Anda di halaman 1dari 72

BUDIDAYA CACING OLIGOCHAETA DENGAN PADAT

PENEBARAN BERBEDA PADA SISTEM SIRKULASI


DENGAN PERGANTIAN AIR

WIWIK HILDAYANTI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

BUDIDAYA CACING OLIGOCHAETA DENGAN PADAT


PENEBARAN BERBEDA PADA SISTEM SIRKULASI
DENGAN PERGANTIAN AIR
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2012

WIWIK HILDAYANTI
C14070051
ABSTRAK
WIWIK HILDAYANTI. Budidaya cacing oligochaeta dengan padat penebaran
berbeda pada sistem sirkulasi dengan pergantian air. Dibimbing oleh IIS DIATIN
dan YANI HADIROSEYANI

Cacing oligocaheta mengandung protein sebesar 65%, lemak 15% dan


karbohidrat 14%, oleh karena itu sangat baik bila diberikan pada larva ikan pada
saat pemeliharaan. Namun ketersediaan cacing oligochaeta sangat terbatas di
daerah Belitung yang mempunyai 10 hatchery. Oleh karena itu perlu dilakukan
pembudidayaan cacing oligochaeta untuk memenuhi permintaan. Penelitian ini
menggunakan sistem sirkulasi yang bearti air buangan dari bak pemeliharaan
dipakai kembali, supaya kokon bisa masuk kembali ke bak pemeliharaan.
Penelitian ini bertujuan menentukan padat penebaran cacing oligochaeta yang
terbaik antara 2600 individu/m2, 3600 individu/m2 dan 4600 individu/m2 dengan
sistem sirkulasi berdasarkan biomassa, laju pertambahan biomassa harian dan
analisis usaha. Penelitian dilaksanakan April hingga Agustus 2011 bertempat di
Balai Benih Ikan Air Tawar Belitung Timur. Media yang digunakan adalah
campuran lumpur halus dan kotoran ayam. Cacing ditebar dan diberi pupuk
kotoran ayam hasil fermentasi setiap hari sebesar 1 kg/m2/hari. Cacing dipelihara
selama 60 hari dan dilakukan pengambilan contoh setiap 10 hari sekali. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa pemeliharaan cacing oligochaeta dengan sistem
sirkulasi menghasilkan nilai TAN yang lebih tinggi sedangkan kandungan oksigen
terlarut yang lebih rendah dibandingkan dengan sistem terbuka. Pada kondisi tadi
cacing masih mampu bertahan hidup meskipun aktivitas makan dan reproduksi
terhambat. Puncak populasi dan biomassa tertinggi dicapai pada hari ke-50
dengan padat penebaran 4600 individu/m2 sebanyak 255091.61 individu/m2 dan
1275.46 g/m2. Laju pertambahan biomassa harian tertinggi diperoleh pada
perlakuan 4600 individu/m2 sebesar 25.05 g/m2/hari. Perlakuan padat penebaran
4600 individu/m2 memperoleh keuntungan sebesar Rp 5 828 525, R/C rasio
sebesar 1.04, PP selama 6.13 tahun, BEP (Rp) sebesar Rp 154 585 260 dan BEP
(unit) sebesar 937 kg, serta HPP sebesar Rp 72 389.

Kata kunci: cacing oligochaeta, padat penebaran, budidaya sistem sirkulasi


ABSTRACT

WIWIK HILDAYANTI. Oligochaeta worm cultivation with stocking density in


closed system.Supervised by IIS DIATIN and YANI HADIROSEYANI

Oligochaeta worm contain protein of 65%, fat 15%, and carbohydrate


14%, therefore very well when given to the fish larvae during nursery period. But,
the availability of oligochaeta worm are very limited especially in Belitung which
has 10 hatchery. So that, it needs oligocheta worm cultivation to meet the demand.
The research used closed system which mean wasted water from. The purpose of
this research to determine the best stocking denstiy of oligochaeta worm between
2600,3600, and 4600 indvidual/m2 with the system based on the biomass, growth
rate,and economic efficiency. The research was perfomed in April until August
2011 at the Balai Benih Ikan Air Tawar Belitung Timur. The medium used are a
mixture of fine mud and chicken manure. The worm was spread and fermentation
manure chicken fertilized added every day about 1 kg/m2. The worm was
cultured during 60 days and took as samples every 10 days. The observation
indicated that the maintanence of oligocaeta worm with closed system produced
the level of ammonia contain was higher and dissolve oxygen contai was lower
than using opened system. In this condition, the worm was able to survived even
thought feeding habit and reproduction is inhibited. Highest population and
biomass occured on 50th day with stocking density 4600 individual/m2 as much as
255091.61 individual/m2 and 1275.46 g/m2. Highest biomass growth rate occured
in 4600 individual/m2 as much as 25.05 g/m2/day. Stocking density 4600
individual/m2 got the profit as much as Rp 5 828 525, R/C ratio 1.04, PP for 6.13
years, BEP (Rupiah) Rp 154 585 260 and BEP (units) 937 kg, and HPP Rp 72
389.

Key word: oligochaeta worm, stocking density, closed sytem culture


BUDIDAYA CACING OLIGOCHAETA DENGAN PADAT
PENEBARAN BERBEDA PADA SISTEM SIRKULASI
DENGAN PERGANTIAN AIR

WIWIK HILDAYANTI

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya
Departemen Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
Judul Skripsi : Budidaya Cacing Oligochaeta dengan Padat Penebaran
Berbeda pada Sistem Sirkulasi dengan Pergantian Air
Nama Mahasiwa : Wiwik Hildayanti
Nomor Pokok : C14070051

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Iis Diatin, MM Ir. Yani Hadiroseyani, MM


NIP. 196309081990022001 NIP. 196001311986032002

Diketahui
Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr. Odang Carman


NIP. 195912221986011001

Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Budidaya
Cacing Oligochaeta dengan Padat Penebaran Berbeda pada Sistem Sirkulasi
dengan Pergantian Air” ini sebagai salah satu prasyarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai bulan Agustus 2011
bertempat di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT) Manggar, Belitung Timur.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing skripsi Ir. Iis Diatin, MM dan Ir. Yani Hadiroseyani, MM, atas
bimbingan yang diberikan kepada penulis. Di samping itu, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Bapak Mustofa, S.Pt selaku pimpinan BBIAT
Belitung Timur yang telah memperkenankan penulis untuk penelitian di BBIAT
Belitung Timur. Rasa terima kasih juga disampailan kepada Ayahanda, Ibunda
dan Abang (Riyo Qomar Hasan, S.Kep), atas doa serta dukungannya. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada Dr. Kukuh Nirmala selaku dosen penguji
skripsi atasan arahan dan masukkannya untuk penyelesaian skripsi ini. Disamping
itu, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Pri Handoko
S.STP, Bapak Basran, bang Jo, Ibu Rukini, rekan sepenelitian Mirna Febriani,
teman satu bimbingan (Tika, Lora, Koi, Dimas), Ima, Wiwit, Miftah, Dewi, Desi,
Fredi, teman-teman Asrama “Tanjong Tinggi”, COMB44T dan SISTEK’ers yang
sudah menjadi sahabat terbaik penulis, serta yang terkasih Muhammad Fendi yang
selalu ada dan mendukung terselesaikannya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat.

Bogor, Maret 2012

Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Manggar, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,


pada tanggal 22 Februari 1990. Penulis merupakan anak kedua dari dua
bersaudara pasangan Bapak Hamdani dan Ibu Dra. Yusnidar. Penulis menempuh
pendidikan TK pada tahun 1992 hingga tahun 1995 di TK PGRI, dilanjutkan
pendidikan dasar pada tahun 1995 di SDN 4 Manggar dan lulus pada tahun 2001.
Menamatkan pendidikan menengah pertama pada tahun 2001 hingga tahun 2004
di SMPN 2 Manggar serta menyelesaikan pendidikan di SMAN 1 Manggar pada
tahun 2004 hingga tahun 2007. Kemudian pada tahun yang sama, penulis
terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis tergabung dalam Ikatan Keluarga
Pelajar Belitung (IKPB) dari tahun 2007 hingga sekarang. Selain itu, penulis
pernah magang di Balai Benih Ikan Air tawar (BBIAT) Belitung Timur. Penulis
melakukan penelitian dan menyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
dengan judul ”Budidaya Cacing Oligochaeta dengan Padat Penebaran
Berbeda pada Sistem Sirkulasi dengan Pergantian Air” dibimbing oleh Ir. Iis
Diatin, MM dan Ir. Yani Hadiroseyani, MM.
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................... 2
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... 3
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... 4
I. PENDAHULUAN......................................................................................... 1
II. METODOLOGI.......................................................................................... 4
2.1Lokasi dan Waktu................................................................................ 4
2.2Alat dan Bahan.................................................................................... 4
2.3Rancangan Penelitian.......................................................................... 4
2.4Tahapan Penelitian.............................................................................. 5
2.4.1 Persiapan.................................................................................. 5
2.4.1.1 Bak Pemeliharaan...................................................... 5
2.4.1.2 Media Pemeliharaan.................................................. 6
2.4.1.3 Cacing Uji.................................................................. 6
2.4.1.4 Fermentasi Pupuk....................................................... 7
2.4.2 Metode Budidaya..................................................................... 7
2.4.2.1 Persiapan.................................................................... 7
2.4.2.2 Penebaran................................................................... 8
2.4.2.3 Pemberian Pupuk....................................................... 8
2.4.2.4 Pengelolaan Air.......................................................... 8
2.5 Pengambilan Data................................................................................ 9
2.5.1 Pertambahan Populasi (individu/m2/) dan Biomassa (g/m2).. 9
2.5.2 Laju Pertambahan Biomassa Harian (g/m2/hari)..................... 9
2.5.3 Parameter Kualitas Air............................................................. 10
2.6 Analisis Usaha..................................................................................... 10
III. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 13
3.1 Hasil..................................................................................................... 13
3.1.1 Pertambahan Biomassa Cacing Oligochaeta............................ 13
3.1.2 Pertambahan Populasi Cacing Oligochaeta.............................. 14
3.1.3 Laju Pertambahan Biomassa.................................................... 16
3.1.4 Kondisi Lingkungan Budidaya................................................. 17
3.1.5 Analisis Usaha......................................................................... 19
3.2 Pembahasan......................................................................................... 23
IV. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 32
4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 32
4.2 Saran ................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 33
LAMPIRAN......................................................................................................... 36
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Parameter kualitas air, satuan dan alat ukur................................................. 10

2. Kisaran nilai beberapa parameter kualitas air pada bak


pemeliharaan .............................................................................................. 17

3. Analisis usaha budidaya cacing oligochaeta pada sistem sirkulasi air......... 21


DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Bak pemeliharaan cacing oligochaeta..................................................... ..... 6

2. Tubifex tubifex (Anonim 2010) a), Tubifex tubifex (Anonim 2007) b),
Branchiura sowerbyi (Anonim 2006) c) dan Limnodrilus hoffmeisteri
(Anonim 2009) d)......................................................................................... 7

3. Konstruksi bak pemeliharaan cacing oligochaeta 9

4. Pertambahan biomassa (g/m2) selama 60 hari pemeliharaan dengan


padat penebaran berbeda............................................................................... 13

5. Pertambahan biomassa (log g/m2) cacing oligochaeta pada


hari ke-40 dan ke-50...................................................................................... 14

6. Pertambahan populasi cacing oligochaeta selama 60 hari pemeliharaan


dengan padat penebaran berbeda................................................................... 15

7. Pertambahan populasi (log individu/m2) cacing oligochaeta


pada hari ke-40 dan ke-50 ........................................................................... 15

8. Laju pertambahan biomassa cacing oligochaeta (g/m2/hari) selama 60


hari pemeliharaan dengan padat penebaran berbeda..................................... 16

9. Perubahan kandungan oksigen terlarut selama 60 hari pemeliharaan ......... 17

10. Perubahan nilai suhu selama 60 hari masa pemeliharaan............................. 18

11. Perubahan kandungan nilai pH selama 60 hari masa pemeliharaan............. 18

12. Perubahan kandungan TAN selama 60 hari masa pemeliharaan.................. 19

13. Kokon Limnodrilus hoffmeisteri................................................................... 24


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Konstruksi budidaya cacing oligochaeta sistem tertutup ............................ 37

2. Data biomassa cacing oligochaeta selama pemeliharaan (g/m2) ................ 38

3. Analisis statistik tingkat pertambahan biomassa cacing oligochaeta pada


hari ke-40 dan ke-50 ................................................................................... 39

4. Data populasi cacing oligochaeta selama pemeliharaan (individu/m2) ...... 40

5. Analisis statistik tingkat pertambahan populasi cacing oligochaeta pada


hari ke-40 dan ke-50................................................................................... 41

6. Laju pertambahan biomassa harian (g/m2/hari) cacing oligochaeta selama


pemeliharaan ............................................................................................... 42

7. Data kualitas air selama pemeliharan ......................................................... 43

8. Penjadwalan budidaya cacing oligochaeta dalam 1 tahun ......................... 45

9. Data analisis usaha ..................................................................................... 47


I. PENDAHULUAN

Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2012 mematok


target produksi perikanan budidaya sebesar 9,4 juta ton. Target itu mengalami
kenaikan 38 persen dari total capaian produksi tahun 2011 sebesar 6,8 juta ton
(Bahermansyah 2012). Seiring dengan kenaikan target produksi, permintaan
terhadap pakan pun ikut meningkat. Pemberian pakan dalam pemeliharaan larva
merupakan kegiatan yang paling menentukan keberhasilan suatu pembenihan
ikan. Hal ini disebabkan sifat larva yang merupakan stadia paling kritis dalam
siklus hidup ikan, sehingga pemeliharaan larva merupakan kegiatan yang paling
sulit. Beberapa faktor yang menyebabkan pemeliharaan larva memiliki tingkat
kesulitan yang paling tinggi dalam pembenihan ikan antara lain tubuh dan bukaan
mulut larva kecil sehingga pemberian pakan larva dan pengelolaan lingkungan
relatif sulit, kemudian larva membutuhkan pakan alami dan belum ada pakan
buatan yang bisa menandingi pakan alami (Effendi 2004). Salah satu jenis pakan
alami yang diberikan adalah cacing oligochaeta atau yang biasa disebut cacing
sutra.
Cacing oligochaeta menurut Pennak (1978) termasuk ke dalam filum
Annelida dan subkelas Oligochaeta. Cacing oligochaeta diberikan pada larva
maupun ikan hias karena memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu
sebesar 65%, lemak 15% dan karbohidrat sebesar 14%. Kelebihan cacing
oligochaeta selain proteinnya yang tinggi, juga memiliki tingkat kelangsungan
hidup yang reatif tinggi, siklus hidup yang relatif pendek, tahan terhadap
lingkungan yang beroksigen terlarut rendah dan bisa dikembangbiakkan dalam
subsrat organik (Marian dan Pandian 1984).
Selama ini, sebagian besar cacing oligochaeta diperoleh dari hasil
tangkapan alam. Hal tersebut cukup beresiko dikarenakan berpotensi membawa
parasit ataupun penyakit ke dalam lingkungan budidaya dan ketersediaannya pun
menjadi berfluktuasi tergantung musim, sedangkan kegiatan pembenihan harus
berlangsung setiap saat. Begitu pula dengan ketersediaan cacing oligochaeta di
Belitung yang relatif terbatas. Penyebab dari rendahnya ketersediaan tersebut
diantaranya yaitu jumlah cacing yang tersedia di alam relatif sedikit, relatif sulit

1
dalam hal transportasi untuk jarak yang sangat jauh bila dikirim dari luar pulau,
masih minimnya pengetahuan masyarakat Belitung dalam membudidayakan
cacing dan manfaat dari cacing oligochaeta tersebut. Permintaan terhadap pakan
alami cukup tinggi dilihat dari jumlah hatchery yang ada di Belitung yaitu
sebanyak 10 buah baik milik rumah tangga perikanan, perusahahaan perikanan
maupun milik pemerintah (BPS 2010). Selain untuk memenuhi tingginya
permintaan, budidaya cacing oligocaheta juga merupakan peluang usaha yang
cukup menjanjikan dikarenakan pesaing yang belum ada dan tingginya harga jual
yaitu berkisar antara Rp 75 000 – Rp 100 000 per kg. Harga tersebut jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan harga dari daerah lain, seperti di Jakarta yang
harganya Rp 20 000 per kilo, Yogyakarta harganya Rp 35 000 per kilo dan Rp 12
000 per kilo untuk daerah Bogor (Masturo 2011).
Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu dilakukan
penelitian penentuan padat penebaran cacing oligochaeta. Padat penebaran cacing
adalah jumlah cacing yang ditebarkan per satuan luas atau volume. Menurut
Effendi (2004), padat penebaran akan menentukan tingkat intensitas
pemeliharaan. Semakin tinggi padat penebaran yang bearti semakin banyak
jumlah atau biomassa per satuan luas maka semakin intens tingkat
pemeliharaannya. Pada padat penebaran yang tinggi, kebutuhan oksigen dan
pakan juga besar, serta buangan metabolisme seperti feses, NH3 dan CO2 juga
banyak.
Sistem budidaya yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan sistem
sirkulasi yang artinya air yang keluar dari bak pemeliharaan ditampung di bak
penampungan air, kemudan air tersebut dialirkan kembali ke bak pemeliharaan.
Tujuan dari penggunaan sistem sirkulasi pada penelitian ini adalah agar kokon
cacing oligocaheta yang terhanyut keluar bak pemeliharaan bisa masuk kembali
ke bak pemeliharaan, begitu pula dengan pupuk yang belum sempat
termanfaatkan bisa dimanfaatkan kembali dengan adanya sistem sirkulasi. Oleh
karena itu, pada penelitian ini tidak menggunakan filtrasi yang berfungsi sebagai
penyerap dan perombak senyawa nitrogenus yang bersifat racun (ammonia dan
nitrit) menjadi senyawa tidak beracun (nitrat) dengan bantuan mikroorganisme.
Air yang berada di bak penampungan akan diganti setiap dua hari sekali sebanyak

2
2/3 dari volume air yang ada, hal tersebut berfungsi untuk menjaga kualitas air
yang masuk ke bak pemeliharaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan padat penebaran cacing
oligochaeta yang terbaik antara 2600 individu/m2, 3600 individu/m2 dan 4600
individu/m2 dengan sistem sirkulasi berdasarkan biomassa, laju pertambahan
biomassa harian dan efesiensi ekonomi.

3
II. METODOLOGI

2.1 Lokasi dan Waktu


Penelitian dilakukan di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT), Kecamatan
Mempaya, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung. Waktu
penelitian dimulai dari April hingga Agustus 2011.

2.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada penelitian antara lain : bak pemeliharaan
berukuran 100 cm × 25 cm × 20 cm sebanyak 9 unit, plastik hitam untuk melapisi
bak, termometer, DO meter, pH meter, spektrofotometer, timbangan dan terpal.
Bahan yang digunakan adalah lumpur halus, kotoran ayam kering, Effective
Microorganisms (EM4), gula dan bibit cacing oligochaeta.

2.3 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan padat penebaran yaitu padat
penebaran 2600 individu/m2, 3600 individu/m2 dan 4600 individu/m2, masing-
masing diulang sebanyak tiga kali.
Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisisis menggunakan
program Microsoft Excel 2007 dan SPSS yang meliputi Analisis Ragam
(ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95% digunakan untuk
menentukan ada tidaknya pengaruh perlakuan padat penebaran terhadap
pertambahan biomassa dan populasi cacing oligochaeta. Apabila hasil berbeda
nyata maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji Tukey. Model statistik yang
digunakan sesuai dengan Steel dan Torrie (1993) yaitu :
Y ij = µ + σ i + ε ij
Keterangan :
Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = Nilai tengah dari pengamatan
σi = Pengaruh aditif perlakuan ke-i
ε ij = Pengaruh galat akibat perlakuan ke-i ulangan ke-j

4
Pengujian perlakuan dapat dilakukan dengan kriteria uji sebagai berikut :
Jika Fhitung ≥ Ftabel  tolak H0
Fhitung < Ftabel  terima H0
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian tersebut adalah:
H0 : perlakuan berupa padat penebaran berbeda tidak memberikan pengaruh
terhadap biomassa dan populasi cacing oligochaeta.
H1 : perlakuan berupa padat penebaran berbeda memberikan pengaruh
terhadap biomassa dan populasi cacing oligochaeta.

Parameter yang di ukur selama penelitian adalah biomassa dan populasi,


sedangkan parameter penunjang yang di amati adalah kualitas air yang terdiri atas
oksigen terlarut, pH, Total Ammonia Nitrogen (TAN) dan suhu.

2.4 Tahapan Penelitian


Pada penelitian ini terdapat sembilan unit percobaan yang berupa bak.
Tiga bak ditebar cacing oligochaeta sebanyak 2600 individu/m2, tiga bak ditebar
cacing oligochaeta sebanyak 3600 individu/m2 dan tiga bak lainnya ditebar cacing
oligochaeta sebanyak 4600 individu/m2. Adapun tahapan kerjanya sebagai
berikut:

2.4. 1 Persiapan
2.4.1.1 Bak Pemeliharaan
Bak pemeliharaan yang digunakan berupa kotak kayu berukuran 100 cm ×
25 cm × 20 cm sebanyak 9 unit. Bak dilapisi plastik berwarna hitam untuk
mencegah terjadinya kebocoran dan memberikan suasana lingkungan yang
mendukung bagi budidaya cacing oligochaeta seperti yang dilakukan oleh
Chumaidi et al. (1988). Bentuk bak pemeliharaan cacing oligochaeta yang
digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

5
Gambar 1 Bak pemeliharaan cacing oligochaeta

2.4.1.2 Media Pemeliharaan


Media pemeliharaan yang digunakan adalah campuran kotoran ayam kering
(50%) dan lumpur halus (50%) sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yuherman (1987). Lumpur yang digunakan sebagai media diambil dari kolam
budidaya ikan, selanjutnya lumpur dijemur di bawah sinar matahari hingga kering.
Kemudian lumpur dihaluskan dan disaring menggunakan saringan dengan ukuran
mata jaring 0,8 mm.

2.4.1.3 Cacing Uji


Bibit cacing oligochaeta yang digunakan pada penelitian di dominasi oleh
subkelas oligochaeta, bibit tersebut berasal dari pertani ikan lele dumbo di daerah
Kecamatan Badau, Kabupaten Belitung. Cacing yang digunakan berukuran 2-3
cm dengan bobot rata-rata 4-5 mg. Adapun dugaan cacing yang digunakan pada
penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.

a b
1-3 cm 1-3 cm

6
c d
2-3 cm 2-4 cm
Gambar 2 Tubifex tubifex (Anonim 2010) a), Tubifex tubifex (Anonim 2007) b),
Branchiura sowerbyi (Anonim 2006) c) dan Limnodrilus hoffmeisteri
(Anonim 2009) d)

2.4.1.4 Fermentasi Pupuk


Pupuk yang digunakan adalah kotoran ayam yang berasal dari peternakan
ayam pedaging, Manggar. Kotoran ayam tersebut difermentasi dengan
menggunakan Effective Microorganisms (EM4) yang berfungsi sebagai aktivator
fermentasi gula pasir dan air. Proses pembuatan fermentasi pupuk yaitu kotoran
ayam sebanyak 10 kg dikeringkan selama 6 jam, kemudian dicampur dengan
larutan aktivator yang terbuat dari ¼ sendok makan gula pasir, 4 mℓ EM4 dan 300
mℓ air. Campuran kotoran ayam dan larutan aktivator yang telah dibuat
didiamkan di dalam wadah tertutup selama 5 hari. Setelah 5 hari, kotoran ayam
yang sudah terfermentasi dijemur dengan bantuan sinar matahari hingga kering
(Fadillah 2004).

2.4.2 Metode Budidaya


2.4.2.1 Persiapan
Persiapan awal yang dilakukan sebelum dilakuakan penebaran adalah
disiapkan media budidaya berupa kotoran ayam kering dan lumpur halus kering
dengan perbandingan 1:1, lalu dimasukkan ke dalam bak pemeliharaan sambil
diaduk supaya tercampur merata hingga mencapai ketinggian 6 cm. Selanjutnya,
dilakukan pengisian air setinggi 2 cm dan dibiarkan selama 10 hari supaya pupuk
awal pada media dapat terurai oleh bakteri sehingga bakteri tersebut dapat
menjadi makanan awal bagi cacing oligochaeta.

7
2.4.2.2 Penebaran
Cacing ditebar ke dalam bak pemeliharaan setelah 10 hari penggenangan.
Perlakuan padat penebaran pada penelitian ini diambil berdasarkan penelitian
Oplinger et al., (2011) yang melakukan budidaya cacing oligochaeta dengan padat
penebaran 2600 individu/m2 dan padat penebaran 3600 individu/m2 yang
dilakukan oleh Simamora (1992), sehingga diperoleh interval perlakuan padat
penebaran 2600 individu/m2, 3600 individu/m2 dan 4600 individu/m2.

2.4.2.3 Pemberian Pupuk


Pupuk kotoran ayam hasil fermentasi diberikan setiap hari sebanyak satu
kali dengan dosis 1 kg/m2/hari selama 60 hari pemeliharaan sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Fadillah (2004).

2.4.2.4 Pengelolaan Air


Air yang digunakan selama penelitian bersumber dari air pegunungan.
Sebelum dialirkan ke bak pemeliharaan air ditampung terlebih dahulu di tandon
penampungan air untuk mengendapkan lumpur dan kotoran lain. Kemudian, pada
setiap bak pemeliharaan dialirkan air dengan debit 1000 mℓ/menit untuk bak
seluas 0,25 m2 sesuai yang dilakukan oleh Chumaidi et al. (1988). Air yang
masuk ke dalam bak pemeliharaan diatur dengan menggunakan klep pada selang
pemasukan, selanjutnya air yang keluar dari bak pemeliharaan akan ditampung di
bak penampungan dan dialirkan kembali ke bak pemeliharaan (Lampiran 1).
Supaya kualitas air terjaga maka setiap dua hari sekali air di bak penampungan
diganti sebanyak ⅔ dari volume air bak penampungan tersebut. Konstruksi bak
pemeliharaan budidaya cacing oligochaeta pada penelitian ini yang menggunakan
sistem sirkulasi dengan pergantian air dapat dilihat pada Gambar 3.

8
Gambar 3 Konstruksi bak pemeliharaan cacing oligochaeta

2.5 Pengambilan Data


Peubah yang diukur pada penelitian ini adalah populasi, biomassa dan
kualitas air. Pengambilan data dilakukan setiap 10 hari sekali selama 60 hari
pemeliharaan. Hal ini dikarenakan dari telur hingga meninggalkan kokon lamanya
10 – 12 hari dan cacing yang keluar dari kokon tersebut menghasilkan kokon
untuk pertama kalinya setelah 40 – 45 hari (Kasiorek 1974)

2.5.1 Pertambahan Populasi (individu/m2/) dan Biomassa (g/m2)


Pengambilan data dilakukan dengan cara pipa paralon berdiameter 3 cm
dengan luas permukaan lubang 7.07 cm2 dibenamkan ke dalam substrat lalu
diangkat. Substrat yang terambil ditampung di serok dan dicuci di air mengalir
sampai airnya tidak keruh, kemudian disebar di atas kaca yang berukuran 25 cm ×
20 cm. Cacing kemudian dipisahkan dari substrat dengan menggunakan jarum
bedah. Cacing yang terkumpul ditimbang menggunakan timbangan digital dengan
ketelitian 2 digit di belakang koma dalam satuan gram.

2.5.2 Laju Pertambahan Biomassa Harian (g/m2/hari)


Laju pertambahan biomassa harian (Yield) menurut Hepher (1978)
dihitung dengan menggunakan rumus :

9
Yield =

Keterangan : Yield = Laju pertambahan biomassa harian (g/m2/hari)


Bt = Biomassa pada hari ke-t (g/m2)
B0 = Biomassa pada hari ke-0 (g/m2)
t = Waktu pengamatan pada hari ke-t (hari)

2.5.3 Parameter Kualitas Air


Parameter kualitas air yang diukur adalah parameter fisika dan kimia.
Parameter fisika yang diukur adalah suhu yang dilakukan setiap pagi, sedangkan
parameter kimia yang diukur adalah oksigen terlarut, pH dan TAN (Total
Ammonia Nitrogen) yang diukur setiap 10 hari sekali selama 60 hari
pemeliharaan. Pengambilan sampel air untuk mengamati nilai oksigen terlarut,
pH, dan TAN diambil dari tiga titik yaitu inlet, tengah dan outlet pada setiap bak
pemeliharaan. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur kualitas air disajikan
pada Tabel 1.

Tabel 1 Parameter kualitas air, satuan dan alat ukur


Parameter Satuan Alat Ukur
o
Suhu C Termometer
Oksigen terlarut Ppm DO meter
pH - pH meter
TAN Ppm Spektrofotometer

2.6 Analisis Usaha


Analisis usaha dilakukan untuk mengukur apakah usaha tersebut layak
atau tidak untuk dilaksanakan. Perhitungan meliputi biaya-biaya yang harus
dikeluarkan serta keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan produk
berdasarkan skala usaha serta teknologi yang digunakan. Analisis ini bertujuan
untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan
dalam satu tahun.
Penerimaan adalah hasil kali antara produk yang dihasilkan dengan harga
jual dari produk tersebut. Penerimaan bergantung pada harga cacing dan jumlah

10
cacing yang terjual. Penerimaan dapat dihitung dengan rumus Nurmalina et al.,
(2009) :
TR = Q x P
Keterangan : TR = Total Revenue (total penerimaan)
Q = Quantity (bobot biomassa cacing oligochaeta yang dijual)
P = Price (harga cacing oligochaeta per kg)
Keuntungan diperoleh pada saat penerimaan dikurangi dengan biaya
pengeluaran yang dilakukan selama masa pemeliharaan, dihitung dengan
menggunakan rumus Nurmalina et al., (2009) :
π = TR – TC
Keterangan : π = Keuntungan
TR = Total Revenue (total penerimaan)
TC = Total Cost (total pengeluaran)
Analisis Revenue of Cost (R/C) merupakan salah satu kriteria kelayakan
yang biasa digunakan dalam analisis bisnis. Baik manfaat maupun biaya adalah
nilai kotor, penggunaan kriteria ini akan lebih menggambarkan pengaruh dari
adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima. Secara
matematis rasio R/C dapat dirumuskan sebagai berikut Nurmalina et al., (2009) :

R/C ratio =

Keterangan : ∑TR = Total Revenue (total penerimaan)
∑TC = Total Cost (total pengeluaran)
Analisis Payback period (PP) merupakan metode yang berguna untuk
mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis dengan payback period
yang singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar yang akan
dipilih. Payback period dapat dirumuskan sebagai berikut Nurmalina et al.,
(2009):

PP =

Keterangan : PP = Payback periodI (tahun)


I = Besar biaya investasi
Ab = manfaat bersih yang diperoleh pada setiap tahunnya
Analisis Break Even Point (BEP) merupakan alat analisis yang digunakan
untuk mengetahui batas nilai produksi atau volume produksi suatu usaha

11
mencapai titik impas, yaitu tidak untung dan tidak rugi. Usaha dinyatakan layak
apabila nilai BEP lebih rendah daripada harga yang berlaku saat ini. BEP Rp dan
BEP kg dapat dihitung menggunakan rumus menurut Martin et al., (1991):

BEP (Rp) =

BEP (kg) =

Keterangan : TFC = Total Fix Cost (biaya tetap)


TVC = Total Variable Cost (biaya variabel)
P = Price (harga per kg)
TR = Total Revenue (penerimaan)
P = Harga jual (Rp 100 000)
Harga Pokok Produksi (HPP) merupakan nilai atau biaya yang dikeluarkan
untuk memproduksi 1 unit produk (Rahardi et al., 1998). HPP dihitung
menggunakan rumus berikut :

HPP =

Keterangan : ∑ TC = Total Cost (total pengeluaran)


Q = Quantity (nilai hasil produksi/populasi cacing oligochaeta)

12
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan biomassa,
pertambahan populasi, laju pertumbuhan biomassa, kualitas air dan analisis usaha.

3.1.1 Pertambahan Biomassa Cacing Oligochaeta


Data hasil pengamatan pertambahan biomassa cacing oligochaeta selama
60 hari pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 2 yang diplotkan pada grafik
seperti terlihat pada Gambar 4.

1350
1200
1050
900
Biomassa (g)

750
2600 ind/m2
600
3600 ind/m2
450
4600 ind/m2
300
150
0
0 10 20 30 40 50 60
Masa pemeliharaan (hari)
Gambar 4 Pertambahan biomassa (g/m2) selama 60 hari pemeliharaan dengan
padat penebaran berbeda

Berdasarkan Gambar 2 di atas puncak biomassa yang diperoleh perlakuan


2600 individu/m2 adalah 411.26 g/m2 dan puncak biomassa yang diperoleh
perlakuan 3600 individu/m2 adalah 739.95 g/m2, keduanya dicapai pada hari ke-
40 masa pemeliharaan. Kemudian puncak biomassa yang diperoleh perlakuan
4600 individu/m2 adalah 1275.46 g/m2 yang dicapai pada hari ke-50 masa
pemeliharaan.
Hasil analisis sidik ragam biomassa cacing oligochaeta pada hari ke-40
dan ke-50 dari ketiga perlakuan padat penebaran yang berbeda dengan selang

13
kepercayaan 95% (p<0.05) dapat dilihat pada lampiran 3 yang diplotkan pada
histogram seperti pada Gambar 5.

3,5
2.55±0.076 2.85±0.179 2.96±0.063 3.10±0.092
3,0
2.61±0.057 2.66±0.036
Biomassa (log g/m2)

2,5

2,0

1,5 Hari ke-40


Hari ke-50
1,0

0,5 a a a b
ab b
0,0
2600 ind/m2 3600 ind/m2 4600 ind/m2
Perlakuan
Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
Gambar 5 Histogram pertambahan biomassa (log g/m2) cacing oligochaeta pada
hari ke-40 dan ke-50

Hasil analisis sidik ragam ANOVA yang dilakukan pada hari ke-40,
menunjukkan bahwa padat penebaran memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pertambahan biomassa cacing oligochaeta. Berdasarkan hasil uji lanjut
Tukey yang dilakukan dapat diketahui bahwa padat penebaran 2600 individu/m2
signifikan dengan padat penebaran 4600 individu/m2. Begitu pula dengan hasil
analisis sidik ragam ANOVA pada hari ke-50 yang menunjukkan bahwa padat
penebaran memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertambahan biomassa
cacing oligochaeta. Uji lanjut Tukey membuktikan bahwa padat penebaran 2600
individu/m2 dan 3600 individu/m2 signifikan dengan padat penebaran 4600
individu/m2.

3.1.2 Pertambahan Populasi Cacing Oligochaeta


Hasil perhitungan populasi cacing oligochaeta selama 60 hari
pemeliharaan dapat dilihat pada lampiran 4 dan diplotkan pada grafik seperti
terlihat pada Gambar 6.

14
270000
Populasi (individu/m2) 240000
210000
180000
150000
120000 2600 ind/m2
90000 3600 ind/m2
60000 4600 ind/m2
30000
0
0 10 20 30 40 50 60
Masa pemeliharaan (hari)
Gambar 6 Pertambahan populasi cacing oligochaeta selama 60 hari pemeliharaan
dengan padat penebaran berbeda

Berdasarkan Gambar 6, terlihat bahwa pola pertambahan populasi dan


biomassa cacing oligochaeta sama yaitu puncak populasi tertinggi diperoleh di
hari ke-50 pada perlakuan 4600 individu/m2 yakni sebesar 255091.61 individu/m2
dan puncak populasi terendah diperoleh pada padat tebar 2600 individu/m2
sebesar 82252.10 individu/m2 yang dicapai pada hari ke-40.
Hasil analisis sidik ragam populasi cacing oligochaeta pada hari ke-40 dan
ke-50 dengan selang kepercayaan 95% (p<0.05) dapat dilihat pada lampiran 5
yang diplotkan pada histogram seperti terlihat pada Gambar 7.

6 5,17±0,179 5,26±0,063 5,41±0,092


Populasi (log individu/m2)

4,92±0,0574,85±0,076 4,96±0,036
5

3
Hari ke-40
2
Hari ke-50
1
a a ab a b b
0
2600 ind/m2 3600 ind/m2 4600 ind/m2
Perlakuan
Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
Gambar 7 Histogram pertambahan populasi (log individu/m2) cacing
oligochaeta pada hari ke-40 dan ke-50

15
Hasil analisis sidik ragam ANOVA yang dilakuakan pada hari ke-40
menunjukkan bahwa padat penebaran memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pertambahan populasi cacing oligochaeta. Hasil uji lanjut Tukey yang
dilakukan membuktikan bahwa padat penebaran 2600 individu/m2 signifikan
dengan padat penebaran 4600 individu/m2. Kemudian, hasil analisis sidik ragam
ANOVA pada hari ke-50 juga menunjukkan bahwa padat penebaran memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap pertambahan populasi cacing oligochaeta.
Berdasarkan hasil uji lanjut Tukey terbukti bahwa padat penebaran 2600
individu/m2 dan 3600 individu/m2 signifikan dengan padat penebaran 4600
individu/m2.

3.1.3 Laju Pertambahan Biomassa Harian


Perhitungan laju pertambahan biomassa harian cacing oligochaeta selama
60 hari pemeliharaan dapat dilihat di Lampiran 6 dan diplotkan pada grafik seperti
terlihat pada Gambar 8.
30

25

20
Biomassa (g/m2/hari)

15 2600 ind/m2
3600 ind/m2
10
4600 ind/m2
5

0
0 10 20 30 40 50 60
-5
Masa pemeliharaan (hari)
Gambar 8 Laju pertambahan biomassa cacing oligochaeta (g/m2/hari) selama 60
hari pemeliharaan dengan padat penebaran berbeda

Berdasarkan Gambar 6 di atas terlihat laju pertambahan biomassa harian


cacing oligochaeta pada padat penebaran 2600 individu/m2 dan 3600 individu/m2
mengalami peningkatan di hari ke-40 masing-masing bernilai 9.96 g/m2/hari dan
18.05 g/m2/hari, kemudian mengalami penurunan pada hari ke-50. Peningkatan

16
yang paling tinggi terjadi pada perlakuan padat tebar 4600 individu/m2 yaitu
sebesar 25.05 g/m2/hari di hari ke-50.

3.1.4 Kondisi Lingkungan Budidaya


Parameter kualitas air yang diamati selama 60 hari pemeliharaan meliputi
DO, suhu, pH dan TAN. Kisaran nilai kualitas air yang diperoleh dapat dilihat
pada Tabel 2.

Tabel 2 Kisaran nilai beberapa parameter kualitas air pada bak pemeliharaan

Padat tebar (individu/m2) Kisaran


Parameter uji Sumber
2600 3600 4600 optimal
Poddubnaya
DO (ppm) 2.42-3.18 2.29-3.27 2.15-3.22 2.5-7
(1980)
Nascimento dan
Suhu (oC) 24.8-26.5 24.8-26.5 24.7-26.6 20-25
Alves (2009)
pH 6.53-6.72 6.53-6.78 6.26-6.79 5.5-7.5 Witley (1967)
Angel dan Pilar
TAN (ppm) 0.904-2.226 0.898-2.221 0.903-2.652 <3.8
(2004)

Berdasarkan Tabel 2 di atas, terlihat bahwa kisaran kandungan oksigen


terlarut dari ketiga perlakuan berada di bawah kisaran optimal, namun kadar
oksigen terlarut tersebut masih di atas 2 ppm sehingga cacing oligochaeta masih
dapat bertahan hidup. Nilai suhu, pH dan TAN untuk semua perlakuan padat tebar
yang dipelihara selama 60 hari berada di kisaran optimal untuk pertumbuhan
cacing oligochaeta.
Data hasil pengamatan kandungan oksigen terlarut dapat dilihat di
Lampiran 7a dan diplotkan pada grafik seperti terlihat pada gambar 9.
Oksigen terlarut (ppm)

3,5
3
2,5
2
1,5 Padat tebar 2600 ind/m2
1 Padat tebar 3600 ind/m2
0,5 Padat tebar 4600 ind/m2
0
0 10 20 30 40 50 60

Masa pemeliharaan (hari)


Gambar 9 Perubahan kandungan oksigen terlarut selama 60 hari pemeliharaan

17
Berdasarkan Gambar 9 di atas, terlihat bahwa konsentrasi oksigen terlarut
berfluktuasi per satuan waktu. Nilai oksigen terlarut pada awal pemeliharaan
berada di atas 3 ppm, sedangkan nilai kandungan oksigen terlarut pada akhir
pemeliharaan menurun dengan tingkat kepadatan 2600, 3600 dan 4600
individu/m2 berturut-turut sebesar 2.74 ppm, 2.70 ppm dan 2.77 ppm.
Data hasil pengamatan nilai suhu selama 60 hari masa pemeliharaan
cacing oligochaeta dapat dilihat pada Lampiran 7b yang diplotkan pada grafik
seperti terlihat pada Gambar 10.
30
25
Suhu (ºC)

20
15 Padat tebar 2600 ind/m2
10 Padat tebar 3600 ind/m2
5
Padat tebar 4600 ind/m2
0
0 10 20 30 40 50 60
Masa pemeliharaan (hari)
Gambar 10 Perubahan nilai suhu selama 60 hari masa pemeliharaan

Gambar 10 di atas menunjukkan bahwa nilai suhu berfluktuasi per satuan


waktu. Nilai suhu pada awal pemeliharaan berkisar 24.5 oC, sedangkan nilai akhir
selama masa pemeliharaan pada tingkat kepadatan 2600, 3600 dan 4600
individu/m2 berturut-turut sebesar 25.5 oC, 25.5 oC dan 25.6 oC.
Data hasil pengamatan nilai pH selama 60 hari masa pemeliharaan cacing
oligochaeta dapat dilihat pada Lampiran 7c dan diplotkan pada grafik seperti
terlihat pada Gambar 11.

8
7
6
5
pH

4 Padat tebar 2600 ind/m2


3
Padat tebar 3600 ind/m2
2
1 Padat tebar 4600 ind/m2
0
0 10 20 30 40 50 60
Masa pemeliharaan (hari)
Gambar 11 Perubahan kandungan nilai pH selama 60 hari masa pemeliharaan

18
Berdasarkan Gambar 11 di atas, selama 60 hari pemeliharaan nilai pH
yang diperoleh berfluktuasi per satuan waktu. Nilai pada awal pemeliharaan
berkisar 6.7 dan pada akhir pemeliharaan diperoleh nilai pH pada setiap tingkat
kepadatan 2600, 3600 dan 4600 individu/m2 berturut-turut sebesar 6.56, 6.70 dan
6.62.
Data hasil pengamatan kandungan Totan Ammonia Nitrogen (TAN)
selama 60 hari masa pemeliharaan cacing oligochaeta dapat dilihat pada Lampiran
7d dan diplotkan pada grafik seperti terlihat pada Gambar 12.
3

2,5
TAN (ppm)

1,5 Padat tebar 2600 ind/m2

1 Padat tebar 3600 ind/m2


Padat tebar 4600 ind/m2
0,5

0
0 10 20 30 40 50 60
Masa pemeliharaan (hari)
Gambar 12 Perubahan kandungan TAN selama 60 hari masa pemeliharaan

Berdasarkan gambar 12 terlihat bahwa konsentrasi TAN pada awal


pemeliharaan bernilai 0.9 ppm dan meningkat pada hari ke-10 dan ke-20. Namun
pada akhir pemeliharaan nilai kandungan TAN menurun untuk padat tebar 2600,
3600 dan 4600 individu/m2 berturut-turut sebesar 0.784 ppm, 0.830 ppm dan
0.938 ppm.

3.1.5 Analisis Usaha


Analisis usaha budidaya cacing oligochaeta dari ketiga perlakuan yang
dihitung dalam jangka waktu satu tahun ditunjukkan pada Tabel 3, dengan asumsi
yang digunakan sebagai berikut :
a. Biaya yang dikeluarkan terdiri atas biaya investasi dan biaya operasional
yang dikeluarkan pada tahun pertama. Biaya operasional terdiri atas biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang dikeluarkan antara lain teknisi,

19
papan, plastik hitam, paku 2 dim, pemeliharaan alat, BBM dan lahan,
sedangkan yang termasuk biaya variabel yaitu kotoran ayam, lumpur halus,
EM4, gula pasir, kantong plastik, bahan bakar bensin dan bibit cacing
oligochaeta,
b. Budidaya dengan padat penebaran 2.600 individu/m2 dan 3.600 individu/m2
terdiri atas 9 siklus dalam jangka waktu satu tahun, siklus pertama waktu
yang dibutuhkan adalah 55 hari (15 hari persiapan dan 40 hari pemeliharaan)
dan siklus selanjutnya hanya 40 hari (pemeliharaan). Budidaya dengan padat
penebaran 4600 individu/m2 terdiri atas 7 siklus dalam jangka waktu satu
tahun, siklus pertama waktu yang dibutuhkan adalah 65 hari (15 hari
persiapan dan 50 hari pemeliharaan) dan siklus selanjutnya hanya 50 hari
(pemeliharaan) (Lamiran 8),
c. Bak pemeliharaan cacing oligochaeta berupa kotak kayu berukuran 100 cm ×
25 cm × 20 cm sehingga luas dari satu bak pemeliharaan adalah 0,25 m2,
d. Bak pemeliharaan yang digunakan pada analisis usaha penelitian ini sebanyak
1000 unit. Asumsi tersebut diambil dari nilai perhitungan BEP pada
perlakuan padat penebaran 4600 individu/m2. Perlakuan padat penebaran
4600 individu/m2 dijadikan acuan karena pada padat penebaran 2600
individu/m2 dan 3600 individu/m2 menghasilkan biomassa yang sangat
rendah sehingga untuk mendapatkan keuntungan membutuhkan biaya yang
sangat besar namun keuntungan yang diperoleh sangat kecil. Perhitungan
penentuan jumlah bak pemeliharaan yang digunakan dapat dilihat pada
lampiran 9.
e. Lahan yang digunakan seluas 3900 m2 dengan luas efektif 3000 m2,
f. Bobot rata-rata cacing oligochaeta untuk setiap perlakuan adalah 0.005 g,
g. Jumlah cacing yang ditebar untuk perlakuan padat penebaran 2600
individu/m2 adalah 13 g/m2 atau sebanyak 3.25 g/bak pemeliharaan. Jumlah
cacing yang ditebar untuk perlakuan padat penebaran 3600 individu/m2
adalah 18 g/m2 atau sebanyak 4.5 g/bak pemeliharaan. Jumlah cacing yang
ditebar untuk perlakuan padat penebaran 2600 individu/m2 adalah 23 g/m2
atau sebanyak 5.75 g/bak pemeliharaan.

20
h. Pada siklus kedua dan berikutnya cacing oligochaeta yang dipanen sebanyak
90 % dari biomassa yang diproduksi dan 10 % lagi digunakan sebagai bibit
untuk siklus berikutnya.
i. Biaya tenaga kerja untuk teknsi sebesar Rp 1 200 000 per bulan dengan
pertimbangan pengerjaan yang dilakukan yaitu memelihara cacing, memberi
pupuk, dan panen,
j. Keuntungan yang diperoleh menjadi hak dari pemilik dan pemilik juga terjun
langsung pada saat kegiatan berlangsung,
k. Harga bibit cacing oligochaeta per kilo yaitu Rp 75 000/kg, dan
l. Harga jual cacing oligochaeta per kilo yaitu Rp 75 000/kg.
Biaya yang dikeluarkan untuk budidaya daya cacing oligochaeta dengan
kepadatan yang berbeda dapat dilihat pada Lampiran 9 dan hasil perhitungan dari
biaya investasi, biaya tetap, biaya variabel, penerimaan, keuntungan, R/C ratio,
payback period (PP), harga pokok produksi (HPP) dan break even point (BEP)
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Analisis usaha budidaya cacing oligochaeta pada sistem sirkulasi air

Padat penebaran (individu/m2)


Uraian
2.600 3.600 4.600
Biaya investasi (Rp) 35 710 500 35 710 500 35 710 500
Biaya Tetap (Rp) 70 487 350 70 487 350 70 287 350
Biaya variabel (Rp) 103 295 250 104 139 000 91 288 250
Biaya total (Rp) 173 782 600 174 626 350 161 575 600
Penerimaan/tahun (Rp) 69 400 125 124 866 563 167 404 125
Keuntungan (Rp) -104 382 475 -49 759 788 5 828 525
R/C rasio 0.40 0.72 1.04
PP (tahun) -0.34 -0.72 6.13
BEP (Rp) -144 322 551 424 628 467 154 585 260
BEP (kg) 940 940 937
HPP (Rp/kg) 187 805 104 888 72 389

Berdasarkan data hasil perhitungan analisis usaha dengan asumsi 1000 unit
bak pemeliharaan terlihat bahwa pada perlakuan padat penebaran 2600
individu/m2 mengalami kerugian sebesar Rp 104 382 475. Berdasarkan
perhitungan R/C ratio nilai yang diperoleh sebesar 0.40, bearti setiap pengeluaran
biaya produksi sebesar Rp 1 maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 0.40.
Sedangkan nilai BEP produksi sebesar 940 kg, menunjukkan bahwa titik impas
atau kondisi tidak untung dan tidak rugi dicapai pada saat produksi usaha sebesar

21
940 kg. Apabila ingin mendapatkan keuntungan maka harus memproduksi lebih
dari 940 kg. Nilai HPP yang diperoleh sebesar Rp 187 805 yang artinya agar
usaha tidak rugi maka harus menjual cacing oligochaeta dengan harga lebih dari
Rp 187 805 per kg.
Perlakuan padat penebaran 3600 individu/m2 juga mengalami kerugian,
sama halnya dengan perlakuan padat penebaran 2600 individu/m2, kerugian yang
diperoleh sebesar Rp 49 759 788. Nilai R/C ratio yang dihasilkan sebesar 0.72,
yang bearti setiap 1 rupiah yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan
sebesar Rp 0.72. Nilai BEP yang diperoleh sebesar Rp 424 628 467 dan 940 kg,
apabila ingin mendapatkan keuntungan maka penerimaan yang diperoleh harus
lebih dari Rp 424 628 467 dan 940 kg. Nilai HPP yang diperoleh dari hasil
perhitungan sebesar Rp 104 888, sehingga cacing harus dijual dengan harga lebih
dari harga tersebut supaya usaha yang dijalankan tidak rugi.
Perlakuan padat penebaran 4600 individu/m2 dengan asumsi 1000 unit bak
pemeliharaan memperoleh keuntungan sebesar Rp 5 828 525 per tahun. Nilai R/C
ratio yang dihasilkan sebesar 1.04, yang bearti setiap 1 rupiah yang dikeluarkan
akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.04. Waktu yang dibutuhkan oleh
perlakuan 4600 individu/m2 untuk pengembalian modal yang sudah ditanam
adalah selama 6.13 tahun. Nilai BEP (Rp) atau batas nilai produksi dalam suatu
usaha untuk mencapai titik impas dari perlakuan padat penebaran 4600
individu/m2 adalah sebesar Rp 154 585 260 dan BEP (kg) sebesar 937 kg, oleh
karena itu apabila ingin mendapatkan keuntungan maka penerimaan dan jumlah
produksi yang dihasilkan harus lebih dari Rp 154 585 260 dan 937 kg. Nilai HPP
yang diperoleh dari perlakuan 4600 individu/m2 adalah sebesar Rp 72 389 per kg,
sehingga bisa dikatakan bahwa pada perlakuan padat penebaran 4600 individu/m2
layak untuk dijalankan karena nilai HHP yang diperoleh lebih rendah dari harga
jual yang ditetapkan yaitu sebesar Rp 75 000 per kg.

3.2 Pembahasan
Cacing oligochaeta termasuk ke dalam filum Annelida, kelas Clitellata,
kemudian dibagi lagi menjadi tiga subkelas, yaitu Oligochaeta, Branchiobdella
dan Hirudinoidea. Cacing oligochaeta terdapat lebih dari 3100 spesies,

22
kebanyakan terdapat di air tawar, beberapa di laut, air payau dan darat. Jenis
akuatik umumnya terdapat pada daerah dangkal yang kurang dari 1 meter,
beberapa membuat lubang dalam lumpur, ada pula yang membuat selubung
menetap atau berpindah-pindah. Melimpahnya jenis oligochaeta tertentu dapat
dipakai sebagai petunjuk adanya pencemaran organik di perairan (Widigdo et al.
2005).
Secara fungsional dan ekologi, oligochaeta dibagi menjadi 2 tipe, yaitu
microdrile dan megadrile. Microdrile merupakan spesies akuatik, berukuran 1-30
mm, dinding tubuh tipis dan agak transparan. Megadrile merupakan spesies darat,
dinding tubuh tebal, umumnya panjang antara 5-30 cm, bahkan Megascolides di
Australia dapat mencapai 3 meter. Pada umumnya jumlah ruas cacing oligochaeta
tidak tetap, bervariasi sekitar 25%. Jumlah ruas atau somit pada cacing dewasa
antara 115-200 buah, dan pada spesies dari famili Haplotaxidae sampai 500 buah.
Ruas pertama adalah peristomium yang mengandung mulut dan ruas terakhir
terdapat anus (Widigdo et al. 2005).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 60 hari pemeliharaan,
pola pertambahan biomassa dan populasi cacing oligochaeta pada perlakuan padat
penebaran 2600 individu/m2 dan 3600 individu/m2 mencapai puncak yang sama
yaitu pada hari ke-40 masing-masing sebesar 411.26 g/m2 dan 82252 individu/m2
untuk padat tebar 2600 individu/m2 dan 739.95 g/m2 dan 147991 individu/m2
untuk padat tebar 3600 individu/m2. Puncak populasi terjadi pada hari ke-40
dikarenakan cacing oligochaeta yang ditebar merupakan cacing dewasa yang siap
kawin, dilihat dari panjang dan berat cacing yang ditebar. Hal ini didukung oleh
Pophenco (1967) yang menyatakan bahwa cacing Tubifex sp. dewasa yang siap
kawin berukuran sekitar 3 cm dengan bobot tubuh antara 2 -5 mg. Kasiorek
(1970) juga mengemukakan bahwa telur Tubifex sp. meninggalkan kokonnya
selama 10-12 hari dan setelah menetas akan tumbuh secara intensif selama 30
hari, sehingga diperoleh puncak di hari ke-40. Cacing oligochaeta yang
mengeluarkan kokon akan mengeluarkan kokon kembali setiap dua minggu
sekali. Anak cacing akan menghasilkan kokon untuk pertama kali pada usia
sekitar 40 – 45 hari (Kasiorek 1974). Gambar 13 di bawah ini merupakan contoh
kokon dari Limnodrilus hoffmeisteri.

23
1 mm

Gambar 13 Kokon Limnodrilus hoffmeisteri (Anonim 2009)


Penurunan populasi terjadi pada hari ke-50 dikarenakan tingginya populasi
pada hari ke-40, menyebabkan adanya persaingan mendapatkan makanan. Hal
tersebut diduga karena dosis pupuk yang diberikan setiap harinya sama yaitu 1
kg/m2/hari, sedangkan populasi bertambah setiap minggunya. Pemupukan yang
dilakukan dalam pemeliharaan cacing oligochaeta bertujuan untuk menambah
kandungan nutrien. Unsur nutrien terpenting di dalam pemupukan adalah N-
organik berbentuk partikel di perairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
bakteri. Penelitian ini menggunakan pupuk yang difermentasi menggunakan
aktifator EM4 yang berfungsi meningkatkan kandungan N dan C yang terkandung
dalam bahan organik, hal ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Fadillah
(2004).
Penelitian yang dilakukan Fadillah (2004) menunjukkan bahwa
kelimpahan bakteri yang didapat lebih rendah daripada Febriati (2004) yang
melakukan pemupukan dengan kotoran ayam kering tanpa fermentasi.
Kelimpahan bakteri rata-rata yang diperoleh Fadillah (2004) mencapai 104-105
sedangkan Febrianti (2004) mencapai 106-105. Perbedaan kelimpahan tersebut
terkait dengan populasi cacing yang dicapai pada masing-masing penelitian.
Rendahnya kelimpahan bakteri Fadillah (2004) diikuti dengan tingginya populasi
dan biomassa yang dicapai yakni sebesar 661447 individu/m2 dan 1719.59 g/m2.
Hal ini menandakan bahwa sebagian besar cacing memanfaatkan bakteri sebagai
sumber makanannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Widigdo et al. (2005), yang
menyatakan bahwa cacing oligochaeta memakan bakteri, ganggang filamen,
diatom dan detritus, sehingga populasi bakteri yang ada pada meia pemeliharaan
akan mempengaruhi pertambahan cacing oligochaeta.

24
Penurunan pupulasi pada pemeliharaan juga disebabkan karena induk yang
sudah dewasa tidak lagi menghasilkan individu baru, cacing yang masih muda
belum mampu bereproduksi dan adanya kematian cacing yang sudah mencapai
usia tua. Hal ini dibuktikan berdasarkan pengamatan secara visual, dimana cacing
dewasa sudah tidak terlihat pada bak pemeliharaan dan pada saat sampling hari
ke-50 tidak ditemukan adanya cacing dewasa. Penurunan biomassa berkaitan
dengan penurunan populasi, dimana setelah populasi tertinggi dicapai jumlah
individu dewasa mulai berkurang karena adanya kematian sedangkan individu
muda belum mampu bereproduksi sehingga setelah titik tertinggi tercapai individu
yang terdapat dalam wadah pemeliharaan sebagian besar adalah individu baru.
Pada pemeliharaan dengan perlakuan padat penebaran 4600 individu/m2
puncak populasi dan biomassa terjadi pada hari ke-50 sebesar 1275.46 g/m2 dan
255092 individu/m2 dan menurun pada hari ke-60. Perbedaan tinggi puncak
populasi dan biomassa antar perlakuan dikarenakan pada padat penebaran 4600
individu/m2 memiliki nilai rata-rata kandungan oksigen terlarut yang rendah pada
awal pemeliharaan (Lampiran 7a). Rendahnya oksigen terlarut tersebut
dikarenakan jumlah dari padat penebaran 4600 individu/m2 lebih tinggi
dibandingkan kedua perlakuan yang lain sehingga persaingan untuk mendapatkan
oksigen juga lebih besar. Persaingan mendapatkan oksigen tersebut juga tidak
hanya antar cacing yang dipelihara tetapi juga bersaing dengan bakteri karena
proses dekomposisi membutuhkan oksigen. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
Hariyadi dkk (1992) yang menyatakan bahwa proses dekomposisi tidak terjadi
secara sekaligus tetapi bertahap bergantung kepada kadar bahan organik yang
diuraikan, hanya 10-12 % bahan organik yang dapat diuraikan pada setiap tahap.
Proses untuk mencapai sekitar 96 % bahan organik terurai diperlukan waktu yang
cukup lama yaitu sekitar 20 hari dan pada hari ke-5 diperkirakan 75 % bahan
organik telah terurai. Pada temperatur 20 °C proses dekomposisi berjalan
optimum dan sekitar 75 % bahan organik telah terdekomposisi. Rendahnya
kandungan oksigen terlarut tersebut mempengaruhi aktivitas makan dan
reproduksi dari cacing oligochaeta, yang diikuti dengan tingginya kandungan
TAN.

25
Apabila dibandingkan dengan hasil penelitian yang menggunakan padat
penebaran yang sama tetapi menggunakan sistem yang berbeda yaitu sistem
terbuka, penelitian ini memperoleh biomassa dan populasi lebih rendah. Penelitian
dengan sistem terbuka memperoleh puncak populasi dan biomassa tertinggi pada
perlakuan 4600 individu/m2 yaitu sebesar 447904 individu/m2 dan 2239.52 g/m2,
yang terjadi pada hari ke-40 (Febriani 24 Oktober 2011, komunikasi pribadi).
Perbedaan pertambahan populasi, pertambahan biomassa dan puncak dari
populasi dan biomassa tersebut terjadi diduga karena pada sistem terbuka, faktor
lain seperti kualitas air yang terdiri atas kandungan oksigen terlarut dan
kandungan TAN lebih mendukung untuk reproduksi dan aktivitas makan.
Laju pertambahan biomassa tertinggi pada penelitian ini sebesar 25.05
g/m2/hari pada perlakuan padat tebar 4600 individu/m2 yang dicapai pada hari ke-
50. Nilai ini lebih kecil bila dibandingkan pada penelitian dengan menggunakan
sistem terbuka yaitu sebesar 55.41 g/m2/hari, begitu pula halnya dengan penelitian
Fadillah (2004) yaitu sebesar 42.94 gr/m2/hari yang sama-sama memberikan
pupuk kotoran ayam hasil fermentasi namun sistem yang digunakan berbeda.
Perbedaan laju pertambahan biomassa harian dipengaruhi oleh biomassa yang
dapat dicapai pada setiap penelitian. Hal ini membuktikan bahwa budidaya cacing
oligochaeta pada sistem sirkulasi dengan pergantian air menghasilkan laju
pertambahan biomassa yang lebih rendah dibandingkan dengan budidaya cacing
oligochaeta dengan sistem terbuka.
Berdasarkan hasil uji lanjut Tukey yang dilakukan pada hari ke-40 untuk
pertambahan biomassa dan populasi, perlakuan 2600 individu/m2 signifikan
dengan perlakuan 4600 individu/m2, hal ini dikarenakan biomassa dan populasi
yang diperoleh dari kedua perlakuan tersebut memiliki nilai yang berbeda jauh.
Begitu pula dengan hasil uji lanjut Tukey pada hari ke-50 untuk pertambahan
biomassa dan populasi, yang menunjukkan perlakuan 2600 individu/m2 dan 3600
individu/m2 signifikan dengan perlakuan 4600 individu/m2. Hasil tersebut terjadi
dikarenakan pada perlakuan 4600 memiliki padat penebaran awal yang lebih
tinggi sehingga peluang untuk kawinnya cacing oligochaeta lebih tinggi sehingga
menghasilkan populasi dan biomassa yang tinggi pula bila dibandingkan dengan
kedua perlakuan lainnya.

26
Pada awal pemeliharaan kandungan oksigen terlarut untuk ketiga
perlakuan berada di atas 3 ppm, namun pada hari ke-10 terjadi penurunan dan
nilai rata-rata yang paling rendah terjadi pada padat tebar 4600 individu/m2 yaitu
2.15 ppm (Lampiran 7a). Nilai kandungan oksigen terlarut pada awal
pemeliharaan lebih tinggi dibandingkan hari selanjutnya, diduga karena populasi
cacing oligochaeta masih rendah sehingga pemanfaatan terhadap oksigen terlarut
juga masih rendah, begitu pula dengan proses oksidasi bahan organik oleh
mikroorganisme yang juga masih rendah. Penurunan kandungan oksigen terlarut
yang terjadi pada ke-10 disebabkan oleh adanya aktifitas bakteri dalam merombak
bahan makanan organik karena proses dekomposisi membutuhkan oksigen selain
itu oksigen yang rendah juga disebabkan oleh respirasi cacing oligochaeta yang
dipelihara akibat peningkatan populasi cacing tersebut.
Kandungan oksigen terlarut rata-rata yang didapatkan pada hari ke-10
nilainya kurang dari 2.5 ppm. Kondisi tersebut bisa menyebabkan menurunnya
aktivitas makan maupun reproduksi cacing oligochaeta sehingga proses
pembentukan zat-zat gizi di dalam tubuh jadi ikut menurun. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Marian dan Pandian (1984), yang menyatakan bahwa kebutuhan
oksigen terlarut Tubifex tubifex bagi perkembangan embrio berkisar antara 2.5 – 7
ppm dan apabila oksigen terlarut kurang dari 2 ppm akan mengakibatkan aktivitas
makan dan reproduksinya menurun. Meskipun oksigen terlarut selama penelitian
berkisar antara 1.84 – 3.83 ppm, namun kisaran tersebut masih mampu
mendukung kehidupan tubifisid, hal ini dikarenakan cacing masih dapat bertahan
hidup pada kondisi yang anaerob (tanpa oksigen). Akan tetapi kondisi tersebut
dapat menghambat aktivitas makan dan reproduksi cacing yang dipelihara, karena
cacing tubifisid akan menggunakan energinya untuk menggoyang-goyangkan
bagian posterior tubuhnya agar memperoleh oksigen untuk pernapasan
(Pennak 1978). Hal ini juga didukung oleh pernyataan Vincentius (1992), yang
menyatakan bahwa tubifisid memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi terhadap
kandungan oksigen terlarut dalam air. Kondisi tersebut dibuktikan dengan adanya
perbedaan puncak populasi dari ketiga perlakuan yaitu pada perlakuan 4600
individu/m2 yang terjadi pada hari ke-50 sedangkan dua perlakuan lainnya
mencapai puncak populasi pada hari ke-40. Pada peneitian ini tidak menggunakan

27
aerasi yang berfungsi untuk mempertahankan konsentrasi oksigen terlarut,
dikarenakan tempat melakukan penelitian tidak tersedia pembangkit listrik. Oleh
karena itu untuk mempertahankan kualitas air, air yang ada di bak penampungan
diganti setiap dua hari sekali sebanyak 2/3 dari volume air yang ada.
Suhu air selama penelitian berkisar antara 24.3 oC – 26.7 oC, dengan
rincian pada padat tebar 2600 individu/m2 suhu berkisar antara 24.5oC – 26.6 oC,
pada padat tebar 3600 individu/m2 suhu berkisar antara 24.4oC – 26.6oC dan pada
padat tebar 4600 individu/m2 antara 24.3oC – 26.7oC (Lampiran 7b). Perubahan
suhu pada media budidaya dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan pada saat
penelitian dilakukan. Secara keseluruhan, perubahan suhu terjadi secara seragam
untuk ketiga perlakuan selama 60 hari pemeliharaan dan berada dalam kisaran
yang layak bagi pertumbuhan cacing oligochaeta.
Kondisi suhu air selama penelitian masih berada dalam batas kelayakan
bagi produksi cacing oligochaeta, hal ini sesuai dengan Kosiorek (1974) yang
menyatakan bahwa Tubifex tubifex menghasilkan kokon pada kisaran suhu 0 oC –
30 oC dengan suhu optimum berkisar antara 20 oC – 25 oC yang diperkuat juga
oleh pernyataan Marian dan Pandian (1984) bahwa Tubifex sp. dapat bereproduksi
pada kisaran suhu 0.5 oC – 30 oC. Walaupun kisaran suhu selama penelitian ada
yang berada di luar kisaran optimum bagi tubifisid, tetapi secara umum kisaran
suhu masih dapat mendukung bagi kehidupan cacing oligochaeta. Hal ini juga
diperkuat oleh pernyataan Pennak (1978) yang menyatakan bahwa suhu bukan
merupakan faktor pembatas bagi oligochaeta akuatik.
Terlihat juga dari Gambar 10 di atas, suhu saat pengambilan contoh
menunjukkan bahwa pada hari pengamatan ke-10 dan ke-50 terjadi sedikit
peningkatan suhu untuk ketiga perlakuan. Perubahan suhu yang terjadi dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing sutra. Hal ini
sesuai dengan pendapat Aston (1968) bahwa peningkatan suhu dapat
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan terutama pertumbuhan cacing dewasa dan
pertumbuhan jumlah kokon yang dikeluarkan oleh Tubifisid.
Kisaran nilai pH yang diperoleh selama 60 hari penelitian dari ketiga
perlakuan adalah 6.40 – 6.93, dengan rincian pada padat tebar 2600 ind/m2 suhu
berkisar antara 6.43 – 6.83, pada padat tebar 3600 ind/m2 suhu berkisar antara

28
6.43 – 6.9 dan pada padat tebar 4600 ind/m2 antara 6.4 – 6.93 (Lampiran 7c).
Kisaran nilai pH tersebut masih dalam batas kelayakan hidup cacing oligochaeta.
Hal ini didasarkan pada pendapat Whitley (1968), bahwa batas nilai pH untuk
kelayakan hidup Tubifisid adalah 5.5 – 7.,5.
Nilai pH air pada media budidaya selama masa pemeliharaan tersebut bisa
berada di atas maupun di bawah nilai pH air pada awal pemeliharaan yang bernilai
6.57-6.93. Hal ini disebabkan nilai pH air yang diperoleh tergantung dari reaksi-
reaksi kimia yang ada di air, sesuai dengan pernyataan Spotte (1970) yang
menyatakan bahwa reaksi kimia yang menghasilkan [H+] akan menurunkan pH
dan reaksi yang menghasilkan [OH+] akan meningkatkan pH. Kisaran pH yang
diperoleh selama penelitian berlangsung masih dapat mendukung kehidupan
cacing oligochaeta, diperkuat oleh pernyataan Whitley (1968) yang
mengemukakan bahwa kisaran pH yang baik untuk tubifisid adalah 7.0 – 9.0 dan
pada kisaran 6.0 – 8.0 tubifisid masih dapat bertahan hidup.
Total Ammonia Nitrogen merupakan jumlah ammonia tidak terionisasi
dan ion ammonium. Ammonia yang tidak terionisasi sangat toksik dan tetapi ion
ammonium relatif tidak toksik. Kisaran kandungan TAN selama penelitian
berlangsung dari ketiga perlakuan adalah 0.509 – 2.623 ppm. Berdasarkan
Gambar 11 terlihat bahwa pada padat tebar 4600 individu/m2 mempunyai nilai
kandungan paling tinggi dibandingkan dengan kedua perlakuan lainnya.
Kandungan TAN pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Fadillah (2004) yaitu <0.001 – 0.037, yang juga
sama-sama memberikan pupuk harian kotoran ayam hasil fermentasi. Akan tetapi
sistem yang digunakan selama penelitian berlangsung berbeda, yaitu pada
penelitian Fadillah (2004) menggunakan sistem terbuka sedangkan penelitian ini
menggunakan sistem sirkulasi. Oleh karena itu meskipun dilakukan pengaliran air
secara kontinu, air tersebut tidak mampu mencuci substrat dan menghanyutkan
unsur-unsur toksik air yang keluar dari wadah budidaya karena air yang keluar
tersebut akan masuk kembali. Akan tetapi, seiring dengan lamanya masa
pemeliharaan kandungan TAN semakin menurun. Hal ini dikarenakan adanya
pergantian air setiap dua hari sekali pada bak penampungan air meskipun

29
kandungan TAN tersebut masih tetap tinggi yaitu berkisar 0.620-1.145 ppm pada
akhir masa pemeliharaan.
Fiastri (1987) menyatakan bahwa kehidupan Tubifex tubifex akan
terganggu bila kandungan TAN lebih dari 2.70 ppm. Chumaidi (1989) juga
menambahkan bahwa Tubifex tidak ditemukan pada media dengan kandungan
TAN lebih dari 3.80 ppm. Sehingga kisaran TAN yang dihasilkan selama masa
pemeliharaan berlangsung yang berkisar 0.509 – 2.623 ppm masih mampu
mendukung kehidupan cacing oligochaeta.
Keuntungan terbesar diperoleh pada perlakuan 4600 individu/m2, karena
total penerimaannya lebih besar dari biaya total yang dikeluarkan. Besarnya
penerimaan yang didapatkan dari hasil penjualan cacing oligochaeta ditentukan
oleh padat penebaran. Semakin tinggi padat penebaran, maka penerimaan
meningkat karena jumlah cacing yang dihasilkan semakin banyak. Sedangkan
pada perlakuan 2600 individu/m2 dan 3600 individu/m2 memperoleh kerugian, hal
tersebut dikarenakan total penerimaannya lebih kecil dibandingkan dengan biaya
total yang dikeluarkan. Kerugian yang terjadi pada perlakuan 2600 individu/m2
dan 3600 individu/m2 tidak hanya disebabkan oleh total penerimaan yang rendah
karena jumlah cacing yang dihasilkan sedikit, tetapi juga disebabkan oleh biaya
variabel yang dikeluarkan berbeda dari ketiga perlakuan tersebut. Perbedaan biaya
variabel yang dikeluarkan dari ketiga perlakuan disebabkan oleh jumlah siklus
yang dilakukan berbeda setiap tahunnya dan jumlah bibit yang ditebar juga
berbeda. Perbedaan jumlah siklus dipengaruhi oleh lamanya puncak biomassa
yang terjadi pada setiap perlakuan.
Perlakuan 4600 individu/m2 memperoleh nilai R/C ratio lebih dari satu, hal
tersebut dikarenakan perbandingan total penerimaan yang diperoleh lebih besar
dari total biaya total yang dikeluarkan, sehingga bisa menghasilkan keuntungan.
Sedangkan pada perlakuan 2600 individu/m2 dan 3600 individu/m2 total
penerimaan lebih kecil dari total biaya yang dikeluarkan sehingga nilai R/C ratio
yang dihasilkan kurang dari satu dan tidak mendapatkan keuntungan. Periode
pengembalian modal investasi yang ditanam pada perlakuan 4600 individu/m2
ditentukan oleh keuntungan yang didapat. Semakin besar keuntungan yang
diperoleh maka modal investasi yang sudah ditanam akan semakin cepat kembali.

30
Pada perlakuan 2600 individu/m2 dan 3600 individu/m2 periode pengembalian
modal investasi tidak bisa diketahui, hal tersebut dikarenakan pada kedua
perlakuan mengalami kerugian.
Nilai BEP yang diperoleh lebih rendah dari nilai penerimaan yang
diperoleh pada perlakuan 4600 individu/m2 sehingga bisa menghasilkan
keuntungan. Sedangkan pada perlakuan 3600 individu/m2 nilai BEP yang
diperoleh lebih tinggi dari nilai penerimaan sehingga tidak mendapatkan
keuntungan, begitu pula dengan perlakuan 2600 individu/m2 nilai BEP nya yang
bernilai negatif. Nilai HPP yang diperoleh pada perlakuan 4600 individu/m2
bernilai lebih rendah dari nilai jual yang ditetapkan sehingga menghasilkan
keuntungan, hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah cacing yang dihasilkan.
Sedangkan pada perlakuan 2600 individu/m2 dan 3600 individu/m2 nilai HPP
lebih besar dari nilai jual yang ditetapkan, hal tersebut dikarenakan jumlah cacing
yang dihasilkan sedikit.
Hasil perhitungan analisis usaha dari ketiga perlakuan dengan asumsi 1000
bak, yang paling layak untuk diajalankan adalah pada perlakuan padat penebaran
4600 individu/m2. Hal ini dilihat dari nilai keuntungan yang besar, nilai R/C rasio
yang tinggi, waktu pengembalian investasi yang lebih cepat, nilai BEP (Rp) dan
BEP (Kg) yang lebih rendah serta nilai HPP yang lebih rendah dari harga jual
yang ditetapkan.

31
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan biomassa yang diperoleh selama penelitian, maka padat
penebaran cacing oligocaheta yang terbaik adalah 4600 individu/m2, diikuti
dengan padat tebar 3600 individu/m2 dan terakhir 2600 individu/m2. Padat
penebaran cacing oligocaheta yang terbaik berdasarkan indikator laju
pertambahannya berturut-turut adalah 4600 individu/m2, 3600 individu/m2 dan
2600 individu/m2. Padat penebaran berdasarkan analisis usaha padat tebar 4600
individu/m2 lebih layak dijalankan dibandingkan dengan kedua perlakuan lainnya.

4.2 Saran
Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk menambahkan aerasi yang
berfungsi untuk mempertahankan konsentrasi oksigen terlarut dan filtrasi yang
berfungsi sebagai penyerap dan perombak senyawa nitrogenus yang bersifat racun
(ammonia dan nitrit) menjadi senyawa tidak beracun (nitrat) dengan bantuan
mikroorganisme agar bisa memperbaiki kualiatas air sehingga bisa meningkatkan
jumlah produksi cacing oligochaeta.

32
DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Kepulauan Bangka Belitung dalam angka
2010. Kepulauan Bangka Belitung: BPS Kepulauan Bangka Belitung.

Ajiningsih, D. 1992. Peranan tinggi substrat terhadap kualitas tubifisid pada


ketinggian air budidaya 2 cm. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Anonim. 2006. Neozoen in bodensee und rhein (Auswahl, wird ständig


aktualisiert). http://www.hydrainstitute.com/de/ifah/Gewaesseroekologie/
Aquatische%20Neozoen_Steckbriefe.php. [21 Maret 2012].

Anonim. 2007. Tubifex (Tubifex tubifex). http://www.kornels-welt.de/tiere/


lebendfutter.php. [21 Maret 2012].

Anonim. 2009. Limnodrilus hoffmeisteri Claparede. http://blog.naver.com/PostVie


w.nhn?blogId=nstdaily&logNo=150073156792. [21 Maret 2012].

Anonim. 2010. Tubifex tubifex. http://www.biorede.pt/page.asp?id=2645. [21


Maret 2012].

Aston, R. J. 1967. The effect of temperature on the life cycle, growth and
fekundity of Branchiura sowebyi (Oligochaeta: Tubificidae). J. Zool.
London. 154: 29: 40.

Bahermansyah. 2012. Target produksi perikanan budidaya naik 38%.


http://infopublik.kominfo.go.id/index.php?page=indeks_berita&data=4&s
ub=36. [14 Februari 2012].

Chumaidi, Zaenuddin, Fiastri. 1988. Pengaruh debit air yang berbeda terhadap
biomassa cacing rambut (Tubifisid). Buletin Perikanan Darat. 7 (2):41-46.

Effendi. 2004. Pengantar akuakultur. Jakarta : Penebar Swadaya.

Fadillah, R. 2004. Pertumbuhan populasi dan biomassa cacing sutra Limnodrillus


pada media yang dipupuk kotoran ayam hasil fermentasi. [Skripsi].
Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor.

Fiastri. 1987. Pengaruh debit air dengan modifikasi sistem pembilasan terhadap
pertumbuhan Tubifex sp. [Skripsi]. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian
Bogor.

Hepher, B. 1978. Ecological aspects of warm-water fishpond management. Hal


447-468. Dalam Gerking S.D. (Ed). Ecology of Freshwater Fish
Production Blackwell Sci.Publ., Oxford.

33
Kosiorek, D. 1974. Development cycle of Tubifex tubifex muller in experimental
culture. Pol. Arch. Hidrobiol. 21 (3/4/0 : 411-422).

Mahyuddin, K. 2007. Panduan lengkap agribisnis lele. Jakarta: Penebar Swadaya.

Marian, M.P dan Pandian, T.J. 1984. Culture and harvesting tehnique for Tubifex
tubifex. Aquaculture. 42 : 303 – 315.

Martin, J.D, Petty J.W, Keown A.J, Scott D.F. 2005. Basic financial management
10th edition. New Jersey USA: Prentice Hall Inc.

Masturo. 2011. Cacing sutra/cacing rambut/cacing tubifex Jabodetabek.


http://agromaret.com/jual/35873/cacing_sutracacing_rambutcacing_tubife
x_jabodetabek. [14 Februari 2012].

Nurmalina, R, Sarianti T, Karyadi, A. 2009. Studi kelayakan bisnis. Departemen


Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

Oplinger, R.W, Bartley, M, Wagner, E.J. 2011. Culture of Tubifex tubifex : Effec
of feed type, ration, temperature and density on juvenile recruitment,
production and adult survival. Utah Divison of Wildlife Resources,
Fisheries Experiment Station, 1465 West 200 North, Logan, Utah
84321,USA.

Pennak, R.W. 1978. Freshwater invertebrates of the United Stated. 2nd ed. The
Ronald Press company. New York.

Pophenco, V.I. 1967. Oligochaeta fauna of te lake of the solovets archipelago. In


aquatic oligochaeta. Amerind Publishing Co. New York. 45p.

Rahardi, F, Kristiawati R, dan Nazarudin. 1998. Agribisnis perikanan. Jakarta:


Penebar Swadaya.

Robinson, D.L. 2003. Info about tubifex. Discus breeders web site.
www.discusarticels.com. [14 Februari 2005].

Simamora, I.E. 1992. Pengaruh substrat dengan ketinggian 2, 4, dan 6 cm


terhadap pertumbuhan populasi dan biomassa tubifisid pada ketinggian air
4 cm beserta beberapa aspek kualitas air media. [Skripsi]. Departemen
Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.

Spotte, S.H. 1979. Fish and invertebrate culture water management in closed
systems. John Willey and Sons, inc. New York. 135 p.

Steel, R.G.D and Torrie, J.H. 1980. Principles and procedures of statistics a
biometrical approah. Second Edition. McGraw-Hill International Book
Company, Tokyo.633 p.

34
Syafiuddin. 2000. Kinerja budidaya udang windu (Penaeus monodon Fabricus)
yang dipelihara bertingkat dalam sistem resirkulasi. [Tesis]. Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Witley, L.S. 1968. The resistence of tubifex worms to three common pollutans.
hydrobiologia. 32 : 93-205.

Widigdo, B., Wardiatmo, Y., Kristanti, M. 2005. Avertebrata Air Jilid II. Jakarta
Penebar Swadaya,

Yuherman. 1987. Pengaruh dosis penambahan pupuk pada hari ke sepuluh setelah
inokulasi terhadap pertumbuhan populasi Tubifex sp. [Skripsi]. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

35
LAMPIRAN

36
Lampiran 1 Konstruksi budidaya cacing oligochaeta sistem sirkulasi

1
Lampiran 2 Data biomassa cacing oligochaeta selama pemeliharaan (g/m2)
Hari ke-
Perlakuan Ulangan
0 10 20 30 40 50 60
1 13 4.72 16.51 44.82 353.86 431.71 334.98
A 2 13 7.08 11.8 58.98 455.3 332.63 316.11
3 13 11.8 18.87 51.9 424.63 309.04 283.09
Rata-rata 13 7.86 15.73 51.9 411.26 357.79 311.39
STDEV 0 0.56 0.56 0.85 1.72 1.81 1.42
1 18 14.15 1.8 68.41 464.73 422.27 469.45
B 2 18 18.87 23.59 70.77 695.92 452.94 424.63
3 18 11.8 25.95 87.28 1059.2 497.76 483.6
Rata-rata 18 14.49 20.45 75.49 739.95 457.66 459.23
STDEV 0 0.56 0.88 1.01 2.48 1.58 1.49
1 23 35.39 42.46 108.52 797.36 993.16 526.07
C 2 23 42.46 58.98 94.36 879.92 1490.92 476.53
3 23 37.74 37.74 99.08 1061.57 1342.3 549.66
Rata-rata 23 38.53 46.4 100.65 912.95 1275.46 517.42
STDEV 0 0.56 1.05 0.86 2.13 2.41 1.57

38
Lampiran 3 Analisis statistik tingkat pertambahan biomassa cacing oligochaeta
pada hari ke-40 dan ke-50.

ANOVA hari ke-40


Hari 40
JK DB KT F hit P
Perlakuan 390962.171 2 195481.086 5.295 0.047
Galat 221505.231 6 36917.539
Total 4870004.427 9
Fhitung > Ftabel menunjukkan bahwa ada beda nyata pada selang kepercayaan
95%.

Subset
Perlakuan N
1 2
Tukey HSD(a,b) 2600 ind/m2 3 410.4767
3600 ind/m2 3 739.9533 739.9533
4600 ind/m2 3 912.95
P 0.170 0.547

ANOVA hari ke-50


Hari 50
JK DB KT F hit P
Perlakuan 1520887.088 2 760443.544 32.145 0.001
Galat 141940.382 6 23656.73
Total 6034732.099 9
Fhitung > Ftabel menunjukkan bahwa ada beda nyata pada selang kepercayaan
95%.

Subset
Perlakuan N
1 2
Tukey HSD(a,b) 2600 ind/m2 3 357.7933
3600 ind/m2 3 457.6567
4600 ind/m2 3 1275.46
P 0.719 1.000

39
Lampiran 4 Data populasi cacing oligochaeta selama pemeliharaan (individu/m2)
Hari ke-
Perlakuan Ulangan
0 10 20 30 40 50 60
1 2600 944 3303 8964 70771 86341 66997
A 2 2600 1415 2359 11795 91059 66525 63222
3 2600 2359 3774 10380 84926 61807 56617
Rata-rata 2600 1573 3145 10380 82252 71558 62279
STDEV 0 2.86 2.86 3.15 4.02 4.11 3.72
1 3600 2831 2359 13683 92946 84454 93890
B 2 3600 3774 4718 14154 139184 90587 84926
3 3600 2359 5190 174457 211842 99552 96721
Rata-rata 3600 2988 4089 15098 147991 91531 91846
STDEV 0 2.86 3.18 3.31 4.78 3.88 3.79
1 4600 7077 8493 21703 159472 198632 105213
C 2 4600 8493 11795 18872 175985 298184 95306
3 4600 7549 7549 19816 212314 268460 109932
Rata-rata 4600 7706 9279 20131 182590 255092 103484
STDEV 0 2.86 3.35 3.16 4.43 4.71 3.87

40
Lampiran 5 Analisis statistik tingkat pertambahan populasi cacing Oligochaeta
pada hari ke-40 dan ke-50.
ANOVA hari ke-40
Hari 40
JK DB KT F hit P
Perlakuan 15586465453.029 2 7793232726.515 5.276 0.048
Galat 8862525183.567 6 1477087530.595
Total 24448990636.596 8
Fhitung > Ftabel menunjukkan bahwa ada beda nyata pada selang kepercayaan
95%.

Subset
Perlakuan N
1 2
Tukey HSD(a,b) 2600 ind/m2 3 82252.1000
3600 ind/m2 3 147990.8000 147990.8000
4600 ind/m2 3 182590.3333
P 0.171 0.547

ANOVA hari ke-50


Hari 50
JK DB KT F hit P
Perlakuan 60835670854.750 2 30417835427.375 32.145 0.001
Galat 5677591767.045 6 946265294.508
Total 66513262621.794 8
Fhitung > Ftabel menunjukkan bahwa ada beda nyata pada selang kepercayaan
95%.

Subset
Perlakuan N
1 2
Tukey HSD(a,b) 2600 ind/m2 3 71557.7567
3600 ind/m2 3 91531.0200
4600 ind/m2 3 255091.6067
P 0.719 1.000

41
Lampiran 6 Laju pertambahan biomassa harian (g/m2/hari) cacing oligochaeta
selama pemeliharaan

Hari ke-
Perlakuan
10 20 30 40 50 60
A -0.51 0.14 1.30 9.96 6.90 4.97
B -0.35 0.12 1.92 18.05 8.79 7.35
C 1.55 1.17 2.59 22.25 25.05 8.24

42
Lampiran 7 Data kualitas air selama pemeliharan

Lampiran 7a, Data oksigen terlarut (ppm)

Hari ke-
Perlakuan Ulangan
0 10 20 30 40 50 60
1 3.37 2.38 3.12 2.31 2.47 2.39 2.92
A 2 3.33 2.71 2.32 2.27 2.44 2.76 2.62
3 2.83 2.41 1.92 2.69 3.17 3.34 2.69
Rata-rata 3.18 2.50 2.45 2.42 2.69 2.83 2.74
STDEV 0.30 0.18 0.61 0.23 0.41 0.48 0.16
1 3.30 2.15 2.92 2.19 2.84 2.78 2.68
B 2 3.20 2.51 2.70 2.35 2.60 2.73 2.78
3 3.30 2.22 2.56 2.68 2.90 3.13 2.63
Rata-rata 3.27 2.29 2.73 2.41 2.78 2.88 2.70
STDEV 0.06 0.19 0.18 0.25 0.16 0.22 0.08
1 3.60 2.16 3.83 1.84 2.31 2.82 2.92
C 2 2.77 2.26 1.92 2.36 2.67 2.78 2.86
3 3.30 2.04 2.07 2.39 2.12 2.05 2.53
Rata-rata 3.22 2.15 2.61 2.20 2.37 2.55 2.77
STDEV 0.42 0.11 1.06 0.31 0.28 0.43 0.21

Lampran 7b, Data suhu

Hari ke-
Perlakuan Ulangan
0 10 20 30 40 50 60
1 24.8 26.6 25.5 25.5 24.5 25.5 25.5
A 2 24.7 26.4 25.5 25.5 24.7 25.6 25.6
3 25.0 26.5 25.4 25.6 25.5 25.3 25.3
Rata-rata 24.8 26.5 25.5 25.5 24.6 25.5 25.5
STDEV 0.2 0.1 0.1 0.1 0.5 0.2 0.2
1 24.8 26.6 25.3 25.4 24.4 25.3 25.6
B 2 24.9 26.4 25.8 25.1 24.5 25.6 25.5
3 24.7 26.6 25.3 25.6 24.4 25.5 25.4
Rata-rata 24.8 26.5 25.5 25.4 24.4 25.5 25.5
STDEV 0.1 0.1 0.3 0.3 0.1 0.2 0.1
1 24.7 26.5 25.6 25.4 24.3 25.3 25.7
C 2 24.9 26.7 25.3 25.3 24.4 25.7 25.6
3 24.7 26.5 25.6 25.3 24.5 25.4 25.5
Rata-rata 24.7 26.6 25.5 25.3 24.4 25.4 25.6
STDEV 0.1 0.1 0.2 0.1 0.1 0.2 0.1

43
Lampiran 7c, Data pH

Hari ke-
Perlakuan Ulangan
0 10 20 30 40 50 60
1 6.83 6.57 6.53 6.70 6.63 6.53 6.57
A 2 6.77 6.47 6.63 6.67 6.43 6.50 6.63
3 6.57 6.57 6.60 6.47 6.73 6.70 6.47
Rata-rata 6.72 6.53 6.59 6.61 6.60 6.58 6.56
STDEV 0.14 0.06 0.05 0.13 0.15 0.11 0.08
1 6.90 6.63 6.70 6.63 6.77 6.57 6.77
B 2 6.57 6.53 6.60 6.77 6.47 6,47 6.63
3 6.87 6.43 6.63 6.47 6.57 6.57 6.70
Rata-rata 6.78 6.53 6.64 6.62 6.60 6.53 6.70
STDEV 0.18 0.10 0.05 0.15 0.15 0.06 0.07
1 6.60 6.40 6.47 6.73 6.57 6.60 6.70
C 2 6.83 6.70 6.53 6.50 6.57 6.63 6.60
3 6.93 6.67 6.53 6.80 6.60 6.60 6.57
Rata-rata 6.79 6.26 6.51 6.68 6.56 6.61 6.62
STDEV 0.17 0.17 0.03 0.16 0.02 0.02 0.07

Lampiran 7d, Data TAN (ppm)

Hari ke-
Perlakuan Ulangan
0 10 20 30 40 50 60
1 0.904 1.971 1.848 1.077 0.597 0.664 0.864
A 2 0.917 1.633 2.264 0.708 0.870 0.752 0.853
3 0.891 2.493 2.564 0.509 0.688 0.806 0.652
Rata-rata 0.904 2.032 2.226 0.765 0.718 0.741 0.784
STDEV 0.013 0.433 0.360 0.288 0.139 0.072 0.119
1 0.893 1.961 3.257 1.000 1.309 1.015 0.620
B 2 0.895 2.623 1.746 1.150 1.691 1.020 1.002
3 0.904 2.077 1.568 1.213 1.418 0.650 0.868
Rata-rata 0.898 2.221 2.190 1.121 1.473 0.895 0.830
STDEV 0.006 0.354 0.928 0.109 0.197 0.212 0.194
1 0.900 2.261 2.693 1.753 1.418 1.022 0.728
C 2 0.913 2.425 3.561 1.867 1.309 1.199 1.145
3 0.898 2.072 1.703 1.519 2.145 1.127 0.936
Rata-rata 0.903 2.253 2.652 1.713 1.624 1.116 0.938
STDEV 0.008 0.177 0.930 0.177 0.454 0.089 0.209

44
Lampiran 8 Penjadwalan budidaya cacing oligochaeta dalam 1 tahun
 Perlakuan padat tebar 2600 individu/m2 dan 3600 individu/m2

Bulan
Siklus
Januari Februari Maret April Mei Juni
1.
2.
3.
4.
5.

Bulan
Siklus
Juli Agustus September Oktober November Desember
5.
6.
7.
8.
9.

Keterangan : : 15 hari masa persiapan

: 40 hari masa pemeliharaan


 Perlakuan padat tebar 4600 individu/m2

Bulan
Siklus
Januari Februari Maret April Mei Juni
1.
2.
3.
4.

Bulan
Siklus
Juli Agustus September Oktober November Desember
4.
5.
6.
7.

Keterangan : : 15 hari masa persiapan

: 40 hari masa pemeliharaan


Lampiran 9 Data analisis usaha
Lampiran 9a, Perhitungan BEP untuk menentukan jumlah unit bak pemeliharaan yang dianalisis dalam analisa usaha budidaya cacing
oligochaeta yang dipelihara dengan padat penebaran 4600 individu/m2

Harga satuan Umur ekonomis


Penyusutan (Rp)
No Komponen Unit Satuan (Rp) Harga total (Rp) (tahun) Nilai sisa (Rp)
1. Meteran 1 buah 15 000 15 000 2 0 7 500
2. Gergaji 1 buah 35 000 35 000 2 0 17 500
3. Terpal (6×4 m2) 2 buah 90 000 180 000 2 18 000 81 000
4. Palu 1 buah 9 000 9 000 2 0 4 500
5. Klep kran 1 buah 10 000 10 000 2 0 5 000
6. Pipa 1/2 inch 1 buah 12 000 12 000 2 0 6 000
7. Selang 2 m 4 000 8 000 2 800 3 600
8. Timbangan max 5 kg 1 buah 135 000 135 000 5 13 500 24 300
9. Timbangan 0,01 gr 1 buah 225 000 225 000 5 22 500 40 500
10. Gelas ukur 500 mℓ (plastik) 1 buah 16 500 16 500 5 0 3 300
11. Gelas ukur 5 mℓ (kaca) 1 buah 20 000 20 000 5 0 4 000
12. Kayu 5 buah 20 000 100 000 5 10 000 18 000
13. Seng 1 buah 27 500 27 500 5 2 750 18 000
14. Pompa air 1 buah 1 400 000 1 400 000 10 140 000 126 000
15. Paku seng 1 kg 12 000 6 000 5 0 1 200
16. Ember 1 buah 25 000 25 000 2 2 500 11 250
17. Serokan 1 buah 20 000 20 000 2 2 000 9 000
Total 2 244 000 367 600
 Uraian biaya operasional untuk perlakuan padat penebaran 4600 individu/m2

No. Komponen Jumlah Satuan Harga satuan (Rp) Jumlah biaya persiklus (Rp) Jumlah biaya 1 tahun (Rp)
I. Biaya tetap
1. Penyusutan 1 tahun 367 600 0 367 600
2. Teknisi 1 orang 1 200 000 0 14 400 000
3. Papan 1 lembar 20 000 0 40 000
4. Plastik hitam 1 pak 15 000 0 30 000
5. Paku 2 dim 0.25 kg 12 000 0 6 000
6. Pemeliharaan Alat 1 tahun 15 000 0 105 000
7. BBM 1 tahun 15 000 0 105 000
8. Lahan 12 bulan 325 000 0 3 900 000
Total 18 953 600
II. Biaya variabel
Siklus 1
1. Kotoran ayam
a. Media pemeliharaan 6 kg 500 3 000
b. Pupuk 10 kg 500 5 000
2. Lumpur halus 0.0075 kg 5 000 38
3. EM4 0.004 L 17 000 68
4. Gula pasir 0.00375 kg 12 000 45
5. Kantong plastik 1 bungkus 21 000 21 000
6. Bibit cacing sutra 0.00575 kg 75 000 431
7. Bensin 14 L 5 000 70 000
Total 99 582
Siklus 2 sampai 7
No. Komponen Jumlah Satuan Harga satuan (Rp) Jumlah biaya persiklus (Rp) Jumlah biaya 1 tahun (Rp)
1. Pupuk kotoran ayam 10 kg 500 5 000
2. EM4 0.004 L 17 000 68
3. Gula pasir 0.00375 kg 12 000 45
4. Kantong plastik 1 Bungkus 21 000 21 000
5. Bensin 14 L 5 000 70 000
6. Bibit cacing sutra 0.00575 kg 75 000 431
Total 96 544
Total untuk siklus 2 sampai 7 579 266
Total biaya variabel 678 847
Total biaya operasional 19 632 447


Asumsi panen cacing oligochaeta pada padat penebaran 4600 individu/m2
No Uraian Jumlah Satuan
1. Biomassa panen/siklus/1 bak/m2 1.27546 kg
2. Biomassa panen/siklus/0,25 m2 0.32 kg
3. Biomassa panen/tahun 15.62 kg
4. Harga/kg 75 000 rupiah
5. Penerimaan/siklus 167 404 rupiah
6. Penerimaan/tahun 1 171 829 rupiah
 Hasil analisis usaha budidaya cacing oligochaeta pada padat penebaran 4600 individu/m2
No. Uraian Hasil Satuan
1. Biaya total (Rp) 19 632 447 rupiah
2. Keuntungan (Rp) -18 460 618 rupiah
3. R/C Rasio 0.06
4. PP (tahun) -0.12 tahun
5. BEP (Rp) 45 053 151 rupiah
6. BEP(kg) 253 kg
7. HPP (Rp/kg) 304 136 rp/kg

Perhitungan BEP untuk menentukan jumlah unit bak pemeliharaan cacing oligochaeta :
BEP kg = Biaya tetap/(Harga jual – (Biaya variabel/Penerimaan))
= Rp 18 953 600 /( Rp 75 000/kg – (Rp 678 847 /Rp 1 171 829))
= 253 kg
BEP unit = 253/ 0.32 ekor
= 790.625 unit bak = 791 unit bak
Supaya usaha budidaya cacing oligochaeta memperoleh keuntungan, maka jumlah bak yang dianalisis adalah 1000 unit bak pemeliharaan.
Lampiran 9b, Uraian biaya investasi usaha budidaya cacing oligochaeta pada sistem sirkulasi dengan pergantian air untuk setiap perlakuan
(2600 individu/m2, 3600 individu/m2 dan 4600 individu/m2) dengan asumsi 1000 unit bak pemeliharaan

Harga satuan Umur ekonomis


Penyusutan (Rp)
No Komponen Unit Satuan (Rp) Harga total (Rp) (tahun) Nilai sisa (Rp)
1. Meteran 1 buah 15 000 15 000 2 0 7 500
2. Gergaji 1 buah 35 000 35 000 2 0 17 500
3. Terpal (6×4 m2) 200 buah 90 000 18 000 000 2 1 800 000 8 100 000
4. Palu 1 buah 9 000 9 000 2 0 4 500
5. Klep kran 100 buah 10 000 1 000 000 2 0 500 000
6. Pipa 1/2 inch 100 buah 12 000 1 200 000 2 0 600 000
7. Selang 100 m 4 000 400 000 2 40 000 180 000
8. Timbangan max 5 kg 1 buah 135 000 135 000 5 13 500 24 300
9. Timbangan 0,01 gr 1 buah 225 000 225 000 5 22 500 40 500
10. Gelas ukur 500 mℓ (plastik) 1 buah 16 500 16 500 5 0 3 300
11. Gelas ukur 5 mℓ (kaca) 1 buah 20 000 20 000 5 0 4 000
12. Kayu 100 buah 20 000 2 000 000 5 200 000 360 000
13. Seng 400 buah 27 500 11 000 000 5 1 100 000 1 980 000
14. Pompa air 1 buah 1 400 000 1 400 000 10 140 000 126 000
15. Paku seng 10 kg 12 000 120 000 5 0 24 000
16. Ember 3 buah 25 000 75 000 2 7 500 33 750
17. Serokan 3 buah 20 000 60 000 2 6 000 27 000
Total 35 710 500 12 032 350
Lampiran 9b, Uraian biaya operasional untuk perlakuan padat penebaran 2600 individu/m2

No. Komponen Jumlah Satuan Harga satuan (Rp) Jumlah biaya persiklus (Rp) Jumlah biaya 1 tahun (Rp)
I. Biaya tetap
1. Penyusutan 1 tahun 12 051 620 12 032 350
2. Teknisi 2 orang 1 200 000 28 800 000
3. Papan 60 lembar 20 000 2 400 000
4. Plastik hitam 63 pak 15 000 1 875 000
5. Paku 2 dim 20 kg 12 000 480 000
6. Pemeliharaan Alat 1 siklus 50 000 450 000
7. BBM 1 siklus 50 000 450 000
8. Lahan 12 bulan 2 000 000 24 000 000
Total 70 487 350
II. Biaya variabel
Siklus 1
1. Kotoran ayam
a. Media pemeliharaan 6000 kg 500 3 000 000
b. Pupuk 10000 kg 500 5 000 000
2. Lumpur halus 7.5 kg 5 000 37 500
3. EM4 4 L 17 000 68 000
4. Gula pasir 3.75 kg 12 000 45 000
5. Kantong plastik 3.0 bungkus 21 000 63 000
6. Bibit cacing sutra 3.25 kg 75 000 243 750
7. Bensin 1144 L 5 000 5 720 000
Total 14 177 250
Siklus 2 sampai 9
No. Komponen Jumlah Satuan Harga satuan (Rp) Jumlah biaya persiklus (Rp) Jumlah biaya 1 tahun (Rp)
1. Pupuk kotoran ayam 10000 kg 500 5 000 000
2. EM4 4 L 17 000 68 000
3. Gula pasir 3.75 kg 12 000 45 000
4. Kantong plastik 3 Bungkus 21 000 63 000
5. Bensin 1144 L 5 000 5 720 000
6. Bibit cacing sutra 3.25 kg 75 000 243 750
Total 11 139 750
Total untuk siklus 2 sampai 9 89 118 000
Total biaya variabel 103 295 250
Total biaya operasional 173 782 600


Asumsi panen cacing oligochaeta pada padat penebaran 2600 individu/m2
No Uraian Jumlah Satuan
2
1. Biomassa panen/siklus/1000 bak/m 411.26 kg
2. Biomassa panen/siklus/0,25 m2 102.815 kg
3. Biomassa panen/tahun 925.335 kg
4. Harga/kg 75 000 rupiah
5. Penerimaan/siklus 7 711 125 rupiah
6. Penerimaan/tahun 69 400 125 rupiah
 Hasil analisis usaha budidaya cacing oligochaeta pada padat penebaran 2600 individu/m2
No. Uraian Hasil Satuan
1. Biaya total (Rp) 173 782 600 rupiah
2. Keuntungan (Rp) -104 382 475 rupiah
3. R/C Rasio 0.40
4. PP (tahun) -0.34 tahun
5. BEP (Rp) -144 322 551 rupiah
6. BEP(kg) 940 kg
7. HPP (Rp/kg) 187 805 Rp/kg
Lampiran 9c, Uraian biaya operasional untuk perlakuan padat penebaran 3600 individu/m2

No. Komponen Jumlah Satuan Harga satuan (Rp) Jumlah biaya persiklus (Rp) Jumlah biaya 1 tahun (Rp)
I. Biaya tetap
1. Penyusutan 1 tahun 12 051 620 12 051 620
2. Teknisi 2 orang 1 200 000 28 800 000
3. Papan 60 lembar 20 000 2 400 000
4. Plastik hitam 63 pak 15 000 1 875 000
5. Paku 2 dim 20 kg 12 000 480 000
6. Pemeliharaan Alat 1 siklus 50 000 450 000
7. BBM 1 siklus 50 000 450 000
8. Lahan 12 bulan 2 000 000 24 000 000
Total 70 487 350
II. Biaya variabel
Siklus 1
1. Kotoran ayam
a. Media pemeliharaan 6000 kg 500 3 000 000
b. Pupuk 10000 kg 500 5 000 000
2. Lumpur halus 7.5 kg 5 000 37 500
3. EM4 4 L 17 000 68 000
4. Gula pasir 3.75 kg 12 000 45 000
5. Kantong plastik 3.0 bungkus 21 000 63 000
6. Bibit cacing sutra 4.5 kg 75 000 337 500
7. Bensin 1144 L 5 000 5 720 000
Total 14 271 000 14 271 000
Siklus 2 sampai 9
No. Komponen Jumlah Satuan Harga satuan (Rp) Jumlah biaya persiklus (Rp) Jumlah biaya 1 tahun (Rp)
1. Pupuk kotoran ayam 10000 kg 500 5 000 000
2. EM4 4 L 17 000 68 000
3. Gula pasir 3.75 kg 12 000 45 000
4. Kantong plastik 3 Bungkus 21 000 63 000
5. Bensin 1144 L 5 000 5 720 000
Total 11 233 500
Total biaya untuk siklus 2 sampai 9 89 868 000
Total biaya variabel 104 139 000
Total biaya operasional 174 626 350


Asumsi panen cacing oligochaeta pada padat penebaran 3600 individu/m2
No Uraian Jumlah Satuan
1. Biomassa/siklus/1000 bak/m2 739.95 kg
2. Biomassa panen/siklus/0,25 m2 184.9875 kg
3. Biomassa panen/tahun 1664.8875 kg
4. Harga/kg 7500 Rupiah
5. Penerimaan/siklus 13 874 063 Rupiah
6. Penerimaan/tahun 124 866 563 Rupiah
 Hasil analisis usaha budidaya cacing oligochaeta pada padat penebaran 3600 individu/m2
No. Uraian Hasil Satuan
1. Biaya total (Rp) 174 626 350 rupiah
2. Keuntungan (Rp) -49 759 788 rupiah
3. R/C Rasio 0.72
4. PP (tahun) -0.72 tahun
5. BEP (Rp) 424 628 467 rupiah
6. BEP(kg) 940 kg
7. HPP (Rp/kg) 104 888 Rp/kg
Lampiran 9d, Uraian biaya operasional untuk perlakuan padat penebaran 4600 individu/m2

No. Komponen Jumlah Satuan Harga satuan (Rp) Jumlah biaya persiklus (Rp) Jumlah biaya 1 tahun (Rp)
I. Biaya tetap
1. Penyusutan 1 tahun 12 051 620 12 051 620
2. Teknisi 2 orang 1 200 000 28 800 000
3. Papan 60 lembar 20 000 2 400 000
4. Plastik hitam 63 pak 15 000 1 875 000
5. Paku 2 dim 20 kg 12 000 480 000
6. Pemeliharaan Alat 1 siklus 50 000 350 000
7. BBM 1 siklus 50 000 350 000
8. Lahan 12 bulan 2 000 000 24 000 0000
Total 70 287 350
II. Biaya variabel
Siklus 1
1. Kotoran ayam
a. Media pemeliharaan 6000 kg 500 3 000 000
b. Pupuk 10000 kg 500 5 000 000
2. Lumpur halus 7.5 kg 5 000 37 500
3. EM4 4 L 17 000 68 000
4. Gula pasir 3.75 kg 12 000 45 000
5. Kantong plastik 3.0 bungkus 21 000 63 000
6. Bibit cacing sutra 5.75 kg 75 000 431 250
7. Bensin 1400 L 5 000 7 000 000
Total 15 644 750
Siklus 2 sampai 7
No. Komponen Jumlah Satuan Harga satuan (Rp) Jumlah biaya persiklus (Rp) Jumlah biaya 1 tahun (Rp)
1. Pupuk kotoran ayam 10000 kg 500 5 000 000
2. EM4 4 L 17 000 68 000
3. Gula pasir 3.75 kg 12 000 45 000
4. Kantong plastik 3 Bungkus 21 000 63 000
5. Bensin 1400 L 5 000 7 000 000
Total 12 607 250
Total untuk siklus 2 sampai 7 75 643 500
Total biaya variabel 91 288 250
Total biaya operasional 161 575 600


Asumsi panen cacing oligochaeta pada padat penebaran 4600 individu/m2
No Uraian Jumlah Satuan
1. Biomassa/siklus/1000 bak/m2 1275.46 kg
2. Biomassa panen/siklus/0,25 m2 318.865 kg
3. Biomassa panen/tahun 2232.055 kg
4. Harga/kg 75 000 Rupiah
5. Penerimaan/siklus 23 914 875 Rupiah
6. Penerimaan/tahun 167 404 125 Rupiah
 Hasil analisis usaha budidaya cacing oligochaeta pada padat penebaran 4600 individu/m2
No. Uraian Hasil Satuan
1. Biaya total 161 575 600 rupiah
2. Keuntungan 5 828 525 rupiah
3. R/C Rasio 1.04
4. PP 6.13 tahun
5. BEP 154 585 260 rupiah
6. BEP 937 kg
7. HPP 72 389 Rp/kg

Anda mungkin juga menyukai