Verdian et al. 2020). Proksimat merupakan suatu metode analisa kimia yang
digunakan untuk mengetahui kandungan nutrisi di antaranya karbohidrat, protein, lemak, dan serat
(Artama 2001). Pengukuran komposisi kimia dapat menggunakan metode AOAC 2005 di Laboratorium
Jasa Pengujian dan Sertifikasi (Lab Terpadu) IPB, Gedung Pascasarjana, Kampus IPB Baranangsiang
wing Kimia Lt. Dasar, Jl. Pajajaran Bogor 16129.
Pada awal percobaan pengamatan komposisi kimia tubuh udang, sebanyak lima ekor udang
diambil secara acak untuk analisis awal komposisi tubuh. Pada akhir penelitian (hari ke-30
pemeliharaan), lima ekor udang diambil. secara acak dari setiap akuarium untuk analisis komposisi
tubuh. Kadar air, protein kasar, lemak kasar dari pakan uji, dan tubuh ikan diukur dengan metode
standar. Kadar air diukur melalui pengeringan dalam oven pada 105℃ selama 24 jam, protein kasar
dianalisis dengan metode Kjeldah, lemak kasar dianalisis dengan metode ekstraksi ether melalui sistem
Soxhlet. Analisis kadar abu dilakukan dengan pengabuan pada suhu 550℃ selama 24 jam dalam muffle
furnace.
Analisis Data
Analisis data pada parameter uji dilakukan menggunakan Microsoft Excel versi 2013 dan Rstudio
versi 4.0.2. Analisis parameter SR, FK, LPS, RKP, dan EP serta kualitas air dilakukan dengan
menggunakan uji ANOVA. Analisis ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% dilakukan untuk
menentukan beda nyata perlakuan pada setiap parameter. Setelah dilakukan analisis, hasil tersebut diuji
lebih lanjut menggunakan uji Duncan.
DAFTAR PUSTAKA