Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

PLANKTONOLOGI
ANALISIS KELIMPAHAN PLANKTON SECARA
KUANTATIF DI TAMBAK UDANG VANNAMEI

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
1. SUCI KHAIRANI
2. JOHARDEAN PAULUS
3. IRA SUSANTI
4. PUTRI NAZIRAH
5. EVA JURAIDA
6. MARZATILLAH

TEKNOLOGI AKUAKULTUR KELAS E


POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN
KAMPUS ACEH
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Analisis
kelimpahan Plankton secara Kuantatif diperairan atau tambak dalam memenuhi tugas
mata kuliah Planktonologi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang dapat
membangun motivasi kami agar dapat menjadi lebih baik dan lebih maju untuk masa
yang akan datang. Harapan kami semoga laporan yang kami buat ini dapat bermanfaat
bagi kami dan para pembaca pada umumnya.

Aceh Besar, 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Udang vannamei merupakan spesies introduksi yang dibudidayakan di
Indonesia. Dengan ini dianggap mampu mengantikan udang windu yang
mengalami penurunan produksi pada tahun 1992 karena adanya faktor alami
berupa perubahan lingkungan, sebagai akibat dari tingginya produksi dari industri
budidaya udang windu yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan.
Penurunan produksi udang windu berbanding terbalik dengan tuntutan kebutuhan
akan udang di pasar lokal maupun internasional sebagai bahan pangan yang terus
meningkat (Kalesaran, 2010)
Meningkatnya budidaya vannamei sebanding dengan peningkatan
permintaaan pakan udang, dewasa ini banyak dikembangkan teknologi yang
mengadopsi dari pakan alami, salah satunya adalah plankton yang merupakan
makanan alami larva organisme perairan. Sebagai produsen utama di perairan
adalah fitoplankton, sedangkan organime konsumen adalah zooplankton, larva,
ikan, udang, kepiting, dan sebagainya (Madinawati, 2010).
Plankton sangat penting dalam budidaya udang, terutama pada sistem
ototrofik yang mengandalkan fitoplankton untuk menghasilkan oksigen dari
proses fotosintesis pada sing hari (Edhy dkk, 2010). Jika plankton tidak cukup
berlimpah maka laju pertumbuhan plankton tidak akan dapat mengimbangi
pertumbuhan ikan peliharaan yang mengakibatkan ikan tidak dapat tumbuh secara
baik (Qiptiyah dkk., 2008).
Plankron merupakan organisme baik tumbuhan maupun hewan yang
umumnya memiliki ukuran relatif kecil (mikro), hidup melayang - layang di air ,tidak
mempunyai daya gerak, kalau pun ada daya geraknya relatif lemah sehingga
distribusinya dipengaruhi oleh daya gerak air , seperi arus lainnya.
Plankton terdiri dari makhluk-makhluk yang hidup sebagai hewan
(zooplankton) dan sebagai tumbuhan (fitoplankton).
Plankton yang merupakan tumbuhan mikroskopis disebut fitoplankton . fitoplankton
sebagian besar merupakan organisme autotropik dan menjadi produsen primer dari
bahan organik pada habitat akuantik.
Zooplankton merupakan konsumen pertama yang memanfaatkan produsen
primer dengan karnivora besar dan kecil dapat dipengaruhi kompleksitas rantai
makanan dalam ekosistem perairan.
Adanya plankton secara kuantitatif dan kualitatif dapat digunakan untuk
mengetahui kesuburan suatu perairan, yaitu dengan mengukur kelimpahan dan
distribusi plankton yang berkaitan dengan kerapatan plankton yang terdapat pada
masing-masing zona. Dengan melihat latar belakang diatas maka diperlukan
penelitian tentang kelimpahan dan distribusi plankton di perairan dan sebagai indikasi
keadaan lingkungan.
Plankton sangat penting dalam budidaya udang, terutama pada sistem
ototrofik yang mengandalkan fitoplankton untuk menghasilkan oksigen dari
proses fotosintesis pada sing hari (Edhy dkk, 2010). Jika plankton tidak cukup
berlimpah maka laju pertumbuhan plankton tidak akan dapat mengimbangi
pertumbuhan ikan peliharaan yang mengakibatkan ikan tidak dapat tumbuh secara
baik (Qiptiyah dkk., 2008).

1.2 Tujuan
1. Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dari suatu objek kegiatan di
bidang perikanan yang sesuai dengan program studi, khususnya budidaya
perairan di luar Kampus.
2. Mempelajari, memahami, dan mempraktekkan secara langsung tentang
teknik penghitungan kelimpahan plankton pada tambak udang vannamei
3. Mengetahui dinamika kelimpahan plankton pada tambak udang vannamei

1.3Manfaat
Manfaat yang diharapkan laporan ini adalah Taruna/I mendapat gambaran langsung
tentang lingkungan kerja yang sebenarnya dan secara langsung mengetahui cara
pengamatan kelimpahan plankton pada tamhak
udang vannamei . Selain itu Taruna/I diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
dan menambah wawasan tentang masalah-masalah yang terjadi di lapangan schingga
dapat memahami dan memecahkan permasalahan tentang kelimpahan plankton di
perairan dengan cara membandingkan antara teori yang diterima dengan fakta yang
ada di tambak udang .

1.3 Metode Pengumpulan Data


Dalam penyusunan laporan tugas observasi ini, teknik pengumpulan data yang
kami gunakan yaitu:
1. Studi Pustaka Dalam pengumpulan data kami menggunakan cara kepustakaan,
yaitu dengan mencari dan mengumpulkan data dari berbagai sumber untuk
mendapatkan informasi yang akurat serta credible melalui browsing internet.
2. Pengamatan dalam pengumpulan data lapangan kami melakukan observasi dengan
tujuan untuk mengumpulkan fakta yang nantinya akan dituangkan dalam bentuk data
dalam laporan ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis kelimpahan plankton

Plankton sebagai komponen dasar dalam suatu ekosistem perairan dapat


dijadikan sebagai salah satu parameter dalam pemantauan kualitas air. Aspek-
aspek yang dapat diamati meliputi aspek kualitatif dan kuantitatif. Analisis
plankton secara kualitatif meliputi pengamatan secara sepintas tapa mengetahui
jumlah yang terkandung dalam perairan, dan pemahaman terhadap komposisi
plankton. Sedangkan, analisis plankton yang dilakukan secara kuantitaif
merupakan pengamatan plankton secara detail baik jenis maupun jumlah masing-
masing jenis yang terkandung dalam air. Menurut Toha (2004) aspek kuantitatif
meliputi pemahaman terhadap fungi dan tingkat kemampuan perairan sebagai
pendukung organisme perairan. Pemahaman plankton secara kuantitatif berhubungan
erat dengan penilaian perairan yang dapat berfungsi sebagai daerah
penangkapan maupun lokasi budidava.
Pengamatan secara kuantitatif dilakukan dengan bantuan
haemocytometer (alat perhitung sel darah). Haemocytometer adalah alat yang
digunakan untuk menghitung sel darah pada mikroskop. Haemocytometer berupa
peralatan dari gelas / kaca yang terdapat garis-garis (skala dengan ukuran tertentu)
pada tempat sampel. Misalkan dalam 16 kotak tersebut ditemukan N individu
fitoplankton maka kepadatan fitoplank ton= N/10- individu/ml atau F = N x 104
(individu/ml), Dengar bantuan alat inf dapat dik etahu/jom lah plank ton persatuan
volume air, sehinngga, bisa diketahui keragaman plankion (biasanya tiap jenis
dinvatakan demean porsen), Ultiran huns Kotak Yang kecil adalah 1/400 atau
0,0025 mm? sedangkan kedalaman O,1 mom. Jadi volume per kotak yang kecil
adalah 0,00025 mm° = 2.5 iod man t-25 107 om-2.5 . 107 ml. Kotak
tersebut letaknya dibagian tengah. Sedangkan yang kita gunakan untuk
perhitungan plankton adalah kotak berukuran 1x1 mm?, kedalaman 0,1 mm. Jadi,
volumenya 0,1 mm' atau 10* cm' atau 10-* ml. Kotak tersebut dibatasi garis
rangkap yang berisi 16 kotak yang letaknya di sudut.
Metode analisis:
1. Siapkan haemocytometer, dan peralatan lain.
2. Dengan menggunakan pipet bersih, ambil air sampel dan teteskan
haemocytometer tepat pada bagian yang ada skala / garisnya.
3. Tutup dengan kaca penutup yang tersedia, dan amati dibawah
mikroskop dengan pembesaran 100 X dan 400 X.
4. Lakukan perhitungan untuk tiap-tiap jenis plankton pada setiap kotak
yang sudah diketahui ukuranya.
5. Selanjutnya hitung kepadatan masing-masing plankton dan prosentasenya.

Kelimpahan plankton pada tambak udang vannamei pada minggu


pertama kelimpahan plankton sebesar 3,8542 x 10' sel/ml dengan komposisi
golongan tertinggi adalah Green Algae. Pada minggu kedua sebesar 8,0832 x 10*
sel/ml dengan komposisi golongan tertinggi adalah Blue Green Algae. Pada
minggu ketiga kelimpahan plankton sebesar 8,8542 x 10' sel/ml sedangkan pada
minggu keempat sebesar 7,2709 × 10' sel/ml dengan komposisi tertinggi dari
golongan Blue Green Algae.
Kelimpahan plankton tertinggi terjadi pada minggu ketiga yaitu pada
tanggal 27 Januari - 1 Februari (8,8542 x 10'* sel/ml) dengan salinitas sekitar 26ppt.
Komposisi jenis plankton yang kelimpahanya relatif tinggi adalah dari
golongan Blue Green Algae. Blue Green Algae atau Cyanophyta yang mempunyai
frekuensi kejadian lebih dari 60 % adalah dari genus Oscilatoria. Hal ini juga
menjadikan warna air menjadi hijau tua atau hijau kebiruan. Untuk kepentingan
budidaya warna air ini tidak menguntungkan. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan
pergantian air untuk menghindari terjadinya blooming BGA (kematian masal
BGA) yang akan menyebabkan DO turn dan timbulnya bau lumpur pada udang.
Jenis-jenis plankton dari golongan Blue Green Algae atau Cyanophyta
pada umumnya merupalan piankton; yang merugikan perairan. Hal ini
dikerenakan racun yang dikeluaukan ofeh plankton tersebut dapat menyebabkan
kematian pada udang Plankton dari gotongan Blue Gin Algae tumbuh pada
golongan amonia nitrogen rendah. Dengan kata lain, plankton ini tumbuh subur
pada N/P rendah, karena plankton jenis ini mampu memperoleh nitrogen dari
atmosfer dengan memanfaakan sel-sel heterocyctanmya. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Domingues et al., 2005, Yunkovskis et al., 1999 dalam Toha dan Arif,
2011) bahwa ketersediaan nutrien dan perubahan rasionya di perairan dapat
menyebabkan perubahan kelimpahan plankton dan komposisi spesiesnya.
schingga ketika kadar N terlalu rendah di perairan, maka dominasi jenis-jenis
Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi ole beberapa parameter
lingkungan diantaranya N:P ratio, suhu, DO, pH dan karakteristik fisiologisnya.
Komposisi
dan kelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai
respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan bai fisik, kimia,
maupun biologi. Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton sangat kompleks
dan saling berinteraksi antara faktor fisika-kimia perairan seperti intensitas
cahaya, ok sigen tentaran- stmalifikasi suhu, dan Neuersedian unsur hara nitrogen
dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah adanya aklivitas pemangsaan oleh
hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi
Fitoplankton dapat berperan sebagar salah satu dari parameter ekologi
yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan. Salah satu ciri khas organisme
fitoplankton yaitu merupakan dasar dari mata rantai pakan diperairan . Oleh
karena itu, kehadirannya di suatu perairan dapat menggambarkan karakteristik
suatu perairan apakah berada dalam keadaan subur atau tidak. Perubahan terhadap
kualitas perairan erat hubungannya dengan potensi perairan ditinjau dari
kelimpahan dan komposisi fitoplankton. Hal ini juga seperti yang dinyatakan oleh
Makmur dkk. (2011) bahwa keberadaan fitoplankton di suatu perairan dapat
memberikan informasi mengenai kondisi perairan. Fitoplankton merupakan
parameter biologi yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan
tingkat kesuburan suatu perairan. Dengan demikian keberadaan fitoplankton dapat
dijadikan indikator kualitas perairan yakni gambaran tentang banyak atau
sedikitnya jenis fitoplankton yang hidup di suatu perairan dan jenis-jenis
fitoplankton yang mendominasi, adanya jenis fitoplankton yang dapat hidup
karena zat-zat tertentu yang sedang blooming, dapat memberikan gambaran
mengenai keadaan perairan yang sesung guhnya.
Jenis dari fitoplankton yang sangat sering ditemukan pada perairan adalah dari
golongan Blue Green Algae atau
Cyanophvta. Menurut Yean (2005) Canophva Ritomn (atau " divisi") bakteri yang
mendapat energi metalur fotosintesis ( Tejak fosil cVanophyta telah ditemukan
sejak 3,8 miliar fatim aiu Blue Green' Algae sekarang adalah salah satu
kelompok terbesal di bumi Mereka bisa bersel tunggal alau koloni. Koloni dapat
membentuk filamen ataupun lembaran.
2.2 Hubungan Kualitas Air dengan kelimpahan
Kualitas air adalah salah satu tingkat penen keberhasilan suatu budidaya
dalam usaha perikanan: salah satu indikator yang dapat dijadikan penentu kualitas
air adalah kelimpahan plankton dalam perairan. Menurut Makmur dkk. (2011) air
merupakan media untuk Kchidupan Organisme perairan yang mempunyai peranan
penting dalam keberhasilan budidaya khususnya tambak. Untuk menentukan
kualitas suatu perairan plankton merupakan indikator karena sangat terdegradasi
keberadaanya jika suatu perairan bermasalah.

2.3 Suhu
Suhu air dapat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan,
organisme air memiliki batas toleran terhadap perubahan suhu, suhu kisaran 28-31°C
tersebut masih memungkinkan bagi Green Algae, Blue Green Algae dan Diatom
untuk dapat tumbuh. Menurut Makmur dkk. (2011) organisme akuatik memiliki
kisaran suhu tertentu yang disukai bagi pertumbuhanya seperti alga dari film
Chlorophyta dan Diatom akan tumbuh baik pada kisaran suhu berturut-turut 30-35°C
dan 20-30°C.
2.4 DO (Oksigen Terlarut)
Menurut Pirzan (2008) menjelaskan bahwa penurunan oksigen terlarut sebesar 1
mg/L akan menurunkan jumlah genus sebanyak 0.54 ( penurunan 1,85 mg/L akan
menurunkan sebanyak 1 genus).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1.Jenis-jenis plankton ditemukan di perairan adalah dari golongan Green Algae, Blue
Green Algae, Diatom, Euglenophyta, Dinoflagelata dan Zooplankton. Sedangkan
plankton yang keberadaanya selalu ditemukan dalam setiap pengamatan adalah dari
golongan Blue Green Algae terutama dari jenis Oscilatoria sp.
2. Blue Green Afgae atau Cyanophya yang mempunyai frekuensi
kejadian lebin dari 75 Po pdalal dari genus Oscar a Hal ini juga menjadikan
warna air menjadi hijau tua atau hijau kebiruan.

B. Saran
1. Sebaiknya pola pengambilan sampel air dilakukan sekurang-kurangnya
tiga kali sehari agar dapat dikontrol keragaman dan kelimpahan plankton yang ada
di perairan agar apabila terjadi dominasi pada salah satu spesies dan dapat
menimbulkan kerugian dapat segera ditangani.
2. Peru dilakukan penambahan sarana dan prasarana penunjang budiday a
dalam monitoring kualitas air, hama dan penyakit seperti pengadaan Ph pen agar
nilai Ph yang terukur dapat pasti.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. dan A. Mansyur. 2010. Pertumbuhan Plankton pada Aplikasi Proboitik
dalam Pemeliharaan dang Windu (Panaeus monodon) di Bak Terkontrol.
Prosiding Forum Inovasi dan Teknologi Akuakultur 2010. Bali Riset
Perikanan Budidaya Air Payau. Maros. 8 hal.
Asmara, A. 2005. Hubungan Struktur Komunitas Plankton dengan Kondisi Fisika-
Kimia Perairan Pula Pramuka dan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu.
Skripsi. Fakulas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Atmawati, S. N. 2012. Perbedaan Keanekaragaman Zooplankton di Daerah
Sekitar Keramba dan Sekitar Warung Apung Rawa Jombor Hubungannya
dengan Kualitas Perairan. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Neger Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai