Anda di halaman 1dari 38

PRODUKTIVITAS Chlorella sp. DAN Nannochloropsis sp.

DALAM MEDIA AIR KARST

GRIN TOMMY PANGGABEAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produktivitas Chlorella


sp. dan Nannochloropsis sp. dalam Media Air Karst adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2019

Grin Tommy Panggabean


NIM C24150061
ABSTRAK
GRIN TOMMY PANGGABEAN. Produktivitas Chlorella sp. dan
Nannochloropsis sp. dalam Media Air Karst Dibimbing oleh NIKEN TM
PRATIWI dan INNA PUSPA AYU
Air karst Ciseeng merupakan sumberdaya perairan yang memiliki kandungan
nutrien Ca, Na, Mg, Cl yang tinggi. Komposisi nutrien pada air karst memiliki
kesamaan dengan perairan air laut sehingga dapat digunakan sebagai media kultur
mikroalga laut. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis produktivitas Chlorella sp.
dan Nannochloropsis sp. dalam media air karst. Kelimpahan tertinggi masih
mikroalga terdapat pada perlakuan kontrol dengan media Walne. Kelimpahan
tertinggi perlakuan dengan pupuk urea dan TSP pada kultur Chlorella sp. adalah
perlakuan rasio 20:1, dan kelimpahan tertinggi Nannochloropsis sp. pada perlakuan
rasio 10:1 namun tidak berbeda nyata dengan rasio 4:1 dan rasio 10:1. Nilai korelasi
antara absorbansi yang dihasilkan dengan kelimpahan yang dihitung menggunakan
Hemacytometer adalah memiliki hubungan yang sangat erat. Nilai korelasi Pearson
menunjukkan pada Chlorella sp. memanfaatkan nitrat dan ortofosfat, sedangkan
Nannochloropsis sp. memanfaatkan amonia dan ortofosfat. Air karst yang
mendapatkan tambahan pupuk Urea dan TSP dapat digunakan sebagai media kultur
mikroalga laut. Chlorella sp. dalam media air karst menunjukkan produktifitas
tertinggi pada level rasio N dan P sebesar 20:1, sementara Nannochloropsis sp.
memiliki produktivitas yang relatif seragam pada rasio N dan P dari 4:1 sampai
20:1.
Kata kunci:Chlorella, karst, Nannochloropsis, produktivitas

ABSTRACT

GRIN TOMMY PANGGABEAN. Productivity of Chlorella sp. and


Nannochloropsis sp. in Karst Water Media Supervised by NIKEN TM PRATIWI
and INNA PUSPA AYU

Ciseeng karst water is a resource that has a high nutrient content of Ca, Na,
Mg. Nutrient composition in karst water must be approved with sea water so that it
can be used as a marine microalgae culture medium. The purpose of this study was
to analyze the productivity of Chlorella sp. and Nannochloropsis sp. in the medium
of karst water. The highest abundance is still microalgae Required when the control
is controlled by Walne media. The highest abundance of urea and TSP in Chlorella
sp. is ratio 20:1 approval, and the highest abundance of Nannochloropsis sp. in ratio
10:1 training but not significantly different from ratio 4:1 and ratio 10:1. The
comparison value between the absorbance produced with the abundance calculated
using the Hemacytometer is a very close relationship. Values prove Pearson showed
Chlorella sp. using nitrate and orthophosphate, while Nannochloropsis sp. use
ammonia and orthophosphate. Karst water that gets additional Urea and TSP
fertilizer can be used as a marine microalgae culture medium. Chlorella sp. in karst
water media showed the highest productivity at the level of N and P ratio of 20: 1,
while Nannochloropsis sp. has relatively uniform productivity at the ratio of N and
P from 4: 1 to 20: 1.
Keyword: Chlorella sp., karst, Nannochloropsis sp., productivity
PRODUKTIVITAS Chlorella sp. DAN Nannochloropsis sp.
DALAM MEDIA AIR KARST

GRIN TOMMY PANGGABEAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
Judul Skripsi: Produktivitas Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. dalam
Media Air Karst
Nama : Grin Tommy Panggabean
NIM : C24150061

Disetujui oleh

Dr Ir Niken TM Pratiwi, MSi Inna Puspa Ayu, SPi, MSi


Pembimbing I Pembimbing II

Tanggal Lulus: J�ll 7 Q ? 2 L) 1 �-:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan karunia-
Nya Penulis bisa menyelesaikan skripsi, dengan judul Produktivitas Chlorella sp.
dan Nannochloropsis sp. dalam Media Air Karst. Skripsi merupakan salah satu
syarat untuk menjadi sarjana di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1 Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan bagi
Penulis untuk menempuh studi di Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan.
2 Dr. Ir. Bambang Widigdo dan Dr Ir Niken TM Pratiwi, M6i yang telah
memberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan penelitian dalam
program BPPTN
3 Prof. Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA selaku dosen pembimbing akademik
atas arahan dan masukan selama melaksanakan perkuliahan.
4 Dr Ir Niken TM Pratiwi, MSi dan Inna Puspa Ayu, SPi, MSi selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan
saran dalam pelaksaan penelitian dan penyusunan skripsi.
5 Aliati Iswantari SPi, Msi selaku dosen penguji tamu dan Dr Taryono
SPi, Msi selaku perwakilan Komisi Pendidikan S1 Departemen
Sumberdaya Perairan yang telah memberikan arah dan masukan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6 Kemenristek Dikti melalui kegiatan BPPTN 2018 atas bantuan dana
penelitian.
7 Orang tua saya Hulman Panggabean dan Meliala R Naibaho dan
keluarga yang telah memberi perhatian dan nasehat.
8 Ibu Siti, Dessy Mulyawati SPi, Reza Zulmi SPi. MSi, yang telah
mambantu dalam melakukan penelitian.
9 Kepada MSP angkatan 2015 yang terlah bersama-sama melaksanakan
perkuliahan di Departemen MSP, IPB.

Penulis menyadari masih ada keterbatasan sehingga dalam tulisan ini masih
terdapat banyak kekurangan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, Juli 2019

Grin Tommy Panggabean


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PRODUKTIVITAS Chlorella sp. DAN Nannochloropsis sp. i
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 3
METODE PENELITIAN 3
Waktu dan Tempat 3
Tahapan Penelitian 3
Analisis Data 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Hasil 9
Pembahasan 15
KESIMPULAN DAN SARAN 18
Kesimpulan 18
Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19
RIWAYAT HIDUP 28
DAFTAR TABEL
1 Parameter kualitas air karst di Ciseeng 4
2 Kualitas air karst 5
3 Parameter kualitas air 9
4 Nilai laju pertumbuhan dan doubling time 11
5 Nilai korelasi kelimpahan dengan nutrien 15

DAFTAR GAMBAR
1 Skema perumusan masalah dalam produktivitas Chlorella sp. dan
Nannochloropsis sp. dalam media air kasrt 2
2 Penentuan panjang gelombang spesifik Chlorella sp. 6
3 Penentuan panjang gelombang spesifik Nannochloropsis sp. 7
4 Kelimpahan Chlorella sp.: (a) Hemacytometer; (b)
Spektrofotometer 9
5 Kelimpahan Nannochloropsis sp.: (a) Hemacytomter; (b)
Spektrofotometer 10
6 Scatterplot (a) Chlorella sp.(b) Nannochloropsis sp. 11
7 Perlakuan terbaik Chlorella sp. 12
8 Waktu terbaik Chlorella sp. 12
9 Perlakuan terbaik Nanocloropsis sp. 13
10 Waktu terbaik Nannochloropsis sp. 13
11 Perubahan konsentrasi nutrien pada kultur Chlorella sp. selama
pengamatan 14
12 Perubahan konsentrasi nutrien pada kultur Nannochloropsis sp.
selama pengamatan 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perlengkapan Kultur 22
2 Penentuan Rasio N dan P 23
3 Komposisi Walne 24
4 Hemacytometer 24
5 Kelimpahan Chlorella sp. 24
6 Absorbansi Chlorella sp. 25
7 Kelimpahan Nannochloropsis sp. 25
8 Absorbansi Nannochloropsis sp. 25
9 Degradasi Warna Kultur Mikroalga 26
10 Anova RAL in time Chlorella sp. 27
11 Anova RAL in time Nannochloropsis sp. 27
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kultur adalah cara yang digunakan untuk memproduksi mikroalga secara


cepat (Borowitzka 1989). Kultur mikroalga dalam skala massal untuk keperluan
penyediaan pakan alami pada budidaya ikan maupun udang. Kultur mikroalga air
laut dan air tawar membutuhkan nutrien tambahan untuk mendukung pertumbuhan
mikroalga. Kebutuhan nutrien pada kultur semi massal didapat dengan
menambahkan anorganik, seperti urea, TSP, silikat teknis dan ZA dan pupuk
organik seperti molase atau orgami (Kawaroe 2010).
Nutrien menjadi faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan mikroalga
(Aprilliyanti et al. 2016). Komponen nutrien yang terkandung di perairan meliputi
makronutrien (C, H, N, P, K, S, Mg, dan Ca), mikronutrien (Fe, Cu, Mn, Zn, Co,
Mo, Bo, Vn, dan Si), dan nutrien kelumit (Isnansetyo 1995); Ca(NO3)2, MgSO4,
KH2PO4, KNO3, FeCl3, dan Si (Borowitzka 1989).
Sebagian dari komposisi nutrien tersebut dimiliki oleh air karst. Hal ini sesuai
dengan penelitian Wildan (2018) bahwa air karst pada pengunungan kapur Ciseeng,
Kabupaten memiliki kandungan nutrien Ca, Na, Mg, Cl yang tinggi. Nutrien karst
tersebut terbentuk akibat formasi batuan karbonat (CaCO3 dan MgCO3) atau
campuran keduanya yang telah mengalami proses pelarutan (Samodra 2003). Di
samping itu, air karst Ciseeng memiliki nilai salinitas seperti air laut. Komposisi
nutrien yang dimiliki air karst tersebut menjadi pontensi sebagai media kultur
mikroalga laut.
Pemanfatan air karst sebagai media hidup mikroalga laut masih sedikit
dilakukan. Air karst sebagai media kultur telah dilakukan pada Spirullina sp.
(Firdaus 2016) yang merupakan jenis alga berfilamen. Oleh karena itu, dalam
pemanfaatan air karst sebagai media kultur perlu dilakukan penelitian untuk melihat
produktivitas dari mikroalga laut lainya. Dalam penelitian ini digunakan jenis
single cell microalgae, yaitu Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp.

Perumusan Masalah

Dalam kelangsungan hidup mikroalga laut dibutuhkan faktor penting, di


antaranya unsur hara, cahaya, dan salinitas. Dalam mendukung keberadaan
kesuburan perairan organisme mikroalga berperan sebagai mata rantai dalam
pemanfaatan unsur hara dan energi matahari. Nitrogen (N) dan Fosfor (P) adalah
unsur hara utama yang diperlukan untuk pertumbuhan dan metabolisme mikroalga
(Kim dan Hur 2013).
Karakteristik air karst dianalisis untuk mengatahui komposisi N dan P
tersedia dalam memenuhi kebutuhan pertumbuhan mikroalga. Komposisi N dan P
mempengaruhi produktivitas mikroalga di perairan. Ketersediaan unsur hara
semakin berkurang dengan adanya pemanfaatan dari mikroalga. Di samping itu,
akibat pemanfaatan terjadi perubahan unsur nutrien terutama unsur N dan P yang
menjadi unsur pembatas dalam kultur mikroalga.
Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. merupakan jenis mikroalga laut yang
sering dikultur sebagai kebutuhan pakan alami. Kebutuhan N dan P di air laut
2

masih kurang sehingga ditambahkan nutrien dari pupuk teknis pertanian


(Cahyaningsi et al. 2009). Selain itu, salinitas menjadi faktor pembatas pada kultur
mikroalga laut. Kualitas air karst Ciseeng diharapkan mampu menunjang
pertumbuhan mikroalga laut terutama komposisi nutrien dan nilai salinitas.
Produktivitas mikroalga dapat diketahui dari kelimpahan mikroalga. Nilai
kelimpahan mikroalga dapat diketahui dengan menggunakan dua cara yaitu dengan
penggunaaan Hemacytometer dan Spektrofotometer. Cysewski dan Lorenz (2000)
menyatakan bahwa mikroalga mempunyai kemampuan menyerap dan menyimpan
energi cahaya sebagai energi kimiawi melalui proses fotosintesis. Perangkat
fotosintesis adalah energi cahaya yang diserap oleh pigmen karotenoid dan klorofil.
Penyerapan energi cahaya ini diimplementasikan untuk menduga kelimpahan
mikroalga, dengan melihat nilai absorbansinya. Nilai absorbansi yang dihasilkan
diharapakan dapat menggambarkan nilai kelimpahan.
Nilai kelimpahan mikroalga dalam air karst diharapkan medekati ataupun
melebihi kelimpahan mikroalga. Jika kelimpahan yang dihasilkan rendah maka
perlu diperhatikan kembali kualitas air karst, karakteristik dari mikroalga yang
diujikan, keberadaan nutrien, dan lingkungan kultur mikroalga.
Keberadaan nutrien dapat mendukung pertumbuhan mikroalga. Nutrien yang
dimanfaatkan oleh mikroalga umunnya yaitu nutrien annorganik. Nutrien
anorganik tersebut adalah amonia, nitrit, nitrat, dan ortofosfat. Keberaadaan nutrien
diharapkan mampu menunjang pertumbuhan mikroalga. Uraian tersebut dijelaskan
melalui skema penelitian yang disajikan pada Gambar 1.

- Air karst
- Chlorella sp. - Kelimpahan
- Nannochloropsis sp. - Perubahan Produktivitas
- Kualitas Air Nutrien Chlorella sp. dan
- Nutrien Performa Nannochloropsis sp.
+
sel
- Lingkungan kultur

Gambar 1 Skema perumusan masalah dalam produktivitas Chlorella sp. dan


Nannochloropsis sp. dalam media air kasrt

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini menganalisis produktivitas Chlorella sp. dan


Nannochloropsis sp. dalam media air karst.
3

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan media air karst dapat digunakan sebagai
media kultur mikroalga laut jenis single cell microalgae yaitu Chlorella sp. dan
Nannochloropsis sp.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai Maret 2019.
Sumber air karst diambil dari Ciseeng-Bogor. Analisis kualitas air Ciseeng
dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan. Stok inokulan
murni didapatkan dari Balai Penelitian Situbondo. Kultur mikroalga dilakukan di
Laboratorium Riset Plankton, Divisi Produktivitas dan Lingkungan Perairan,
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Tahapan Penelitian

Persiapan kultur
Kultur mikroalga dalam skala laboratorium dilakukan dalam keadaan steril.
Sterilisasi alat kaca seperti erlenmeyer, pipet volumetrik, gelas ukur dipanaskan
degan oven pada suhu 150°C selama 3 jam. Wadah toples kaca (3 liter) yang
digunakan untuk kultur pada penelitian, disterilisasi dengan pembilasan HCl dan
dikeringkan. Alat yang berbahan plastik disterilisasi dengan menggunakan uap
pada suhu 100°C.
Air karst diambil dari pegunungan karst Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat, yang memiliki nilai salinitas 28 ppt. Contoh air karst kemudian dianalisis
parameter kualitas airnya (Tabel 1). Air karst disaring menggunakan plankton net
untuk menyaring partikel yang dapat menggangu kultur seperti kapur dan plankton
yang terdapat pada air karst.
Air karst tersebut digunakan untuk media inokulan Chlorella sp. dan
Nannochloropsis sp., juga untuk kebutuhan penelitian utama. Air karst untuk
kebutuhan inokulan mikroalga disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC dalam
tekanan 1 kg/cm2 selama 3 x 15 menit. Kebutuhan volume pada penelitian utama
yang dibutuhkan lebih besar dibandingkan volume pada inokulan mikroalga,
sehingga kurang efisien menggunakan autoklaf. Oleh karena itu, sterilisasi air karst
pada penelitian utama menggunakan pemanasan sampai air mendidih pada suhu
100°C.
Air karst setelah sterilisasi dengan autoklaf dan pemanasan 100°C,
kemudian didinginkan dan terbentuk seperti kerak dan endapan pada wadah
pemanas. Air kemudian dipisahkan dari kerak dan dianalisis kualitas airnya setelah
mengalami perebusan (Tabel 1). Khusus untuk air karst yang bersal dari proses
pemanasan dimasukkan kedalam toples lalu disterilisasi menggunakan sinar UV
(Ultraviolet Radiation) dengan panjang gelombang 260 nm selama 5 menit. Hal
4

ini dimaksudkan untuk membunuh bakteri yang terdapat pada air karst (Kawachi
dan Noel 2005).
Penambahan nutrien dilakukan pada semua air karst yang telah disterilisasi.
Pada tahap peyiapan inokulan Chlorella sp. dan Nannchloropsis sp., air karst
ditambahkan media Walne dan Vitamin B12 ditambahkan dengan menggunakan
Neurobion Cyanocobalamin. Pada tahap penelitian utama ditambahkan media
Walne sebagai kontrol dan penamahan urea dan TSP (Triple Super Phosphate)
dengan beberapa komopsisi rasio N dan P. Penambahan Walne, urea, TSP dan
vitamin B12 dimaksudkan sebagai unsur hara untuk pertumbuhan mikroalga.
Kultur mikroalga dilakukan selama 12 hari setelah dilakukan kultur
mikroalga menggunakan media air laut. Kultur mikroalga menggunakan lampu
Philips TLD 36 watt, dengan jarak toples dengan lampu adalah 10 cm. Aerasi pada
kultur digunakan untuk mendukung kebutuhan CO2 dari mikroalga. Perlengkapan
kultur disajikan pada Lampiran 1.

Penentuan rasio N dan P sebagai media pertumbuhan mikroalga


Air karst yang telah mengalami sterilisasi dengan pemanasan 100°C
mengalami penurunan pada nilai Ca, Cl, Na, SO4, Mg, K, dan HCO3-. Ca dan
kesadahan total mengalami penurunan yang tinggi setelah terjadi pemanasan.
Kosentrasi Ca tersebut menurut Boyd dan Thunjai 2003 masih lebih tinggi dari nilai
Ca pada air laut. Nilai Ca berfungsi bagi pembentukan diding sel mikroalga
(Reynolds 2006).
Parameter kualitas air lain yang penting untuk kultur mikroalga yaitu nutrien
anorganik. Nutrien anorganik pada air karst menunjukkan nilai konsentrasi nitrat
dan ortofosfat masih minim dalam memenuhi nutrien optimum kultur mikroalaga,
sehingga perlu dilakukan penambahan nutrien (Amini dan Syamdidi 2006).
Penambahan nutrien berasal dari pupuk Urea dan TSP. Penambahan urea dan TSP
dengan beberapa komposisi rasio N dan P yang berbeda

Tabel 1 Parameter kualitas air karst di Ciseeng


Air Karst Air Karst
Air Laut
Sebelum Setelah
Parameter Satuan (Boyd and
Pemanasan Pemanasan
Thunjai)
100°C 100°C
Amonia (NH3-N) mg/l 1,322 1,784 0,084
Nitrit (NO2-N) mg/l 0,006 0,009 0,013
Nitrat (NO3-N) mg/l 0,126 0,228 0,6-3,5
Ortofosfat mg/l 0,004 0,009 0,15-0,27
Khlorida (Cl) mg/l 12915,990 8917,230 3,052-3,939
Bikarbonat (HCO3-) mg/l 200,000 40,000 62-182
Sulfat (SO4) mg/l 74,020 26,280 4051-5410
Natrium (Na) mg/l 5433,052 4430,030 3442-4812
Kalsium (Ca) mg/l 4511,618 2939,811 678-1263
Magnesium (Mg) mg/l 498,477 465,908 581
Kalium (K) mg/l 704,424 574,664 21-72
Kesadahan Total mg/l 19718,900 11329,720 -
5

Perlakuan rasio dengan penambahan melalui Urea dan TSP dengan rasio N
dan P bertingkat yaitu 4:1, 10:1, dan 20:1. Penggunaan rasio N dan P berdasarkan
penelitian Thisara (2017) menggunakan rasio N dan P 4:1, 10:1 dan 16:1 pada
Chlorella sp. pada media air laut, sedangkan rasio 20:1. menurut Pratiwi et al.
Penambahan urea dan TSP ditentukan setalah mengetahui nilai DIN (Disolved
Inorganik Nitrogen) dan DIP (Disolved Inorganik Phosphate) pada air karst yang
terdapat pada nilai amonia, nitrit, nitrat dan ortofosfat. Kekurangan nilai DIN dan
DIP ditambahakan urea dan TSP berdasarkan rasio N dan P. Kosentrasi P nilai
tetap yaitu 0,5 mg/L namun konsentrasi N berbeda pada setiap perlakuan (Lampiran
2). Media Walne digunakan dalam penelitian ini sebagai kontrol (Lampiran 3).

Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap in time (RAL in
time) dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Kelimpahan diamati selama
12 hari menggunakan Hemacytometer dan spektofotometer. Model rancangan yang
digunakan (Walpole 1993) sebagai berikut:

Yijk = μ+αi +δik +βj +(αβ)ij +εijk

Keterangan:
yijk = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, waktu ke-j, ulangan ke-k
μ = rataan umum
αi = pengaruh perlakuan ke-i
δik = komponen galat (a)
βj = pengaruh waktu ke-j
(αβ)jk = pengaruh interaksi perlakuan ke-i dan waktu ke-j
εijk = pengaruh acak dari interaksi waktu

Pengumpulan Data

Kualitas air
Pengamatan kualitas air meliputi parameter fisika dan kimia (Tabel 2).
Parameter pH, salintas, suhu, dan cahaya diukur pada awal (H0) dan akhir
pengamatan. Metode analisis nutrien berdasarkan APHA (2012) yaitu amonia, nitrit,
nitrat, dan ortofosfat dilakukan pada periode awal (H0), tengah (H6) dan akhir
pengamatan (H12). Sampel air diambil menggunakan pipet steril dengan volume
100 ml untuk kebutuhan analisis nutrien.

Tabel 2 Kualitas air karst


Parameter Satuan Alat /Metode Periode
Suhu ˚C Termometer Awal dan Akhir
Cahaya Lux Luxmeter Awal dan Akhir
Salinitas ppt Refraktometer Awal dan Akhir
pH - pH-meter/Electrometric method Awal dan Akhir
Amonia mg/L Spektrofotometri/Phenate Awal, Tengah, Akhir
Nitrat mg/L Spektrofotometri/Cadmium reduction Awal, Tengah, Akhir
Ortofosfat mg/L Spektrofotometri/Ascorbic acid Awal, Tengah, Akhir
Nitrit mg/L Spektrofotometri/Sulfanilamide Awal, Tengah, Akhir
6

Kelimpahan mikroalga
Pegamatan kelimpahan diamati setiap hari selama 12 hari pengamatan.
Sampel air diambil setiap hari sebanyak 10 ml untuk kebutuhan perhitungan
kelimpahan mikroalga. Pengamatan kelimpahan mikroalga dihitung dengan dua
metode yaitu dengan hemacytometer (Lampiran 4) dan spektrofotometer.
Pengamatan kelimpahan Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. dilakukan untuk
mengetahui laju pertumbuhan mikroalga. Kepadatan sel mikroalga dengan
Hemacytometer dihitung menggunakan rumus (Andersen 2005) sebagai berikut:

D = 104 × 𝑆

Keterangan : D = kepadatan mikroalga (sel/mL)


S = jumlah mikroalga yang diamati pada kotak 1 kotak besar (sel)
Kelimpahan mikroalga dapat diduga menggunakan hasil spektrofotometer
dari mikroalga berupa nilai absorbansi. Kemampuan absorpsi optimal dilakukan
oleh klorofil mikroalga laut pada rentang sinar merah dengan panjang gelombang
650-700 nm (Miron et al. 2002). Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. merupakan
jenis mikroalga laut yang menyerap sinar merah. Namun perlu ditentukan panjang
gelombang spesifik yang optimum pada rentan 650-700 nm untuk Chlorella sp. dan
Nannochloropsis sp.
Penentuan panjang gelombang yang spesifik dilakukan dengan mengukur
nilai abosorbansi inokulan Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. pada panjang
gelombang 650-700 nm dengan selang 2 nm. Berdasarkan uji tersebut didapatkan
panjang gelombang optimum untuk Chlorella sp. 684 nm (Gambar 2) dan
Nannochloropsis sp. 686 nm (Gambar 3). Nilai absorbansi tersebut menjadi nilai
yang digunakan untuk menduga kelimpahan mikroalga. Untuk mengetahui nilai
absorbansi dapat menggambarkan kelimpahan, maka dilihat nilai korelasi dari
absorbansi dan kelimpahan menggunakan Haemacytomter.

Gambar 2 Penentuan panjang gelombang spesifik Chlorella sp.


7

Gambar 3 Penentuan panjang gelombang spesifik Nannochloropsis sp.

Analisis Data

Kelimpahan tertinggi terhadap perlakuan dan waktu


Pengaruh perlakuan, waktu, dan interaksi perlakuan-waktu terhadap
kelimpahan, dianalisis menggunakan ANOVA dengan rancangan acak lengkap in
time. Analisis statistika dari rancangan acak lengkap in time dengan hipotesis:
1. Pengaruh perlakuan terhadap respon, dengan hipotesis:
H0: αM = αM = αM = αM4 = αM = 0
tidak ada pengaruh perlakuan terhadap respon
H1: minimal ada satu αj ≠ 0
ada pengaruh perlakuan terhadap respon
2. Pengaruh waktu pengamatan terhadap respon, dengan hipotesis:
H0: β = β1 = β2 = β ….= β18 = 0
tidak ada pengaruh waktu pengamatan terhadap respon
H1: minimal ada satu βk ≠ 0
ada pengaruh waktu pengamatan terhadap respon
3. Pengaruh interaksi perlakuan dan waktu pengamatan, dengan hipotesis:
H0: (αβ)M = (αβ)M = … = (αβ)M = 0
tidak ada interaksi perlakuan dan waktu pengamatan
H1: minimal ada satu (αβ)jk ≠ 0 ada pengaruh interaksi perlakuan dan
waktu pengamatan.
Jika memiliki pengaruh, maka Fhit> Ftab. Kemudian, dilakukan uji lanjut Duncan
untuk menunjukkan perbedaan yang nyata pada semua perlakuan dan waktu. Hasil
uji lanjut Duncan disajikan melalui grafik.

Laju pertumbuhan dan penggandaan sel


Laju pertumbuhan maksimum mikroalaga untuk mengetahui persentase
kemampuan selama fase eksponensial. Laju pertumbuhan maksimum mikroalga
dapat dihitung dengan rumus pada persamaan (Guillard 1973) sebagai berikut:
8

ln Nt - ln N0
r=
tn -t0
Keterangan:
r = laju pertumbuhan (sel/ml/hari)
Nt = kepadatan mikroalga pada waktu t (sel/ml)
N0 = kepadatan mikroalga awal (sel/ml)
t0 = waktu awal kultur (hari)
tn = waktu akhir kultur (hari)

Doubling time digunakan untuk mengetahui berapa jumlah penggadaan sel


per waktu selama fase eksponensial. Nilai penggandaan sel dihitung menggunakan
persamaan (Guillard 1973) sebagai berikut:

Nt =No×ert
2Nt =No×ert2
2= ert2
ln2 =rt2

Ln2
t2 =
r
0,6931
T2 =
r

T2 = doubling time (hari)


r = laju pertumbuhan (sel/ml/hari)
Nt = kepadatan mikroalga pada waktu t (sel/ml)
N0 = kepadatan mikroalga awal (sel/ml)
t = waktu kultur (hari)

Uji korelasi Pearson nutrien dengan kelimpahan


Uji korelasi Pearson tersebut bertujuan untuk menentukan korelasi antara
perubahan konsentrasi nutrien (amonia, nitrat, dan ortofosfat) dengan kelimpahan
selama pengamatan. Hubungan nutrien dan kelimpahan ditunjukkan oleh nilai p-
value. Jika nilai p-value < 0,05, maka variabel tersebut memiliki hubungan. Jika p-
value >0,05, maka variabel tersebut tidak memiliki hubungan.
Selanjutnya, nilai korelasi Pearson digunakan untuk menentukan tingkat
keeratan dari hubungan nutrien dengan kelimpahan. Tingkat keeratan korelasi dapat
diukur berdasarkan kriteria 0-1 (Walpole 1993): 0= Tidak ada korelasi antara dua
variabel, >0 – 0,25 = korelasi sangat lemah, >0,25 – 0,5= korelasi cukup kuat, >0,5
– 0,75: korelasi kuat, >0,75 – 0,99: korelasi sangat kuat, 1: korelasi sempurna.
9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kultur mikroalga
Pengukuran parameter suhu, cahaya, pH, dan salinitas menjadi faktor penting
selama kegiatan kultur. Hasil pengukuran suhu, cahaya, pH dan salinitas disajikan
pada Tabel 4.

Tabel 3 Parameter kualitas air dan lingkungan kultur


Parameter Satuan Alat /Metode Hasil

Suhu °C Termometer 24-26


Cahaya Lux Luxmeter 1009-1067
Salinitas ppt Refraktometer 28
pH - pH-meter 6,8-7,3

Nilai suhu, cahaya, salinitas, dan pH menunjukkan nilai yang baik dalam
kegiatan kultur Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Sharma et al. (2012), suhu dalam pertumbuhan Chlorella sp. berada
dalam kisaran 25-32°C dan tumbuh pada pH yang berkisar antara 6,0-8,0 (Gong et
al.). Suhu dalam pertumbuhan Nannochloropsis sp. 25-27°C nilai pH berkisar 5,5-
8,5 (Khatoon et al. 2014). Berdasarkan Andenan et al. (2013) kisaran salinitas
dalam petumbuhan Chlorella sp adalah 20-30 ppt dan menurut Bartley et al. (2013),
salinitas terbaik pada Nannochloropsis sp. adalah 22-34 ppt. Cahaya menjadi
parameter pendukung pada fotosintesis mikroalga. Cahaya pada kultur semi massal
berada dikisaran 800-1000 Lux (Chainapong 2012).

Kelimpahan dan absorbansi Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp.


Berdasarkan hasil yang didapat pada kultur Chlorella sp. grafik kelimpahan
dan absorbansi menunjukkan adanya kesamaan pola yang terbentuk (Gambar 4).

Gambar 4 Kelimpahan Chlorella sp.: (a) Hemacytometer; (b) Spektrofotometer


Perlakuan Walne memiliki nilai kelimpahan lebih tinggi dibandingkan
perlakuan penambahan urea dan TSP di semua rasio. Nilai kelimpahan tertinggi
pada perlakuan Walne adalah 11527778 sel/ml. Rasio 20:1 memiliki nilai
10

kelimpahan tertinggi dibandingkan rasio 4:1 dan rasio 10:1. Kelimpahan pada
perlakuaan rasio 4:1, 10:1 dan 20:1 berturut-turut adalah terdapat pada 7930556
sel/ml, 7472223 sel/ml, dan 7791667 sel/ml (Lampiran 5). Berbanding lurus
dengan nilai absorbansi, berdasarkan hasil perlakuan Walne dengan absorbansi
tertinggi adalah 0,7803 abs, sedangkan perlakuan rasio 4:1, 10:1, dan 20:1 berturut-
turut adalah 0,47133, 0,5 dan 0,5166 abs (Lampiran 6).

Gambar 5 Kelimpahan Nannochloropsis sp.: (a) Hemacytomter; (b)


Spektrofotometer
Berdasarkan hasil yang didapat pada kultur Nannochloropsis sp. pola grafik
kelimpahan dan absorbansi menunjukkan adanya kesamaan (Gambar 5). Perlakuan
Walne masih memiliki kelimpahan tertinggi dibandingkan penambahan urea dan
TSP di semua rasio. Nilai kelimpahan tertinggi pada perlakuan Walne adalah
12986112 sel/ml sedangkan kelimpahan tertinggi pada perlakuaan rasio 4:1, 10:1
dan 20:1 berturut-turut adalah terdapat pada 8527778 sel/ml, 9402778 sel/ml, dan
7402778 sel/ml (Lampiran 7). Berbanding lurus dengan nilai absorbansi,
berdasarkan grafik perlakuan Walne dengan absorbansi tertinggi adalah 1,1553 abs,
sedangkan perlakuan rasio 4:1, 10:1, dan 20:1 berturut-turut adalah 0,6693, 0,7010
dan 0,6976 abs (Lampiran 8). Perubahan kelimpahan pada masing-masing
mikroalga mempengaruhi warna media, semakin tinggi kelimpahan maka akan
semakin jelas warna yang dihasilkan (Lampiran 9).

Hubungan kelimpahan dan absorbansi


Nilai korelasi antara absorbansi dengan kelimpahan adalah 0,9034 pada
Chlorella sp. dan 0,9564 pada Nannochloropsis sp. (Gambar 6). Dari kedua nilai
korelasi tersebut, nilai kelimpahan dan absorbansi memiliki korelasi sangat kuat.
Nilai r semakin mendekati satu, maka tingkat korelasi semakin kuat. Nilai korelasi
yang tinggi menunjukkan nilai absorbansi dapat digunakan untuk menduga nilai
kelimpahan pada kultur mikroalga.
11

Gambar 6 Scatterplot (a) Chlorella sp.(b) Nannochloropsis sp.


Laju pertumbuhan dan doubling time
Pembelahan sel merupakan cara pertumbuhan dari suatu mikroalga. Nilai laju
pertumbuhan dan penggandaan sel selama penelitian menunjukkan semakin tinggi
nilai laju pertumbuhan, maka waktu penggandaan sel yang dibutuhkan semakin
singkat (Tabel 4).

Tabel 4 Nilai laju pertumbuhan dan doubling time


Mikroalga Koefisien Rasio 4:1 Rasio 10:1 Rasio 20:1 Walne
r (sel/ml/hari) 0,41 0,52 0,33 0,38
Chlorella sp.
T2 (Hari) 1,68 1,33 2,11 1,8
r (sel/ml/hari) 0,23 0,37 0,24 0,27
Nannochloropsis sp.
T2 (Hari) 3,05 1,89 2,84 2,58

Laju pertumbuhan tertinggi pada Chlorella sp. adalah 0,52 sel/ml/hari pada
rasio 10:1 dengan waktu penggandan sel yaitu 1,33 hari. Laju pertumbuhan
terendah adalah 0,33 sel/ml/hari pada rasio 20:1 dengan waktu penggandaan sel
2,11 hari. Laju pertumbuhan dan penggadaan sel pada kultur Nanochloropsis sp.
tertinggi adalah 0,37 sel/ml/hari dengan waktu 1,89 hari, sedangkan terendah pada
rasio 4:1 yaitu 0,23 sel/ml/hari dengan waktu 2,05 hari. Nilai laju pertumbuhan
yang tinggi dipengaruhi oleh nilai kelimpahan dan interval waktu untuk mencapai
kelimpahan tertinggi (fase eksponensial). Waktu penggadaan sel yang singkat
dipengaruhi oleh laju pertumbuhan dari mikroalga untuk mencapai kelimpahan
tertinggi.
Fase eksponensial Chlorella sp. pada media Walne dan rasio 20:1 terbentuk
pada hari pertama hingga hari kelima, sedangkan rasio 4:1 dan rasio 10:1 terbentuk
dari hari pertama hingga hari keempat. Fase eksponensial Nannochloropsis sp.
pada rasio 10:1 dan rasio 20:1 terbentuk pada hari pertama hingga hari kelima, rasio
4:1 terbentuk dari hari pertama sampai hari kedelapan dan perlakuan Walne hari
pertama sampai hari ketujuh.

Kelimpahan tertinggi terhadap perlakuan dan waktu


Berdasarkan hasil analisis statistik RAL in time, nilai Fhit > Ftab yang
menjelaskan ada pengaruh antar perlakuan , waktu dan interaksi perlakuan pada
kultur Chlorella sp. (Lampiran 10). Pengaruh perlakuan dan waktu kemudian diuji
12

lanjut dengan uji lanjut Duncan. Hasil uji lanjut Duncan pada perlakuan
menunjukkan, perlakuan rasio 4:1 tidak berbeda nyata dengan rasio 10:1, namun
keduanya berbeda nyata dengan rasio 20:1 dan Walne (Gambar 7). Hasil uji lanjut
Duncan terhadap waktu menunjukkan hari kelima memiliki kelimpahan yang
berbeda nyata dengan hari lain pada kultur Chlorella sp. (Gambar 8). Berdasarkan
hasil analisis statistik

Gambar 7 Perlakuan terbaik Chlorella sp.


*Keterangan grafik: Beda nyata antarperlakuan disajikan melalui huruf

Gambar 8 Waktu terbaik Chlorella sp.


*Keterangan grafik : Beda nyata antar perlakuan disajikan melalui huruf

Berdasarkan hasil analisis statistik RAL in time, Fhit < Ftab menjelaskan
tidak adanya pengaruh perlakuan dan interaksi perlakuan dan waktu , sedangkan
waktu memiliki pengaruh terhadap kelimpahan, karena Fhit> Ftab pada kultur
Nannochloropsis sp. (Lampiran 11). Pengaruh perlakuan, kemudian diuji lanjut
dengan uji lanjut Duncan. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan, perlakuan rasio
4:1 rasio 10:1, rasio 20:1 tidak berbeda nyata, tetapi semua tingkat rasio berbeda
nyata dengan Walne (Gambar 9). Pengaruh waktu, kemudian diuji lanjut dengan
13

uji lanjut Duncan. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan hari ketujuh memiliki
kelimpahan yang berbeda nyata dengan hari lain pada kultur Nannochloropsis sp.
(Gambar 10).

Gambar 9 Perlakuan terbaik Nanocloropsis sp.


*Keterangan grafik: beda nyata antarperlakuan disajikan melalui huruf

Gambar 10 Waktu terbaik Nannochloropsis sp.


*Keterangan grafik : Beda nyata antar perlakuan disajikan melalui huruf

Ketersediaan Nutrien
Keberadaan nutrien mengalami penurunan pada konsentrasi nitrat dan
ortofosfat pada kultur Chlorella sp. (Gambar 11). Penurunan terjadi dari awal
pengamatan hingga tengah pengamatan, yang kemudian mengalami sedikit
kenaikan pada akhir pengamatan. Konsentrasi nitrat mengalami penurunan 0,3780
mg/l menjadi 0,1501 mg/l. Nilai ortofosfat mengalami penurunan 0,2445 mg/l
14

menjadi 0,0776 mg/l. Konsentrasi nilai nitrit mengalami kenaikan dari 0,1012 mg/l
menjadi 0,1856 mg/l selama pengamatan. Nilai amonia mengalami kenaikan dari
2,1804 mgl/ menjadi 2,2415mg/l.

Gambar 11 Perubahan konsentrasi nutrien pada kultur Chlorella sp. selama


pengamatan

Gambar 12 Perubahan konsentrasi nutrien pada kultur Nannochloropsis sp.


selama pengamatan

Keberadaan nutrien, mengalami penurunan pada konsentrasi amonia dan


ortofosfat pada kultur Nannochloropsis sp. (Gambar 12). Penurunan konsentrasi
15

terjadi diawal pengamatan hingga tengah pengamatan kemudian mengalami


kenaikan diakhir pengamatan. Konsentrasi amonia mengalami penurunan dari
1,9842 mg/l menjadi 1,6668 mg /l, sedangkan nilai ortofosfat mengalami penurunan
dari 0,1102 mg/l menjadi 0,0658 mg/l. Konsentrasi nilai nitrit mengalami kenaikan
dari 0,0324 mg/l menjadi 0,1126 mg/l dan nitrat mengalami kenaikan dari 1,7825
mgl/ menjadi 1,8433 mg/l selama pengamatan.

Korelasi nutrien dengan kelimpahan


Nilai p-value nitrat, nitrit dan ortofosfat pada kultur Chlorella sp. <0,05,
adanya hubungan antara nitrat, nitrit dan ortofosfat dengan kelimpahan. Nilai p-
value dari amonia >0,05, yang menjelaskan tidak adanya hubungan amonia dengan
kelimpahan. Tingkat keeratan hubungan dari variabel nitrat dan ortofosfat terhadap
kelimpahan Chlorella sp. adalah -0,71 dan -0,70. Nilai ini menunjukkan adanya
hubungan yang kuat, tetapi berkorelasi negatif. Nilai ini menunjukkan adanya
hubungan yang kuat, tetapi berkorelasi negatif. Korelasi negatif menunjukkan nilai
nitrat dan ortofosfat yang semakin menurun, namun kelimpahan sel semakin
meningkat. Nilai korelasi nitrit adalah 0,45 yang menunjukkan hubungan cukup
kuat.

Tabel 5 Nilai korelasi kelimpahan dengan nutrien


Mikroalga Nilai Nitrat Nitrit Amonia Ortofosfat
Chlorella sp. Pearson -0,71 0,45 0,28 -0,70
p-value 0,00 0,02 0,15 0,00
Nannochloropsis sp. Pearson 0,03 0,66 -0,61 -0,69
p-value 0,88 0,00 0,00 0,00

Nilai p-value nitrit, amonia dan ortofosfat pada kultur Nannochloropsis sp.
<0,05, adanya hubungan antara nitrit, amonia dan ortofosfat dengan kelimpahan.
Nilai p-value dari amonia >0,05, yang menjelaskan tidak adanya hubungan amonia
dengan kelimpahan. Nilai korelasi Pearson pada variabel amonia dan ortofosfat
terhadap kelimpahan Nannochloropsis sp. adalah -0,61 dan -0,69 . Korelasi negatif
menunjukkan nilai amonia dan ortofosfat yang semakin menurun, namun
kelimpahan sel semakin meningkat. Nilai korelasi nitrit 0,66 yang menunjukkan
hubungan yang kuat.

Pembahasan

Kultur mikroalga membutuhkan media dalam keadaan steril. Media dalam


keadaan steril harus melewati tahap yang disebut dengan sterilisasi. Ada berbagai
macam jenis sterilisasi yaitu dengan pemanasan, bahan kimia dan memanfaatkan
sinar UV pada panjang gelombang tertentu. Penelitian ini menggunakan sterilisasi
air karst dengan teknik pendidihan (100°C). Sterilisasi air karst ini selain membuat
air menjadi steril juga menyebabkan terjadinya penurunan nilai Mg, Ca, dan HCO3.
Pemanasan pada air karst membuat CaCO3 dan MgCO3 mengendap dan
menimbulkan kerak pada peralatan pemanas (Herlambang 2006). Penurunan nilai
Ca, Mg, dan HCO3 berdampak pada penurunan nilai kesadahan total air karst. Ca
dan Mg akan berikatan dengan garam-garam karbonat CO3 dan HCO3 memiliki
sifat larut dalam air yang bersuhu rendah. Semakin tinggi suhu air, kelarutan kedua
16

unsur tersebut semakin kecil. Penelitian Wildan (2018) menunjukkan nilai Ca, Mg,
SO4, dan kesadahan pada air karst Ciseeng yang tinggi. Namun, nilai ini masih di
atas nilai Ca, Mg, SO4, dan kesadahan total pada air laut (Boyd dan Thunjai 2003).
Menurut Gorain et al. (2013), konsentrasi Ca, Mg, dan SO4 yang tinggi akan
menurunkan penyerapan cahaya oleh mikroalga dan akan berpengaruh terhadap
kelimpahannya.
Penurunan konsentrasi Ca, Mg, dan SO4, serta kesadahan, parameter kualitas
air karst berupa salinitas dan pH harus berada dalam kisaran optimum untuk
mendukung pertumbuhan pada mikroalga. Nilai salinitas pada air karst adalah 28
ppt. Salinitas ini mendukung mikroalga laut untuk mampu tumbuh dengan optimum
(Andenan et al. 2013 dan Bartley et al. 2013). Salinitas mempengaruhi cairan sel
mikroalga yang bisa mengakibatkan hiperosmosis yang berkibat pecah atau lisis
pada sel mikroalga (Aprilliyanti et al. 2016). Nilai pH air karst berada direntan 6,8-
7,3. Nilai pH di perairan erat kaitannya dengan CO2, nilai pH yang semakin rendah
menunjukkan penurunan kelimpahan pada mikroalga (Chen dan Durbin 1994).
Lingkungan kultur, seperti suhu dan cahaya diatur untuk mendukung performa
pertumbuhan mikroalga dalam media air karst.
Selain kondisi fisik air, keberadaan nutrien yang optimum juga berpengaruh
terhadap kelimpahan mikroalga. Menurut Borowitzka (1988) kandungan Ca(NO3)2,
MgSO4, KH4PO4, KNO3, dan FeCl dibutuhkan oleh Chlorella sp. dan
Nannochloropsis sp. Berdasarkan Tabel 1 hasil analisis kualitas air karst
menunjukkan Cl, HCO3, SO4, Na, Ca, Mg, dan K terdapat pada air karst. Perbedaan
konsentrasi nutrien tersebut pada air karst dan perlakuan Walne berpengaruh pada
kelimpahan Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. Kelimpahan Chlorella sp. dan
Nannochloropsis sp. pada media karst menggunakan Urea dan TSP masih lebih
rendah dibanding penggunaan media Walne., dan unsur ini dipastikan ada dalam
media Walne. Kelimpahan Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. pada media karst
masih lebih rendah dibanding air laut dengan kultur pada air laut. Penelitian ini
kelimpahan Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. tertinggi berturut-turut adalah
7791666 sel/mL pada rasio 20:1 dan 9402778 sel/ml pada rasio 10:1. Berdasarkan
penelitian Chilmawati dan Suminto (2008) didapatkan kelimpahan dalam kultur
Chlorella sp. dalam media komersial didapat kelimpahan 3,18×107 sel/ml,
sedangkan Nannochloropsis sp. mendapat kelimpahan 1×107 sel/ml .
Kelimpahan yang dihasilkan selama waktu pengamatan akan membentuk
suatu pola pertumbuhan. Menurut Becker (1994), ada tujuh fase yang terbentuk
dalam kultur bacth karena tidak ada yang ditambahkan atau dihilangkan dari
medium setelah inokulasi, yaitu lag phase, accelerating growth phase, exponential
growth, decreasing log growth, stationary phase, accelerated death, dan log death.
Fase yang pertama adalah fase adaptasi dari mikroalga. Seringkali, mikroalga tidak
mampu beradaptasi dengan lingkungan baru atau dalam kondisi yang tidak sesuai
kebutuhan mikroalga. Fase yang kedua adalah fase mikroalga telah melewati fase
adaptasi dan mampu tumbuh secara baik. Fase ini disebut fase peralihan dari
adaptasi menuju fase ekponensial atau logaritmik. Fase ketiga adalah alga telah
beradaptasi dengan kondisi kultur, dan sel memasuki fase pertumbuhan
eksponensial (logaritmik). Selama periode ini konsentrasi nutrien menurun yang
disebabkan oleh penyerapan oleh mikroalga. Fase empat adalah fase pertumbuhan
mikroalga telah melambat. Fase ini seringkali dijadikan sebagai waktu panen
dalam kultur mikroalga. Fase kelima adalah fase pertumbuhan dan kematian
17

mikroalga menunjukkan laju yang sama. Fase stasioner, dapat digambarkan


sebagai konsentrasi maksimum yang dapat dicapai dari mikroalga dalam sistem
tertutup. Fase ke enam dan ke tujuh adalah fase akhir tingkat kematian menjadi
eksponensial, yang mengarah ke penurunan populasi mirkoalga.
Laju pertumbuhan dan doubling time pada Chlorella sp. dan Nanochloropisis
sp. masing-masing berbeda. Semakin tinggi nilai laju petumbuhan semakin cepat
sel tersebut mencapi kelimpahan maksimumnya. Nilai doubling time penelitian ini
berkisar 1,33-2,11 hari. Menurut Neboh (2014) nilai rata-rata doubling time
Chlorella sp. adalah 1,3083 hari. Menurut Kawaroe et al. (2015), Nannochloropsis
sp. memiliki eksponesial pada hari pertama hingga hari kedelapan dan turun pada
hari kesembilan. Chlorella sp. mampu berdaptasi lebih cepat dibanding
Nannochloropisis sp. Kultur Chlorella sp. dalam penelitian ini hanya memiliki
waktu awal adaptasi kurang dari satu hari, sebagaimana hasil yang sama didapatkan
pada penelitian Neboh (2014).
Kelimpahan mikroalga yang meningkat akan berpengaruh kepada keberadaan
nutrien. Keberadaan nutrien yang dimanfaatkan oleh mikroalga salah satunya
adalah nutrien anorganik. Penurunan konsentrasi anorganik ditunjukkan
penuruanan konsentrasi nitrat dan ortofosfat pada kultur Chlorella sp. sedangkan
pada kultur Nannocloropsis sp. konsentrasi amonia dan ortofosfat. Menurut
Widianingsih (2011), nutrien nitrat dan ortofosfat mengalami penurunan
konsentrasi pada kultur mikroalga Nannochloropsis oculata. Koonsentrsi
penurunan ini didukung oleh uji korelasi Pearson yang menunjukkan nitrat dan
ortofosfat pada kultur Chlorella sp. berkorelasi negatif kuat dengan kelimpahan
sedangkan pada kultur Nannocloropsis sp. konsentrasi amonia dan ortofosfat
berkorelasi kuat dengan kelimpahan. Korelasi negatif yang terbentuk menunjukkan
ketika kelimpahan meningkat nilai nutrien tersebut menurun. Nilai korelasi ini
menunjukkan bahwa Chlorella sp. memanfaatkan nitrat dan ortofosfat, sedangkan
Nannochloropsis sp. memanfaatkan amonia dan ortofosfat. Menurut Borowitzka
(1988), penurunan konsentrasi nutrien anorganik disebabkan oleh pemanfaatan
mikroalga sebagai unsur penting untuk pertumbuhan.
Salah satu senyawa nitrogen yang digunakan dalam metabolisme sel
mikroalga adalah amonium. Amonium dihasilkan melalui proses disosiasi
amonium hidroksida. Amonium hidroksida merupakan amonia yang terlarut dalam
air. Menurut Goldman dan Horne (1983), reaksi pembentukan amonium adalah
sebagai berikut: NH3 + H2O↔ NH4OH↔NH4 + OH-. Nitrit adalah bentuk transisi
antara amonia dan nitrat selama proses nitrifikasi. Konsentrasi nitrit dalam media
kultur menjadi tidak stabil. Hal ini menandakan bahwa oksigen pada media tersedia
akibat adanya fotosintesis. Keberadaan nitrat dan ortofosfat menjadi faktor
pembatas dalam kultur mikroalga. Kandungan nitrat dan ortofosfat pada perlakuan
ini berkisar antara 0,35-1,3 dan 0,15–0,27 mg/L. Hal ini masih dalam kisaran
optimum untuk pertumbuhan Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. Menurut
Mackentum (1969), pertumbuhan optimal mikroalga memerlukan kandungan nitrat
pada kisaran 0,9-3,5 ml/L dan ortofosfat sebesar 0,09-1,80 mg/L. Selanjutnya,
menurut Sumardianto (1995), jika kandungannya kurang dari 0,02 mg/L, maka
ortofosfat akan menjadi faktor pembatas. Pada nilai kurang dari 0,1 ppm atau lebih
besar 45 ppm, nitrat dapat merupakan faktor pembatas kesuburan Dortch (2007).
Keberadaan nutrien pada air karst tidak lepas dari proses pelarutan batuan di
kawasan karst. Kawasan karst saat ini diperuntukkan sebagai wilayah produksi
18

kapur yang diambil dari kandungan batuan karst. Ca dan Mg merupakan mineral
yang tinggi pada karst (Ford 1992). Kapur (karst) memiliki beberapa manfaat yaitu
pada lingkup pertanian dan perikanan. Kapur dimanfaatkan sebagai penetral nilai
pH pada tanah maupun air. Pada bidang kesehatan kandungan kalsium (Ca)
digunakan sebagi bahan dasar kosmetik maupun produk kesehatan yang berfungsi
sebagai detoxification (Samodra 2003 dan Notosiswoyo 2006.). Kandungan Ca dan
Mg juga berfungsi bagi tanaman yaitu sebagai pembetuk dinding sel dan klorofil.
Kawasan Karst Ciseeng, Kabupaten Bogor ini memiliki keunikan yaitu
dengan adanya kandungan air yang memiliki nilai salinitas. Karakteristik ini
menjadikan air karst ini digunakan pada kultur mikroalga laut. Oleh karena itu,
perlu menjaga sistem kawasan karst Ciseeng dalam mempertahankan karakteristik
dari air karst. Berdasarkan penelitian ini air karst dapat digunakan sebagai media
kultur singel cell microalgae yaitu Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. dengan
penambahan urea dan TSP. Nilai Ca dan Mg yang tinggi pada air karst diharapkan
mampu diabsorbsi oleh mikroalga sehingga adanya perbedaan komposisi pada
mikroalga air karst dengan air laut. Kultur mikroalga laut saat ini dikembangkan di
daerah pesisir (pantai), namun dengan adanya air karst kultur mikroalga dapat
dikembangkan didaerah yang jauh dari pantai.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Air karst yang mendapatkan tambahan pupuk Urea dan TSP dapat digunakan
sebagai media kultur mikroalga laut. Chlorella sp. dalam media air karst
menunjukkan produktifitas tertinggi pada level rasio N dan P sebesar 20:1,
sementara Nannochloropsis sp. memiliki produktivitas yang relatif seragam pada
rasio N dan P dari 4:1 sampai 20:1.

Saran

Air karst sebagai media kultur mikroalga dapat digunakan setelah dilakukan
pemanasan (100°C) untuk menurunkan parameter Ca dan kesadahan yang tinggi
pada air karst. Penentuan rasio N dan P perlu ditingkatkan nilai P pada TSP untuk
memaksimalkan kelimpahan pada kultur mikroalaga laut pada media air karst
dengan menggunakan urea dan TSP.
19

DAFTAR PUSTAKA

Adenan SN, Fatimah, Yusoff, dan Shariff M. 2013. Effect of Salinity and
Temperature on the Growth of Diatoms and Green Algae. Journal of
Fisheries and Aquatic Science. Volume 8 (2): 397-404,
APHA. 2012. Standard Method For The Examination of Water and Wastewater.
22nd ed. American Public Health Association/American Water Work
Association/Water Environment Federation, Washington, DC, USA. 1496 p.
Amini S, Syamdidi. 2006. Konsentrasi Unsur Hara Media dan Pertumbuhan
Chlorella vulgaris dengan Pupuk Anorganik Teknis dan Analis. Jurnal Fish.
Science. 8(2):201-206.
Andersen RA. 2005. Algal Culturing Techniques. Elsevier Science Publishing Co
Inc.
Apriyanti. 2016. Teknik Kultur Mikroalga Chaetoceros sp. Pusat Penelitian
Limnologi LIPI Cibonong.
Bartley ML, Boeing WJ, Corcoran AA, Holguin FO, Schaub T. 2013. Effects of
salinity on growth and lipid accumulation of biofuel microalga
Nannochloropsis salina and invading organisms. Biomass and Bioenergy, 54,
83–88.
Becker W. 1994. Handbook of Microalgae Culture. Biotechnology and
Microbiologi. Cambridge University Press: Cambridge. 51-55.
Boney AD. 1989. Phytoplankton. 2nd Edition. London: Edward Arnold.
Borowitzka MA. 1988. Algal Growth Media and Sources of Algal Cultures. In:
Borowitzka, M.A & L.J Borowitza (Eds) Microalga Biotechnology.
Cambridge University Press: Cambridge: 456-465.
Boyd CE dan Thunjai T. 2003. Concentrations of major ions in waters of inland
shrimp farms in China, Ecuador, Thailand, and the United States. Journal of
the World Aquaculture Society. 34(4):524–532.
Cahyaningsi, Muchtar, Purnomo, Kusumaningrum PAH, Slamet, Asniar. 2009.
Juknis Produksi Pakan Alami Departem Kelautan dan Perikanan Direktorat
Jendral Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Situbondo.35 hal.
Chen YC, Durbin EG.1994. Effects of pH on the growth and carbon uptake of
marine phytoplankton. Marine Ecology Progress Series. Vol. 109: 83-94.
Chainapong T, Traichaiyaporn S, Deming RL. 2012. Effect of light quality on
biomass and pigment production in photoautotrophic and mixotrophic
cultures of spirulina platensis. Journal Agr Tech. 8(5): 1593-1604.
Chilmawati D, Suminto. 2010. Penggunaan media kultur yang berbeda terhadap
pertumbuhan Chlorella sp. Saintek Perikanan, UNDIP. 6 (1): 71-78.
Cysewski GR, Lorenz R. 2000. Industrial Production of Microalgal Cell-Mass and
Secondary Products - Species of High Potential:Haematococcus. Handbook
of Microalgal Culture. 281–288.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolahan. Kanisius, Jakarta, 80 pp.
Dortch Q. 2007 .The interaction between ammonium and nitrate uptake in
phytoplankton. Marine Ecology Progress Series: 183-201.
Firdaus DRP. 2016. Produktivitas Spirulina sp. Dalam Media Air Karst. [skripsi].
Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
20

Ford D, Williams P. 1992. Karst Geomorphology and Hydrology. London(UK):


Chapman and Hall
Gong Q, Feng Y, Kang L, Luo M, dan Yang J. 2014. Effects of Light and pH on
Cell Density of Chlorella Vulgaris. Energy Procedia. 61.
Gorain PC, Bagchi SK, Mallick N. 2013. Effects of calcium, magnesium and
sodium chloride in enhancing lipid accumulation in two green microalgae.
Environmental Technology, 34 (13-14), 1887–1894.
Goldman CR, Horne AJ. 1983. Limnology. New York (USA). L McGrraw-Hill
Book Company
Guillard RRL. 1973. Devision Rates. In : Stein, JR, ed. Handbook of Phycological
Methods: Culture Methods and Growth Measurements. Cambridge
University Press, Cambridge, pp. 289-312
Herlambang. 2011. Perfektif Geo-arkeologi kawasan Karst, Gunung Sewu. Karst,
Masalah dan Pemencahannya, Dilengkapi Kasus Jabodetabek. Pusat
Biologi-LIPI. Hal 163
Isnansetyo A, Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan Zooplankton
Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanisius. Yogyakarta.
Kawachi M dan Noël MH. (2005). Sterilization and sterile technique. In: Algal
Culturing Techniques (R.A. Andersen, Ed.), pp. 65–81
Kawaroe M, Hwangbo J, Augustine D, Putra HA, 2015. Comparison of density
specific growth rate, biomass weight, and doubling time of microalgae
Nannochloropsis sp. cultivated in open raceway pond and photobioreactor.
AACCL Bioflux. 8(5):740-750.
Khatoon H, Abdu R N, Banerjee S, Harun N, Suleiman SS, Zakaria NH, Endut A.
2014. Effects of different salinities and pH on the growth and proximate
composition of Nannochloropsis sp. and Tetraselmis sp. isolated from South
China Sea cultured under control and natural condition. International
Biodeterioration & Biodegradation. 95. 11–18.
Kim DG, Hur SB. 2013. Growth and Fatty Acid Compotition of Three
Heterotrophic Chlorella sp. Algae Research Articel, Busan Korea 28(1): 101-
109
Lorenz RT, Cysewski GR. 2000. Commercial potential for Haematococcus
microalgae as a natural source of astaxanthin. Trends Biotechnol. 18,160–167
Mackenthum KM. 1969. The Practice of Water Pollution Control. Administration
Division of Technical Support.
Miron J,Yosef E, Ben GD, Chase LE, Bauman DE, Solomon R. 2002. Digestibility
by Dairy cows of monosaccharide constituents in total mixed rations
containing citrus pulp. J. Dairy Sci., 85: 89–94
Neboh HA, Agwa OK, Abu GO. 2014. Growth of Chlorella sp.on Flue Gas. British
Journal of Applied Science and Technology. 4(5): 749 -763.
Pratiwi TMN, Adiwilaga ME, Widigdo B, dan Soedharma D. 2007. Produktifitas
Diatom Perifitik yang Ditumbuhahkan pada Tipe Substrat Berbeda Sebagai
Alternatif Penyediaan Pakan Alami Udang. Jurnal Biologi Indonesia
4(3).177-191.
Notosiswoyo S. 2006. Potensi nutris pada Endapan Batukapus Pada Ekosistem
Karst.Bogor (ID); Puslit -Biologi LIPI
Reynolds CS, 2006. The Ecology of Phytoplankton. Cambridge University Press,
Cambridge.
21

Samodra H. 2003. Nilai Strategis Kawasan Karst di Indonesia dan Usaha


Pengelolaannya Secara Berkelanjutan. Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI).
Sharma R, Singh GP, Sharma VK. 2012. Effects of Culture Conditions on Growth
and Biochemical Profile of Chlorella vulgaris. Journal Plant Pathology and
Microbiology. 3(5): 1-6.
Sumardianto. 1995. Struktur Komunitas Fitoplankton di Perairan Teluk Pelabuhan
Ratu. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tishara L. 2017.Pengaruh Pemberian Pupuk N Dan P Dengan Rasio N/P Yang
Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Kandungan Protein Chlorella
Sp.[Tesis]. Universitas Brawijaya.
Walne P. 1970 . Studies on the food value of nineteen genera of algae to juvenile
bivalves of the ganera Ostrea, Crassostrea, Merceneria , and Mytilis. Fish .
Invest.26:1-62.
Walpole RE. 1993. Pengantar Statistika. Jakarta(ID): PT Gramedia Pustaka Utama
Widianingsih, Hartati R, Endrawati H, Yudiati E, Iriani VR.2011. Pengaruh
Pengurangan Konsentrasi Nutrien Fosfat dan Nitrat Terhadap Kandungan
Lipid Total Nannochloropsis oculata. Ilmu Kelautan. Vol. 16 (1) 24-29
Wildan DM, Affandi R, Pratiwi NTM, Krisanti M, Ayu IP, Iswantari A. 2017.
Evaluation of karst water quality as an early reference of land suitability
mapping for vaname shrimp (Litopenaeus vannamei) culture media. IOP
Conf. Series: Earth and Environmental Science
22

Lampiran 1 Perlengkapan Kultur

Mikroskop Autoklaf Oven

Wadah Perebusan pH-Meter Luxmeter

Refraktometer Spektrofotometer Timbangan


23

Sterilisasi Uap Lampu UV Pengendapan pada air karst

Toples Ukuran 3 liter Urea TSP

Aerator Lokasi Pegambilan Air


Larutan stok Urea dan TSP

Lampiran 2 Penentuan Rasio N dan P


DIN (mol) yang DIP (mol) yang Kekurangan (mol)
Rasio N dan P
ingin dicapai ingin dicapai N P
(4:1) 0,217596611 0,050308237 0,172468071 0,049426473
(10:1) 0,503082371 0,050308237 0,457953831 0,049426473
(20:1) 1,006164743 0,050308237 0,961036202 0,049426473

Pembuatan larutan induk dari Urea dan TSP yang ditambahkan dari kekurangan
(mol) N dan P pada masing-masing rasio:

Penambahan
Rasio N dan P
Urea TSP
4:1 3,967 0,50448664
10:1 10,533 0,50448664
20:1 22,105 0,50448664
24

Lampiran 3 Komposisi Walne


Pemakaian Medium: Medium per Liter Nutrient Solution 1 mL, Vitamin 0,1 mL,
Air Laut 1 liter
Komposisi Nutrient Solution per Liter
FeCl3.6H2O 1,30 g
MnCl2.4H2O 0,36 g
H3BO3 33,60 g
EDTA (Disodium Salt) 45 g
NaH2.PO4.2H20 20 g
NaNO3 100 g
Trace metal solution per 100mL C
CuSO4.5H2O 2g
ZnCl2 2,1 g
CoCl2.6H2O 2g
(NH4)6Mo7O24.4H2O 0,9 g
Vitamin Dalam 100 mL
B1 100 g
B12 5g

Lampiran 4 Hemacytometer

Keterangan : 1,2,3,4 dan 5 (kotak besar) yang masing-masing didalamnya terdapat


25 kotak kecil.

Lampiran 5 Kelimpahan Chlorella sp.


Hari Ke- Rasio 4:1 Rasio 10:1 Rasio 20:1 Walne
0 453334 4166667 463333 561667
1 1525000 15666667 2100000 2475000
2 4366667 4775000 5062500 3500000
3 5050000 6316667 5683333 5733333
4 6500000 7472222 6930556 7912500
5 7930556 6888889 7791667 11527778
6 6819445 6319444 7486111 10611111
7 5291667 5361111 7402778 8291667
8 3166667 3833333 6305556 8861111
9 2305556 2826389 6083333 7586111
10 1275000 2486111 5166667 8486111
25

Hari Ke- Rasio 4:1 Rasio 10:1 Rasio 20:1 Walne


11 866667 2983333 3725000 6211111
12 566667 2200000 4816667 4297222

Lampiran 6 Absorbansi Chlorella sp.


Rasio 4:1 Rasio 10:1 Rasio 20:1 Walne
0,1383 0,1383 0,142 0,0956
0,2566 0,2566 0,2686 0,149
0,3 0,3873 0,391 0,2936
0,3746 0,417 0,438 0,473
0,448 0,5 0,494 0,6293
0,4713 0,47 0,5166 0,6316
0,364 0,423 0,5083 0,693
0,3026 0,3656 0,4873 0,778
0,1813 0,288 0,419 0,7803
0,127 0,305 0,427 0,6633
0,0786 0,2466 0,3163 0,4273
0,0716 0,2643 0,4106 0,5676

Lampiran 7 Kelimpahan Nannochloropsis sp.


Hari ke- Rasio 4:1 Rasio 10:1 Rasio 20:1 Walne
0 520000 576666,7 500000 723333
1 1733333 2166667 1750000 2583333
2 3308333 3191667 3041667 4266667
3 5708333 5658333 4900000 6183333
4 6180556 6166667 6277778 9166667
5 7319444 9402778 7402778 11569444
6 7361111 8986111 7333333 12458333
7 7666667 8375000 6930556 12986111
8 8527778 8111111 6777778 11527778
9 8347222 6486111 7138889 10888889
10 7944444 6750000 6375000 8013889
11 6680556 6152778 5625000 6402778
12 6805556 6625000 5875000 3458333

Lampiran 8 Absorbansi Nannochloropsis sp.


Walne Rasio 4:1 Rasio 10:1 Rasio 20:1
0,0853 0,1083 0,1157 0,1303
0,1653 0,251 0,2873 0,271
0,323 0,344 0,3547 0,331
0,5433 0,425 0,56 0,439
0,7363 0,5546 0,546 0,57
0,783 0,6223 0,6747 0,599
1,0413 0,6693 0,701 0,6333
1,0833 0,62 0,609 0,6317
1,1553 0,654 0,66 0,6977
0,7797 0,6527 0,646 0,5937
0,7243 0,6413 0,6407 0,6103
26

Walne Rasio 4:1 Rasio 10:1 Rasio 20:1


0,4237 0,549 0,5987 0,513

Lampiran 9 Degradasi Warna Kultur Mikroalga

H0 H1 H2

H3 H4 H5

H6 H7 H8
27

H9 H10 H12

Lampiran 10 Anova RAL in time Chlorella sp.


Keragaman Df Mean Square F Sig.
Koreksi Model 38 1,58076E+13 12,66 0
Intercept 1 2,05616E+15 1646,76 0
Perlakuan 2 3,14526E+13 25,19 0

Waktu 12 3,97122E+13 31,805 0


Perlakuan * Waktu 24 2,55162E+12 2,044 0,01
Error 78 1,24861E+12
Total 117
Koreksi Total 116
a R Squared = ,860 (Adjusted R Squared = ,793)

Lampiran 11 Anova RAL in time Nannochloropsis sp.


Keragaman Df Mean Square F Sig.
Koreksi 51 22200289292333,000 7,968 0,000
Model
Intercept 1 3577922562085730,000 1284,099 0,000
Perlakuan 3 76559848794637,400 27,477 0,000
Waktu 12 59894037686173,200 21,496 0,000
Perlakuan * 36 5105743202527,580 1,832 0,009
Waktu
Error 104 2786329896390,830
Total 156
Koreksi 155
Total
a. R Squared = ,796 (Adjusted R Squared = ,696)
28

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Grin Tommy Panggabean, di Tarutung 01


September 1997, anak pertama dari lima bersaudara yang
merupakan anak dari Hulman Panggabean dan Meliala R Naibaho
Penulis tinggal di Desa Hutabagasan, Kecamatan Siatas Barita,
Tapanuli Utara, Sumatra Utara. Penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tahun 2015 melalui
jalur SBMPTN. Sebelumnya penulis bersekolah di SMA
Methodist-2 Medan dari tahun 2013- 2015, SMP St Lusia 1 Dolok Sanggul ada
tahun 2010-2013, SDN 173395 Dolok Sanggul pada tahun 2004-2010. Kegiatan
penulis di luar akademik, penulis aktif sebagai asisten mata kuliah Kualitas Air
(2018), Biologi Perikanan (2018) Planktonologi (2018), dan Produktivitas Perairan
(2019). Selain itu penulis aktif pada organisasi mahasiswa Kristen IPB (PMK IPB)
(2015-2019), Untuk menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan penulis melaksanakan penelitian
yang be judul “Produktivitas Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. dalam Media
Air Karst”.

Anda mungkin juga menyukai