Cara sitasi: Haryati K, Suseno SH, Nurjanah. 2017. Minyak ikan sardin hasil sentrifugasi dan adsorben
untuk emulsi. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 20(1): 84-94.
Abstrak
Minyak ikan sardin hasil samping penepungan mengandung asam eikosapentanoat (EPA) dan asam
dokosaheksanoat (DHA) sehingga dapat dibuat emulsi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan emulsi
minyak ikan terbaik. Emulsi dibuat dengan cara mencampurkan fase minyak (lesitin 3% dan minyak) dan
fase air (carboxymethyl cellulose/CMC 2% dan sari buah). Emulsi disimpan hingga terjadi creaming lalu
diuji viskositas, pH, persen stabilitas dan lama pemisahannya. Minyak dipisahkan dari emulsi dan diuji
parameter oksidasi. Pengujian emulsi minyak ikan sardin terbaik yaitu emulsi minyak ikan refined tanpa
asam sitrat (RTS) dengan nilai viskositas (2470,31 cP), pH (5,64), persen stabilitas (56,14%) dan lama
pemisahan (14 hari). Parameter oksidasi primer dan sekunder minyak terbaik yaitu RTS dengan nilai FFA
(14,87 %), PV (14,43 meq/kg), AV (32,57 meq KOH/g), AnV (17,3 meq/kg), dan Totox (46,16 meq/kg).
Abstract
Sardine fish meal by-product contain eicosapentaenoic acid (EPA) and docosahexaenoic (DHA) and it
can be made as emulsion. The purpose of this study were to determine the best fish oil emulsion by mixing
the oil phase (lecithin 3% and oil) and water phase (carboxymethyl cellulose/CMC 2% and fruit juice) and
then stored until creaming, and the emulsion is analyzed their viscosity, pH, percent of stability and long
separation. Sardine oil is separated from the emulsion and tested oxidation parameters. The best emulsion
was fish oil emulsion after refined without citric acid (RTS) with viscosity (2470.31 cP), pH (5.64), percent of
stability (56.14%) and long separation (14 days). Primary and secondary oxidation parameters of RTS were
FFA (14.87%), PV (14.43 meq/kg), AV (32.57 meq KOH/g), AnV (17.3 meq/kg), and Totox (46.16 meq/kg).
setrifugasi untuk mengendapkan komponen (25% w/w) dan memiliki kestabilan baik
pengotor minyak. Passive process dilakukan selama 24 jam. Indayanti (2014) menggunakan
pada minyak kasar sentrifugasi (CS), dan emulsifier tragakan (1,5% w/w) dengan
minyak semi refined (SR). Passive process minyak biji jinten hitam (10% w/w) selama
dilakukan dengan tujuan memisahkan soap penyimpanan 21 hari tidak terjadi pemisahan.
stock, partikel padat dan pengotor lainnya Kestabilan emulsi menggunakan
menggunakan sentrifuse dan kertas saring. kombinasi kasein dan lesitin karena memiliki
Active process pada penelitian menggunakan nilai stabilitas fisik terbaik selama 14 hari
adsorben magnesol XL dengan konsentrasi (Garcia-Moreno et al. 2014). Horn et al. (2011)
5%. Active process dilakukan untuk minyak menyatakan penggunaan emulsifier berbasis
refined dengan asam sitrat (RS), dan minyak fosfolipid (lesitin kedelai dan fosfolipid susu)
refined tanpa asam sitrat (RTS). Active dan protein (isolat whey protein dan natriun
process (depth filter) dilakukan dengan tujuan kaseinat) dengan minyak 70% (w/w) selama
menghilangkan komponen pengotor yang penyimpanan 42 hari. Sarungallo et al. (2014)
masih terdapat pada minyak. Penggunaan menggunakan emulsifier carboxymethyl
adsorben baik sintetis maupun alami telah cellulose (CMC) (0,20%), Tween 80 (0,5%) dan
dilakukan oleh para peneliti diantaranya Tween 20 (0,5%) serta minyak buah merah
Ahmadi dan Moushollaeni (2007); dengan kestabilan 100% selama penyimpanan
Suseno et al. (2012); Suseno et al. (2013a); 30 hari pada suhu kamar. Tensiska et al.
Suseno et al. (2014a); Suseno et al. (2014b); (2007) menggunakan emulsifier gum arab
Aisyah et al. (2010). Minyak ikan hasil samping dan minyak virgin coconut oil (VCO) pada
penepungan masih memiliki komponen penyimpanan suhu ruang (3 hari) dan suhu
yang sangat berpotensi bagi kesehatan, salah refrigerator (7 hari). Penelitian yang dilakukan
satunya yaitu kandungan omega-3. kombinasi lesitin dengan protein dapat stabil
Kandungan omega-3 khususnya asam selama 14 hari sedangkan kombinasi CMC
lemak eikosapentanoat (EPA) dan asam dan Tween dapat bertahan selama 30 hari,
lemak dokosaheksanoat (DHA) pada minyak oleh sebab itu pada penelitian ini dicoba
ikan sardin hasil samping penepungan sangat penggunaan kombinasi emulsifier hidrokoloid
tinggi. Kandungan EPA untuk minyak ikan (CMC) dan lesitin.
sardin hasil samping penepungan sekitar Penelitian yang dilakukan menggunakan
15% sedangkan DHA berkisar 6-11% kombinasi emulsifier hidrokoloid (CMC) dan
(Suseno et al. 2013b; Suseno et al. 2014a). lesitin dengan tujuan dapat mempertahankan
Kandungan EPA dan DHA pada minyak stabilitas atau memiliki waktu penyimpanan
tersebut dapat dimanfaatkan dalam pembuatan yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk
kapsul dan emulsi. Kelemahan kapsul yaitu menentukan emulsi terbaik hasil proses
memiliki kestabilan yang kurang baik karena passive menggunakan sentrifugasi dari
terjadi reaksi antara cangkang kapsul dengan minyak kasar sentrifugasi (CS), dan minyak
zat aktif serta kelembaban cangkang kapsul. semi refined (SR) serta depth filter dari minyak
Kelemahan kapsul tersebut merupakan alasan refined dengan asam sitrat (RS), dan minyak
minyak ikan sardin dibuat emulsi. refined tanpa asam sitrat (RTS) berdasarkan
Emulsi merupakan ketidakstabilan parameter emulsi dan parameter oksidasinya.
suatu sistem, karena fase-fasenya
memiliki kecenderungan untuk memisah BAHAN DAN METODE
(Velikonja dan Kosaric 1993). Prinsip dasar Bahan dan Alat
kestabilan suatu emulsi adalah terjadinya Bahan utama yang digunakan yaitu
keseimbangan antara gaya tarik-menarik minyak ikan sardin kasar (crude) dari Bali,
dan gaya tolak menolak antar partikel emulsi alkohol 95%, larutan phenolphthalein (PP)
(Sarungallo et al. 2014). Penggunaan emulsifier (Merck), kalium hidroksida (KOH) (Merck),
dalam pembuatan emulsi telah dilakukan oleh asam asetat glasial (Merck), kloroform
Day et al. (2007) yang menggunakan natrium (Merck), kalium iodida (KI) (Merck), sodium
kaseinat (0,25% w/w) dengan minyak ikan tiosulfat (Na2S2O3) (Merck), pati (Merck),
Tabel 1 Parameter oksidasi emulsi yang dibuat dari berbagai minyak ikan sardin
IFOS
Parameter Jenis minyak
(2014)
oksidasi
C CS SR RS RTS
FFA (%) 44,33±1,04b 60,05±1,52c 15,5±0,16a 15,42±0,05a 14,87±0,73a 1,5
PV (meq/kg) 40,2±0,56d 36,25±1,77c 19,41±0,84b 17,75±0,35b 14,43±0,81a 5
AV (mg KOH/g) 97,08±2,28b 131,51±3,32c 33,95±0,36a 33,78±0,12a 32,57±1,59a 3
AnV (meq/kg) 23,6±3,63b 22,76±1,17ab 22,51±1,82ab 19,73±0,93ab 17,3±1,50a 20
Totox (meq/kg) 103,99±4,76d 95,26±2,37c 61,32±3,5b 55,23±1,64b 46,16±0,11a 26
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata
(p<0,05). Asam lemak bebas (FFA), bilangan peroksida (PV), bilangan asam (AV) nilai anisidin
(AnV) dan total oksidasi (Totox). Minyak kasar (C), kasar sentrifugasi (CS), semi refined (SR),
refined dengan asam sitrat (RS), dan refined tanpa asam sitrat (RTS). Ulangan dilakukan
sebanyak 2 kali
emulsi. Surbakti (2011) dan Handajani et al. tinggi pada bahan yang mengandung minyak
(2010) menyatakan bahwa kadar air dapat dapat disebabkan oleh panas atau udara,
meningkatkan kadar asam lemak bebas. karena asam lemak umumnya sangat reaktif
Kadar asam lemak bebas yang tinggi juga dengan adanya oksigen sehingga terjadi reaksi
disebabkan oleh adanya aktivitas enzim lipase antara minyak dengan oksigen (Murtiningrum
yang bertujuan memecah atau menghidrolisis et al. 2015; Prarudiyanto et al. 2015; Fachry
lemak/minyak netral (trigliserida), perlakuan et al. 2007). Bilangan peroksida yang rendah
panas dan proses fisik selama pengolahan mengindikasikan bahwa peroksida baru
atau penyimpanan (Djarkasi et al. 2007; terbentuk dibanding laju degradasi minyak
Fachry et al. 2007). Huang dan Sathivel lebih lanjut menjadi senyawa turunannya
(2010) juga menyatakan bahwa kandungan Raharjo (2008). Penyimpanan emulsi
berbagai mineral, protein, dan viskositas akan berbanding lurus dengan bilangan peroksida
mempengaruhi penghilangan asam lemak karena semakin lama penyimpanan emulsi
bebas. maka semakin tinggi bilangan peroksidanya
(Zuta et al. 2007).
Bilangan Peroksida (PV)
Peroksida adalah produk awal terjadinya Bilangan Asam (AV)
kerusakan akibat reaksi autooksidasi Bilangan asam merupakan indikator
baik karena faktor suhu maupun selama kandungan asam lemak bebas dalam minyak
penyimpanan, sedangkan bilangan peroksida dan sering dijadikan sebagai parameter
adalah nilai terpenting untuk menentukan pengukur kualitas minyak (Noriko et al.
derajat kerusakan minyak atau lemak (Aisyah 2012). Nilai bilangan asam pada Tabel 1 untuk
et al. 2010). Bilangan peroksida untuk jenis minyak semi refined (SR), refined dengan asam
minyak refined tanpa asam sitrat (RTS) berbeda sitrat (RS) dan refined tanpa asam sitrat (RTS)
nyata (p<0,05) dari jenis minyak lainnya yaitu tidak berbeda nyata (p>0,05) karena ketiga
14,43 meq/kg sedangkan bilangan peroksida minyak tersebut sudah dimurnikan. Nilai
terbesar yaitu jenis minyak C sebesar 40,20 bilangan asam terbesar dari hasil penelitian
meq/kg. Bilangan peroksida minyak RTS terdapat pada jenis minyak kasar sentrifugasi
belum memenuhi standar IFOS (5 meq/kg), (CS) sebesar 131,51 mg KOH/g dan terendah
hal ini disebabkan oleh kandungan air pada pada jenis minyak RTS yaitu 32,57 mg KOH/g
emulsi sehingga terjadi reaksi hidrolisis. namun masih tergolong tinggi karena belum
Arlene et al. (2010) menyatakan bahwa memenuhi standar IFOS (3 mg KOH/g).
kadar air pada suatu produk menyebabkan Bilangan asam meningkat disebabkan oleh
oksidasi minyak sehingga menghasilkan reaksi antara air dan CO2 serta penggunaan
peroksida yang tinggi. Bilangan peroksida yang sari buah. Kandungan air pada emulsi dapat
meningkatkan bilangan asam karena terjadi memenuhi standar IFOS (20 meq/kg). Emulsi
pembentukan asam (Mu’awanah et al. 2014). minyak RTS memiliki nilai anisidin terendah
Chasani et al. (2014) menyatakan karena telah dilakukan pemurnian sehingga
semakin banyak KOH yang digunakan meminimalkan komponen pengotor pada
untuk menetralkan asam lemak bebas dalam minyak. Tahapan bleaching menggunakan
minyak menunjukkan bahwa semakin besar magnesol XL dapat menyerap komponen
bilangan asam. Bilangan asam yang tinggi pengotor minyak karena tersusun atas
menunjukkan bahwa kualitas minyak tersebut senyawa silikat dengan gugus silanol
rendah (Panagan et al. 2011), hal ini terjadi (Srimiati et al. 2015; Tzvetkova dan Nickolov
karena tingginya pembentukan asam lemak 2012; Faccini et al. 2011).
bebas. Komposisi dan struktur kimia minyak
akan mengalami perubahan akibat perlakuan Total Oksidasi (Totox)
panas yang menyebabkan terjadinya Total oksidasi lemak menunjukkan
perubahan bilangan asam (Koezen et al. hasil pengukuran angka peroksida sebagai
2008; Andina 2014). Peningkatan bilangan produk primer dan angka anisidin sebagai
asam selain erat kaitannya dengan jenis asam produk sekunder secara bersamaan sehingga
lemak, juga berkaitan erat dengan kandungan diperoleh jumlah total produk oksidasi
air (Effendi et al. 2012). minyak yang dinyatakan sebagai nilai totoks.
Kemampuan suatu adsorben yang digunakan
Nilai Anisidin (AnV) sangat menentukan nilai total oksidasi yang
Nilai anisidin merupakan hasil diperoleh. Ukuran partikel adsorben yang
pengukuran produk sekunder dari digunakan dalam suatu percobaan semakin
oksidasi lemak dengan menentukan kecil, maka semakin luas daya adsorpsi
jumlah aldehid (terutama 2-alkenal dan sehingga penyerapannya lebih cepat dan
2,4-dienal) dalam lemak. Senyawa turunan efisien (Kara et al. 2007).
misalnya aldehid akan bereaksi dengan Nilai totox terbesar dari hasil penelitian
anisidin membentuk kromogen yang terdapat pada jenis minyak C sebesar
diukur pada panjang gelombang 350 nm 103,99±4,76 meq/kg dan terendah pada
(Pokorny et al. 2001). Nilai anisidin berkaitan jenis minyak RTS yaitu 46,16±0,11 meq/kg,
dengan kualitas minyak selama masa namun belum memenuhi standar IFOS (26
penyimpanan (Feryana et al. 2014). meq/kg). Nilai totox yang tinggi pada minyak
Nilai anisidin emulsi minyak refined tanpa C disebabkan oleh banyaknya komponen
asam sitrat (RTS) berbeda nyata (p>0,05) pengotor, diantaranya fosfatida, protein,
dengan emulsi minyak lainnya. Nilai anisidin karbohidrat, air, resin, logam berat, dan
terbesar dari hasil penelitian terdapat pada pigmen (Ketaren 2012). Minyak RTS memiliki
jenis minyak C sebesar 23,6 meq/kg. Nilai nilai totox yang tinggi dan tidak memenuhi
anisidin yang tinggi pada emulsi minyak C standar IFOS karena adanya kandungan air
disebabkan oleh masih terdapat pengotor pada dan oksigen pada sampel. Montesqrit dan
minyak (tidak murni). Suryani et al. (2016) Ovianti (2013) mengengemukakan bahwa
menyatakan bahwa komponen pengotor pada bilangan total oksidasi pada minyak ikan
minyak menyebabkan reaksi hidrolisis. Nilai berkisar antara 14,80-41,72 meq/kg. Bilangan
anisidin meningkat disebabkan oleh adanya oksidasi minyak/lemak akan meningkat
oksigen sehingga terjadi degradasi peroksida dengan cepat jika terpapar udara, suhu yang
menjadi senyawa dengan molekul lebih kecil meningkat juga dapat meningkatkan bilangan
yaitu aldehid. Peningkatan nilai anisidin total oksidasi; namun bilangan oksidasi
disebabkan karena tingginya kandungan akan menurun dengan penurunan suhu
asam lemak tidak jenuh sehingga mengalami (Ketaren 2012).
kerusakan oksidatif (Suseno dan Saraswati
2015; Suseno et al. 2013). Karakteristik Emulsi
Jenis minyak RTS memiliki nilai anisidin Karakteristik emulsi tipe minyak dalam
yang tergolong rendah (17,3 meq/kg) dan air dari penelitian meliputi pengukuran
Gambar 1 Viskositas emulsi minyak ikan: ( ) viskositas awal; ( ) viskositas akhir. Jenis minyak:
kasar (C), kasar sentrifugasi (CS), semi refined (SR), refined dengan asam sitrat (RS),
dan refined tanpa asam sitrat (RTS)
viskositas, pH, stabilitas emulsi (creaming) dan (Kailaku et al. 2012). Viskositas menurun
ukuran globula. Viskositas merupakan suatu selama penyimpanan karena terjadi
kekentalan medium pendispersi dari suatu penurunan kemampuan emulgator atau
sistem emulsi (Sutiah et al. 2008; Mujadin emulsifier untuk mempertahankan stabilitas
et al. 2014). Viskositas berkorelasi dengan emulsi atau kemungkinan disebabkan
pembentukan agregasi, viskositas suatu karena adanya aktivitas mikroorganisme.
emulsi semakin tinggi maka semakin baik Faktor kecepatan dan lama pengadukan juga
penghambatan agregasi atau penggabungan berperan dalam peningkatan homogenitas
kembali globula (Intan et al. 2012). dari suatu campuran emulsi (Khan 2013).
Hartayanie et al. (2014) menyatakan Viskositas emulsi dapat dilihat pada
bahwa nilai viskositas yang tinggi juga Gambar 1.
mengindikasikan baik tidaknya suatu emulsi. Nilai pH emulsi dapat dilihat pada
Penurunan viskositas menyebabkan Gambar 2. Mu’awanah et al. (2014)
terjadinya pergerakan globula dalam menyatakan bahwa penurunan pH disebabkan
medium pendispersi sehingga oleh penguraian lemak akibat hidrolisis,
kemungkinan terjadinya fusi sangat tinggi oksidasi karena oksigen, cahaya serta
Gambar 2 pH emulsi minyak ikan: ( ) viskositas awal; ( ) viskositas akhir. Jenis minyak: kasar (C),
kasar sentrifugasi (CS), semi refined (SR), refined dengan asam sitrat (RS), dan refined
tanpa asam sitrat (RTS)
Gambar 3 Persen stabilitas emulsi minyak ikan: ( ) viskositas awal; ( ) viskositas akhir. Jenis
minyak: kasar (C), kasar sentrifugasi (CS), semi refined (SR), refined dengan asam
sitrat (RS), dan refined tanpa asam sitrat (RTS)
Gambar 4 Lama pemisahan emulsi minyak ikan. Jenis minyak: kasar (C), kasar sentrifugasi (CS),
semi refined (SR), refined dengan asam sitrat (RS), dan refined tanpa asam sitrat (RTS)
(a) (b)
Gambar 5 Pengukuran globula emulsi minyak refined tanpa asam sitrat (RTS) (a) globula sebelum
pemisahan; (b) globula setelah pemisahan. menunjukkan ukuran globula emulsi
minyak ikan sardin
(Deviarny et al. 2012). Sebuah emulsi yang kamar; pengujian parameter oksidasi primer
pecah merupakan awal penurunan kestabilan dan sekunder minyak terbaik yaitu minyak
yang ditandai dengan terbentuknya 2 fase. refined tanpa asam sitrat (RTS) dengan FFA
Stabilitas emulsi dapat dilihat pada Gambar 3. (14,87%), PV (14,43 meq/kg), AV (32,57
Creaming merupakan pertumbuhan meq KOH/g), AnV (17,3 meq/kg), dan Totox
globula karena aktivitas gravitasi sehingga (46,16 meq/kg).
globula terpisah ketika disentuh. Stabilitas
emulsi yang lama terdapat pada emulsi minyak DAFTAR PUSTAKA
RTS dengan lama penyimpanan 14 hari, emulsi [AOCS] American Oil Chemists Society. 1998.
minyak RS dengan lama penyimpanan 9 hari, Official Methods and Recommended
emulsi minyak SR dengan lama penyimpanan Practices of the American Oil Chemists’
8 hari, emulsi minyak C dan CS dengan lama Society. 5th ed. Champaign: AOCS Press.
penyimpanan 6 hari. Lama penyimpanan Ahmadi K, Mushollaeni W. 2007. Aktivasi
dapat dilihat pada Gambar 4. zeolite alam untuk pemurnian minyak
Pengukuran diameter globula emulsi ikan dari hasil samping penepungan
menggunakan mikroskop Primo Star. Diameter ikan sardin (Sardinella longiceps). Jurnal
globula yang kecil akan meningkatkan Teknologi Hasil Pertanian. 8(2): 71-79.
luas permukaan, meningkatkan tahanan Aisyah S, Yulianti E. Fasya AG. 2010.
emulsi untuk mengalir serta meningkatkan Penurunan angka peroksida dan asam
viskositas. Contoh pengukuran globula dapat lemak bebas (FFA) pada proses bleaching
dilihat pada Gambar 5. minyak goreng bekas oleh karbon aktif
Penyimpanan yang semakin lama polong buah kelor (Moringa oliefera
menyebabkan peningkatan ukuran diameter Lamk.) dengan aktivasi NaCl. Alchemy.
yang disebabkan oleh menyatunya kembali 1(2): 53-103.
globula-globula minyak, beraglomerasi Andina L. 2014. Studi penggunaan
dan selanjutnya membentuk globula yang spektrofotometri inframerah dan
besar (koalesen). Konsentrasi globula yang kemometrika pada penentuan bilangan
berlebihan dapat mempengaruhi penyebaran asam dan bilangan iodium minyak goreng
cahaya (Fatimah et al. 2012; Jafari et al. 2008). curah. Media Farmasi. 11(2): 108-119.
Arlene A, Suharto I, Jessica NR. 2010. Pengaruh
KESIMPULAN temperatur dan ukuran biji terhadap
Emulsi minyak ikan sardin terbaik yaitu perolehan minyak kemiri pada ekstraksi
emulsi minyak refined tanpa asam sitrat biji kemiri dengan penekanan mekanis.
(RTS) dengan nilai parameter emulsi setelah Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
terjadi creaming meliputi viskositas (2470,31 “Kejuangan”: Pengembangan Teknologi
cP), pH (5,64), persen stabilitas (56,14%) Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya
dan lama pemisahan (14 hari) pada suhu Alam Indonesia. Yogyakarta.
β-karoren dan α-tokoferol emulsi buah Suseno SH, Nurjanah, Jacoeb AM, Saraswati.
merah (Pandanus conoideus). Agritech. 2014a. Purification of Sardinella sp., oil:
34(2): 177-183. centrifugation and bentonite adsorbent.
Srimiati M, Kusharto CM, Tanziha I, Suseno Advance Journal of Food Science and
SH. 2015. Effect of different bleaching Technology. 6(1): 60-67.
temperatures on the quality of refined Suseno SH, Tambunan JE, Ibrahim B, Izaki AF.
catfish (Clarias gariepinus) oil. Procedia 2014b. Improving the quality of sardine
Food Science. 3: 223-230. oil (Sardinella sp.) from Pekalongan-
Surbakti M. 2011. Penentuan kualitas dan Indonesia using centrifugation and
komposisi minyak hasil ekstraksi dari biji adsorbents (attapulgite, bentonite and
bunga matahari yang tumbuh di daerah zeolite). Advance Journal of Food Science
Pancurbatu Kabupaten Deliserdang. and Technology. 6(5): 622-628.
Agrium. 16(3): 124-130. Suseno SH, Saraswati. 2015. Teknologi
Suryani E, Susanto WH, Wijayanti N. 2016. Industri Minyak Ikan. Bogor: IPB Press.
Karakteristik fisik kimia minyak kacang Tensiska, Setiasih IS, Irawati D. 2007.
tanah (Arachis hypogaea) hasil pemucatan Deskripsi minuman emulsi VCO (Virgin
(kajian kombinasi adsorben dan waktu Coconut Oil) pada berbagai jumlah
proses). Jurnal Pangan and Agroindustri. penambahan air. Seminar Nasional PA
4(1): 120-126. PTI. Meningkatkan Daya Saing Produk
Suseno SH, Tajul AY, Nadiah WA. 2011. The Pangan Lokal melalui Ilmu dan Teknologi
use of passive filtration for optimization Untuk Menunjang Ketahanan Pangan
of magnesol XL function for improving Nasional 893-904.
the quality of Sardinella lemuru oil. Sutiah, Firdausi KS, Budi WS. 2008. Studi
International Research Journal of kualitas minyak goreng dengan parameter
Biochemistry and Bioinformatics. 1(15): viskositas dan indeks bias. Berkala Fisika.
103-113. 11(2):53-58.
Suseno SH, Tajul AY, Nadiah WA, Noor AF. Tzvetkova P, Nickolov R. 2012. Modified and
2012. Improved of color properties on unmodified silica gel used for heavy metal
Sardinella lemuru oil during adsorbent ions removal from aqueous solutions.
refining using magnesol XL. International Journal of University Chemical Technology
Food Research Journal. 19(4): 1383-1386. and Metallurgy. 47(5): 498-504.
Suseno SH, Nurjanah, Faradiba T. 2013a. Velikonja J, Kosaric N. 1993. Biosurfactant
Profil asam lemak dan kestabilan in Food Application. In Biosurfactant:
produk formulasi minyak ikan dan Production, Properties Applications Eds.
habbatussauda. Jurnal Pengolahan Hasil New York (US): Marcel Dekkar.
Perikanan Indonesia. 16(2): 142-149. Wathoni N, Soebagio B, Rusdiana T. 2007.
Suseno SH, Izaki AF, Suptijah P, Jacoeb AM, Efektivitas lesitin sebagai emulgator
Saraswati. 2013b. Kinetic study of free dalam sediaan emulsi minyak ikan.
fatty acid adsorption using adsorbent in Farmaka. 5(2): 22-31.
Sardine (Sardinella sp.) oil refining. Asian Zuta PC, Simpson BK, Zhao X, Leclerc.
Journal of Agriculture and Food Science. 2007. The effect of α-tochopherol on the
1(5): 287-293. oxidation of mackerel oil. Food Chemistry
100: 800-807.