Anda di halaman 1dari 63

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN

SEKITAR BOJONEGARA, TELUK BANTEN

EVA CRISTINE RONAULI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Struktur


Komunitas Plankton di Perairan Sekitar Bojonegara, Teluk Banten” adalah karya
saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, November 2021

Eva Cristine Ronauli


NIM C24160060
ABSTRAK
EVA CRISTINE RONAULI. Struktur Komunitas Plankton di Perairan Sekitar
Bojonegara, Teluk Banten. Dibimbing oleh NIKEN TUNJUNG MURTI
PRATIWI dan HEFNI EFFENDI.

Teluk Banten mendapat tekanan dari industri dan penambangan pasir. Salah
satu daerah yang banyak dimanfaatkan adalah Kecamatan Bojonegara. Tekanan
ini dapat memicu perubahan kualitas perairan. Perubahan parameter fisika dan
kimia dapat memengaruhi kehidupan biota akuatik, salah satunya plankton.
Penelitian ini bertujuan menganalisis struktur komunitas (kelimpahan,
keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi) plankton dan hubungan plankton
dengan kualitas air di perairan sekitar Bojonegara, Teluk Banten. Penelitian ini
dilakukan selama tiga bulan, mulai dari Oktober hingga Desember 2019 dengan
interval waktu pengambilan contoh satu bulan pada enam stasiun. Penelitian
menunjukkan bahwa hasil Analisis Komponen Utama (PCA) membentuk dua
hingga tiga kelompok kondisi perairan yang dicirikan oleh keberadaan
Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Dinophyceae, Chrysophyceae, dan
Chlorophyceae. Biplot PCA zooplankton membentuk dua kelompok, yaitu
protozoa dan rotifera. Berdasarkan struktur komunitas yang terbentuk pada musim
hujan menunjukkan plankton dapat masih dapat bertumbuh dengan baik pada
lokasi dan waktu pengamatan. Hal tersebut menggambarkan bahwa perairan
Bojonegara dalam kondisi kurang stabil hingga stabil.

Kata kunci: Bojonegara, plankton, struktur komunitas, Teluk Banten

ABSTRACT

EVA CRISTINE RONAULI. Community Structure of Plankton in the Waters


Around Bojonegara, Banten Bay. Supervised by NIKEN TUNJUNG MURTI
PRATIWI and HEFNI EFFENDI.

Banten Bay is under pressure from industry and sand mining. One area
that is widely used is Bojonegara. This pressure can trigger changes in water
quality. Changes in physical and chemical parameters can affect the life of
aquatic biota, one of which is plankton. This study aims to analyze the community
structure of plankton and the relationship between plankton and water quality in
the waters around Bojonegara, Banten Bay. This research was conducted for
three months, from October to December 2019 with one month sampling interval
at six stations. The research shows that the results of PCA form two to three
groups of water conditions characterized by the presence of Bacillariophyceae,
Cyanophyceae, Dinophyceae, Chrysophyceae, and Chlorophyceae. Biplot PCA
zooplankton form two groups, namely protozoa and rotifers. Based on the
community structure formed during the rainy season, it shows that plankton can
still grow well at the location and time of observation. This illustrates that the
waters of Bojonegara are in a less stable to stable condition.

Keywords: Banten Bay, Bojonegara, community structure, plankton


STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN
SEKITAR BOJONEGARA, TELUK BANTEN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Judul Skripsi : Struktur Komunitas Plankton di Perairan Sekitar
Bojonegara, Teluk Banten
Nama : Eva Cristine Ronauli
NIM : C24160060

Disetujui oleh

Pembimbing 1:
Dr. Ir. Niken Tunjung Murti __________________
Pratiwi, M.Si

Pembimbing 2:
Prof. Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil __________________

Diketahui oleh

Ketua Departemen
Dr. Majariana Krisanti, S.Pi, M.Si __________________
NIP 196910311995122001

Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:


PRAKATA

Syukur Penulis nyatakan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas pemeliharaan
dan penyertaan-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
"Struktur Komunitas Plankton di Perairan Sekitar Bojonegara, Teluk Banten”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi
di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membimbing dan membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini,
terutama kepada:

1. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan


Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor yang telah memberi kesempatan
studi kepada Penulis.
2. Beasiswa PPA dan Karya Salemba Empat yang telah membantu
kebutuhan kuliah Penulis.
3. Dr. Ir. Rahmat Kurnia, M.Si sebagai pembimbing akademik.
4. Prof. Dr. Ir. Sulistiono, M.Sc yang telah memberi kesempatan untuk
melakukan penelitian di Teluk Banten.
5. Dr. Ir. Niken Tunjung Murti Pratiwi, M.Si selaku ketua pembimbing dan
Prof. Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil selaku anggota komisi pembimbing.
6. Keluarga untuk dukungannya.
7. Ibu Siti, Bang Reza, Kak Dede untuk bimbingannya selama di
Laboratorium Biologi Mikro I.
8. Evelyn, Ruben, dan Fanny sebagai sahabat seperjuangan.
9. Teman-teman MSP 53 untuk semangatnya.
10. Teman-teman GRII Bogor dan KPP PMK untuk doa dan dukungannya.

Bogor, November 2021

Eva Cristine Ronauli


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii


DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
I
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 2
II METODE 2
2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 2
2.2 Pengumpulan Data 3
2.3 Analisis Data 4
III HASIL DAN PEMBAHASAN 6
3.1 Hasil 6
3.2 Pembahasan 19
IV SIMPULAN DAN SARAN 19
4.1 Simpulan 25
4.2 Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 31
RIWAYAT HIDUP 41
DAFTAR TABEL

1 Posisi geografi setiap stasiun penelitian di perairan sekitar Bojonegara 3


2 Kelimpahan rata-rata fitoplankton (sel/L) 6
3 Kelimpahan rata-rata zooplankton (ind/L) 8
4 Nilai R square fitoplankton bulan Oktober 15
5 Nilai R square fitoplankton bulan November 15
6 Nilai R square fitoplankton bulan Desember 16

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi pengambilan contoh plankton dan air di perairan 2


2 Kelimpahan total fitoplankton (a) dan zooplankton (b) 8
3 Komposisi dan kelimpahan total fitoplankton 9
4 Komposisi dan kelimpahan total zooplankton 10
5 Nilai indeks keanekaragaman (a), indeks keseragaman (b), dan indeks
dominansi (c) fitoplankton 11
6 Nilai indeks keanekaragaman (a), indeks keseragaman (b), dan indeks
dominansi (c) zooplankton 11
7 Dendrogram fitoplankton bulan Oktober 13
8 Dendrogram fitoplankton bulan November 14
9 Dendrogram fitoplankton bulan Desember 14
10 Biplot fitoplankton bulan Oktober 16
11 Biplot fitoplankton bulan November 17
12 Biplot fitoplankton bulan Desember 18
13 Biplot zooplankton tiga bulan pengamatan 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Zooplankton Nauplius 31
2 Zooplankton Globorotalia sp. 31
3 Fitoplankton Ceratium sp. 31
4 Fitoplankton Chaetoceros sp. 32
5 Zooplankton Tintinnopsis sp. 32
6 Fitoplankton Dinophysis sp. 32
7 Zooplankton Parafavella sp. 33
8 Fitoplankton Thalassiothrix sp. 33
9 Fitoplankton Nitzschia sp. 33
10 Fitoplankton Coscinodiscus sp. 34
11 Zooplankton Brachionus sp. 34
12 Fitoplankton Thalassionema sp. 34
13 Zooplankton Favella sp. 35
14 Fitoplankton Hemiaulus sp. 35
15 Fitoplankton Peridinium sp. 35
16 Persamaan Regresi Linier Fitoplankton Bulan Oktober 36
17 Persamaan Regresi Linier Fitoplankton Bulan November 38
18 Persamaan Regresi Linier Fitoplankton Bulan Oktober 39
1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan Teluk Banten terletak di Kabupaten Serang, Provinsi Banten.


Perairan ini memiliki kedalaman berkisar antara 2-20 meter (Rustam et al.
2018). Teluk Banten banyak mendapatkan tekanan dari lingkungan sekitarnya,
antara lain industri dan penambangan pasir (Wisha et al. 2015). Salah satu
daerah yang banyak dimanfaatkan adalah Kecamatan Bojonegara.
Kecamatan Bojonegara memiliki berbagai macam kegiatan industri yang
semakin berkembang. Tingginya intensitas kegiatan industri dan terbatasnya
ruang mendorong adanya reklamasi di kawasan pesisir Bojonegara. Hal ini
dapat memicu perubahan kualitas perairan di sekitarnya (Liyubayina 2018).
Kualitas air merupakan ukuran yang dapat mengevaluasi penggunaan air
dalam berbagai hal menggunakan parameter fisika, kimia, dan biologis.
Kualitas air memiliki peran yang penting dalam kehidupan makhluk hidup dan
bervariasi tergantung lokasi, waktu, maupun cuaca (Giri dan Qiu 2016).
Perubahan parameter fisika dan kimia dapat memengaruhi kehidupan biota
akuatik, salah satunya plankton (Desmawati et al. 2020).
Plankton memiliki kepekaan yang tinggi pada perubahan lingkungan
perairan (Kowiati et al. 2019). Plankton merupakan makhluk (tumbuhan atau
hewan) yang hidupnya mengapung, mengambang, atau melayang pada
permukaan perairan. Kemampuan renangnya sangat terbatas sehingga mudah
terbawa arus (Nontji 2008). Plankton dapat membentuk suatu kumpulan
sehingga terjadi interaksi yang disebut struktur komunitas (Tyas et al. 2017).
Struktur komunitas plankton merupakan parameter penting dalam
mengevaluasi kualitas perairan. Struktur komunitas tersebut meliputi
komposisi, kelimpahan, keanekaragaman, dominansi, dan keseragaman
plankton (Putra et al. 2012). Perubahan pada struktur komunitas plankton dapat
menggambarkan kondisi perairan yang berubah (Kheireddine et al. 2018). Oleh
karena itu, analisis mengenai struktur komunitas plankton dan keterkaitannya
dengan kualitas air sangat penting untuk mengetahui kondisi perairan sekitar
Bojonegara, Teluk Banten.

1.2 Rumusan Masalah

Perairan Bojonegara di sekitarnya terdapat berbagai aktivitas seperti


industri dan penambangan pasir. Limbah dari industri yang tidak diolah dengan
baik dapat menyebabkan degradasi terhadap kualitas perairan. Hal ini
kemudian menyebabkan perubahan parameter fisika dan kimia perairan.
Perubahan kualitas perairan dapat berdampak terhadap makhluk hidup seperti
plankton (Jannah dan Muchlisin 2012). Kelimpahan, komposisi, dan diversitas
plankton dapat berubah.
Perubahan pada struktur komunitas plankton dapat menggambarkan
kondisi perairan yang berubah (Kheireddine et al. 2018). Oleh karena itu,
penelitian terkait struktur komunitas plankton sangat penting untuk
memberikan gambaran kualitas air akibat degradasi perairan.
2

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menganalisis struktur komunitas (kelimpahan,


keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi) plankton dan hubungan
plankton dengan kualitas air di perairan sekitar Bojonegara, Teluk Banten.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah menyajikan informasi tentang struktur


komunitas plankton dan hubungannya dengan kualitas perairan. Hubungan ini
dapat menggambarkan status pencemaran perairan dalam kajian lebih lanjut.
Hasil dari penelitian dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan untuk
pengelolaan perairan pesisir di Bojonegara, Teluk Banten.

II METODE

2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, mulai dari Oktober hingga
Desember 2019 dengan interval waktu pengambilan contoh satu bulan.
Pengambilan contoh plankton dan contoh air dilakukan di perairan sekitar
Bojonegara (Gambar 2) dan dilakukan pada enam stasiun (Tabel 1). Analisis
plankton dilakukan di Laboratorium Biologi Mikro I, Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Analisis sebagian
parameter kualitas air dilakukan secara in situ dan sebagian dianalisis di
Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar 1 Peta lokasi pengambilan contoh plankton dan air di perairan


sekitar Bojonegara, Teluk Banten
3

Penetapan stasiun didasarkan pada arah arus air dan aktivitas yang berada
di sekitar perairan. Aktivitas di sekitar perairan Bojonegara umumnya adalah
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan penambangan pasir. Perbedaan
aktivitas pada setiap stasiun dapat memengaruhi kualitas perairan sekitarnya.
Berikut ini posisi geografi setiap stasiun di perairan Bojonegara.

Tabel 1 Posisi geografi setiap stasiun penelitian di perairan sekitar Bojonegara

Titik Lokasi
Stasiun Lintang Bujur Timur Lokasi Kegiatan
Selatan (LS) (BT)
Stasiun 1 °
05 59.011’ °
106 05.426’ Padas Pemukiman penduduk
dan dek kapal
Stasiun 2 05° 58.901’ 106° 06.558’ PT Samudra Kegiatan industri dan
Marine perkapalan
Indonesia
Stasiun 3 05° 58.890’ 106° 07.713’ Terate PLTU dan aktivitas
nelayan (bagan
tancap)
Stasiun 4 05° 59.682’ 106° 07.046’ Terate PLTU
Stasiun 5 05° 59.773’ 106° 06.386’ Terate (muara) PLTU
Stasiun 6 06° 00.053’ 106° 05.594’ Terate (sungai) Pemukiman penduduk

2.2 Pengumpulan Data

2.2.1 Pengambilan Sampel


Pengumpulan data terbagi menjadi dua yaitu pengumpulan data primer
dan sekunder. Data primer didapatkan melalui hasil pengamatan dan
pengukuran secara in situ maupun hasil analisis di laboratorium. Data sekunder
didapatkan dari data online Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) berupa data curah hujan. Data ini digunakan sebagai bagian dari
faktor fisika yang dapat memengaruhi struktur komunitas plankton. Data
diambil selama tiga bulan dengan interval waktu satu bulan.
Pengamatan dan pengukuran kualitas air secara in situ terhadap
parameter, yaitu kecerahan, kedalaman, warna, suhu, pH, salinitas, dan oksigen
terlarut. Analisis kualitas air di laboratorium terhadap parameter, yaitu
kekeruhan, Total Suspended Solid (TSS), nitrat, nitrit, dan total fosfat. Pada
setiap stasiun pengambilan contoh, plankton didapatkan melalui penyaringan
50 liter air pada kedalaman 30 cm atau permukaan perairan. Pengambilan
contoh plankton menggunakan plankton net dengan ukuran mata jaring 30μ m.
Plankton yang sudah disaring kemudian dimasukkan ke dalam botol
polyethylen dan pengawet iodium Lugol ditambahkan hingga berwarna coklat
untuk keperluan analisis di laboratorium (APHA 2005).
Pengambilan contoh air menggunakan Van Dorn water sampler untuk
analisis beberapa parameter kualitas air. Contoh air yang sudah diambil
kemudian dimasukkan ke dalam botol contoh polyethylen. Contoh air disimpan
dalam coolbox berisi es batu untuk keperluan analisis di laboratorium (APHA
2005).
4

2.2.2 Analisis Contoh Plankton


Perhitungan kelimpahan plankton akan menggunakan mikroskop majemuk
binokuler Zeiss Primo Star dengan perbesaran 10x10. Dokumentasi dan
visualisasi morfologi plankton akan dilakukan menggunakan mikroskop
trinokuler Zeiss Primo Star yang telah dilengkapi kamera dan perangkat lunak
AxioCam Erc 5S. Plankton yang diidentifikasi akan mengacu pada beberapa
buku identifikasi, antara lain Yamaji (1979), Tomas (1997), Conway et al.
(2003), Suthers dan Rissik (2009). Kelimpahan plankton dihitung menggunakan
Sedgewick-Rafter Cell (SRC).
Pencacahan contoh plankton diidentifikasi dan dihitung menggunakan
SRC. Kelimpahan fitoplankton dan zooplankton dianalisis dengan metode
sensus yaitu dilakukan pengamatan seluruh strip pada SRC. Formula
perhitungan kelimpahan metode sensus adalah sebagai berikut (APHA 2005).

Vt Asrc 1
N = nx x x
Vsrc Aa Vd

Keterangan:
N = Kelimpahan plankton (ind/L)
n = Jumlah plankton yang tercacah (ind)
Vt = Volume air terkonsentrasi (mL)
Vsrc = Volume air di bawah gelas penutup (1 mL)
Asrc = Luas gelas penutup (1.000 mm2)
Aa = Luas satu lapang pandang (1.000 mm2)
Vd = Volume air yang disaring (50 L)

2.2.3 Analisis Contoh Air


Parameter fisika-kimia perairan yang dianalisis laboratorium, yaitu
kekeruhan, Total Suspended Solid (TSS), nitrat, nitrit, dan fosfat total. Analisis
dilakukan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Analisis contoh air mengacu pada APHA (2005).

2.3 Analisis Data

2.3.1 Keanekaragaman Plankton


Indeks keanekaragaman yang digunakan adalah indeks Shannon-
Wienner. Indeks ini menunjukkan keanekaragaman jenis dengan nilai H' yaitu
1 ≤ H' ≤ 3 (Wardhana 2006). Persamaan yang digunakan dalam menghitung
keanekaragaman jenis adalah sebagai berikut (Odum 1996).

ni n
H' = -Σ log i atau -Σ Pi log Pi
N N

Keterangan:
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu
Pi = Proporsi individu jenis ke-i (ni/N)
5

2.3.2 Keseragaman Plankton


Indeks keseragaman disebut indeks Evenness. Indeks ini menunjukkan
keseragaman jenis dengan skala 0-1 (Dash dan Dash 2009). Persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut (Odum 1996).

H'
E =
log S

Keterangan:
H' = Indeks Shannon
S = Jumlah spesies

2.3.3 Dominansi Plankton


Indeks dominansi yang digunakan adalah indeks dominansi Simpson
yang memiliki kisaran nilai 0-1. Nilai yang semakin mendekati 1 akan
menunjukkan dominansi yang rendah atau tidak adanya jenis plankton yang
mendominasi (Krebs 1978). Persamaan yang digunakan dalam menghitung
dominansi adalah sebagai berikut (Odum 1996).
n 2
ni
D= ∑( )
n=1 N

Keterangan:
n = Jumlah jenis
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu

2.3.4 Indeks Similaritas Antarstasiun


Indeks similaritas untuk menggambarkan kesamaan komunitas plankton
antar stasiun. Nilai kesamaan tersebut antara 0 – 100%. Nilai yang mendekati
0% artinya tingkat kesamaan rendah dan nilai yang mendekati 100% artinya
tingkat kesamaan komunitas antar stasiun tinggi (Odum 1996). Indeks yang
digunakan adalah indeks Bray-Curtis dengan persamaan berikut (Huber 2016).
n

∑ [ Xij -Xik ]
i=1
B = 1- x 100%
∑ ( X ij + Xik )
Keterangan:
B = Indeks similaritas Bray-Curtis
Xij = Jumlah individu jenis ke i pada stasiun ke-j
Xik = Jumlah individu jenis ke i pada stasiun ke-k

Indeks Bray-Curtis merupakan salah satu dari indeks similaritas yang


dapat digunakan. Umumnya, indeks ini umum digunakan dalam penelitian
struktur komunitas plankton. Prinsipnya yaitu menggambarkan tingkat
2

kesamaan maupun perbedaan masing-masing berdasarkan kelimpahan setiap


jenis fitplankton dan zooplankton di tiap titik sampling (Huber 2016).
6

2.3.5 Analisis Regresi Linier Berganda


Analisis regresi linier berganda akan menghasilkan suatu model kemudian
model tersebut akan menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat. Oleh karena itu, hasil analisis regresi linier berganda dapat
menggambarkan hubungan antara kelimpahan plankton dengan parameter fisika
dan kimia yang diamati (Ardiansyah et al. 2017).

2.3.6 Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis)


Analisis komponen utama dipakai dalam menentukan karakter setiap
kelompok berdasarkan parameter fisika, kimia, dan biologi. Analisis ini juga
dapat menjelaskan hubungan antara kelimpahan fitoplankton dan parameter
kualitas air (Rahman et al. 2016). Analisis komponen utama hingga kini banyak
dipakai dan dinilai penting dalam analisis ekologi kuantitatif (Ismunarti 2013)..
Data karakteristik kualitas air yang didapatkan selama penelitian juga
dilakukan analisis secara statistik deskriptif. Analisis ini bermanfaat untuk
memberi gambaran umum mengenai kondisi kualitas perairan di lokasi
penelitian. (Radiarta dan Erlania 2015). Data tersebut juga dibandingkan dengan
data sekunder dari data online BMKG secara deskriptif.

III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Parameter kualitas air yang digunakan meliputi parameter fisika dan kimia
perairan. Suhu perairan berkisar antara 31,4-41°C. Kandungan TSS perairan
berkisar antara 6,4-61 mg/L. Kandungan oksigen terlarut berkisar antara 5,3-8,0
mg/L. Total fosfat perairan berkisar antara 0,001-0,114 mg/L. Kandungan nitrat
perairan berkisar antara 0,553-0,713 mg/L. Kandungan nitrit perairan berkisar
antara 0,011-0,245 mg/L.

3.1.2 Kondisi Kualitas Air

Parameter kualitas air yang digunakan meliputi parameter fisika dan kimia
perairan. Suhu perairan berkisar antara 31,4-41°C. Kandungan TSS perairan
berkisar antara 6,4-61 mg/L. Kandungan oksigen terlarut berkisar antara 5,3-8,0
mg/L. Total fosfat perairan berkisar antara 0,001-0,114 mg/L. Kandungan nitrat
perairan berkisar antara 0,553-0,713 mg/L. Kandungan nitrit perairan berkisar
antara 0,011-0,245 mg/L.
7

3.1.3 Kelimpahan rata-rata plankton

Kelimpahan fitoplankton pada setiap bulan dapat berbeda. Hal ini


disebabkan oleh perubahan lingkungan akuatik yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Fitoplankton yang ditemukan ada lima kelompok. Berikut ini adalah
kelimpahan rata-rata fitoplankton.
Tabel 2 Kelimpahan rata-rata fitoplankton (sel/L)

ORGANISME OKT NOV DES


BACILLARIOPHYCEAE
Asterionellopsis sp. 167,240
Bacteriastrum sp. 12,750 7,384 4,293
Biddulphia sp. 1,580 1,900 26,760
Chaetoceros sp. 35,530 155,357 754,116
Coscinodiscus sp. 5,840 5,052 9,680
Cyclotella sp. 7,152 112,737 581,136
Diploneis sp. 2,220
Fragilaria sp. 14,540
Hemiaulus sp. 1,700 18,633 18,633
Leptocylindrus sp. 9,210
Melosira sp. 1,800
Navicula sp. 2,955 3,400 3,030
Nitzschia sp. 3,820 770,408 31,867
Pleurosigma sp. 11,120 2,830 46,453
Rhizosolenia sp. 5,750 28,075 22,950
Terpsinoe sp. 2,160
Thalassionema sp. 2,510 16,020
Thalassiosira sp. 116,630 30,680 18,200
Thalassiothrix sp. 86,632 304,273 16,264
Triceratium sp. 1,520
CHLOROPHYCEAE
Pediastrum sp. 1,870 7,700 2,800
Scenedesmus sp. 9,900 1,000
CYANOPHYCEAE
Anabaena sp. 143,292 138,020
Trichodesmium sp. 62,460 158,920 33,000
DINOPHYCEAE
Ceratium sp. 1,590 27,077 11,530
Dinophysis sp. 9,617 26,590
Peridinium sp. 4,172 35,508 18,820
Prorocentrum sp. 2,467
Pyrocystis sp. 2,220 9,000
CHRYSOPHYCEAE
Dictyocha sp. 1,620
Distephanus sp. 1,520
7

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui kelimpahan rata-rata


fitoplankton pada ketiga bulan. Kelompok pada fitoplankton yang paling tinggi
kelimpahannya adalah Bacillariophyceae dan paling rendah adalah
Chrysophyceae.
Tabel 3 Kelimpahan rata-rata zooplankton (ind/L)

ORGANISME OKT NOV DES


PROTOZOA
Eutintinnus sp. 11,1
Favella sp. 8,055 8,3 23,656
Globorotalia sp. 9,156 9,1 3,72
Leprotintinnus sp. 11,48 8,88 10,6
8

Parafavella sp. 4,21 3,81 17,81333


Tintinnopsis sp. 35,32667 11,45667 32,468
CRUSTACEA
Centropages sp. 1,52
Nauplius 31,16667 175,5533 163,6467
Oithona sp. 1,58
Paracalanus sp. 4,25 12,64 7,766667
ROTIFERA
Brachionus sp. 29,41 3,02

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui kelimpahan rata-rata zooplankton


pada ketiga bulan. Jenis zooplankton yang paling tinggi kelimpahannya adalah
Nauplius dan yang paling rendah adalah Centropages sp..

3.1.3 Kelimpahan Total Fitoplankton dan Zooplankton

Kelimpahan total fitoplankton dan zooplankton di setiap bulan dan stasiun


disajikan dalam Gambar 2. Kelimpahan total fitoplankton selama penelitian
berkisar antara 73,1-8788,98 sel/L (Gambar 2a). Kelimpahan total zooplankton
selama penelitian berkisar antara 24-490,62 ind/L (Gambar 2b).
10000
Kelimpahan (Sel/L)

1000

100

10
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Oktober November Desember
Waktu Sampling dan Stasiun

(a)
1000
Kelimpahan (Ind/L)

100

10
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Oktober November Desember
Waktu Sampling dan Stasiun

(b)

Gambar 2 Kelimpahan total fitoplankton (a) dan zooplankton (b)


2
9

3.1.4 Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton

Komposisi jumlah jenis dan kelimpahan rata-rata fitoplankton pada


setiap stasiun berdasarkan kelompok disajikan dalam Gambar 3. Komposisi
jumlah jenis fitoplankton di lokasi terdiri dari lima kelompok. Pada ketiga
bulan, kelompok Bacillariophyceae tertinggi mencapai lebih dari 90%.
100%
80%
Komposisi

60%
40%
20%
0%
1 2 3 4 5 6
Stasiun

Bacillariophyceae Chlorophyceae Cyanophyceae


Dinophyceae Chrysophyceae
(a)
100%
80%
Komposisi

60%
40%
20%
0%
1 2 3 4 5 6
Stasiun

Bacillariophyceae Chlorophyceae Cyanophyceae


Dinophyceae Chrysophyceae
(b)
100%
80%
Komposisi

60%
40%
20%
0%
1 2 3 4 5 6
Stasiun

Bacillariophyceae Chlorophyceae Cyanophyceae Dinophyceae


(c)
Gambar 3 Komposisi dan kelimpahan total fitoplankton bulan Oktober (a),
bulan November (b), dan bulan Desember (c)
10

3.1.5 Komposisi dan Kelimpahan Zooplankton

Komposisi jumlah jenis (%) dan kelimpahan rata-rata zooplankton (%)


berdasarkan kelompok disajikan dalam Gambar 4. Pada bulan Oktober dan
Desember, kelompok Protozoa tertinggi mencapai lebih dari 90%. Pada bulan
November, Crustacea tertinggi (Gambar 4b). Pada bulan Oktober, Crustacea
terendah (Gambar 4a). Pada bulan November, Protozoa terendah (Gambar 4b).
Pada bulan Desember, Rotifera terendah (Gambar 4c).
100%
80%
Komposisi

60%
40%
20%
0%
1 2 3 4 5 6
Stasiun
Protozoa Crustacea
(a)

100%
80%
Komposisi

60%
40%
20%
0%
1 2 3 4 5 6
Stasiun

Protozoa Crustacea Rotifera


(b)

100%
80%
Komposisi

60%
40%
20%
0%
1 2 3 4 5 6
Stasiun

Protozoa Rotifera

(c)
Gambar 4 Komposisi dan kelimpahan total zooplankton bulan Oktober (a), bulan
November (b), dan bulan Desember (c)
11
3.1.6 Struktur Komunitas Fitoplankton

Indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi dapat digunakan


untuk menilai kestabilan komunitas fitoplankton dalam perairan. Ketiga nilai
indeks tersebut pada fitoplankton disajikan pada Gambar 5. Indeks
keanekaragaman (Gambar 5a), keseragaman (Gambar 5b), dan dominansi
(Gambar 5c) fitoplankton masing-masing berkisar antara 0,2223-1,1188;
0,1289-0,8181; dan 0,1550-0,8181.

(a)
1.2
Nilai H

0.0
Oktober

Desember
Oktober

Oktober

Desember
Oktober

Desember
Oktober

Oktober
November

November
Desember

November

November

November
Desember

November
Desember
1 2 3 4 5 6
Stasiun

(b)
1.0
Nilai E

0.0
Oktober
November
Desember
Oktober
November

Oktober
November
Desember
Oktober
November
Desember
Oktober
November

Oktober
November
Desember

Desember

Desember
1 2 3 4 5 6
Stasiun

(c)
1.0
Nilai D

0.0
Desember

Desember

Desember
Oktober
November

Oktober
November
Desember
Oktober
November

Oktober
November

Oktober
November
Desember
Oktober
November
Desember

1 2 3 4 5 6
Stasiun

Gambar 5 Nilai indeks keanekaragaman (a), indeks keseragaman (b), dan


indeks dominansi (c) fitoplankton
12

3.1.7 Struktur Komunitas Zooplankton

Indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi dapat digunakan


untuk menilai kestabilan komunitas zooplankton dalam perairan. Ketiga nilai
indeks tersebut pada zooplankton disajikan pada Gambar 6. Indeks
keanekaragaman (Gambar 6a), keseragaman (Gambar 6b), dan dominansi
(Gambar 6c) zooplankton masing-masing berkisar antara 0,0585-0,6161;
0,0282-0,4455; dan 0,2476-0,9502.

(a)
0.7
Nilai H

0.0
Oktober
November
Desember
Oktober
November

Oktober
November
Desember
Oktober
November
Desember
Oktober
November

Oktober
November
Desember

Desember

Desember
1 2 3 4 5 6
Stasiun

(b)
0.50
Nilai E

0.00
Desember

Desember

Desember

Desember
Oktober
November

Oktober
November

Oktober
November

Oktober
November

Oktober
November
Desember
Oktober
November
Desember
1 2 3 4 5 6
Stasiun

(c)
1
Nilai D

0
Oktober
November
Desember
Oktober
November
Desember
Oktober
November

Oktober
November

Oktober
November
Desember
Oktober
November
Desember

Desember

Desember

1 2 3 4 5 6
Stasiun

Gambar 6 Nilai indeks keanekaragaman (a), indeks keseragaman (b), dan indeks
dominansi (c) zooplankton
13

3.1.8 Indeks Similaritas Antarstasiun

Hasil dendrogram similaritas dengan Euclidean distance dapat dilihat


pada Gambar 7. Hasil ini berdasarkan data kelimpahan total fitoplankton pada
setiap stasiun. Perhitungan dilakukan pada setiap bulan pengamatan.

Gambar 7 Dendrogram fitoplankton bulan Oktober


Berdasarkan dendrogram bulan Oktober diketahui bahwa stasiun terbagi
menjadi empat klaster sesuai warna. Taraf kesamaan yang ditetapkan adalah
80% berdasarkan kesamaan kriteria kelimpahan. Klaster dua memiliki indeks
similaritas paling tinggi yaitu 88,98% atau 0,8898. Klaster empat di urutan
kedua yaitu 84,58% atau 0,8458. Klaster tiga di urutan ketiga yaitu 76,28%
atau 0,7628. Klaster tiga memiliki indeks similaritas paling rendah yaitu
58,25% atau 0,5825.
2

Gambar 8 Dendrogram fitoplankton bulan November


14

Berdasarkan dendrogram bulan November diketahui bahwa stasiun terbagi


menjadi empat klaster sesuai warna. Taraf kesamaan yang ditetapkan adalah
80% berdasarkan kesamaan kriteria kelimpahan. Klaster tiga memiliki indeks
similaritas paling tinggi yaitu 85,41% atau 0,8541. Klaster empat di urutan
kedua yaitu 82,57% atau 0,8257. Klaster dua di urutan ketiga yaitu 71,52% atau
0,7152. Klaster satu memiliki indeks similaritas paling rendah yaitu 46,75% atau
0,4675.

Gambar 9 Dendrogram fitoplankton bulan Desember


Berdasarkan dendrogram bulan Desember diketahui bahwa stasiun terbagi
menjadi lima klaster sesuai warna. Taraf kesamaan yang ditetapkan adalah 80%
berdasarkan kesamaan kriteria kelimpahan. Klaster lima memiliki indeks
similaritas paling tinggi yaitu 89,97% atau 0,8997. Klaster dua dan tiga di urutan
kedua yaitu 78,57% atau 0,7857. Klaster empat di urutan ketiga yaitu 72,79%
atau 0,7279. Klaster satu memiliki indeks similaritas paling rendah yaitu 45,76%
atau 0,4576.

3.1.9 Analisis Regresi Linier Berganda

Model hasil analisis regresi linier berganda dapat menjelaskan pengaruh


variabel bebas terhadap variabel terikat. Oleh karena itu, hasil analisis dapat
menggambarkan hubungan antara kelimpahan plankton dengan parameter fisika
dan kimia yang diamati. Pada model summary mengacu pada nilai R Square
yang didapatkan dari analisis.

Tabel 4 Nilai R Square Fitoplankton Bulan Oktober


Oktober
Parameter
Kualitas Air Bacillario Chloro Cyano Dino Chryso
phyceae phyceae phyceae phyceae phyceae
Suhu 0,6495 0,9316
Salinitas 0,8471 0,8513 0,8026
15

Total fosfat 0,6153


Kecerahan 0,6061
Kekeruhan 0,6143
TSS 0,6331
pH 0,6648
Nitrat dan nitrit 0,8053

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa suhu, total fosfat, dan kecerahan


memiliki pengaruh terhadap kelimpahan Cyanophyceae. Kekeruhan, TSS, dan
pH memiliki pengaruh terhadap kelimpahan Dinophyceae. Salinitas memiliki
pengaruh terhadap kelimpahan Bacillariophyceae, Chlorophyceae, dan
Dinophyceae serta nitrat dan nitrit terhadap kelimpahan Chrysophyceae.

Tabel 5 Nilai R Square Fitoplankton Bulan November


November
Parameter
Kualitas Air Bacillario Chloro Cyano Dino Chryso
phyceae phyceae phyceae phyceae phyceae
0,9798
Suhu 0,76921 5 0,99946 0,99946
Salinitas 0,66667
0,6454
Total fosfat 3 0,63899
Kecerahan 0,60775
pH 0,94659
Kedalaman 0,98678

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa suhu memiliki pengaruh terhadap


kelimpahan Bacillariophyceae dan Dinophyceae. Salinitas, kecerahan, pH, dan
kedalaman memiliki pengaruh terhadap kelimpahan Chlorophyceae. Suhu dan
total fosfat memiliki pengaruh terhadap kelimpahan Cyanophyceae. Suhu dan
total fosfat memiliki pengaruh terhadap kelimpahan Chrysophyceae.

Desember
Parameter
Kualitas Air Bacillariophycea
e Chlorophyceae Cyanophyceae Dinophyceae
Salinitas 0,66603 0,97933 0,98535
Total fosfat 0,8701 0,93269 0,92063
Nitrat dan
Nitrit 0,6817
Tabel 6 Nilai R Square Fitoplankton Bulan Desember

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa salinitas memiliki pengaruh


terhadap kelimpahan Bacillariophyceae, Cyanophyceae, dan Dinophyceae.
Total fosfat memiliki pengaruh terhadap kelimpahan Chlorophyceae,
Cyanophyceae, dan Dinophyceae. Nitrat dan nitrit memiliki pengaruh
terhadap kelimpahan Chlorophyceae.
2
16

3.1.10 Analisis Komponen Utama (PCA)

Hasil dari analisis PCA berupa biplot yang menggambarkan hubungan


antara parameter kualitas air dengan kelimpahan kelompok fitoplankton pada
setiap stasiun pengamatan. Parameter kualitas air yang dianalisis yaitu parameter
fisika dan kimia, kecuali oksigen terlarut. Berikut ini merupakan hasil analisis.

Fitoplankton Bulan Oktober


2
Chrysophyceae

Nitrat dan Nitrit


1
Second Component

Bacillariophyceae
Chlorophyceae
Salinitas
0

Suhu pH
TSS Kekeruhan
-1 Kecerahan
Total fosfat

Dinophyceae
Cyanophyceae
-2
-3 -2 -1 0 1 2 3
First Component

Gambar 10 Biplot fitoplankton bulan Oktober

Biplot pada bulan Oktober menggambarkan bahwa kelompok


Chrysophyceae memiliki kaitan erat dengan parameter nitrat dan nitrit;
kelompok Dinophyceae memiliki kaitan erat dengan parameter salinitas, pH,
kekeruhan, dan TSS; kelompok Cyanophyceae memiliki kaitan erat dengan
parameter suhu, kecerahan, dan total fosfat; serta Bacillariophyceae memiliki
kaita erat dengan parameter salinitas.
Berdasarkan biplot bulan Oktober diketahui bahwa parameter suhu,
kecerahan, dan total fosfat memiliki hubungan korelasi positif yang cukup besar.
Hal ini dikarenakan ketiga parameter tersebut membentuk sudut lancip.
Parameter nitrat dan nitrit memiliki hubungan korelasi negatif dengan salinitas
karena membentuk sudut kurang dari 90 derajat.
Keragaman dari setiap parameter dipengaruh oleh panjang maupun
pendeknya vektor. Parameter pH, kekeruhan, dan TSS memiliki vektor yang
paling panjang, artinya bahwa keragaman ketiga parameter cukup besar.
Parameter nitrat dan nitrit memiliki vektor paling pendek, artinya bahwa
keragaman parameter tersebut kecil.
17

Fitoplankton Bulan November


1,0
Cyanophyceae
Total fosfat

Chrysophyceae
0,5
Second Component

Chlorophyceae
pH
Suhu Salinitas
0,0 Kecerahan
Kedalaman

-0,5

-1,0 Dinophyceae Bacillariophyceae


-3 -2 -1 0 1 2 3 4
First Component

Gambar 11 Biplot fitoplankton bulan November

Biplot pada bulan November menggambarkan bahwa kelompok


Cyanophyceae dan Chrysophyceae memiliki kaitan erat dengan parameter total
fosfat dan suhu; serta kelompok Chlorophyceae memiliki kaitan erat dengan
parameter pH, salinitas, kecerahan, dan kedalaman. Berdasarkan biplot bulan
November diketahui bahwa parameter suhu dengan total fosfat memiliki
hubungan korelasi positif yang tidak terlalu besar. Hal ini dikarenakan kedua
parameter membentuk sudut lancip. Parameter pH, salinitas, kecerahan, dan
kedalaman memiliki vektor yang paling panjang, artinya bahwa keragaman
keempat parameter cukup besar.
Fitoplankton Bulan Desember
Total fosfat
1,0
Cyanophyceae

Dinophyceae
0,5
Salinitas
Second Component

Nitrat dan Nitrit


0,0
Chlorophyceae

-0,5

-1,0

-1,5 Bacillariophyceae
-1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5
First Component

Gambar 12 Biplot fitoplankton bulan Desember


18

Biplot pada bulan Desember menggambarkan bahwa kelompok


Cyanophyceae dan Dinophyceae memiliki kaitan erat dengan parameter salinitas
dan total fosfat; serta kelompok Chlorophyceae memiliki kaitan erat dengan
parameter total fosfat, nitrat dan nitrit. Berdasarkan biplot tersebut diketahui
bahwa parameter nitrat dan nitrit dengan total fosfat memiliki hubungan korelasi
positif yang tidak terlalu besar. Hal ini dikarenakan kedua parameter membentuk
sudut lancip. Parameter nitrat dan nitrit memiliki vektor yang paling panjang,
artinya bahwa keragamannya cukup besar.

PCA Biplot Zooplankton


0,10
Protozoa

0,05
Second Component

Suhu Rotifera
Nitrat Nitrit
0,00 Salinitas
Total fosfat

-0,05

-0,10 Crustacea

-2 -1 0 1 2
First Component

Gambar 13 Biplot zooplankton tiga bulan pengamatan

Biplot hasil analisis zooplankton dalam tiga bulan menggambarkan bahwa


kelompok Rotifera memiliki kaitan erat dengan parameter nitrat dan nitrit,
salinitas, dan total fosfat serta kelompok Protozoa memiliki kaitan erat dengan
suhu. Berdasarkan biplot tersebut diketahui bahwa parameter suhu dengan
parameter air lainnya tidak memiliki hubungan korelasi positif. Hal ini
dikarenakan kedua parameter membentuk sudut hampir 180 derajat. Parameter
nitrat dan nitrit, salinitas, dan total fosfat memiliki vektor yang paling panjang,
artinya bahwa keragamannya cukup besar. .

3.2 Pembahasan

Kelimpahan total fitoplankton di perairan Bojonegara, Teluk Banten


berkisar antara 73,1-8788,98 sel/L sedangkan kelimpahan total zooplankton
berkisar antara 24-490,62 ind/L. Kelimpahan tersebut cukup berfluktuasi.
Peningkatan kelimpahan fitoplankton diikuti dengan peningkatan zooplankton.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kürten et al. (2014) yaitu kelimpahan
zooplankton umumnya berkorelasi dengan perubahan biomassa fitoplankton.
Akan tetapi pada bulan November di stasiun 1, kelimpahan fitoplankton sangat
rendah dibandingkan zooplankton.
19

Menurut Rikardo et al. (2016), kelimpahan yang kurang dari 1000 ind/L
dikategorikan kelimpahan yang rendah, 1000-40.000 ind/L termasuk ke
kategori sedang, dan lebih dari 40.000 ind/L termasuk ke kategori tinggi.
Berdasarkan pembagian ini dapat diketahui bahwa kelimpahan fitoplankton di
perairan sekitar Bojonegara adalah rendah hingga sedang, sedangkan
zooplankton termasuk ke dalam kategori rendah.
Kelimpahan total fitoplankton yang tertinggi berada pada stasiun 2 bulan
November sedangkan yang terendah berada pada stasiun 1 bulan Oktober.
Kelimpahan total zooplankton yang tertinggi berada pada stasiun 2 bulan
November sedangkan yang terendah berada pada stasiun 2 bulan Desember.
Kelimpahan tinggi pada stasiun 2 bulan November dapat dipengaruhi
oleh kekeruhan perairan yaitu 22 NTU. Menurut Siagian et al. (2019), nilai
maksimum kadar kekeruhan dalam perairan yang baik untuk pertumbuhan
plankton yaitu 25 NTU. Nilai kekeruhan yang melebihi nilai maksimum dapat
memengaruhi kelimpahan plankton.
Kekeruhan di perairan Bojonegara dipengaruhi oleh penambangan di
pesisir atau pengerukan sedimen. Hal ini dapat menyebabkan kekeruhan
perairan meningkat. Peningkatan terjadi karena adanya pengadukan sedimen di
dasar laut. Hal ini dapat memengaruhi kehidupan plankton (Ernas et al. 2018).
Kecerahan dan kekeruhan saling berkaitan. Kecerahan perairan pada
stasiun 2 bulan November yaitu 108 cm. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sin
et al. (2013) yaitu rendahnya kekeruhan dapat mengakibatkan kecerahan dan
ketersediaan cahaya bagi pertumbuhan plankton meningkat.
Faktor lain yang dapat memengaruhi kelimpahan plankton di suatu
perairan adalah musim. Bulan Oktober termasuk ke dalam musim peralihan.
Bulan November dan Desember termasuk ke dalam musim hujan. Menurut
Nirmalasari et al. (2016), ketika musim hujan umumnya kadar nutrien di
perairan akan lebih rendah dibanding musim kemarau, sehingga densitas
plankton juga akan rendah.
Kelompok Bacillariophyceae merupakan kelompok yang memiliki
kelimpahan fitoplankton paling tinggi di perairan sedangkan kelompok yang
lainnya lebih rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sari et al. (2014) yaitu
kelompok Bacillariophyceae paling umum ditemukan di perairan laut. Hal ini
dikarenakan kelompok tersebut memiliki kemampuan adaptasi dan tingkat
toleransi yang tinggi. Kelompok ini juga memiliki sifat kosmopolitan atau
lingkup kehidupannya luas.
Lima jenis plankton dalam kelompok Bacillariophyceae yang memiliki
rata-rata kelimpahan yang tinggi, yaitu Chaetoceros sp., Cyclotella sp.,
Nitzschia sp., dan Thalassiothrix sp.. Salah satu manfaat penting fitoplankton
dari kelompok Bacillariophyceae adalah dapat dimanfaatkan sebagai indikator
pencemaran perairan (Ejiowhor et al. 2018). Chrysophyceae merupakan
kelompok fitoplankton yang kelimpahannya paling rendah dan Distephanus sp.
merupakan jenis yang kelimpahannya rendah.
Chaetoceros sp. banyak ditemukan pada stasiun 4 bulan Desember,
Cyclotella sp. pada stasiun 1 bulan Desember, Nitzschia sp. dan Thalassiothrix
sp. pada stasiun 2 bulan November. Hal ini sesuai dengan kelimpahan
Bacillariophyceae yang sangat tinggi pada stasiun 2 bulan November.
20

Berdasarkan hasil analisis regresi linier, parameter kualitas air yang


memiliki pengaruh tinggi terhadap kelimpahan Bacillariophyceae pada
bulan Desember adalah salinitas. Pengaruh salinitas sebesar 0,66603.
Salinitas yang terukur pada stasiun 4 dan 1 cenderung tinggi berkisar
antara 30-32 ppt.
Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa salinitas optimal untuk
pertumbuhan Chaetoceros sp. berkisar antara 30-35 ppt (Jannah et al. 2019).
Cyclotella sp. merupakan jenis yang dapat bertahan hidup di perairan pesisir
maupun tawar sehingga memiliki rentang toleransi terhadap salinitas yang lebar
(Chintapenta et al. 2018).
Berdasarkan hasil analisis regresi linier, parameter kualitas air yang
memiliki pengaruh tinggi terhadap kelimpahan Bacillariophyceae pada bulan
November adalah suhu. Pengaruh suhu sebesar 0,76921. Suhu yang terukur pada
stasiun 2 cenderung tinggi yaitu 32,20C.
Menurut Lengyel et al. (2015), Nitzschia sp. dapat bertahan hidup hingga
suhu 350C. Pada penelitian yang dilakukan oleh Devassy et al. (2017),
Thalassiothrix sp. ditemukan dalam suhu perairan 31,50C. Hal ini menunjukkan
bahwa kedua jenis fitoplankton tersebut dapat tumbuh optimal pada stasiun 2
bulan November.
Menurut Faturohman et al. (2016), PLTU menghasilkan limbah yang
dapat menyebabkan suhu permukaan air laut meningkat. Hal ini akan sangat
memengaruhi kualitas perairan dan biota akuatik, seperti plankton. Kisaran suhu
permukaan laut Indonesia yaitu 28-31°C. Akan tetapi, perairan di sekitar
pembuangan limbah industri maupun PLTU dapat mengalami peningkatan suhu
hingga 37°C (Ismayati et al. 2013). Hal ini sesuai dengan suhu yang didapatkan
dalam penelitian berkisar antara 31,4-41°C.
Kelompok Protozoa dan Crustacea merupakan kelompok yang memiliki
kelimpahan zooplankton paling tinggi di perairan dibandingkan kelompok
Rotifera. Menurut Velho et al. (2013), kelompok protozoa menyumbang lebih
dari 50% produksi zooplankton di perairan. Oleh karena itu, kelimpahannya
ditemukan sangat tinggi di perairan. Menurut Sari et al. (2014), Crustacea
memiliki adaptasi yang tinggi pada perairan karena zooplankton hanya dapat
bertahan hidup dan berkembang bila lingkungan perairannya cocok. Salah satu
jenis Crustacea yang paling banyak ditemukan dalam penelitian adalah nauplius
(copepod).
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ginting et al. (2015) bahwa copepod
merupakan jenis zooplankton yang dominan ditemukan di perairan laut. Oleh
karena itu, copepod umum menjadi makanan utama untuk ikan kecil.
Kelimpahan nauplius paling banyak terdapat pada stasiun 2 di setiap bulan.
Suhu perairan pada stasiun 2 berkisar antara 31,4-34 0C. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Wati et al. (2019) bahwa nauplius memiliki toleransi yang
luas yaitu dapat hidup dalam rentang suhu 6-350C.
Hal lain yang menyebabkan Nauplius dapat ditemukan pada tiap stasiun
adalah faktor cahaya. Kecerahan perairan pada stasiun 2 berkisar antara 108-
154,5 cm. Kecerahan ini termasuk tinggi karena cahaya matahari dapat
berpenetrasi ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu.
20

Kelimpahan fitoplankton dan zooplankton yang telah terukur dapat


dikaitkan dengan struktur komunitas. Indeks keanekaragaman, keseragaman, dan
dominansi penting untuk dikaji. Hal ini dikarenakan setiap bulan pengamatan
21

dapat memiliki struktur komunitas yang berbeda.


Nilai indeks keanekaragaman fitoplankton berkisar antara 0,2223-1,0070.
Zooplankton berkisar antara 0,0585-0,6161. Berdasarkan kriteria indeks
diversitas plankton Shannon-Weaner (Odum dan Barrett 2004),
keanekaragaman fitoplankton dan zooplankton di perairan tergolong rendah
dan penyebaran jumlah individu tiap jenisnya juga rendah. Menurut Sudinno et
al. (2017), keanekaragaman rendah menunjukkan bahwa perairan Bojonegara
kurang cocok untuk pertumbuhan fitoplankton. Hal ini dikarenakan tekanan
dari lingkungan terhadap perairan yang cukup tinggi.
Nilai indeks keseragaman fitoplankton berkisar antara 0,1289-0,5664
yaitu tergolong rendah hingga tinggi (Michael 1984). Zooplankton berkisar
antara 0,0282-0,4455. Hal ini dapat menggambarkan bahwa fitoplankton dan
zooplankton sudah mampu beradaptasi maupun bersaing dalam memanfaatkan
makanan. Prayan et al. (2014) menyatakan bahwa keseragaman plankton yang
rendah dapat mengindikasikan perairan yang memiliki potensi dominansi jenis
plankton tertentu. Hal ini dapat disebabkan ketidakstabilan faktor lingkungan
dan populasi mikroorganisme.
Nilai indeks dominansi fitoplankton berkisar antara 0,1550-0,8181.
Zooplankton berkisar antara 0,2476-0,9502. Menurut Pagoray dan Udayana
(2018), nilai indeks dominansi yang mendekati nilai 1 artinya ada jenis tertentu
yang mendominasi daerah perairan tersebut. Kelompok Bacillariophyceae
merupakan fitoplankton yang mendominasi karena lebih dari 90% dari
komposisi. Kelompok Protozoa merupakan zooplankton yang mendominasi
karena lebih dari 90%.
Nilai keseragaman fitoplankton memiliki nilai yang cenderung
berbanding terbalik dengan nilai dominansi fitoplankton. Hal ini terjadi pada
hampir di setiap stasiun pengamatan dan setiap bulan pengamatan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Yuliana et al. (2012) yaitu keseragaman fitoplankton
yang rendah umumnya memiliki dominansi fitoplankton yang tinggi. Hal ini
mengindikasikan penyebaran setiap jenis individu dalam suatu komunitas
merata.
Pada stasiun 6 bulan Desember terjadi hal yang berbeda.
Keanekaragaman dan keseragaman memiliki nilai yang hampir sama atau
mendekati. Menurut Pirzan dan Pong-Masak (2016), hal ini dapat
mengindikasikan bahwa perairan tersebut kurang cocok untuk kehidupan
fitoplankton, terutama pada bulan Oktober, karena mengindikasikan adanya
spesies tertentu yang mendominasi perairan.
Nilai keanekaragaman fitoplankton memiliki nilai yang cenderung
berbanding terbalik dengan nilai keseragaman fitoplankton. Hal ini terjadi pada
hampir di setiap stasiun pengamatan dan setiap bulan pengamatan. Pada stasiun
4 bulan November, keanekaragaman sedang dan keseragaman rendah,
sedangkan dominansi tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ada spesies tertentu
yang mendominasi perairan. Thalassiothrix sp. merupakan spesies yang
mendominasi stasiun tersebut. Keanekaragaman yang lebih tinggi dari
keseragaman menunjukkan bahwa penyebaran setiap jenis individu kurang
merata.
Pada stasiun 6 bulan Oktober, keseragaman sangat tinggi dibandingkan
keanekaragaman dan dominansi yang sangat rendah. Nilai keseragaman yang
22

tinggi dapat menunjukkan bahwa keseragaman antar spesies tergolong merata


(Sari et al. 2014). Menurut Radiarta (2013), keseragaman dapat menggambarkan
status tingkat trofik dalam perairan. Secara spasial, indeks keseragaman
umumnya memiliki pola yang mirip dengan indeks keanekaragaman. Akan
tetapi pada stasiun ini tidak terjadi hal demikian.
Struktur komunitas pada zooplankton cenderung mengikuti struktur
komunitas fitoplanton yang terbentuk dan berfluktuasi dengan lebih baik. Nilai
keseragaman zooplankton berbanding terbalik dengan nilai dominansinya. Hal
ini terjadi pada hampir setiap stasiun dan bulan pengamatan, kecuali stasiun 5
pada bulan November dan Desember.
Pada stasiun 3 dan 4 bulan November, keanekaragaman dan keseragaman
sangat rendah, sedangkan dominansi sangat tinggi. Hal ini menunjukan bahwa
ada spesies tertentu yang mendominasi perairan. Nauplius merupakan spesies
yang mendominasi kedua stasiun tersebut. Nauplius termasuk ke dalam jenis
copepoda. Menurut Lilis et al. (2019), copepoda memiliki kemampuan bertahan
hidup yang tinggi dalam habitat yang berbeda dan dalam kisaran suhu 17-300C.
Pada stasiun 5 bulan Oktober, keanekaragaman dan keseragaman sangat
tinggi, sedangkan dominansi sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
lingkungan perairan cukup stabil sehingga banyak jenis zooplankton yang dapat
bertahan hidup. Keseragaman yang tinggi menunjukkan bahwa penyebaran
setiap jenis individu cukup merata.
Struktur komunitas yang telah diamati memiliki keterkaitan dengan hasil
indeks similaritas. Hal ini dikarenakan indeks similaritas dapat menggambarkan
tingkat kesamaan antarstasiun berdasarkan kelimpahan fitoplankton. Kesamaan
yang ada dipengaruhi oleh faktor fisika maupun kimia.
Berdasarkan dendrogram fitoplankton bulan Oktober diketahui bahwa
stasiun 2 dan stasiun 3 memiliki tingkat kesamaan paling tinggi. Hal ini
kemudian diikuti dengan stasiun 5 dan 6. Pada bulan November dan Desember,
stasiun 3 dan stasiun 4 memiliki tingkat kesamaan paling tinggi. Hal ini
kemudian diikuti dengan stasiun 5 dan 6. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi
perairan dari bulan Oktober hingga Desember tidak memiliki perbedaan yang
signifikan.
Kondisi perairan pada ketiga bulan yang tidak memiliki perbedaan yang
signifikan dapat diperkuat dengan kelompok fitoplankton yang teramati. Pada
ketiga bulan memiliki kesamaan kelompok maupun jenis fitoplankton yang
ditemukan, yaitu Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Cyanophyceae, dan
Dinophyceae.
Kondisi perairan yang dipengaruhi oleh paramater kualitas air memiliki
hubungan dengan kelimpahan fitoplankton pada setiap stasiun pengamatan.
Hasil biplot PCA menggambarkan adanya keterkaitan antara parameter fisika
dan kimia perairan terhadap kelimpahan plankton di perairan sekitar Bojonegara
(Pratiwi et al. 2018). Pada bulan Oktober diketahui bahwa kelompok
Dinophyceae memiliki kaitan erat lebih tinggi terhadap parameter salinitas
sebesar 0,8026. Hal ini sesuai dengan Syafarina et al. (2018) yang menyatakan
bahwa salinitas merupakan salah satu penyebab distribusi fitoplankton secara
horizontal di suatu perairan tidak merata. Salah satu ditandai oleh kelimpahan
Dinophyceae yang tergolong sedikit.
23

Hasil biplot juga menunjukkan bahwa kelimpahan Chrysophyceae


memiliki kaitan erat dengan nitrat dan nitrit sebesar 0,8053. Nitrat merupakan
bentuk utama dari nitrogen yang dimanfaatkan fitoplankton sebagai sumber
makanan. Pada umumnya, fitoplankton membutuhkan nitrat sekitar 0,9-3,5
mg/L agar pertumbuhannya dapat optimal (Pratiwi et al. 2021).
Berdasarkan gabungan antara nitrat dan nitrit, kandungan kedua nutrien
pada bulan Oktober memiliki nilai tertinggi 0,143 mg/L dan nilai terendah
0,127 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa nutrien dalam perairan tergolong
sedikit. Perairan sekitar Bojonegara juga diindikasikan tidak mengalami
ledakan populasi fitoplankton (Pratiwi et al. 2021).
Pada bulan November, kelimpahan Chlorophyceae paling berkaitan erat
dengan parameter kedalaman sebesar 0,98678 dan parameter pH sebesar
0,94659. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pratiwi et al. (2018) yaitu
Chlorophyceae umumnya melimpah pada perairan dengan intensitas cahaya
yang tinggi. Salah satunya dipengaruhi oleh kedalaman perairan. Kedalaman
stasiun 3 pada bulan November yaitu 16,1 meter.
Dua kelompok fitoplankton seperti Dinophyceae pada bulan Oktober dan
Chlorophyceae pada bulan November dipengaruhi juga oleh pH perairan.
Berdasarkan pengamatan, pH perairan yang terukur berkisar antara 5-6,33
yaitu sedikit asam. Menurut Syafitri et al. (2021), pH yang optimal bagi
keberlangsungan hidup plankton berkisar antara 7-8,5 dan plankton dapat
hidup dengan pH antara 6-9. Artinya, Dinophyceae dan Chlorophyceae masih
dapat bertahan hidup dalam lingkungan perairan Bojonegara.
Pada bulan Desember, hasil biplot menggambarkan bahwa Dinophyceae
dipengaruhi oleh salinitas dan Chlorophyceae dipengaruhi nitrat serta nitrit.
Kedua hasil yang sama juga ditemukan pada bulan Oktober. Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi perairan sekitar Bojonegara bulan Oktober dan
Desember memiliki sedikit kemiripan. Akan tetapi berdasarkan dendrogram
indeks similaritas, secara keseluruhan kondisi perairan kedua bulan tersebut
cukup berbeda. Hal ini dikarenakan klaster yang terbentuk pada bulan Oktober
sebanyak empat sedangkan bulan Desember sebanyak lima.
Pada bulan Oktober dan Desember, Bacillariophyceae paling besar
dipengaruhi oleh salinitas. Perubahan salinitas di perairan Bojonegara
dipengaruhi oleh kondisi stasiun. Semakin dekat jarak stasiun ke daratan,
salinitas akan semakin tinggi. Cyanophyceae paling besar dipengaruhi oleh
suhu, total fosfat, dan kecerahan.
Suhu perairan cenderung stabil di seluruh stasiun. Konsentrasi total fosfat
pada stasiun 1 dan stasiun 6 lebih tinggi dari stasiun lainnya sedangkan
kecerahan pada stasiun 1 dan stasiun 6 cenderung rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan tidak memengaruhi
secara signifikan suhu perairan. Letak stasiun 1 dan stasiun 6 dekat dengan
daratan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hamuna et al. (2018) yaitu
konsentrasi total fosfat akan semakin meningkat menuju ke arah pantai atau
daratan. Konsentrasi total fosfat diamati karena total fosfat merupakan nutrien
yang dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung oleh fitoplankton.
Hal ini dapat menggambarkan nutrien secara menyeluruh.
24

Aktivitas di sekitar stasiun 1 yaitu Tempat Pelelangan Ikan (TPI).


Lokasi ini dapat menghasilkan berbagai macam limbah yang dapat
memengaruhi lingkungan sekitar (Subhan 2018). Contohnya limbah hasil
pencucian ikan yang tidak diolah baik merupakan limbah organik
(Maryani et al. 2015). Masukan limbah organik tersebut dapat
meningkatkan konsentrasi zat hara di perairan (Utami et al. 2016).
Hasil biplot zooplankton menggambarkan bahwa kelompok Protozoa
memiliki kaitan erat dengan suhu serta Rotifera memiliki kaitan erat dengan
parameter nitrat dan nitrit, salinitas, dan total fosfat. Rotifera umumnya
dimanfaatkan fitoplankton sebagai nutrien (Syafitri et al. 2021). Rotifera hanya
ditemukan pada stasiun 6 bulan November dan Desember. Brachionus sp.
merupakan satu-satunya jenis yang ditemukan.
Letak stasiun 6 berada dekat mulut sungai dan muara. Hal ini sesuai
karena umumnya lokasi tersebut merupakan sumber limpasan dari pembuangan
di sekitar lingkungan seperti antropogenik. Brachionus sp. merupakan jenis
zooplankton yang paling banyak dimanfaatkan sebagai makanan eksogen
pertama oleh larva ikan laut karena ukurannya yang sesuai dengan bukaan mulut
larva ikan (Ogello et al. 2018).
Suhu perairan seluruh bulan pengamatan berkisar antara 31,4-410C. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Sikder dan Xu (2020) bahwa Protozoa memiliki
rentang hidup yang lebar terkait dengan kondisi perairan, salah satunya suhu,
sehingga Protozoa dapat ditemukan pada setiap bulan pengamatan. Parameter
kualitas air seperti suhu dan salinitas merupakan parameter yang umumnya
memengaruhi kelimpahan zooplankton. Hal ini dinyatakan dalam penelitian
Syafitri et al. (2021) yang mengambil mengamati perairan Teluk Banten.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober hingga Desember. Bulan
Oktober termasuk ke dalam musim peralihan. Bulan November dan Desember
termasuk ke dalam musim hujan. Hasil dari penelitian ini dapat dibandingkan
dengan hasil penelitian Rahardjo (2021) karena berada pada lokasi yang sama
yaitu perairan Bojonegara. Rahardjo (2021) melaksanakan penelitian dari bulan
Januari hingga Oktober yaitu cenderung termasuk ke dalam musim kemarau
hingga musim peralihan.
Kelompok fitoplankton yang ditemukan pada musim kemarau hingga
musim peralihan ada lima yaitu Bacillariophyceae, Dinophyceae,
Chlorophyceae, Cyanophyceae, dan Euglenophyceae. Pada musim hujan,
kelompok Euglenophyceae tidak ditemukan sedangkan kelompok
Chrysophyceae tidak ditemukan pada musim kemarau.
Kelompok zooplankton yang ditemukan pada musim kemarau ada
sepuluh. Hal ini dikarenakan kelompok zooplakton pada musim hujan telah
digabung sehingga hanya terdapat tiga jenis, yaitu protozoa, crustacea, dan
rotifera. Penggabungan dilakukan karena jumlah jenis zooplankton yang
ditemukan pada musim hujan cenderung sedikit dibanding musim kemarau.
Kelimpahan rata-rata fitoplankton pada musim kemarau berkisar antara
3,0x105-8,7x105 sel/ind sedangkan kelimpahan pada musim hujan berkisar antara
73,1-8788,98 sel/L. Hal ini menunjukkan bahwa kelimpahan fitoplankton pada
musim kemarau cenderung tinggi dibandingkan musim hujan. Kelimpahan rata-
rata zooplankton pada musim kemarau juga cenderung tinggi.
25

Berdasarkan dataonline.bmkg.go.id (2019), intensitas curah hujan pada


bulan Oktober yaitu 9,6 mm/jam. Pada bulan November yaitu 11,1 mm/jam
dan bulan Desember yaitu 11,6 mm/jam. Menurut Nirmalasari et al. (2016),
ketika musim hujan umumnya kadar nutrien di perairan akan lebih rendah
dibanding musim kemarau, sehingga densitas plankton juga akan rendah.
Perbandingan struktur komunitas juga dapat dilakukan. Indeks
keanekaragaman dan keseragaman fitoplankton dikategorikan sedang, serta
indeks dominansi tidak menunjukkan dominansi spesies. Indeks
keanekaragaman zooplankton dikategorikan sedang, indeks keseragaman
dikategorikan tinggi, dan indeks dominansi tidak menunjukkan dominansi
spesies. Berdasarkan struktur komunitas yang terbentuk pada musim kemarau
hingga musim peralihan menunjukkan plankton dapat bertumbuh dengan baik
pada lokasi dan waktu pengamatan. Hal tersebut menggambarkan bahwa
perairan Bojonegara dalam kondisi stabil.
Perbandingan struktur komunitas juga dapat dilakukan. Indeks
keanekaragaman dikategorikan rendah, keseragaman fitoplankton
dikategorikan rendah hingga tinggi, dan indeks dominansi menunjukkan
dominansi spesies.
Indeks keanekaragaman zooplankton dikategorikan rendah, indeks
keseragaman dikategorikan rendah hingga sedang, dan indeks dominansi
menunjukkan dominansi spesies. Berdasarkan struktur komunitas yang
terbentuk pada musim hujan menunjukkan plankton dapat masih dapat
bertumbuh dengan baik pada lokasi dan waktu pengamatan. Hal tersebut
menggambarkan bahwa perairan Bojonegara dalam kondisi kurang stabil
hingga stabil.
Kondisi perairan Bojonegara yang kurang stabil diakibatkan oleh faktor
tekanan lingkungan. Aktivitas penambangan di pesisir Teluk Banten diduga
menyebabkan pencemaran perairan berupa kekeruhan. Kekeruhan yang
melampaui baku mutu dapat memengaruhi pada proses fotosintesis
fitoplankton di perairan Teluk Banten (Ernas et al. 2018).
Limbah yang berasal dari pemukiman penduduk apabila belum diolah
umumnya memberi masukan bahan organik dan anorganik (Oktavia et al.
2019). Konsentrasi fosfat diduga meningkat dengan adanya masukan limbah
industri (Hamuna et al. 2018). Limbah jenis apapun tidak akan berdampak
buruk apabila dikelola dengan benar. Akan tetapi, keterbatasan dana maupun
tingkat kepedulian yang rendah secara tidak langsung dapat menyebabkan
limbah tidak dikelola dengan baik (Widiyanto et al. 2015).
26

IV SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Penelitian menunjukkan bahwa hasil Analisis Komponen Utama (PCA)


membentuk dua hingga tiga kelompok kondisi perairan yang dicirikan oleh
keberadaan Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Dinophyceae, Chrysophyceae,
dan Chlorophyceae. Biplot PCA zooplankton membentuk dua kelompok, yaitu
protozoa dan rotifera. Berdasarkan struktur komunitas yang terbentuk pada
musim hujan menunjukkan plankton dapat masih dapat bertumbuh dengan baik
pada lokasi dan waktu pengamatan. Hal tersebut menggambarkan bahwa
perairan Bojonegara dalam kondisi kurang stabil hingga stabil.

4.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai keterkaitan fitoplankton


dan zooplankton dengan pencemaran perairan. Hasil yang sudah didapatkan
dapat diolah lebih lanjut untuk mendapatkan data yang lebih bervariasi sebagai
bahan pertimbangan dalam pengelolaan perairan sekitar Bojonegara, Teluk
Banten. Hal ini perlu dilakukan sebagai alternatif untuk mengelola lingkungan
perairan yang sudah tercemar akibat bahan antropogenik maupun bahan-bahan
lain di sekitar perairan.
27

DAFTAR PUSTAKA

[APHA] American Public Health Association. 2005. Standard Methods For the
Examination of Water and Wastewater. Ed ke-21. Washington DC
(US): AWWA (American Water Works Association) and WEF (Water
Environment Federation).
Ardiansyah M, Suryanto A, Haeruddin. 2017. Hubungan konsentrasi minyak
dan fenol dengan kelimpahan fitoplankton di Sungai Asem Binatur,
Kota Pekalongan. 6(1): 95-102.
Chintapenta, L. K., Coyne, K. J., Pappas, A., Lee, K., Dixon, C., Kalavacharla,
V., & Ozbay, G. (2018). Diversity of Diatom Communities in Delaware
Tidal Wetland and Their Relationship to Water Quality. Frontiers in
Environmental Science, 6, 57.
Conway DV, White RG, Hugues-Dit-Ciles J, Gallienne CP, Robins DB. 2003.
Guide to the Coastal and Surface Zooplankton of the South-Western
Indian Ocean. Plymouth (UK): Occasional Publication of the Marine
Biological Association..
Dash MC, Dash SP. 2009. Fundamentals of Ecology. Ed ke-3. New Delhi (IN):
Tata McGraw-Hill Education.
Desmawati I, Ameivia A, Ardayanti LB. 2020. Studi pendahuluan kelimpahan
plankton di perairan darat Surabaya dan Malang. Rekayasa. 13(1): 61-
66.
Devassy RP, El-Sherbiny MM, Al-Sofyani AM, Al-Aidaroos AM. 2017.
Spatial variation in the phytoplankton standing stock and diversity in
relation to the prevailing environmental conditions along the Saudi
Arabian coast of the northern Red Sea. Marine Biodiversity. 47(4): 995-
1008.
Ejiowhor I, Moslen M, Daka ER. 2018. Phytoplankton and epipelic algal
abundance in relation to bridge construction on Okpoka River in the
Upper Bonny Estuary, Nigeria. Archives of Agriculture and
Environmental Science. 3(4): 337-343.
Ernas Z, Thayib MH, Pranowo WS. 2018. Pengaruh penambangan pasir laut
terhadap kekeruhan perairan Teluk Banten Serang. Jurnal Segara.
14(1): 35-42.
Faturohman I, Sunarto, Nurruhwati I. 2016. Korelasi kelimpahan plankton
dengan suhu perairan laut di sekitar PLTU Cirebon. Jurnal Perikanan
Kelautan. 7(1): 115-122.
Ginting IYB, Restu IW, Pebriani DAA. 2015. Kualitas air dan struktur
komunitas plankton di perairan Pantai Lovina Kabupaten Buleleng
Provinsi Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences. 5(1): 109-118.
Giri S, Qiu Z. 2016. Understanding the relationship of land uses and water
quality in twenty first century: a review. Journal of Environmental
Management. 173: 41-48.
Hamuna B, Tanjung RHR, Suwito, Maury HK, Alianto. 2018. Kajian kualitas
air laut dan indeks pencemaran berdasarkan parameter fisika-kimia di
perairan distrik Depapre, Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan. 16(1): 35-
43
20

Huber S. 2016. Simcadi: similarity indices for categorical distributions. SSRN


Electronic Journal. 1-11.
Ismayati Q, Helmi M, Rochaddi B. 2013. Kajian spasial suhu permukaan laut
akibat air bahang PLTU Paiton menggunakan saluran termal satelit
landsat 7/etm+ di Pantai Bhinor Kabupaten Probolinggo Jawa Timur.
2(1): 49-56.
Ismunarti DH. 2013. Analisis komponen utama pada hubungan distribusi spasial
komunitas fitoplankton dan faktor lingkungan. Ilmu Kelautan. 18(1): 14-
19.
Jannah R, Muchlisin ZA. 2012. Komunitas fitoplankton di daerah estuaria
Krueng Aceh, Kota Banda Aceh. Depik. 1(3): 189-195.
Jannah M, Ulkhaq MF, Azhar MH, Suciyono, Soemarjati. 2019. Growth
performance of laboratory-scale Chaetoceros calcitrans in different
containers. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science.
236(1).
Kheireddine M, Ouhssain M, Organelli E, Bricaud A, Jones BH. 2018. Light
absorption by suspended particles in the red sea: effect of phytoplankton
community size structure and pigment composition. Journal of
Geophysical Research: Oceans. 123(2): 902-921.
Kowiati AI, Sari DR, Amalia RAHT, Sunarti RN, Rohaya R. 2019. Identifikasi
keanekaragaman jenis dan jumlah plankton menggunakan sedwick-rafter
pada sampel air sungai di daerah Sumatera Selatan. Prosiding Seminar
Nasional Sains dan Teknologi. 2(1): 1-9.
Krebs CJ. 1978. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and
Abundance. New York (US): Harper & Row.
Kürten B, Khomayis HS, Devassy R, Audritz S, Sommer U, Struck U, El-
Sherbiny MM, Al-Aidaroos AM. 2014. Ecohydrographic constraints on
biodiversity and distribution of phytoplankton and zooplankton in coral
reefs of the Red Sea, Saudi Arabia. Marine Ecology. 36(4): 1195-1214.
Lengyel E, Kovács AW, Padisák J, Stenger-Kovács C. 2015. Photosynthetic
characteristics of the benthic diatom species Nitzschia frustulum
(Kützing) grunow isolated from a soda pan along temperature-, sulfate-
and chloride gradients. Aquatic Ecology. 49(4): 401-416.
Lilis, WaNurgayah, Irawati N. 2019. Struktur komunitas dan pola sebaran
zooplankton di perairan Desa Sawapudo Kecamatan Soropia Kabupaten
Konawe. Sapa Laut. 4(4): 205-217.
Liyubayina V. 2018. Analisis dampak reklamasi Teluk Banten terhadap kondisi
lingkungan dan sosial ekonomi. Jurnal Planesa. 9(1): 37-46.
Michael P. 1984. Ecological Methods For Field and Laboratory Investigations.
New York (US): Tata McGraw-Hill Publishing Co., Ltd.
Nirmalasari KP, Lukitasari M, Widianto J. 2016. Pengaruh intensitas musim
hujan terhadap kelimpahan fitoplankton di Waduk Bening Saradan.
Jurnal Edukasi Matematika dan Sains. 2(1): 41-47.
Nontji A. 2008. Plankton Laut. Jakarta (ID): LIPI Press
Odum EP. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Yogyakarta (ID): Gadjah
Mada University Press.
20

Odum EP, Barrett GW. 2004. Fundamentals of Ecology. 5th Edition. Belmont
(CA): BrooksCole.

Ogello EO, Wullur S, Sakakura Y, Hagiwara A. 2018. Composting fishwastes


as low-cost and stable diet for culturing Brachionus rotundiformis
Tschugunoff (Rotifera): Influence on water quality and microbiota.
Aquaculture. 486: 232-239.
Oktavia DA, Febrianti D, Ayudiarti DL. 2019. Biodegradasi limbah cair tempat
pelelangan ikan brondong, Lamongan menggunakan bioremedian asal
limbah cair perikanan. Seminar Nasional Tahunan XVI. 301-306.
Pagoray H, Udayana D. 2018. Analisis kualitas plankton dan benthos tambak
Bontang Kuala Kota Bontang Kalimantan Timur. Jurnal Pertanian
Terpadu. 6(1): 30-38.
Pirzan AM, Pong-Masak P. 2016. Hubungan produktivitas tambak dengan
keragaman fitoplankton di Sulawesi Selatan. 2(2): 211-220.
Pratiwi H, Damar A, Sulistiono S. 2018. Phytoplankton community structure in
the Estuary of Donan River, Cilacap, Central Java, Indonesia.
Biodiversitas Journal of Biological Diversity. 19(6): 2104-2110.
Pratiwi NTM, Sumaryani R, Kurnia R. 2021. Hubungan kandungan P di air
dan sedimen pada perairan Danau Crown Golf, Pantai Indak Kapuk,
Jakarta Utara. Habitus Aquatica. 2(1): 12-20.
Prayan Y, Suharto B, Rahadi B. 2014. Analisa kualitas perairan Sungai Klinter
Nganjuk berdasarkan parameter biologi (plankton). Jurnal Sumberdaya
Alam dan Lingkungan. (2): 36-42.
Putra AW, Zahidah, Lili W. 2012. Struktur komunitas plankton di Sungai
Citarum Hulu Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(4): 313-
325.
Radiarta IN. 2013. Hubungan antara distribusi fitoplankton dengan kualitas
perairan di Selat Alas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
13(2): 234-243.
Radiarta IN, Erlania E. 2015. Analisis spasial dan temporal kondisi kualitas
perairan melalui pendekatan statistik multivariat di Teluk Gerupuk
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Riset Akuakultur. 10(3): 435-447.
Rahman A, Pratiwi NTM, Hariyadi S. 2016. Struktur komunitas fitoplankton di
Danau Toba, Sumatera Utara. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 21(2):
120-127.
Rikardo I, Melani WR, Apriadi T. 2016. Keragaman fitoplankton sebagai
indikator kualitas perairan Muara Sungai Jang Kota Tanjungpinang.
Jurnal Universitas Maritim Raja Ali Haji, Kepulauan Riau. 1-12.
Rustam A, Adi NS, Mustikasari E, Kepel TL, Kusumaningtyas MA. 2018.
Karakteristik sebaran sedimen dan laju sedimentasi perairan Teluk
Banten. Jurnal Segara. 14(3): 137-144.
Sari AN, Hutabarat S, Soedarsono P. 2014. Struktur komunitas plankton pada
padang lamun di Pantai Pulau Panjang, Jepara. Diponegoro Journal of
Maquares. 3(2): 82-91.
Siagian J, Arthana IW, Pebriani DAA. 2019. Tingkat kesuburan Muara Tukad
Aya, Jembrana Bali berdasarkan kelimpahan plankton dan ketersediaan
nutrien. Current Trends in Aquatic Science. 2(2): 72-78.
20

Sikder MNA, Xu H. 2020. Seasonal variations in colonization dynamics of


periphytic protozoa in coastal waters of the Yellow Sea, northern China.
European Journal of Protistology. 72: 1-12.

Sin Y, Hyun B, Jeong B, Soh HY. 2013. Impacts of eutrophic freshwater inputs
on water quality and phytoplankton size structure in a temperate estuary
altered by a sea dike. Marine Environmental Research. 85: 54-63.
Subhan M. 2018. Analisis penanganan dan strategi pengelolaan limbah ikan di
tempat pelelangan ikan Tanjung Luar Kecamatan Keruak Kabupaten
Lombok Timur. Journal Ilmiah Rinjani. 6(1): 79-83.
Sudinno D, Sunaryo A, Kasmawijaya A, Anas P, Jubaedah I. 2017. Kualitas air
waduk Ir. H. Djuanda Purwakarta berdasarkan indeks keanekaragaman
plankton. Prosiding Simposium Nasional Ikan dan Perikanan. 627-639.
Suthers IM, Rissik D. 2009. Plankton: A Guide to Their Ecology and Monitoring
for Water Quality. Clayton (AU): CSIRO Publishing.
Syafarina R, Widodo R, Sulistiono S, Pertiwi NTM. 2018. Struktur komunitas
fitoplankton di Perairan Muara Sungai Bengawan Solo, Ujung Pangkah,
Jawa Timur. Biospecies. 15: 19-36.
Syafitri EM, Srimariana ES, Sulistiono. 2021. Zooplankton community structure
in Cengkok Coastal Water and it’s around, Teluk Banten. IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science. 744(1): 1-14.
Tomas CR. 1997. Identifying Marine Phytoplankton. Florida (US): Academic
Press.
Tyas EA, Hutabarat S, Ain C. 2017. Struktur komunitas plankton pada perairan
yang ditumbuhi eceng gondok sebagai bioindikator kualitas perairan di
Danau Rawa Pening, Semarang. 6(2): 111-119.
Utami TMR, Maslukah L, Yusuf M. 2016. Sebaran nitrat (NO3) dan fosfat
(PO4) di perairan Karangsong Kabupaten Indramayu. Buletin
Oseanografi Marina. 5(1): 31-37.
Velho LFM, Lansac-Tôha FM, Buosi PRB, Meira BR, Cabral AF, Lansac-Tôha
FA. 2013. Structure of planktonic ciliates community (Protist,
Ciliophora) from an urban lake of southern Brazil. Acta Scientiarum.
35(4): 531-539.
Wardhana W. 2006. Metoda Prakiraan Dampak dan Pengelolaannya pada
Komponen Biota Akuatik. Jakarta (ID): Pusat Penelitian Sumberdaya
Manusia dan Lingkungan (PPSML) Universitas Indonesia.
Wati M, Irawati N, Indrayani. 2019. Pola migrasi vertikal harian zooplankton
pada berbagai kedalaman di perairan Pulau Bungkutoko Kecamatan
Abeli. Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan. 4(1): 61-73.
Widiyanto AF, Yuniarno S, Kuswanto K. 2015. Polusi air tanah akibat limbah
industri dan limbah rumah tangga. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 10(2):
246-254.
Wisha UJ, Husrin S, Prihantono J. 2015. Hidrodinamika perairan Teluk Banten
pada musim peralihan (Agustus–September). Ilmu Kelautan. 20(2): 101-
112.
Yamaji I. 1979. Illustrations of the Marine Plankton of Japan. Osaka (JP):
Hoikusha.
20

Yuliana, Adiwilaga EM, Harris E, Pratiwi N. 2012. Hubungan antara


kelimpahan fitoplankton dengan parameter fisik- kimiawi perairan di
Teluk Jakarta. Jurnal Akuatika. 3(2): 169-179.
52

LAMPIRAN

Lampiran 1 Zooplankton Nauplius

Lampiran 2 Zooplankton Globorotalia sp.

Lampiran 3 Fitoplankton Ceratium sp.


32

Lampiran 4 Fitoplankton Chaetoceros sp.

Lampiran 5 Zooplankton Tintinnopsis sp.

Lampiran 6 Fitoplankton Dinophysis sp.


33

Lampiran 7 Zooplankton Parafavella sp.

Lampiran 8 Fitoplankton Thalassiothrix sp.

Lampiran 9 Fitoplankton Nitzschia sp.


34

Lampiran 10 Fitoplankton Coscinodiscus sp.

Lampiran 11 Zooplankton Brachionus sp.

Lampiran 12 Fitoplankton Thalassionema sp.


33
35

Lampiran 13 Zooplankton Favella sp.

Lampiran 14 Fitoplankton Hemiaulus sp.

Lampiran 15 Fitoplankton Peridinium sp.


36

Lampiran 16 Persamaan Regresi Linier Fitoplankton Bulan Oktober

BULAN OKTOBER
Bacillariophyc Pers. regresi R R2
eae
0,26
y=506,35-
Kekeruhan 2379 0,068843
1,959x
5
y=524,63-
TSS 0,28 0,0784
2,85x
0,22
y=257,6349+6
Total fosfat 7714 0,051854
3,489x
73
0,23
y=563,891-
Kecerahan 3593 0,054566
2,3035x
66
0,09
y=441,562-
Kedalaman 1820 0,008431
15,89x
48
y=- 0,67
Suhu 10468,6+332, 4531 0,454993
219x 69
y=- 0,31
pH 1626,666+354 2544 0,097684
,62x 4
0,92
y=3399,035-
Salinitas 0414 0,847162
94,1155x
04
0,02
y=438,3607-
Nitrat+Nitrit 9732 0,000884
415,404x
44
Chlorophycea
Pers. regresi R R2
e
0,13
y=0,5651-
Kekeruhan 9219 0,019382
0,00178x
25
0,16
y=0,5972-
TSS 8617 0,028432
0,00295x
91
0,35
y=0,0926+0,1
Total fosfat 1614 0,123633
682x
85
0,41
y=0,9719-
Kecerahan 6700 0,173639
0,00705x
13
0,30
y=0,7075-
Kedalaman 2522 0,09152
0,08988x
73
y=- 0,80
Suhu 21,8149+0,68 5970 0,649589
11x 84
pH y=- 0,19 0,036435
40

1,65547+0,37 0879
16x 54
0,92
y=5,627-
Salinitas 2663 0,851308
0,16189x
54
0,07
y=0,6417-
Nitrat+Nitrit 6923 0,0059172
1,84418x
08
Cyanophyceae Pers. regresi R R2
0,39
y=17,8085+0,
Kekeruhan 2308 0,153906
1918x
55
0,36
y=17,6326+0,
TSS 3686 0,132268
24246x
68
y=- 0,78
Total fosfat 3,60467+14,3 4452 0,615365
2275x 04
0,77
y=64,2762-
Kecerahan 8542 0,606128
0,50276x
23
0,58
y=45,946-
Kedalaman 2458 0,339258
6,6039x
58
37

Suhu y=-990,102+31,1321x 0,96524505 0,931698

pH y=174,1578-25,5313x 0,118071 0,118071

Salinitas y=157,9222-4,06627x 0,60725036 0,368753

Nitrat+Nitrit y=4,8533+248,2183x 0,27129571 0,07360136

Dinophyceae Pers. regresi R R2

Kekeruhan y=6,8219-0,03808x 0,78382077 0,614375

TSS y=7,0583-0,0527x 0,79573425 0,633193

Total fosfat y=6,3206-0,71048x 0,39169248 0,153423

Kecerahan y=3,3821+0,0189x 0,29532355 0,087216

Kedalaman y=3,9237+0,3047x 0,27051987 0,073181

Suhu y=-15,3354+0,6136x 0,19150457 0,036674

pH y=-29,6438+6,0186x 0,81535759 0,664808

Salinitas y=23,7348-0,5959x 0,89591741 0,802668

Nitrat+Nitrit y=8,5861-40,7265x 0,44806435 0,200762

Chrysophyceae Pers. regresi R R2


Kekeruhan y=0,6628-0,00471x 0,42428528 0,180018

TSS y=0,7116-0,00696x 0,46007934 0,211673

Total fosfat y=0,9403-0,24025x 0,57965593 0,336001

Kecerahan y=0,1979+0,002894x 0,1974158 0,038973

Kedalaman y=0,5361-0,0491x 0,1907826 0,036398

Suhu y=7,8016-0,22611x 0,30883005 0,095376

pH y=-3,4404+0,6731x 0,39911026 0,159289

Salinitas y=0,3292+0,0023x 0,01565248 0,000245

Nitrat+Nitrit y=2,1663-18,6391x 0,8974359 0,80539119


40
38

Lampiran 17 Persamaan Regresi Linier Fitoplankton Bulan November

Bacillariophyceae Pers. regresi R R2


y=3741,095-
Kekeruhan 0,37479728 0,140473
34,1379x
y=2799,445-
TSS 0,08328865 0,006937
12,4533x
Total fosfat y=4882,597-49961x 0,61413028 0,377156
Kecerahan y=488,3666+23,296x 0,32694954 0,106896
y=3197,848-
Kedalaman 0,26991665 0,072855
216,062x
y=88052,93-
Suhu 0,87704846 0,769214
2528,79x
y=25027,62-
pH 0,24065328 0,057914
3767,11x
y=14050,81-
Salinitas 0,07808969 0,006098
341,105x
y=9141,357-
Nitrat+Nitrit 0,20529508 0,04214607
9323,04x
Chlorophyceae Pers. regresi R R2
Kekeruhan y=8,2001-0,10073x 0,448210888 0,200893
TSS y=10,01837-0,2021x 0,547801972 0,300087
Total fosfat y=8,945-93,4841x 0,465714505 0,21689
Kecerahan y=-7,1601+0,13706x 0,779583222 0,60775
Kedalaman y=-2,361+1,96204x 0,993368008 0,98678
Suhu y=36,8488-0,9586x 0,134740491 0,018155
y=-
pH 0,972930624 0,946594
220,793+37,57907x
Salinitas y=-294,8+8,8x 0,816496785 0,666667
Nitrat+Nitrit y=27,5155-32,2223x 0,287561848 0,08269182
Cyanophyceae Pers. regresi R R2
Kekeruhan y=493,5377-4,944x 0,51904528 0,269408
TSS y=412,2515-3,7854x 0,24208676 0,058606
Total fosfat y=639,378-6835,23x 0,80338907 0,645434
Kecerahan y=-93,7515+4,7515x 0,63764724 0,406594
Kedalaman y=282,971+6,9768x 0,08334267 0,006946
y=10410,83-
Suhu 0,98987474 0,979852
298,488x
y=-
pH 0,09855963 0,009714
659,883+161,3514x
Salinitas y=-3766,19+119,8x 0,26225179 0,068776
y=1625,419-
Nitrat+Nitrit 0,38696099 0,1497388
1837,82x
39

Dinophyceae Pers. regresi R R2

Kekeruhan y=129,8638-1,1969x 0,483820215 0,234082

TSS y=108,6671-0,8618x 0,212214514 0,045035

Total fosfat y=170,5974-1766,37x 0,799370377 0,638993

Kecerahan y=-28,3997+1,3410x 0,692902591 0,480114

Kedalaman y=72,4893+3,5453x 0,163058272 0,026588

Suhu y=2735,004-78,2953x 0,999728463 0,999457

pH y=-335,08+70,0521x 0,164754363 0,027144

Salinitas y=1461,78+45,485x 0,383374491 0,146976

Nitrat+Nitrit y=520,7944-607,893x 0,492815391 0,24286701


Chrysophyceae Pers. regresi R R2
Kekeruhan y=129,8638-1,1969x 0,48382021 0,234082
TSS y=108,6671-0,8618x 0,21221451 0,045035
Total fosfat y=170,5974-1766,37x 0,79937038 0,638993
Kecerahan y=-28,3997+1,3410x 0,69290259 0,480114
Kedalaman y=72.4893+3,5453x 0,16305827 0,026588
Suhu y=2735,004-78,2953x 0,99972846 0,999457
pH y=-335,08+70,0521x 0,16475436 0,027144
Salinitas y=1461,78+45,485x 0,38337449 0,146976
Nitrat+Nitrit y=2,9951-3,6454x 0,37669541 0,14189943

Lampiran 18 Persamaan Regresi Linier Fitoplankton Bulan Desember

Bacillariophyceae Pers. regresi R R2

Kekeruhan y=175,7231+0,3443x 0,22273527 0,049611

TSS y=173,308+1,1304x 0,24394877 0,059511

Total fosfat y=211,4483-288,257x 0,75275627 0,566642

Kecerahan y=139,2633+0,5717x 0,59300337 0,351653

Kedalaman y=154,4891+9,2769x 0,67139407 0,45077


40

Suhu y=465,5205-7,5411x 0,38262384 0,146401


pH y=253,486+61,469x 0,64664751 0,418153

Salinitas y=66,8822+4,3101x 0,81610355 0,666025

Nitrat+Nitrit y=342,4059-178,219x 0,24894027 0,06197126

Chlorophyceae Pers. regresi R R2


Kekeruhan y=34,048+0,6951x 0,400207446 0,160166

TSS y=36,654+1,432x 0,275056358 0,075656


Total fosfat y=10,004+401,3716x 0,932793117 0,870103
Kecerahan y=108,8251-0,77409x 0,714553707 0,510587
Kedalaman y=75,485-8,457x 0,544732962 0,296734
Suhu y=64,5008-0,407x 0,018384776 0,000338
pH y=-11,0198+8,4839x 0,079429214 0,006309
Salinitas y=170,15-4,47746x 0,754477965 0,569237
Nitrat+Nitrit y=-543,873+664,2011x 0,825668667 0,68172875
Cyanophyceae Pers. regresi R R2
Kekeruhan y=55,6431-0,39697x 0,14060939 0,019771
TSS y=66,3938-2,20867x 0,26097701 0,068109
Total fosfat y=-19,0963+675,3969x 0,9657567 0,932686
Kecerahan y=104,2662-0,74475x 0,42298345 0,178915
Kedalaman y=71,1746-7,8094x 0,30947698 0,095776
Suhu y=-24,9387+1,9208x 0,05336666 0,002848
pH y=489,8643-62,3373x 0,35907799 0,128937
Salinitas y=304,6741-9,545x 0,98960851 0,979325
Nitrat+Nitrit y=-412,322+514,311x 0,39337072 0,15474052
Dinophyceae Pers. regresi R R2
Kekeruhan y=38,389-0,29736x 0,147282042 0,021692
TSS y=46,0681-1,61191x 0,266328744 0,070931
Total fosfat y=-15,0485+479,8752x 0,959494138 0,920629
Kecerahan y=72,47003-0,5274x 0,418881845 0,175462
Kedalaman y=48,607-5,39302x 0,298844441 0,089308
Suhu y=-37,2613+1,8473x 0,0717635 0,00515
pH y=364,8748-46,8672x 0,37749702 0,142504
Salinitas y=216,7543-6,84707x 0,99264747 0,985349
0,14735212
Nitrat+Nitrit y=-288,632+358,9192x 0,383864727
9
40
42

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada tanggal 11


November 1997 sebagai anak pertama dari pasangan
bapak Maja Pulo Naibaho dan ibu Esra Marsiani
Aritonang. Pendidikan sekolah menengah atas (SMA)
ditempuh di sekolah SMA Negeri 1 Cibinong, dan
lulus pada tahun 2016. Pada tahun 2016, penulis
diterima sebagai mahasiswa program sarjana di
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, di IPB.
Selama mengikuti program sarjana, penulis
pernah menjadi panitia C-DAY (2018). Penulis juga
aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumber Daya
Perairan dalam divisi ATLANTIK (2018-2019), pengurus Persekutuan
Mahasiswa Kristen (2018-2019), dan pengurus Paguyuban Karya Salemba
Empat IPB (2018-2020). Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata
kuliah Agama Kristen (2017), Ekologi Perairan (2017), Metode Statistika
(2019), serta Planktonologi (2019). Penulis adalah penerima beasiswa
Peningkatan Prestasi Akademik (2017) dan Karya Salemba Empat (2018-
2020).

Anda mungkin juga menyukai