Anda di halaman 1dari 48

TEKNIK

INSPEKSI K3
PENGERTIAN INSPEKSI K3

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia secara terminologi


bahwa inspeksi adalah pemeriksaan dengan seksama;
pemeriksaan secara langsung tentang pelaksanaan
peraturan, tugas.

Inspeksi K3 adalah suatu upaya untuk memeriksa atau


mendeteksi semua faktor (peralatan, proses kerja, material,
area kerja, prosedur) yang berpotensi menimbulkan cedera
atau PAK, sehingga kecelakaan kerja ataupun kerugian dapat
dicegah atau diminimalkan.
TUJUAN INSPEKSI K3
1. Memeriksa apakah pelaksanaan program K3 atau standar K3
sudah berjalan efektif atau belum.
2. Mendapatkan pemahaman lebih lanjut tentang pekerjaan
dan tugas.
3. Mengidentifikasi bahaya yang ada di area kerja dan bahaya
tersembunyi.
4. Menemukan penyebab bahaya.
5. Merekomendasikan tindakan perbaikan untuk
mengendalikan bahaya.
TUJUAN INSPEKSI K3

6. Memantau langkah-langkah perbaikan yang diambil untuk


menghilangkan bahaya atau mengendalikan risiko (misalnya,
memantau perihal administratif, kebijakan, prosedur, peralatan
kerja, alat pelindung diri dll.).
7. Meningkatkan kembali kepedulian tentang K3, karena dengan
inspeksi, pekerja merasa bahwa keselamatannya diperhatikan.
8. Menilai kesadaran pekerja akan pentingnya K3.
9. Mengukur dan mengkaji usaha serta peranan para supervisor
terhadap K3.
MANFAAT INSPEKSI K3

A. Untuk mengecek apakah sesuatu bertentangan


atau menyimpang dari program sebelumnya.
B. Untuk meningkatkan kembali kepedulian
keselamatan dilingkungan karyawan karena
dengan inspeksi, karyawan merasa bahwa
keselamatannya diperhatikan.
C. Mengetahui semua standart keselamatan kerja
yang telah ditentukan.
MANFAAT INSPEKSI K3

D. Sebagai bahan utama pengumpulan data guna


mengadakan pertemuan keselamatan kerja
atau sidang P2K3.
E. Untuk menilai kesadaran keselamatan kerja
dilingkungan karyawan perusahaan.
F. Untuk mengukur dan mengkaji usaha serta
peranan para supervisor terhadap keselamatan
kerja.
INSPEKSI AUDIT
Upaya menemukan sumber Menentukan ketidaksesuaian
bahaya dalam sistem
Dilakukan pada tempat kerja Dilakukan pada seluruh area
Masukan pada sistem Masukan ketidaksesuaian
Jangka waktu lebih pendek
Jangka waktu lama (tahun)
(bulan, setiap saat)
Metode penilaian : Y/N sistem, Metode penilaian :
scoring, deficiency basis numerik/proporsional
INSPEKSI K3
Peraturan K3
PELAKSANA INSPEKSI K3
Tim inspeksi K3 adalah mereka yang sudah familier dengan area
kerja, tugas, pekerjaan atau mereka yang telah menerima
pelatihan atau sertifikasi.

Kriteria lain untuk memilih tim inspeksi K3 di antaranya:


❖ Pengetahuan tentang peraturan dan prosedur K3, termasuk
menguasai undang-undang dan berbagai peraturan K3 yang
dikeluarkan pemerintah maupun standar internasional
❖ Pengetahuan tentang potensi bahaya.
❖ Pengalaman dengan prosedur kerja.
PELAKSANA INSPEKSI K3
Inspeksi K3 biasanya dilakukan oleh supervisor, manajer, perwakilan
departemen K3, pekerja yang kompeten, dan/ atau pihak ketiga dari luar
perusahaan.

Tim inspeksi K3 dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Eksternal perusahaan
Inspeksi K3 yang dilaksanakan oleh pengawas dari instansi pemerintah atau
pihak ketiga.

b. Internal perusahaan
Inspeksi K3 dilakukan oleh orang yang kompeten di dalam perusahaan
seperti supervisor/pengawas atau manajer dan juga yang memiliki
spesialisasi di bidangnya seperti safety advisor dan teknisi atau pekerja
yang kompeten dari level terendah sampai level tertinggi (top
management).
MENGAPA PENGAWAS/SUPERVISOR
MELAKUKAN INSPEKSI
 Punya kepentingan Pribadi

 Paham terhadap kondisi daerah kerja

 Paham sifat & tabiat pekerja

 Dapat kontak langsung dengan pekerja

 Mengikuti perubahan/perkembangan

 Perbaikan dengan segera


JENIS INSPEKSI K3
A. Inspeksi tidak terencana

Waktu pelaksanaan inspeksi ini tidak menentu, sehingga umumnya


bersifat dangkal dan tidak sistematis.

Inspeksi tidak terencana mencakup beberapa hal berikut ini:


o Umumnya hanya memeriksa kondisi tidak aman (kondisi tidak
aman yang memerlukan perhatian besar yang sering terlewati).
o Fokus lebih besar pada kepentingan produksi.
o Tidak tercatat atau tidak didokumentasikan.
o Tindakan perbaikan dan pencegahan tidak sampai mendetail.
JENIS INSPEKSI K3
B. Inspeksi terencana

a. Inspeksi rutin atau umum

Inspeksi rutin terhadap sumber-sumber bahaya ditempat kerja atau


kegiatan identifikasi terhadap tugas-tugas, proses operasional,
perlatan dan mesin-mesin yang mempunyai resiko tinggi.
Inspeksi rutin biasanya dilakukan minimal satu bulan sekali, tetapi
ada juga yang melakukannya setiap enam bulan sekali hingga
setahun sekali, tergantung kebijakan perusahaan. Inspeksi harus
dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan manajemen K3.
JENIS INSPEKSI K3
B. Inspeksi terencana

b. Inspeksi khusus

Inspeksi khusus biasanya dilakukan untuk mengidentifikasi dan


mengevaluasi potensi bahaya terhadap objek-objek kerja tertentu
yang memiliki risiko tinggi atau setiap kali ada proses atau mesin
baru yang diperkenalkan di tempat kerja, yang hasilnya digunakan
sebagai dasar untuk pencegahan dan pengendalian risiko di
tempat kerja.
JENIS INSPEKSI K3

Perbedaan antara inspeksi umum dan khusus adalah bahwa


inspeksi umum direncanakan dengan cara walk-through survey
keseluruh area kerja dan bersifat komprehensif, sedangkan inspeksi
khusus direncanakan untuk diarahkan kepada kondisi-kondisi
tertentu, seperti mesin-mesin, alat kerja, dan tempat tempat khusus
yang telah diketahui mempunyai resiko tinggi
OBYEK INSPEKSI K3
Untuk membantu menentukan aspek-aspek apa saja yang ada di
tempat kerja yang akan diinspeksi, perlu dipertimbangkan dan di
pahami hal-hal sebagai berikut :

A. Hazard yang berpotensi menyebabkan cidera atau sakit dan masalah-masalah


K3 yang ada ditempat kerja.
B. Peraturan perundang-undangan bidang K3 dan standart yang
berkaitan dengan hazard, tugas-tugas, proses produksi tertentu yang diterapkan di
masing-masing perusahaan.
C. Masalah-masalah K3 yang terjadi sebelumnya meskipun resikonya kecil perlu
dipertimbangkan.
Jenis Bahaya
ALAT BEJANA
MESIN
ANGKUT TEKAN

MEKANIS
SHORT
CIRCUIT FIRE
FIRE TOXIC
LISTRIK KIMIAWI
ELECTRIC POLUSI
SHOCK
BAHAYA
HAZARDS
IRITASI
BISING
PSYCHOLOGY
FISIS STRESS
SUHU BEBAN
KERJA
RADIASI BIOLOGIS

TEKANAN

GETARAN FAUNA FLORA

ERGONOMI
Jenis Bahaya
ALAT BEJANA
MESIN
ANGKUT TEKAN

MEKANIS
SHORT
CIRCUIT FIRE
FIRE TOXIC
LISTRIK KIMIAWI
ELECTRIC POLUSI
SHOCK
BAHAYA
HAZARDS
IRITASI
BISING
PSYCHOLOGY
FISIS STRESS
SUHU BEBAN
KERJA
RADIASI BIOLOGIS

TEKANAN

GETARAN FAUNA FLORA

ERGONOMI
Bahaya Kimia
• Bahaya Kimia adalah jenis bahaya yang bersumber dari
senyawa atau unsur kimia. Di alam terdapat ribuan jenis
bahan kimia, baik berupa unsur murni maupun dalam bentuk
ikatan dengan bahan lainnya.
• Menurut standar NFPA setiap bahan kimia diklasifikasikan atas
3 aspek yaitu
• Bahaya terhadap Kesehatan (Health Hazards),
• sifat mudah menyala (flamability)
• sifat reaktifnya (reactivity)
• NFPA memberikan indeks dari angka 0-4 untuk setiap
klasifikasi suatu sifat bahaya diatas. Untuk bahan dengan
indeks Health Hazards = 0 berarti tidak berbahaya dan aman
bagi manusia, sedangkan bahan dengan indeks 4 sangat
berbahaya.
Bahaya Mekanik

• Bahaya Mekanik yaitu potensi bahaya yang berasal dari


pergerakan peralatan atau mesin seperti gerakan
berputar, berayun, gesekan, menumbuk dan lain-lain.
• Bahaya mekanik dapat diakibatkan penggunaan mesin
dan peralatan mekanik yang menggunakan berbagai
jenis tenaga penggerak seperti penggerak uap, angin
(pneumatik), listrik atau air.
• Diakibatkan energi kinetik yang terdapat dalam suatu
sistem atau alat misalnya tabung bertekanan yang dapat
mengakibatkan terjadinya overpressure dan peledakan.
Bahaya Listrik

• Listrik merupakan sumber energi yang sangat diperlukan


bagi kegiatan manusia pada saat ini, namun dilain pihak
listrik juga merupakan sumber potensi bahaya yang dapat
menimbulkan kecelakaan.
• Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh energi listrik antara
lain:
- Bahaya sengatan/kejutan listrik (electric shock)
- Bahaya hubungan singkat (Short circuit)
- Bahaya petir
- Listrik Statis
Bahaya Listrik

• Hubungan singkat (short circuit)


• Kebakaran (fire & explosion)
• Sengatan Listrik (Electric Shock)
• Electric Static
• Petir (lightning)
Bahaya Statik

• Bahaya Statik yaitu bahaya yang disebabkan oleh


benda atau peralatan kerja yang tidak bergerak atau
bersifat statik seperti bangunan, lantai, jalan, tangga,
konstruksi pipa, bords dan lain-lain.
• Kecelakaan dapat terjadi karena kondisi lingkungan
kerja yang tidak baik, seperti terjatuh dari lantai yang
tinggi karena tidak adanya pagar pengaman, kondisi
jalan yang berlubang atau tidak ada penutup,
tenggelam di sungai atau jalan berlumpur dan faktor
lainnya.
Bahaya Fisik
• Temperatur
• Suara/Bising
• Tekanan Udara
• Getaran
• Radiasi
Bahaya Biologi
• Bahaya Biologi merupakan sumber bahaya
yang berasal dari unsur biologi yang terdapat
di lingkungan kerja dan dapat
mengakibatkan cedera pada manusia.
• Bahaya ini dapat berasal dari flora atau
fauna di lingkungan kerja seperti
mikrobiologik, tumbuhan beracun atau
berduri dan binatang berbisa atau buas.
Sumber Bahaya

• Pelaksana pekerjaan (Manusia)


• Peralatan yang digunakan
• Prosedur pekerjaan
• Lingkungan Tempat Kerja
• Energi yang terlibat
Sumber Bahaya
• Pelaksana pekerjaan (Manusia)
– Tidak trampil
– Pengetahuan tidak cukup
– Kondisi fisik tidak mencukupi
– Sikap dalam bekerja
• Sembrono
• Tidak serius
• Tidak disiplin
• Bercanda
• Suka mengambil resiko
• Tidak perhatian
Sumber Bahaya

• Peralatan
– Tidak cocok
• Kapasitas
• Ukuran
– Kondisi tidak memadai/rusak
– Tidak lengkap
– Tidak memenuhi persyaratan teknis
Sumber Bahaya

• Prosedur
– Tidak standar (tidak di review berkala)
– Langkah kerja tidak lengkap
– Tidak akurat
– Tidak mencakup semua aspek
• Safety
• Integrity dll
– Tidak sesuai dengan kondisi operasi yang
berubah
– Tidak ada prosedur baku
Sumber Bahaya

• Lingkungan
– Fisik
• Licin, gelap, bising, semrawut
– Non Fisik
• Suasana kerja tidak menyenangkan
• Organisasi tidak baik
• Manajemen kurang berfungsi
• Sosial budaya
• Kurangnya kesadaran keselamatan
Sumber Bahaya

• Energi
– Potensial
– Kinetik
– Listrik
– Kimia
– Panas
– Radiasi
TAHAPAN INSPEKSI K3
1. Tahap persiapan

Keberhasilan suatu pemeriksaan di tempat kerja bergantung pada sejauh mana


persiapan yang telah dilakukan terkait informasi yang diperlukan sebelum melakukan
inspeksi K3. Agar pelaksanaan inspeksi K3 berjalan lancar dan efektif, ada beberapa
hal yang harus dipersiapkan, di antaranya:
❑ Cheklist Inspeksi
❑ Jadwal inspeksi dan tim inspeksi
❑ Peta inspeksi berdasarkan denah area kerja
❑ Jalur-jalur inspeksi K3
❑ Potensi bahaya yang terkait dengan mesin, peralatan, material dan proses kerja
❑ Standar, peraturan atau prosedur kerja yang berlaku
❑ Laporan inspeksi sebelumnya
❑ Data kecelakaan kerja
❑ Laporan pemeliharaan
❑ Daftar atau hal-hal apa saja yang akan diinspeksi
❑ Alat pelindung diri (APD) yang diperlukan selama inspeksi.
CONTOH FORM INSPEKSI K3

WORKPLACE INSPECTION CHECKLIST 1

WORKPLACE INSPECTION CHECKLIST 2


TAHAPAN INSPEKSI K3
2. Tahap pelaksanaan

Bila persiapan sudah matang dan terencana, saatnya melaksanakan inspeksi K3.
Berikut langkah-langkahnya:
❖ Menghubungi penanggung jawab bagian yang akan dikunjungi untuk
menginformasikan bahwa akan diadakan inspeksi K3
❖ Usahakan untuk mengikuti peta dan jalur inspeksi yang sudah direncanakan
❖ Mengamati rangkaian proses kerja untuk memastikan ada atau tidaknya
pelanggaran terhadap peraturan atau prosedur K3
❖ Mengamati tindakan perorangan atau perilaku pekerja apakah sudah memenuhi
persyaratan K3
❖ Mengumpulkan data atau memeriksa kembali data sesuai daftar inspeksi yang
telah dibuat. Daftar inspeksi bersifat permanen, tidak boleh ada hal yang
dipertimbangkan kembali selama pelaksanaan inspeksi berlangsung. Daftar
inspeksi harus ditinjau dan ditambahkan atau direvisi seperlunya, misalnya
perubahan prosedur kerja atau perubahan proses kerja menggunakan peralatan
tertentu.
❖ Melakukan perbaikan sementara dengan segera apabila saat pelaksanaan inspeksi
ditemukan tindakan atau kondisi berbahaya.
TAHAPAN INSPEKSI K3

3. Pencatatan hasil pengamatan

Buat catatan ringkas tentang ketidaksesuaian dan kesesuaian peralatan, tindakan dan
kondisi terhadap standar, kemudian lakukan identifikasi bahaya. Pencatatan hasil
pengamatan diperlukan untuk meninjau semua informasi yang dikumpulkan dan
memudahkan tim inspeksi untuk membuat klasifikasi bahaya dalam laporan.
TAHAPAN INSPEKSI K3

4. Tahap pelaporan

Setiap inspeksi K3 harus ditindak lanjuti dengan membuat laporan tertulis. Berikut tiga
tipe laporan inspeksi K3, antara lain:
o Laporan keadaan darurat − Mencakup kategori bahaya katastropik atau kritis,
laporan harus segera dibuat sebelum kecelakaan kerja terjadi atau sesaat setelah
inspeksi K3 dilaksanakan.
o Laporan berkala − Mencakup keadaan bahaya yang tidak masuk kategori darurat.
Laporan bisa dibuat dalam 24 jam setelah inspeksi.
o Laporan ringkas − Mencakup kesimpulan dari semua item laporan terdahulu.
TAHAPAN INSPEKSI K3

4. Tahap pelaporan

Laporan inspeksi K3 harus berisi nama departemen dan area yang diinspeksi, nama dan
jabatan yang mengadakan inspeksi, tanggal laporan dibuat dan nama untuk siapa
laporan dibuat. Adapun persyaratan dalam membuat laporan inspeksi agar mudah
dipahami dan ditindak lanjuti, meliputi:

✓ Mencatat dan memberi tanda pada item temuan yang belum ditindak lanjuti
✓ Setiap item harus diberi nomor urut
✓ Setiap item harus diberi kategori bahaya
✓ Menentukan siapa yang akan menindaklanjuti setiap item pada hasil inspeksi
✓ Laporan inspeksi ditujukan kepada departemen yang diinspeksi dengan tembusan
kepada atasan
✓ Menentukan tindakan perbaikan sebagai tindak lanjut
✓ Melakukan evaluasi terhadap hasil inspeksi K3 untuk menentukan tindak lanjut yang
dilakukan guna pengembangan berkelanjutan.
TAHAPAN INSPEKSI K3

5. Tahap Tindak Lanjut dengan Tindakan Perbaikan

Tindak lanjut dari Laporan inspeksi K3 yang didalamnya sudah dibuat tindakan perbaikan
yang telah ditentukan dan disetujui oleh Management.
Dalam menindaklanjuti Tindakan perbaikan, maka kita selalu ingat Hierarchy of Risk
Control.
HIERARCHY OF
RISK CONTROL
Highest Most

SAFE DESIGN
ELIMINATION

SUBSTITUTION
Level of Protection

ENGINEERING

Reliability
CONTROL

SAFE WORKER
ADMINISTRATIVE
CONTROL

PPE
Lowest Least
HIERARCHY OF RISK CONTROL

Consider First

•Elimination
Manages the Risk •Substitution
•Engineering

•Administration
Manages the People
•PPE
Consider Last
TAHAPAN INSPEKSI K3

6. Tahap Evaluasi Program Inspeksi K3

Pada Tahap ini dilakukan evaluasi terhadap Program Inspeksi K3 yang telah dilakukan
secara berkala, 6 bulan atau 12 bulan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
trend/kecenderungan dari hasil inspeksi dalam periode tertentu, kekuatan dan
kelemahan program, sehingga bisa dilakukan perbaikan berkelanjutan.
Hasil inspeksi K3 adalah indikator keberhasilan atau kegagalan mengenai
kebijakan dan prosedur yang telah diterapkan di perusahaan. Bahaya yang
teridentifikasi pada akhirnya harus dihilangkan atau diminimalkan, supervisor atau
manajer yang bertanggung jawab atas hal ini.
Hasil inspeksi juga akan menunjukkan kategori bahaya mana yang memerlukan
tindakan perbaikan cepat dan tidak. Informasi yang diperoleh dari inspeksi K3 rutin
sebaiknya ditinjau ulang untuk:
❑ Mengidentifikasi bahaya
❑ Membantu memantau efektivitas program K3
❑ Menentukan kebutuhan pelatihan untuk pekerjaan tertentu
❑ Memberikan pengetahuan mengapa kecelakaan terjadi di area kerja tertentu
❑ Menentukan tindakan perbaikan
❑ Menetapkan atau memperbaiki prosedur bekerja aman
❑ Memberi tanda area, peralatan, dll. yang mungkin memerlukan analisis bahaya
lebih dalam.
Q&A

Anda mungkin juga menyukai