Anda di halaman 1dari 11

JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1 Minyak Ikan Sardin Hasil Sentrifugasi dan Absorben, Haryati et al.

Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi

MINYAK IKAN SARDIN HASIL SENTRIFUGASI DAN ADSORBEN


UNTUK EMULSI

Sardine Fish Oil By Sentrifugation and Adsorbent for Emulsion

Kristina Haryati*, Sugeng Heri Suseno, Nurjanah


Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor,
Jalan Agatis, Kampus IPB Dramaga Bogor 16680. Telepon 0251-8622915, faks. 0251-8622916.
*Korespondensi: tinaharyati@yahoo.co.id
Diterima: 26 Januari 2017/ Disetujui: 20 April 2017

Cara sitasi: Haryati K, Suseno SH, Nurjanah. 2017. Minyak ikan sardin hasil sentrifugasi dan adsorben
untuk emulsi. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 20(1): 84-94.

Abstrak
Minyak ikan sardin hasil samping penepungan mengandung asam eikosapentanoat (EPA) dan asam
dokosaheksanoat (DHA) sehingga dapat dibuat emulsi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan emulsi
minyak ikan terbaik. Emulsi dibuat dengan cara mencampurkan fase minyak (lesitin 3% dan minyak) dan
fase air (carboxymethyl cellulose/CMC 2% dan sari buah). Emulsi disimpan hingga terjadi creaming lalu
diuji viskositas, pH, persen stabilitas dan lama pemisahannya. Minyak dipisahkan dari emulsi dan diuji
parameter oksidasi. Pengujian emulsi minyak ikan sardin terbaik yaitu emulsi minyak ikan refined tanpa
asam sitrat (RTS) dengan nilai viskositas (2470,31 cP), pH (5,64), persen stabilitas (56,14%) dan lama
pemisahan (14 hari). Parameter oksidasi primer dan sekunder minyak terbaik yaitu RTS dengan nilai FFA
(14,87 %), PV (14,43 meq/kg), AV (32,57 meq KOH/g), AnV (17,3 meq/kg), dan Totox (46,16 meq/kg).

Kata kunci : carboxymethyl cellulose (CMC), lesitin, sari buah.

Abstract
Sardine fish meal by-product contain eicosapentaenoic acid (EPA) and docosahexaenoic (DHA) and it
can be made as emulsion. The purpose of this study were to determine the best fish oil emulsion by mixing
the oil phase (lecithin 3% and oil) and water phase (carboxymethyl cellulose/CMC 2% and fruit juice) and
then stored until creaming, and the emulsion is analyzed their viscosity, pH, percent of stability and long
separation. Sardine oil is separated from the emulsion and tested oxidation parameters. The best emulsion
was fish oil emulsion after refined without citric acid (RTS) with viscosity (2470.31 cP), pH (5.64), percent of
stability (56.14%) and long separation (14 days). Primary and secondary oxidation parameters of RTS were
FFA (14.87%), PV (14.43 meq/kg), AV (32.57 meq KOH/g), AnV (17.3 meq/kg), and Totox (46.16 meq/kg).

Keywords: carboxymethyl cellulose (CMC), juice, lecithin

PENDAHULUAN Hasil samping industri pengolahan ikan


Industri pengolahan ikan di Indonesia sardin terutama penepungan menghasilkan
berkembang sangat pesat untuk menghasilkan minyak.
berbagai produk. Ikan sardin (Sardinella sp.) Minyak ikan hasil samping penepungan
merupakan salah satu jenis ikan pelagis yang mempunyai kualitas yang lebih rendah
ditemukan di Selat Bali dan Samudera Hindia. dibanding pengalengan terutama warna
Ikan sardin sebagian besar dimanfaatkan dan bilangan peroksida karena masih
dalam industri pengalengan dan sebagian terdapat komponen pengotor, sehingga perlu
lagi diolah menjadi ikan pindang, ikan dimurnikan untuk menghasilkan minyak
asin dan tepung ikan. Produk olahan dengan berkualitas baik. Proses pemurnian
industri perikanan mencapai 5,37 juta ton dibagi menjadi 2 yaitu passive process dan
pada tahun 2014 sedangkan hasil industri depth filter (active process) (Suseno et al. 2011).
penepungan mencapai 33050 ton (KKP 2015). Passive process pada penelitian menggunakan

84 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Minyak Ikan Sardin Hasil Sentrifugasi dan Absorben, Haryati et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1

setrifugasi untuk mengendapkan komponen (25% w/w) dan memiliki kestabilan baik
pengotor minyak. Passive process dilakukan selama 24 jam. Indayanti (2014) menggunakan
pada minyak kasar sentrifugasi (CS), dan emulsifier tragakan (1,5% w/w) dengan
minyak semi refined (SR). Passive process minyak biji jinten hitam (10% w/w) selama
dilakukan dengan tujuan memisahkan soap penyimpanan 21 hari tidak terjadi pemisahan.
stock, partikel padat dan pengotor lainnya Kestabilan emulsi menggunakan
menggunakan sentrifuse dan kertas saring. kombinasi kasein dan lesitin karena memiliki
Active process pada penelitian menggunakan nilai stabilitas fisik terbaik selama 14 hari
adsorben magnesol XL dengan konsentrasi (Garcia-Moreno et al. 2014). Horn et al. (2011)
5%. Active process dilakukan untuk minyak menyatakan penggunaan emulsifier berbasis
refined dengan asam sitrat (RS), dan minyak fosfolipid (lesitin kedelai dan fosfolipid susu)
refined tanpa asam sitrat (RTS). Active dan protein (isolat whey protein dan natriun
process (depth filter) dilakukan dengan tujuan kaseinat) dengan minyak 70% (w/w) selama
menghilangkan komponen pengotor yang penyimpanan 42 hari. Sarungallo et al. (2014)
masih terdapat pada minyak. Penggunaan menggunakan emulsifier carboxymethyl
adsorben baik sintetis maupun alami telah cellulose (CMC) (0,20%), Tween 80 (0,5%) dan
dilakukan oleh para peneliti diantaranya Tween 20 (0,5%) serta minyak buah merah
Ahmadi dan Moushollaeni (2007); dengan kestabilan 100% selama penyimpanan
Suseno et al. (2012); Suseno et al. (2013a); 30 hari pada suhu kamar. Tensiska et al.
Suseno et al. (2014a); Suseno et al. (2014b); (2007) menggunakan emulsifier gum arab
Aisyah et al. (2010). Minyak ikan hasil samping dan minyak virgin coconut oil (VCO) pada
penepungan masih memiliki komponen penyimpanan suhu ruang (3 hari) dan suhu
yang sangat berpotensi bagi kesehatan, salah refrigerator (7 hari). Penelitian yang dilakukan
satunya yaitu kandungan omega-3. kombinasi lesitin dengan protein dapat stabil
Kandungan omega-3 khususnya asam selama 14 hari sedangkan kombinasi CMC
lemak eikosapentanoat (EPA) dan asam dan Tween dapat bertahan selama 30 hari,
lemak dokosaheksanoat (DHA) pada minyak oleh sebab itu pada penelitian ini dicoba
ikan sardin hasil samping penepungan sangat penggunaan kombinasi emulsifier hidrokoloid
tinggi. Kandungan EPA untuk minyak ikan (CMC) dan lesitin.
sardin hasil samping penepungan sekitar Penelitian yang dilakukan menggunakan
15% sedangkan DHA berkisar 6-11% kombinasi emulsifier hidrokoloid (CMC) dan
(Suseno et al. 2013b; Suseno et al. 2014a). lesitin dengan tujuan dapat mempertahankan
Kandungan EPA dan DHA pada minyak stabilitas atau memiliki waktu penyimpanan
tersebut dapat dimanfaatkan dalam pembuatan yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk
kapsul dan emulsi. Kelemahan kapsul yaitu menentukan emulsi terbaik hasil proses
memiliki kestabilan yang kurang baik karena passive menggunakan sentrifugasi dari
terjadi reaksi antara cangkang kapsul dengan minyak kasar sentrifugasi (CS), dan minyak
zat aktif serta kelembaban cangkang kapsul. semi refined (SR) serta depth filter dari minyak
Kelemahan kapsul tersebut merupakan alasan refined dengan asam sitrat (RS), dan minyak
minyak ikan sardin dibuat emulsi. refined tanpa asam sitrat (RTS) berdasarkan
Emulsi merupakan ketidakstabilan parameter emulsi dan parameter oksidasinya.
suatu sistem, karena fase-fasenya
memiliki kecenderungan untuk memisah BAHAN DAN METODE
(Velikonja dan Kosaric 1993). Prinsip dasar Bahan dan Alat
kestabilan suatu emulsi adalah terjadinya Bahan utama yang digunakan yaitu
keseimbangan antara gaya tarik-menarik minyak ikan sardin kasar (crude) dari Bali,
dan gaya tolak menolak antar partikel emulsi alkohol 95%, larutan phenolphthalein (PP)
(Sarungallo et al. 2014). Penggunaan emulsifier (Merck), kalium hidroksida (KOH) (Merck),
dalam pembuatan emulsi telah dilakukan oleh asam asetat glasial (Merck), kloroform
Day et al. (2007) yang menggunakan natrium (Merck), kalium iodida (KI) (Merck), sodium
kaseinat (0,25% w/w) dengan minyak ikan tiosulfat (Na2S2O3) (Merck), pati (Merck),

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 85


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1 Minyak Ikan Sardin Hasil Sentrifugasi dan Absorben, Haryati et al.

trimetilpentana (isooktan) (Merck), p-anisidin Analisis Parameter Oksidasi Primer


(Sigma Aldrich), natrium hidroksida (NaOH) dan Sekunder Minyak
(Merck), magnesol XL, carboxymethyl cellulose Analisis parameter oksidasi primer dan
(CMC), lesitin, sari buah jeruk, dan bahan sekunder minyak ikan sardin, yaitu asam
tambahan makanan serta akuades. Alat yang lemak bebas (FFA), bilangan peroksida (PV),
digunakan yaitu sentrifugasi (PLC Series), nilai anisidin (AnV), bilangan asam (AV),
spektrofotometer UV-VIS (Agilent 8453), dan Total oksidasi (Totox) mengacu pada
Agilent Technologies 7890A GC system, AOCS (1998). Pengukuran parameter emulsi
mikroskop Primo Star (Zeiss), timbangan terdiri dari diameter globula (Martin et al.
digital (Quattro), stirrer (Coming PC-420 D), 1993), viskositas (O’Brien et al. 2000), persen
viskometer Cone and Plate, vortex, evaporator stabilitas (Lamar et al. 1976), dan pH.
rotor vacuum Eyela-Japan (CCA-1111, DTC-
21), kompor listrik, penangas air dan alat gelas Analisis Data
lainnya untuk analisis. Rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
Metode Penelitian 2 kali ulangan. Jika terdapat perbedaan nyata,
Minyak kasar (C) tidak dilakukan proses dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan. Data
pemurnian; minyak kasar sentrifugasi (CS) dianalisis menggunakan SPSS Statistics
dilakukan Passive process menggunakan Version 21.
sentrifuse. Minyak semi refined (SR) dengan
tahapan degumming air (2 mL), degumming HASIL DAN PEMBAHASAN
asam sitrat 30% b/b (0,4 mL), dan netralisasi Parameter oksidasi primer maupun
(NaOH 20°Be). Minyak refined dengan asam sekunder sangat menentukan kualitas dari
sitrat (RS) tahapannya yaitu proses degumming minyak yang dihasilkan. Oksidasi minyak dan
air (2 mL), degumming asam sitrat 30% b/b (0,4 lemak merupakan salah satu faktor penting
mL), netralisasi (NaOH 20°Be), dan bleaching yang dipengaruhi oleh waktu penyimpanan
(magnesol XL 5%). Minyak refined tanpa dan nilai nutrisi suatu minyak. Parameter
asam sitrat (RTS) dengan tahapan proses oksidasi primer dan sekunder dapat dilihat
degumming air (2 mL), netralisasi (NaOH pada Tabel 1.
20°Be), dan bleaching (magnesol XL 5%).
Tahap selanjutnya yaitu pembuatan Kadar Asam Lemak Bebas (FFA)
emulsi minyak ikan menggunakan kombinasi Asam lemak bebas adalah asam lemak
emulsifier CMC 2% (Permana 1999) dan 3% yang tidak terikat sebagai trigliserida. Asam
(Wathoni et al. 2007). Pembuatan emulsi lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis
terdiri dari 2 fase yaitu fase air dan fase minyak. dan oksidasi, biasanya bergabung dengan
Fase air dibuat dengan cara mencampur lemak netral. Nilai FFA terbesar dari hasil
CMC 2% (b/b) dengan sari buah. Sari buah penelitian terdapat pada jenis minyak CS
digunakan dengan tujuan dapat menutupi bau sebesar 60,05% dan terendah pada jenis
dari minyak ikan sardin. Fase minyak dibuat minyak RTS yaitu 14,87%. Kadar FFA pada
dengan cara mencampur lesitin 3% (b/b) Tabel 1 untuk minyak SR, RS, dan RTS tidak
dengan 10 g minyak. Fase air dan fase minyak berbeda nyata (p>0,05) karena ketiga minyak
kemudian dihomogenkan sehingga terbentuk tersebut sudah dimurnikan. Jenis minyak
emulsi (o/w). Emulsi disimpan hingga terjadi CS memiliki FFA yang tinggi karena masih
creaming kemudian dilakukan uji viskositas, terdapat pengotor sedangkan jenis minyak
pH, lama pemisahan, dan stabilitas emulsi RTS sudah mengalami proses pemurnian
serta analisis parameter oksidasi primer dan (netralisasi dan bleaching) namun masih
sekunder. Analisis parameter oksidasi primer memiliki nilai FFA yang tinggi dan tidak
dan sekunder dilakukan pada minyak yang memenuhi standar IFOS (1,5%). Kadar asam
telah diekstrak dari emulsi menggunakan lemak bebas yang tinggi pada berbagai jenis
metode Bligh and Dyer dengan kombinasi minyak disebabkan oleh kandungan air pada
pelarut metanol dan kloroform yaitu 1:1.

86 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Minyak Ikan Sardin Hasil Sentrifugasi dan Absorben, Haryati et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1

Tabel 1 Parameter oksidasi emulsi yang dibuat dari berbagai minyak ikan sardin
IFOS
Parameter Jenis minyak
(2014)
oksidasi
C CS SR RS RTS
FFA (%) 44,33±1,04b 60,05±1,52c 15,5±0,16a 15,42±0,05a 14,87±0,73a 1,5
PV (meq/kg) 40,2±0,56d 36,25±1,77c 19,41±0,84b 17,75±0,35b 14,43±0,81a 5
AV (mg KOH/g) 97,08±2,28b 131,51±3,32c 33,95±0,36a 33,78±0,12a 32,57±1,59a 3
AnV (meq/kg) 23,6±3,63b 22,76±1,17ab 22,51±1,82ab 19,73±0,93ab 17,3±1,50a 20
Totox (meq/kg) 103,99±4,76d 95,26±2,37c 61,32±3,5b 55,23±1,64b 46,16±0,11a 26
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata
(p<0,05). Asam lemak bebas (FFA), bilangan peroksida (PV), bilangan asam (AV) nilai anisidin
(AnV) dan total oksidasi (Totox). Minyak kasar (C), kasar sentrifugasi (CS), semi refined (SR),
refined dengan asam sitrat (RS), dan refined tanpa asam sitrat (RTS). Ulangan dilakukan
sebanyak 2 kali

emulsi. Surbakti (2011) dan Handajani et al. tinggi pada bahan yang mengandung minyak
(2010) menyatakan bahwa kadar air dapat dapat disebabkan oleh panas atau udara,
meningkatkan kadar asam lemak bebas. karena asam lemak umumnya sangat reaktif
Kadar asam lemak bebas yang tinggi juga dengan adanya oksigen sehingga terjadi reaksi
disebabkan oleh adanya aktivitas enzim lipase antara minyak dengan oksigen (Murtiningrum
yang bertujuan memecah atau menghidrolisis et al. 2015; Prarudiyanto et al. 2015; Fachry
lemak/minyak netral (trigliserida), perlakuan et al. 2007). Bilangan peroksida yang rendah
panas dan proses fisik selama pengolahan mengindikasikan bahwa peroksida baru
atau penyimpanan (Djarkasi et al. 2007; terbentuk dibanding laju degradasi minyak
Fachry et al. 2007). Huang dan Sathivel lebih lanjut menjadi senyawa turunannya
(2010) juga menyatakan bahwa kandungan Raharjo (2008). Penyimpanan emulsi
berbagai mineral, protein, dan viskositas akan berbanding lurus dengan bilangan peroksida
mempengaruhi penghilangan asam lemak karena semakin lama penyimpanan emulsi
bebas. maka semakin tinggi bilangan peroksidanya
(Zuta et al. 2007).
Bilangan Peroksida (PV)
Peroksida adalah produk awal terjadinya Bilangan Asam (AV)
kerusakan akibat reaksi autooksidasi Bilangan asam merupakan indikator
baik karena faktor suhu maupun selama kandungan asam lemak bebas dalam minyak
penyimpanan, sedangkan bilangan peroksida dan sering dijadikan sebagai parameter
adalah nilai terpenting untuk menentukan pengukur kualitas minyak (Noriko et al.
derajat kerusakan minyak atau lemak (Aisyah 2012). Nilai bilangan asam pada Tabel 1 untuk
et al. 2010). Bilangan peroksida untuk jenis minyak semi refined (SR), refined dengan asam
minyak refined tanpa asam sitrat (RTS) berbeda sitrat (RS) dan refined tanpa asam sitrat (RTS)
nyata (p<0,05) dari jenis minyak lainnya yaitu tidak berbeda nyata (p>0,05) karena ketiga
14,43 meq/kg sedangkan bilangan peroksida minyak tersebut sudah dimurnikan. Nilai
terbesar yaitu jenis minyak C sebesar 40,20 bilangan asam terbesar dari hasil penelitian
meq/kg. Bilangan peroksida minyak RTS terdapat pada jenis minyak kasar sentrifugasi
belum memenuhi standar IFOS (5 meq/kg), (CS) sebesar 131,51 mg KOH/g dan terendah
hal ini disebabkan oleh kandungan air pada pada jenis minyak RTS yaitu 32,57 mg KOH/g
emulsi sehingga terjadi reaksi hidrolisis. namun masih tergolong tinggi karena belum
Arlene et al. (2010) menyatakan bahwa memenuhi standar IFOS (3 mg KOH/g).
kadar air pada suatu produk menyebabkan Bilangan asam meningkat disebabkan oleh
oksidasi minyak sehingga menghasilkan reaksi antara air dan CO2 serta penggunaan
peroksida yang tinggi. Bilangan peroksida yang sari buah. Kandungan air pada emulsi dapat

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 87


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1 Minyak Ikan Sardin Hasil Sentrifugasi dan Absorben, Haryati et al.

meningkatkan bilangan asam karena terjadi memenuhi standar IFOS (20 meq/kg). Emulsi
pembentukan asam (Mu’awanah et al. 2014). minyak RTS memiliki nilai anisidin terendah
Chasani et al. (2014) menyatakan karena telah dilakukan pemurnian sehingga
semakin banyak KOH yang digunakan meminimalkan komponen pengotor pada
untuk menetralkan asam lemak bebas dalam minyak. Tahapan bleaching menggunakan
minyak menunjukkan bahwa semakin besar magnesol XL dapat menyerap komponen
bilangan asam. Bilangan asam yang tinggi pengotor minyak karena tersusun atas
menunjukkan bahwa kualitas minyak tersebut senyawa silikat dengan gugus silanol
rendah (Panagan et al. 2011), hal ini terjadi (Srimiati et al. 2015; Tzvetkova dan Nickolov
karena tingginya pembentukan asam lemak 2012; Faccini et al. 2011).
bebas. Komposisi dan struktur kimia minyak
akan mengalami perubahan akibat perlakuan Total Oksidasi (Totox)
panas yang menyebabkan terjadinya Total oksidasi lemak menunjukkan
perubahan bilangan asam (Koezen et al. hasil pengukuran angka peroksida sebagai
2008; Andina 2014). Peningkatan bilangan produk primer dan angka anisidin sebagai
asam selain erat kaitannya dengan jenis asam produk sekunder secara bersamaan sehingga
lemak, juga berkaitan erat dengan kandungan diperoleh jumlah total produk oksidasi
air (Effendi et al. 2012). minyak yang dinyatakan sebagai nilai totoks.
Kemampuan suatu adsorben yang digunakan
Nilai Anisidin (AnV) sangat menentukan nilai total oksidasi yang
Nilai anisidin merupakan hasil diperoleh. Ukuran partikel adsorben yang
pengukuran produk sekunder dari digunakan dalam suatu percobaan semakin
oksidasi lemak dengan menentukan kecil, maka semakin luas daya adsorpsi
jumlah aldehid (terutama 2-alkenal dan sehingga penyerapannya lebih cepat dan
2,4-dienal) dalam lemak. Senyawa turunan efisien (Kara et al. 2007).
misalnya aldehid akan bereaksi dengan Nilai totox terbesar dari hasil penelitian
anisidin membentuk kromogen yang terdapat pada jenis minyak C sebesar
diukur pada panjang gelombang 350 nm 103,99±4,76 meq/kg dan terendah pada
(Pokorny et al. 2001). Nilai anisidin berkaitan jenis minyak RTS yaitu 46,16±0,11 meq/kg,
dengan kualitas minyak selama masa namun belum memenuhi standar IFOS (26
penyimpanan (Feryana et al. 2014). meq/kg). Nilai totox yang tinggi pada minyak
Nilai anisidin emulsi minyak refined tanpa C disebabkan oleh banyaknya komponen
asam sitrat (RTS) berbeda nyata (p>0,05) pengotor, diantaranya fosfatida, protein,
dengan emulsi minyak lainnya. Nilai anisidin karbohidrat, air, resin, logam berat, dan
terbesar dari hasil penelitian terdapat pada pigmen (Ketaren 2012). Minyak RTS memiliki
jenis minyak C sebesar 23,6 meq/kg. Nilai nilai totox yang tinggi dan tidak memenuhi
anisidin yang tinggi pada emulsi minyak C standar IFOS karena adanya kandungan air
disebabkan oleh masih terdapat pengotor pada dan oksigen pada sampel. Montesqrit dan
minyak (tidak murni). Suryani et al. (2016) Ovianti (2013) mengengemukakan bahwa
menyatakan bahwa komponen pengotor pada bilangan total oksidasi pada minyak ikan
minyak menyebabkan reaksi hidrolisis. Nilai berkisar antara 14,80-41,72 meq/kg. Bilangan
anisidin meningkat disebabkan oleh adanya oksidasi minyak/lemak akan meningkat
oksigen sehingga terjadi degradasi peroksida dengan cepat jika terpapar udara, suhu yang
menjadi senyawa dengan molekul lebih kecil meningkat juga dapat meningkatkan bilangan
yaitu aldehid. Peningkatan nilai anisidin total oksidasi; namun bilangan oksidasi
disebabkan karena tingginya kandungan akan menurun dengan penurunan suhu
asam lemak tidak jenuh sehingga mengalami (Ketaren 2012).
kerusakan oksidatif (Suseno dan Saraswati
2015; Suseno et al. 2013). Karakteristik Emulsi
Jenis minyak RTS memiliki nilai anisidin Karakteristik emulsi tipe minyak dalam
yang tergolong rendah (17,3 meq/kg) dan air dari penelitian meliputi pengukuran

88 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Minyak Ikan Sardin Hasil Sentrifugasi dan Absorben, Haryati et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1

Gambar 1 Viskositas emulsi minyak ikan: ( ) viskositas awal; ( ) viskositas akhir. Jenis minyak:
kasar (C), kasar sentrifugasi (CS), semi refined (SR), refined dengan asam sitrat (RS),
dan refined tanpa asam sitrat (RTS)

viskositas, pH, stabilitas emulsi (creaming) dan (Kailaku et al. 2012). Viskositas menurun
ukuran globula. Viskositas merupakan suatu selama penyimpanan karena terjadi
kekentalan medium pendispersi dari suatu penurunan kemampuan emulgator atau
sistem emulsi (Sutiah et al. 2008; Mujadin emulsifier untuk mempertahankan stabilitas
et al. 2014). Viskositas berkorelasi dengan emulsi atau kemungkinan disebabkan
pembentukan agregasi, viskositas suatu karena adanya aktivitas mikroorganisme.
emulsi semakin tinggi maka semakin baik Faktor kecepatan dan lama pengadukan juga
penghambatan agregasi atau penggabungan berperan dalam peningkatan homogenitas
kembali globula (Intan et al. 2012). dari suatu campuran emulsi (Khan 2013).
Hartayanie et al. (2014) menyatakan Viskositas emulsi dapat dilihat pada
bahwa nilai viskositas yang tinggi juga Gambar 1.
mengindikasikan baik tidaknya suatu emulsi. Nilai pH emulsi dapat dilihat pada
Penurunan viskositas menyebabkan Gambar 2. Mu’awanah et al. (2014)
terjadinya pergerakan globula dalam menyatakan bahwa penurunan pH disebabkan
medium pendispersi sehingga oleh penguraian lemak akibat hidrolisis,
kemungkinan terjadinya fusi sangat tinggi oksidasi karena oksigen, cahaya serta

Gambar 2 pH emulsi minyak ikan: ( ) viskositas awal; ( ) viskositas akhir. Jenis minyak: kasar (C),
kasar sentrifugasi (CS), semi refined (SR), refined dengan asam sitrat (RS), dan refined
tanpa asam sitrat (RTS)

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 89


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1 Minyak Ikan Sardin Hasil Sentrifugasi dan Absorben, Haryati et al.

Gambar 3 Persen stabilitas emulsi minyak ikan: ( ) viskositas awal; ( ) viskositas akhir. Jenis
minyak: kasar (C), kasar sentrifugasi (CS), semi refined (SR), refined dengan asam
sitrat (RS), dan refined tanpa asam sitrat (RTS)

pertumbuhan mikroorganisme. Kandungan penurunan pH yang lebih besar karena minyak


air pada emulsi menyebabkan terjadinya tersebut tidak dimurnikan. Minyak yang
reaksi antara CO2 dan air menghasilkan asam. tidak dimurnikan masih memiliki komponen
Asam yang terbentuk juga dapat berasal dari pengotor sehingga kemungkinan pH yang
sari buah yang digunakan. Kondisi asam pada dihasilkan lebih tinggi. Kestabilan pH selama
sari buah yang ditambahkan pada emulsi penyimpanan ditentukan oleh kandungan
dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme asam lemak dengan rantai karbonnya serta
sebagai media pertumbuhannya sehingga suhu.
menghasilkan asam yang banyak serta Stabilitas emulsi merupakan suatu sifat
dapat menurunkan nilai pH pada emulsi. emulsi untuk mempertahankan distribusi
Primurdia dan Kusnadi (2014) menyatakan halus dan teratur fase terdispersi dalam jangka
bahwa pertumbuhan mikroba dipengaruhi waktu yang lama atau ketahanan suatu produk
oleh beberapa faktor diantaranya nutrisi, selama penyimpanan dimana produk tersebut
temperatur, kelembaban, oksigen, dan masih mempunyai sifat dan karakteristik
pH. Emulsi minyak C dan CS mengalami yang sama dengan awal pembuatan

Gambar 4 Lama pemisahan emulsi minyak ikan. Jenis minyak: kasar (C), kasar sentrifugasi (CS),
semi refined (SR), refined dengan asam sitrat (RS), dan refined tanpa asam sitrat (RTS)

90 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Minyak Ikan Sardin Hasil Sentrifugasi dan Absorben, Haryati et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1

(a) (b)
Gambar 5 Pengukuran globula emulsi minyak refined tanpa asam sitrat (RTS) (a) globula sebelum
pemisahan; (b) globula setelah pemisahan. menunjukkan ukuran globula emulsi
minyak ikan sardin

(Deviarny et al. 2012). Sebuah emulsi yang kamar; pengujian parameter oksidasi primer
pecah merupakan awal penurunan kestabilan dan sekunder minyak terbaik yaitu minyak
yang ditandai dengan terbentuknya 2 fase. refined tanpa asam sitrat (RTS) dengan FFA
Stabilitas emulsi dapat dilihat pada Gambar 3. (14,87%), PV (14,43 meq/kg), AV (32,57
Creaming merupakan pertumbuhan meq KOH/g), AnV (17,3 meq/kg), dan Totox
globula karena aktivitas gravitasi sehingga (46,16 meq/kg).
globula terpisah ketika disentuh. Stabilitas
emulsi yang lama terdapat pada emulsi minyak DAFTAR PUSTAKA
RTS dengan lama penyimpanan 14 hari, emulsi [AOCS] American Oil Chemists Society. 1998.
minyak RS dengan lama penyimpanan 9 hari, Official Methods and Recommended
emulsi minyak SR dengan lama penyimpanan Practices of the American Oil Chemists’
8 hari, emulsi minyak C dan CS dengan lama Society. 5th ed. Champaign: AOCS Press.
penyimpanan 6 hari. Lama penyimpanan Ahmadi K, Mushollaeni W. 2007. Aktivasi
dapat dilihat pada Gambar 4. zeolite alam untuk pemurnian minyak
Pengukuran diameter globula emulsi ikan dari hasil samping penepungan
menggunakan mikroskop Primo Star. Diameter ikan sardin (Sardinella longiceps). Jurnal
globula yang kecil akan meningkatkan Teknologi Hasil Pertanian. 8(2): 71-79.
luas permukaan, meningkatkan tahanan Aisyah S, Yulianti E. Fasya AG. 2010.
emulsi untuk mengalir serta meningkatkan Penurunan angka peroksida dan asam
viskositas. Contoh pengukuran globula dapat lemak bebas (FFA) pada proses bleaching
dilihat pada Gambar 5. minyak goreng bekas oleh karbon aktif
Penyimpanan yang semakin lama polong buah kelor (Moringa oliefera
menyebabkan peningkatan ukuran diameter Lamk.) dengan aktivasi NaCl. Alchemy.
yang disebabkan oleh menyatunya kembali 1(2): 53-103.
globula-globula minyak, beraglomerasi Andina L. 2014. Studi penggunaan
dan selanjutnya membentuk globula yang spektrofotometri inframerah dan
besar (koalesen). Konsentrasi globula yang kemometrika pada penentuan bilangan
berlebihan dapat mempengaruhi penyebaran asam dan bilangan iodium minyak goreng
cahaya (Fatimah et al. 2012; Jafari et al. 2008). curah. Media Farmasi. 11(2): 108-119.
Arlene A, Suharto I, Jessica NR. 2010. Pengaruh
KESIMPULAN temperatur dan ukuran biji terhadap
Emulsi minyak ikan sardin terbaik yaitu perolehan minyak kemiri pada ekstraksi
emulsi minyak refined tanpa asam sitrat biji kemiri dengan penekanan mekanis.
(RTS) dengan nilai parameter emulsi setelah Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
terjadi creaming meliputi viskositas (2470,31 “Kejuangan”: Pengembangan Teknologi
cP), pH (5,64), persen stabilitas (56,14%) Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya
dan lama pemisahan (14 hari) pada suhu Alam Indonesia. Yogyakarta.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 91


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1 Minyak Ikan Sardin Hasil Sentrifugasi dan Absorben, Haryati et al.

Chasani M, Nursalim VH, Widyaningsih and oxidative stability of fish oil-in-water


S, Budiasih IN, Kurniawan WA. 2014. emulsions. Journal of Agricultural and
Sintesis, pemurnian dan karakterisasi Food Chemistry. 62: 1142-1152.
metil ester sulfonat (MES) sebagai bahan Guillen MD, Cabo N. 2002. Fourier transform
inti deterjen dari minyak biji nyamplung infrared spectra data versus peroxide and
(Calophyllum inophyllum L.). Molekul. anisidine values to determine oxidative
9(1): 63-72. stability of edible oils. Food Chemistry. 77:
Day L, Xu M, Hoobin P, Burgar I, Augustin 503-510.
MA. 2007. Characterisation of fish oil Handajani S, Manuhara GJ, Anandito RBK.
emulsions stabilised by sodium caseinate. 2010. Pengaruh suhu ekstraksi terhadap
Food Chemistry. 105: 469–479. karakteristik fisik, kimia dan sensoris
Deviarny C, Lucida H, Safni. 2012. Uji stabilitas minyak wijen (Sesamum indicum L.).
kimia natrium askorbil fosfat dalam Agritech. 30(2): 116-122.
mikroemulsi dan analisisnya dengan Hartayanie L, Adriani M, Lindayani. 2014.
HPLC. Jurnal Farmasi Andalas.1(1). Karakteristik emulsi santan dan minyak
Djarkasi GSS, Raharjo S, Noor Z, Sudarmadji kedelai yang ditambah gum arab dan
S. 2007. Sifat fisik dan kimia minyak sukrosa ester. Jurnal Teknologi dan
kenari. Agricultural Technology. 27(4): Industri Pangan. 25(2): 152-157.
165-170. Horn AF, Nielsen NS, Andersen U, Sogaard
Dewi EN. 1996. Isolasi asam lemak omega-3 LH, Horsewell A, Jacobsen C. 2011.
dari minyak hasil limbah penepungan Oxidative stability of 70% fish oil-in-
dan pengalengan ikan sardin [skripsi]. water emulsions: impact of emulsifiers
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. and pH. European Journal of Lipid Science
Effendi AM, Winarni, Sumarni W. 2012. and Technology. 113: 1243-1257.
Optimasi penggunaan enzim bromelin Huang J, Sathivel S. 2010. Purifying salmon oil
dari sari bonggol nanas dalam pembuatan using adsorption, neutralization, and a
minyak kelapa. Indonesian Journal of combined neutralization and adsorption
Chemical Science. 1(1): 1-6. process. Journal of Food Engineering.
Faccini SC, da Cunha ME, Moraes MSA, 96(1): 51-58.
Krause LC. Manique MC, Rodrigues [IFOS] International Fish Oil Standard. 2014.
MRA, Benvenutti EV, Caramao EB. 2011. Fish Oil Purity Standard.
Dry washing in biodiesel purification: a Indayanti D. 2014. Uji stabilitas fisik dan
comparative study of adsorbents. Journal komponen kimia pada minyak biji
of Brazilian Chemical Society. 22(3): 558- jinten hitam (Nigella sativa L.) dalam
563. bentuk emulsi tipe minyak dalam air
Fachry HAR, Arta S, Dewi F. 2007. Pengaruh menggunakan GC-MS [skripsi]. Jakarta
pemanasan dan derajat keasaman emulsi (ID): Universitas Islam Negeri Syarif
pada pembuatan minyak kelapa. Jurnal Hidayatullah.
Teknik Kimia. 11(1): 9-16. Intan K, Hidayat T, Setiabudy D. 2012.
Fatimah F, Rorong J, Sanusi G. 2012. Stabilitas Pengaruh kondisi homogenisasi terhadap
dan viskositas produk emulsi virgin karakteristik fisik dan mutu santan selama
coconut oil-madu. Jurnal Teknologi dan penyimpanan. Jurnal Penelitian Tanaman
Industri Pangan. 23(1): 75-80. Industri. 18(1).
Feryana IWK, Suseno SH, Nurjanah. 2014. Jafari SH, Assadpoor E, He Y, Bhandari B.
Pemurnian minyak ikan makerel hasil 2008. Re-coalescence of emulsion droplets
samping penepungan dengan netralisasi during high-energy emulsification. Food
alkali. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Hydrocolloids. 22(7): 1191-1202.
Indonesia. 17(3): 207-214. Kailaku SI, Hidayat T, Setiabudy DA. 2012.
Garcia-Moreno PJ, Horn AF, Jacobsen C. Pengaruh kondisi homogenisasi terhadap
2014. Influence of casein-phospholipid karakteristik fisik dan mutu santan selama
combinations as emulsifier on the phisical penyimpanan. Jurnal Penelitian Tanaman
Industri 18(1): 31-39.

92 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Minyak Ikan Sardin Hasil Sentrifugasi dan Absorben, Haryati et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1

Kara S, Aydiner C, Demirbas E, Kobya M, berulang menggunakan metode uji


Dizge N. 2007. Modeling the effects of viskositas dan perubahan fisis. Jurnal Al-
adsorbent dose and particle size on the Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi.
adsorption of reactive textile dyes by fly 2(4): 229-233.
ash. Desalination. 212(1-3): 282-293. Murtiningrum, Ketaren S, Suprihatin,
Ketaren S. 2012. Pengantar Teknologi Minyak Kaseno. 2015. Ekstraksi minyak dengan
dan Lemak Pangan. Depok: UI Press. metode wet rendering dari buah pandan
Khan BA, Akhtar N, Khan HMS, Waseem K, (Pandanus conoideus L). Jurnal Teknik
Mahmood T, Rasul A, Iqbal M, Khan H. Industri Pertanian. 15(1): 28-33.
2013. Development, characterization and Noriko N, Elfidasari D, Perdana AT,
antioxidant activity of polysorbate based Wulandari N, Wijayanti W. 2012. Analisis
O/W emulsion containing polyphenols penggunaan dan syarat mutu minyak
derived from Hippophae rhamnoides goreng pada penjaja makanan di food
and Cassia fistula. Brazilian Journal of court UAI. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri
Pharmaceutical Sciences. 49(4): 763-773. Sains dan Teknologi. 1(3): 147-154.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. O’Brien RD, Farr WE, Wan PJ. 2000.
2015. Statistik Impor Hasil Perikanan Introduction to Fats and Oils Technology.
2015. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Champaign (US): AOCS Press.
Perikanan Tangkap. Kementrian Kelautan Panagan AT, Yohandini H, Gultom JU.
dan Perikanan. 2011. Analisis kualitatif dan kuantitatif
Koezen P, Gruczynska E, Kowalski B. 2008. asam lemak tak jenuh omega-3 dari
Changes in the acid value of butter during minyak ikan patin (Pangasius pangasius)
storage at different temperatures as dengan metode kromatografi gas. Jurnal
assessed by standard methods or by FT- Penelitian Sains. 14(4): 38-42.
IR Spectroscopy. American Jornal Food Permana A. 1999. Kajian stabilitas emulsi
Technology. 3: 154-163. minyak ikan lemuru (Sardinella lemuru)
Lamar, Marks, Amenn. 1976. Factor dan pengaruhnya terhadap efisiensi
influencing the emulsion stability of enkapsulasi [tesis]. Bogor (ID): Institut
liquid diets. Journal Food Science. 41(5): Pertanian Bogor.
1168-1171. Prarudiyanto A, Basuki E, Alamsyah A,
Martin A, Swarbrick J, Commarata A. 1993. Handito D. 2015. Karakteristik kimia
Farmasi Fisik 2. Edisi Ketiga. Jakarta dan organoleptik minyak goreng bekas
(ID): Universitas Indonesia Press. hasil penyaringan dengan penambahan
Montesqrit, Ovianti R. 2013. Pengaruh suhu vitamin E. Jurnal Ilmiah Rekayasa
dan lama penyimpanan terhadap stabilitas Pertanian and Biosistem. 3(1): 102-111.
minyak ikan dan mikrokapsul minyak Primurdia EG, Kusnadi J. 2014. Aktivitas
ikan. Jurnal Peternakan Indonesia. 15(1): antioksidan minuman probiotik sari
62-68. kurma (Phoenix dactilyfera L.) dengan
Moschakis T, Murray BS, Dickinson E. isolat L. plantarum dan L. casei. Jurnal
2006. Particle tracking using confocal Pangan dan Agroindustri. 2(3): 98-109.
microscopy to probe the microrheology in Pokorny JK. 2001. Preparation of Natural
a phase-separating emulsion containing Antioxidant, Antioxidants in Food:
nonadsorbing polysaccharide. Langmuir. Practical Applications, 1st eds. Inggris:
22(10): 4710-4719. Woodhead Publishing Ltd.
Mu’awanah IAU, Setiaji B, Syoufian A. 2014. Raharjo S. 2008. Melindungi kerusakan
Pengaruh konsentrasi virgin coconut oksidasi pada minyak selama
oil (VCO) terhadap stabilitas emulsi penggorengan dengan antioksidan. Food
kosmetik dan nilai sun protection factor Review Indonesia. 3(4).
(SPF). Berkala MIPA. 24(1): 1-11. Sarungallo ZL, Martiningrum, Uhi HT,
Mujadin A, Jumianto S, Puspitasari RL. Roreng MK, Pongsibidang A. 2014.
2014. Pengujian kualitas minyak goreng Sifat organoleptik, sifat fisik, serta kadar

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 93


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1 Minyak Ikan Sardin Hasil Sentrifugasi dan Absorben, Haryati et al.

β-karoren dan α-tokoferol emulsi buah Suseno SH, Nurjanah, Jacoeb AM, Saraswati.
merah (Pandanus conoideus). Agritech. 2014a. Purification of Sardinella sp., oil:
34(2): 177-183. centrifugation and bentonite adsorbent.
Srimiati M, Kusharto CM, Tanziha I, Suseno Advance Journal of Food Science and
SH. 2015. Effect of different bleaching Technology. 6(1): 60-67.
temperatures on the quality of refined Suseno SH, Tambunan JE, Ibrahim B, Izaki AF.
catfish (Clarias gariepinus) oil. Procedia 2014b. Improving the quality of sardine
Food Science. 3: 223-230. oil (Sardinella sp.) from Pekalongan-
Surbakti M. 2011. Penentuan kualitas dan Indonesia using centrifugation and
komposisi minyak hasil ekstraksi dari biji adsorbents (attapulgite, bentonite and
bunga matahari yang tumbuh di daerah zeolite). Advance Journal of Food Science
Pancurbatu Kabupaten Deliserdang. and Technology. 6(5): 622-628.
Agrium. 16(3): 124-130. Suseno SH, Saraswati. 2015. Teknologi
Suryani E, Susanto WH, Wijayanti N. 2016. Industri Minyak Ikan. Bogor: IPB Press.
Karakteristik fisik kimia minyak kacang Tensiska, Setiasih IS, Irawati D. 2007.
tanah (Arachis hypogaea) hasil pemucatan Deskripsi minuman emulsi VCO (Virgin
(kajian kombinasi adsorben dan waktu Coconut Oil) pada berbagai jumlah
proses). Jurnal Pangan and Agroindustri. penambahan air. Seminar Nasional PA
4(1): 120-126. PTI. Meningkatkan Daya Saing Produk
Suseno SH, Tajul AY, Nadiah WA. 2011. The Pangan Lokal melalui Ilmu dan Teknologi
use of passive filtration for optimization Untuk Menunjang Ketahanan Pangan
of magnesol XL function for improving Nasional 893-904.
the quality of Sardinella lemuru oil. Sutiah, Firdausi KS, Budi WS. 2008. Studi
International Research Journal of kualitas minyak goreng dengan parameter
Biochemistry and Bioinformatics. 1(15): viskositas dan indeks bias. Berkala Fisika.
103-113. 11(2):53-58.
Suseno SH, Tajul AY, Nadiah WA, Noor AF. Tzvetkova P, Nickolov R. 2012. Modified and
2012. Improved of color properties on unmodified silica gel used for heavy metal
Sardinella lemuru oil during adsorbent ions removal from aqueous solutions.
refining using magnesol XL. International Journal of University Chemical Technology
Food Research Journal. 19(4): 1383-1386. and Metallurgy. 47(5): 498-504.
Suseno SH, Nurjanah, Faradiba T. 2013a. Velikonja J, Kosaric N. 1993. Biosurfactant
Profil asam lemak dan kestabilan in Food Application. In Biosurfactant:
produk formulasi minyak ikan dan Production, Properties Applications Eds.
habbatussauda. Jurnal Pengolahan Hasil New York (US): Marcel Dekkar.
Perikanan Indonesia. 16(2): 142-149. Wathoni N, Soebagio B, Rusdiana T. 2007.
Suseno SH, Izaki AF, Suptijah P, Jacoeb AM, Efektivitas lesitin sebagai emulgator
Saraswati. 2013b. Kinetic study of free dalam sediaan emulsi minyak ikan.
fatty acid adsorption using adsorbent in Farmaka. 5(2): 22-31.
Sardine (Sardinella sp.) oil refining. Asian Zuta PC, Simpson BK, Zhao X, Leclerc.
Journal of Agriculture and Food Science. 2007. The effect of α-tochopherol on the
1(5): 287-293. oxidation of mackerel oil. Food Chemistry
100: 800-807.

94 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai