Teluk Banten mendapat tekanan dari industri dan penambangan pasir. Salah
satu daerah yang banyak dimanfaatkan adalah Kecamatan Bojonegara. Tekanan
ini dapat memicu perubahan kualitas perairan. Perubahan parameter fisika dan
kimia dapat memengaruhi kehidupan biota akuatik, salah satunya plankton.
Penelitian ini bertujuan menganalisis struktur komunitas (kelimpahan,
keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi) plankton dan hubungan plankton
dengan kualitas air di perairan sekitar Bojonegara, Teluk Banten. Penelitian ini
dilakukan selama tiga bulan, mulai dari Oktober hingga Desember 2019 dengan
interval waktu pengambilan contoh satu bulan pada enam stasiun. Penelitian
menunjukkan bahwa hasil Analisis Komponen Utama (PCA) membentuk dua
hingga tiga kelompok kondisi perairan yang dicirikan oleh keberadaan
Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Dinophyceae, Chrysophyceae, dan
Chlorophyceae. Biplot PCA zooplankton membentuk dua kelompok, yaitu
protozoa dan rotifera. Berdasarkan struktur komunitas yang terbentuk pada musim
hujan menunjukkan plankton dapat masih dapat bertumbuh dengan baik pada
lokasi dan waktu pengamatan. Hal tersebut menggambarkan bahwa perairan
Bojonegara dalam kondisi kurang stabil hingga stabil.
ABSTRACT
Banten Bay is under pressure from industry and sand mining. One area
that is widely used is Bojonegara. This pressure can trigger changes in water
quality. Changes in physical and chemical parameters can affect the life of
aquatic biota, one of which is plankton. This study aims to analyze the community
structure of plankton and the relationship between plankton and water quality in
the waters around Bojonegara, Banten Bay. This research was conducted for
three months, from October to December 2019 with one month sampling interval
at six stations. The research shows that the results of PCA form two to three
groups of water conditions characterized by the presence of Bacillariophyceae,
Cyanophyceae, Dinophyceae, Chrysophyceae, and Chlorophyceae. Biplot PCA
zooplankton form two groups, namely protozoa and rotifers. Based on the
community structure formed during the rainy season, it shows that plankton can
still grow well at the location and time of observation. This illustrates that the
waters of Bojonegara are in a less stable to stable condition.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Judul Skripsi : Struktur Komunitas Plankton di Perairan Sekitar
Bojonegara, Teluk Banten
Nama : Eva Cristine Ronauli
NIM : C24160060
Disetujui oleh
Pembimbing 1:
Dr. Ir. Niken Tunjung Murti __________________
Pratiwi, M.Si
Pembimbing 2:
Prof. Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil __________________
Diketahui oleh
Ketua Departemen
Dr. Majariana Krisanti, S.Pi, M.Si __________________
NIP 196910311995122001
Syukur Penulis nyatakan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas pemeliharaan
dan penyertaan-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
"Struktur Komunitas Plankton di Perairan Sekitar Bojonegara, Teluk Banten”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi
di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membimbing dan membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini,
terutama kepada:
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 Zooplankton Nauplius 31
2 Zooplankton Globorotalia sp. 31
3 Fitoplankton Ceratium sp. 31
4 Fitoplankton Chaetoceros sp. 32
5 Zooplankton Tintinnopsis sp. 32
6 Fitoplankton Dinophysis sp. 32
7 Zooplankton Parafavella sp. 33
8 Fitoplankton Thalassiothrix sp. 33
9 Fitoplankton Nitzschia sp. 33
10 Fitoplankton Coscinodiscus sp. 34
11 Zooplankton Brachionus sp. 34
12 Fitoplankton Thalassionema sp. 34
13 Zooplankton Favella sp. 35
14 Fitoplankton Hemiaulus sp. 35
15 Fitoplankton Peridinium sp. 35
16 Persamaan Regresi Linier Fitoplankton Bulan Oktober 36
17 Persamaan Regresi Linier Fitoplankton Bulan November 38
18 Persamaan Regresi Linier Fitoplankton Bulan Oktober 39
1
I PENDAHULUAN
II METODE
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, mulai dari Oktober hingga
Desember 2019 dengan interval waktu pengambilan contoh satu bulan.
Pengambilan contoh plankton dan contoh air dilakukan di perairan sekitar
Bojonegara (Gambar 2) dan dilakukan pada enam stasiun (Tabel 1). Analisis
plankton dilakukan di Laboratorium Biologi Mikro I, Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Analisis sebagian
parameter kualitas air dilakukan secara in situ dan sebagian dianalisis di
Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penetapan stasiun didasarkan pada arah arus air dan aktivitas yang berada
di sekitar perairan. Aktivitas di sekitar perairan Bojonegara umumnya adalah
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan penambangan pasir. Perbedaan
aktivitas pada setiap stasiun dapat memengaruhi kualitas perairan sekitarnya.
Berikut ini posisi geografi setiap stasiun di perairan Bojonegara.
Titik Lokasi
Stasiun Lintang Bujur Timur Lokasi Kegiatan
Selatan (LS) (BT)
Stasiun 1 °
05 59.011’ °
106 05.426’ Padas Pemukiman penduduk
dan dek kapal
Stasiun 2 05° 58.901’ 106° 06.558’ PT Samudra Kegiatan industri dan
Marine perkapalan
Indonesia
Stasiun 3 05° 58.890’ 106° 07.713’ Terate PLTU dan aktivitas
nelayan (bagan
tancap)
Stasiun 4 05° 59.682’ 106° 07.046’ Terate PLTU
Stasiun 5 05° 59.773’ 106° 06.386’ Terate (muara) PLTU
Stasiun 6 06° 00.053’ 106° 05.594’ Terate (sungai) Pemukiman penduduk
Vt Asrc 1
N = nx x x
Vsrc Aa Vd
Keterangan:
N = Kelimpahan plankton (ind/L)
n = Jumlah plankton yang tercacah (ind)
Vt = Volume air terkonsentrasi (mL)
Vsrc = Volume air di bawah gelas penutup (1 mL)
Asrc = Luas gelas penutup (1.000 mm2)
Aa = Luas satu lapang pandang (1.000 mm2)
Vd = Volume air yang disaring (50 L)
ni n
H' = -Σ log i atau -Σ Pi log Pi
N N
Keterangan:
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu
Pi = Proporsi individu jenis ke-i (ni/N)
5
H'
E =
log S
Keterangan:
H' = Indeks Shannon
S = Jumlah spesies
Keterangan:
n = Jumlah jenis
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu
∑ [ Xij -Xik ]
i=1
B = 1- x 100%
∑ ( X ij + Xik )
Keterangan:
B = Indeks similaritas Bray-Curtis
Xij = Jumlah individu jenis ke i pada stasiun ke-j
Xik = Jumlah individu jenis ke i pada stasiun ke-k
3.1 Hasil
Parameter kualitas air yang digunakan meliputi parameter fisika dan kimia
perairan. Suhu perairan berkisar antara 31,4-41°C. Kandungan TSS perairan
berkisar antara 6,4-61 mg/L. Kandungan oksigen terlarut berkisar antara 5,3-8,0
mg/L. Total fosfat perairan berkisar antara 0,001-0,114 mg/L. Kandungan nitrat
perairan berkisar antara 0,553-0,713 mg/L. Kandungan nitrit perairan berkisar
antara 0,011-0,245 mg/L.
Parameter kualitas air yang digunakan meliputi parameter fisika dan kimia
perairan. Suhu perairan berkisar antara 31,4-41°C. Kandungan TSS perairan
berkisar antara 6,4-61 mg/L. Kandungan oksigen terlarut berkisar antara 5,3-8,0
mg/L. Total fosfat perairan berkisar antara 0,001-0,114 mg/L. Kandungan nitrat
perairan berkisar antara 0,553-0,713 mg/L. Kandungan nitrit perairan berkisar
antara 0,011-0,245 mg/L.
7
1000
100
10
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Oktober November Desember
Waktu Sampling dan Stasiun
(a)
1000
Kelimpahan (Ind/L)
100
10
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Oktober November Desember
Waktu Sampling dan Stasiun
(b)
60%
40%
20%
0%
1 2 3 4 5 6
Stasiun
60%
40%
20%
0%
1 2 3 4 5 6
Stasiun
60%
40%
20%
0%
1 2 3 4 5 6
Stasiun
60%
40%
20%
0%
1 2 3 4 5 6
Stasiun
Protozoa Crustacea
(a)
100%
80%
Komposisi
60%
40%
20%
0%
1 2 3 4 5 6
Stasiun
100%
80%
Komposisi
60%
40%
20%
0%
1 2 3 4 5 6
Stasiun
Protozoa Rotifera
(c)
Gambar 4 Komposisi dan kelimpahan total zooplankton bulan Oktober (a), bulan
November (b), dan bulan Desember (c)
11
3.1.6 Struktur Komunitas Fitoplankton
(a)
1.2
Nilai H
0.0
Oktober
Desember
Oktober
Oktober
Desember
Oktober
Desember
Oktober
Oktober
November
November
Desember
November
November
November
Desember
November
Desember
1 2 3 4 5 6
Stasiun
(b)
1.0
Nilai E
0.0
Oktober
November
Desember
Oktober
November
Oktober
November
Desember
Oktober
November
Desember
Oktober
November
Oktober
November
Desember
Desember
Desember
1 2 3 4 5 6
Stasiun
(c)
1.0
Nilai D
0.0
Desember
Desember
Desember
Oktober
November
Oktober
November
Desember
Oktober
November
Oktober
November
Oktober
November
Desember
Oktober
November
Desember
1 2 3 4 5 6
Stasiun
(a)
0.7
Nilai H
0.0
Oktober
November
Desember
Oktober
November
Oktober
November
Desember
Oktober
November
Desember
Oktober
November
Oktober
November
Desember
Desember
Desember
1 2 3 4 5 6
Stasiun
(b)
0.50
Nilai E
0.00
Desember
Desember
Desember
Desember
Oktober
November
Oktober
November
Oktober
November
Oktober
November
Oktober
November
Desember
Oktober
November
Desember
1 2 3 4 5 6
Stasiun
(c)
1
Nilai D
0
Oktober
November
Desember
Oktober
November
Desember
Oktober
November
Oktober
November
Oktober
November
Desember
Oktober
November
Desember
Desember
Desember
1 2 3 4 5 6
Stasiun
Gambar 6 Nilai indeks keanekaragaman (a), indeks keseragaman (b), dan indeks
dominansi (c) zooplankton
13
Desember
Parameter
Kualitas Air Bacillariophycea
e Chlorophyceae Cyanophyceae Dinophyceae
Salinitas 0,66603 0,97933 0,98535
Total fosfat 0,8701 0,93269 0,92063
Nitrat dan
Nitrit 0,6817
Tabel 6 Nilai R Square Fitoplankton Bulan Desember
Bacillariophyceae
Chlorophyceae
Salinitas
0
Suhu pH
TSS Kekeruhan
-1 Kecerahan
Total fosfat
Dinophyceae
Cyanophyceae
-2
-3 -2 -1 0 1 2 3
First Component
Chrysophyceae
0,5
Second Component
Chlorophyceae
pH
Suhu Salinitas
0,0 Kecerahan
Kedalaman
-0,5
Dinophyceae
0,5
Salinitas
Second Component
-0,5
-1,0
-1,5 Bacillariophyceae
-1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5
First Component
0,05
Second Component
Suhu Rotifera
Nitrat Nitrit
0,00 Salinitas
Total fosfat
-0,05
-0,10 Crustacea
-2 -1 0 1 2
First Component
3.2 Pembahasan
Menurut Rikardo et al. (2016), kelimpahan yang kurang dari 1000 ind/L
dikategorikan kelimpahan yang rendah, 1000-40.000 ind/L termasuk ke
kategori sedang, dan lebih dari 40.000 ind/L termasuk ke kategori tinggi.
Berdasarkan pembagian ini dapat diketahui bahwa kelimpahan fitoplankton di
perairan sekitar Bojonegara adalah rendah hingga sedang, sedangkan
zooplankton termasuk ke dalam kategori rendah.
Kelimpahan total fitoplankton yang tertinggi berada pada stasiun 2 bulan
November sedangkan yang terendah berada pada stasiun 1 bulan Oktober.
Kelimpahan total zooplankton yang tertinggi berada pada stasiun 2 bulan
November sedangkan yang terendah berada pada stasiun 2 bulan Desember.
Kelimpahan tinggi pada stasiun 2 bulan November dapat dipengaruhi
oleh kekeruhan perairan yaitu 22 NTU. Menurut Siagian et al. (2019), nilai
maksimum kadar kekeruhan dalam perairan yang baik untuk pertumbuhan
plankton yaitu 25 NTU. Nilai kekeruhan yang melebihi nilai maksimum dapat
memengaruhi kelimpahan plankton.
Kekeruhan di perairan Bojonegara dipengaruhi oleh penambangan di
pesisir atau pengerukan sedimen. Hal ini dapat menyebabkan kekeruhan
perairan meningkat. Peningkatan terjadi karena adanya pengadukan sedimen di
dasar laut. Hal ini dapat memengaruhi kehidupan plankton (Ernas et al. 2018).
Kecerahan dan kekeruhan saling berkaitan. Kecerahan perairan pada
stasiun 2 bulan November yaitu 108 cm. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sin
et al. (2013) yaitu rendahnya kekeruhan dapat mengakibatkan kecerahan dan
ketersediaan cahaya bagi pertumbuhan plankton meningkat.
Faktor lain yang dapat memengaruhi kelimpahan plankton di suatu
perairan adalah musim. Bulan Oktober termasuk ke dalam musim peralihan.
Bulan November dan Desember termasuk ke dalam musim hujan. Menurut
Nirmalasari et al. (2016), ketika musim hujan umumnya kadar nutrien di
perairan akan lebih rendah dibanding musim kemarau, sehingga densitas
plankton juga akan rendah.
Kelompok Bacillariophyceae merupakan kelompok yang memiliki
kelimpahan fitoplankton paling tinggi di perairan sedangkan kelompok yang
lainnya lebih rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sari et al. (2014) yaitu
kelompok Bacillariophyceae paling umum ditemukan di perairan laut. Hal ini
dikarenakan kelompok tersebut memiliki kemampuan adaptasi dan tingkat
toleransi yang tinggi. Kelompok ini juga memiliki sifat kosmopolitan atau
lingkup kehidupannya luas.
Lima jenis plankton dalam kelompok Bacillariophyceae yang memiliki
rata-rata kelimpahan yang tinggi, yaitu Chaetoceros sp., Cyclotella sp.,
Nitzschia sp., dan Thalassiothrix sp.. Salah satu manfaat penting fitoplankton
dari kelompok Bacillariophyceae adalah dapat dimanfaatkan sebagai indikator
pencemaran perairan (Ejiowhor et al. 2018). Chrysophyceae merupakan
kelompok fitoplankton yang kelimpahannya paling rendah dan Distephanus sp.
merupakan jenis yang kelimpahannya rendah.
Chaetoceros sp. banyak ditemukan pada stasiun 4 bulan Desember,
Cyclotella sp. pada stasiun 1 bulan Desember, Nitzschia sp. dan Thalassiothrix
sp. pada stasiun 2 bulan November. Hal ini sesuai dengan kelimpahan
Bacillariophyceae yang sangat tinggi pada stasiun 2 bulan November.
20
4.1 Simpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
[APHA] American Public Health Association. 2005. Standard Methods For the
Examination of Water and Wastewater. Ed ke-21. Washington DC
(US): AWWA (American Water Works Association) and WEF (Water
Environment Federation).
Ardiansyah M, Suryanto A, Haeruddin. 2017. Hubungan konsentrasi minyak
dan fenol dengan kelimpahan fitoplankton di Sungai Asem Binatur,
Kota Pekalongan. 6(1): 95-102.
Chintapenta, L. K., Coyne, K. J., Pappas, A., Lee, K., Dixon, C., Kalavacharla,
V., & Ozbay, G. (2018). Diversity of Diatom Communities in Delaware
Tidal Wetland and Their Relationship to Water Quality. Frontiers in
Environmental Science, 6, 57.
Conway DV, White RG, Hugues-Dit-Ciles J, Gallienne CP, Robins DB. 2003.
Guide to the Coastal and Surface Zooplankton of the South-Western
Indian Ocean. Plymouth (UK): Occasional Publication of the Marine
Biological Association..
Dash MC, Dash SP. 2009. Fundamentals of Ecology. Ed ke-3. New Delhi (IN):
Tata McGraw-Hill Education.
Desmawati I, Ameivia A, Ardayanti LB. 2020. Studi pendahuluan kelimpahan
plankton di perairan darat Surabaya dan Malang. Rekayasa. 13(1): 61-
66.
Devassy RP, El-Sherbiny MM, Al-Sofyani AM, Al-Aidaroos AM. 2017.
Spatial variation in the phytoplankton standing stock and diversity in
relation to the prevailing environmental conditions along the Saudi
Arabian coast of the northern Red Sea. Marine Biodiversity. 47(4): 995-
1008.
Ejiowhor I, Moslen M, Daka ER. 2018. Phytoplankton and epipelic algal
abundance in relation to bridge construction on Okpoka River in the
Upper Bonny Estuary, Nigeria. Archives of Agriculture and
Environmental Science. 3(4): 337-343.
Ernas Z, Thayib MH, Pranowo WS. 2018. Pengaruh penambangan pasir laut
terhadap kekeruhan perairan Teluk Banten Serang. Jurnal Segara.
14(1): 35-42.
Faturohman I, Sunarto, Nurruhwati I. 2016. Korelasi kelimpahan plankton
dengan suhu perairan laut di sekitar PLTU Cirebon. Jurnal Perikanan
Kelautan. 7(1): 115-122.
Ginting IYB, Restu IW, Pebriani DAA. 2015. Kualitas air dan struktur
komunitas plankton di perairan Pantai Lovina Kabupaten Buleleng
Provinsi Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences. 5(1): 109-118.
Giri S, Qiu Z. 2016. Understanding the relationship of land uses and water
quality in twenty first century: a review. Journal of Environmental
Management. 173: 41-48.
Hamuna B, Tanjung RHR, Suwito, Maury HK, Alianto. 2018. Kajian kualitas
air laut dan indeks pencemaran berdasarkan parameter fisika-kimia di
perairan distrik Depapre, Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan. 16(1): 35-
43
20
Odum EP, Barrett GW. 2004. Fundamentals of Ecology. 5th Edition. Belmont
(CA): BrooksCole.
Sin Y, Hyun B, Jeong B, Soh HY. 2013. Impacts of eutrophic freshwater inputs
on water quality and phytoplankton size structure in a temperate estuary
altered by a sea dike. Marine Environmental Research. 85: 54-63.
Subhan M. 2018. Analisis penanganan dan strategi pengelolaan limbah ikan di
tempat pelelangan ikan Tanjung Luar Kecamatan Keruak Kabupaten
Lombok Timur. Journal Ilmiah Rinjani. 6(1): 79-83.
Sudinno D, Sunaryo A, Kasmawijaya A, Anas P, Jubaedah I. 2017. Kualitas air
waduk Ir. H. Djuanda Purwakarta berdasarkan indeks keanekaragaman
plankton. Prosiding Simposium Nasional Ikan dan Perikanan. 627-639.
Suthers IM, Rissik D. 2009. Plankton: A Guide to Their Ecology and Monitoring
for Water Quality. Clayton (AU): CSIRO Publishing.
Syafarina R, Widodo R, Sulistiono S, Pertiwi NTM. 2018. Struktur komunitas
fitoplankton di Perairan Muara Sungai Bengawan Solo, Ujung Pangkah,
Jawa Timur. Biospecies. 15: 19-36.
Syafitri EM, Srimariana ES, Sulistiono. 2021. Zooplankton community structure
in Cengkok Coastal Water and it’s around, Teluk Banten. IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science. 744(1): 1-14.
Tomas CR. 1997. Identifying Marine Phytoplankton. Florida (US): Academic
Press.
Tyas EA, Hutabarat S, Ain C. 2017. Struktur komunitas plankton pada perairan
yang ditumbuhi eceng gondok sebagai bioindikator kualitas perairan di
Danau Rawa Pening, Semarang. 6(2): 111-119.
Utami TMR, Maslukah L, Yusuf M. 2016. Sebaran nitrat (NO3) dan fosfat
(PO4) di perairan Karangsong Kabupaten Indramayu. Buletin
Oseanografi Marina. 5(1): 31-37.
Velho LFM, Lansac-Tôha FM, Buosi PRB, Meira BR, Cabral AF, Lansac-Tôha
FA. 2013. Structure of planktonic ciliates community (Protist,
Ciliophora) from an urban lake of southern Brazil. Acta Scientiarum.
35(4): 531-539.
Wardhana W. 2006. Metoda Prakiraan Dampak dan Pengelolaannya pada
Komponen Biota Akuatik. Jakarta (ID): Pusat Penelitian Sumberdaya
Manusia dan Lingkungan (PPSML) Universitas Indonesia.
Wati M, Irawati N, Indrayani. 2019. Pola migrasi vertikal harian zooplankton
pada berbagai kedalaman di perairan Pulau Bungkutoko Kecamatan
Abeli. Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan. 4(1): 61-73.
Widiyanto AF, Yuniarno S, Kuswanto K. 2015. Polusi air tanah akibat limbah
industri dan limbah rumah tangga. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 10(2):
246-254.
Wisha UJ, Husrin S, Prihantono J. 2015. Hidrodinamika perairan Teluk Banten
pada musim peralihan (Agustus–September). Ilmu Kelautan. 20(2): 101-
112.
Yamaji I. 1979. Illustrations of the Marine Plankton of Japan. Osaka (JP):
Hoikusha.
20
LAMPIRAN
BULAN OKTOBER
Bacillariophyc Pers. regresi R R2
eae
0,26
y=506,35-
Kekeruhan 2379 0,068843
1,959x
5
y=524,63-
TSS 0,28 0,0784
2,85x
0,22
y=257,6349+6
Total fosfat 7714 0,051854
3,489x
73
0,23
y=563,891-
Kecerahan 3593 0,054566
2,3035x
66
0,09
y=441,562-
Kedalaman 1820 0,008431
15,89x
48
y=- 0,67
Suhu 10468,6+332, 4531 0,454993
219x 69
y=- 0,31
pH 1626,666+354 2544 0,097684
,62x 4
0,92
y=3399,035-
Salinitas 0414 0,847162
94,1155x
04
0,02
y=438,3607-
Nitrat+Nitrit 9732 0,000884
415,404x
44
Chlorophycea
Pers. regresi R R2
e
0,13
y=0,5651-
Kekeruhan 9219 0,019382
0,00178x
25
0,16
y=0,5972-
TSS 8617 0,028432
0,00295x
91
0,35
y=0,0926+0,1
Total fosfat 1614 0,123633
682x
85
0,41
y=0,9719-
Kecerahan 6700 0,173639
0,00705x
13
0,30
y=0,7075-
Kedalaman 2522 0,09152
0,08988x
73
y=- 0,80
Suhu 21,8149+0,68 5970 0,649589
11x 84
pH y=- 0,19 0,036435
40
1,65547+0,37 0879
16x 54
0,92
y=5,627-
Salinitas 2663 0,851308
0,16189x
54
0,07
y=0,6417-
Nitrat+Nitrit 6923 0,0059172
1,84418x
08
Cyanophyceae Pers. regresi R R2
0,39
y=17,8085+0,
Kekeruhan 2308 0,153906
1918x
55
0,36
y=17,6326+0,
TSS 3686 0,132268
24246x
68
y=- 0,78
Total fosfat 3,60467+14,3 4452 0,615365
2275x 04
0,77
y=64,2762-
Kecerahan 8542 0,606128
0,50276x
23
0,58
y=45,946-
Kedalaman 2458 0,339258
6,6039x
58
37
RIWAYAT HIDUP