ANNA FAUZIAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Anna Fauziah
NIM C561150061
RINGKASAN
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
EKSPLORASI PIGMEN KLOROFIL DAN KAROTENOID
MIKROALGA LAUT SERTA KETERKAITANNYA
DENGAN KARAKTERISTIK LINGKUNGAN
DI PERAIRAN SELAT BALI
ANNA FAUZIAH
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Ilmu Kelautan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup: 1. Prof Dr Ir Dedi Soedharma, DEA
2. Dr Ir Iman Rusmana, MSi
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Diketahui oleh
Tertutup:: 25
Tanggal Ujian Tertutup 25 Januari
Januari 2019 Tanggal Lulus :
2019
Tanggal Sidang Promosi : 08 Februari 2019
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang
berjudul Eksplorasi Pigmen Klorofil dan Karotenoid Mikroalga Laut Serta
Keterkaitannya Dengan Karakteristik Lingkungan di Perairan Selat Bali disusun
dalam rangka pembuatan Disertasi pada Program Studi Ilmu Kelautan, Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian penelitian dan penulisan disertasi
ini tidak akan berjalan baik tanpa dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang setinggi tingginya kepada :
1. Prof Dr Ir Dietriech G Bengen, DEA (Ketua Komisi Pembimbing), Dr Ir Mujizat
Kawaroe, MSi (Anggota Komisi Pembimbing), Dr Ir Hefni Effendi, MPhil
(Anggota Komisi Pembimbing) dan Dr Majariana Krisanti, SPi, MSi (Anggota
Komisi Pembimbing) yang telah mencurahkan ilmu, waktu, kesabaran,
semangat, bimbingan, arahan, saran, dan masukan, serta koreksi yang sangat
berarti bagi penulis.
2. Prof Dr Ir Dedi Soedharma, DEA dan Dr Ir Iman Rusmana, MSi yang telah
berkenan menjadi Dosen Penguji Luar Komisi pada Ujian Kualifikasi Lisan,
Ujian Tertutup dan Ujian Terbuka, atas saran, arahan, motivasi dan semangat
yang telah diberikan kepada penulis.
3. Rektor IPB, Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Dekan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan (FPIK) IPB, Ketua Program Studi Ilmu Kelautan serta semua staf
pengajar dan tenaga kependidikan atas berkenannya menerima saya sebagai
mahasiswa IPB mendapatkan pelayanan, fasilitas dan akses pendidikan,
pengajaran dan kegiatan penelitian dengan baik.
4. Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Badan Riset dan SDM
Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia, yang telah memberikan Beasiswa S3 di Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor dan bantuan biaya penelitian Disertasi kepada Penulis.
5. Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo yang telah memberikan
kesempatan dan menugaskan penulis untuk menyelesaikan pendidikan S3 di
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
6. Suami tercinta Dika Gunawan Siswantoro, SPi, MT, dan anak-anak kami
tersayang Muhammad Rifai Arif Gunawan, Khadijah Rizki Aulia Gunawan dan
Muhamad Samudera Fauzi Gunawan atas semua dukungan, semangat, motivasi,
pengorbanan, pengertian, doa dan keikhlasan kasih sayangnya.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dan memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis.
Harapan penulis, semoga Disertasi ini memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu kelautan.
Anna Fauziah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 8
Manfaat Penelitian 8
Ruang Lingkup Penelitian 8
Kebaruan Penelitian (Novelty) 8
2 DISTRIBUSI SPASIO TEMPORAL PIGMEN KLOROFIL DAN
KAROTENOID MIKROALGA DI PERAIRAN SELAT BALI
Pendahuluan 9
Metode Penelitian 10
Prosedur Penelitian 13
Analisa Data 14
Hasil dan Pembahasan 15
Simpulan 23
3 HUBUNGAN ANTARA KETERSEDIAAN CAHAYA MATAHARI 25
DAN KONSENTRASI PIGMEN FOTOSINTETIK DI PERAIRAN
SELAT BALI
Pendahuluan 24
Metode Penelitian 25
Prosedur Penelitian 26
Analisa Data 26
Hasil dan Pembahasan 27
Simpulan 30
4 KANDUNGAN DAN KOMPOSISI TURUNAN PIGMEN KAROTENOID 32
MIKROALGA DARI PERAIRAN SELAT BALI
Pendahuluan 31
Metode Penelitian 33
Prosedur Penelitian 34
Analisa Data 35
Hasil dan Pembahasan 35
Simpulan 39
5 PEMBAHASAN UMUM 40
6 SIMPULAN DAN SARAN 44
DAFTAR PUSTAKA 45
LAMPIRAN 54
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
1 Ringkasan penelitian-penelitian tentang pigmen fitoplankton 5
2 Alat dan bahan yang digunakan untuk pengukuran parameter 12
lingkungan
3 Alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan dan pengamatan 12
sampel fitoplankton
4 Alat dan bahan yang digunakan untuk ekstraksi dan pengukuran 12
pigmen
5 Nilai rerata pengukuran dan simpangan baku parameter fisika 15
kimiawi pada 5 lokasi di Perairan di Selat Bali
6 Nilai rerata pengukuran dan simpangan baku serapan 16
spektrofotometri untuk klorofil-a, klorofil-b dan karotenoid pada 5
lokasi di Perairan di Selat Bali
7 Korelasi kanonik antara kandungan amoniak dan pigmen 19
fotosintetik
8 Uji beda nyata parameter fisika-kimiawi perairan antar stasiun 20
9 Uji beda nyata parameter fisika-kimiawi perairan antar waktu 20
10 Kelimpahan Mikroalga Selat Bali 21
11 Alat dan bahan yang digunakan untuk pengukuran parameter 25
lingkungan
12 Alat dan bahan yang digunakan untuk ekstraksi dan pengukuran 26
pigmen
13 Nilai rerata pengukuran dan simpangan baku ketersediaan cahaya 27
dan pigmen fotosintetik pada 5 lokasi di Perairan Selat Bali
14 Matriks korelasi pearson 27
15 Korelasi Kanonik antara intensitas cahaya dan pigmen fotosintetik 29
16 Nilai koefisien standar kanonik 30
17 Alat dan bahan yang digunakan untuk ekstraksi dan pengukuran 34
pigmen
18 Nilai rerata pengukuran dan simpangan baku kandungan pigmen 36
karotenoid penting perairan pada 3 lokasi di Perairan di Selat Bali
19 Hasil uji ANOVA sebaran karotenoid di Perairan Selat Bali 37
20 Nilai rasio turunan pigmen karotenoid penting perairan pada 3 lokasi 38
di Perairan Selat Bali
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pendekatan masalah 6
2 Ilustrasi Struktur klorofil-a, susunan ikatan rangkap Mg (garis putus- 10
putus), struktur klorofil-b mirip klorofil-a kecuali gugus CH3 (dalam
lingkaran titik-titik) disubstitusi dengan HC=O
3 Lokasi dan stasiun penelitian di perairan Selat Bali 11
4 Analisis komponen utama sebaran karakteristik lingkungan perairan 17
di lokasi penelitian
5 Analisis korelasi kanonik antara kandungan amoniak dan pigmen 19
fotosintetik
6 Hasil analisis koresponden (CA) kelimpahan mikroalga di Perairan 22
Selat Bali
7 Hasil analisis korelasi kanonik antara intensitas cahaya dan pigmen 29
8 Struktur kimia dari beberapa karotenoid yang diproduksi oleh alga 32
9 Hasil analisis komponen utama sebaran pigmen karotenoid perairan 37
di lokasi penelitian
10 Analisa korelasi kanonik antara intensitas cahaya dan turunan 49
pigmen karotenoid
DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi penelitian 55
2 Analisis PCA 57
3 Analisis Koresponden (CA) 60
4 Kelimpahan Mikroalga Selat Bali 63
5 Data Parameter Fisika-Kimia di Lokasi Penelitian 64
6 Data Pigmen Perairan di Lokasi Penelitian 65
7 Data Pigmen Karotenoid dan Turunannya di Lokasi Penelitian 66
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
pengaruh dari angin musim timur yang berhembus mengakibatkan massa air yang
bergerak dari selatan ke utara pada Perairan Selat Bali.
Di perairan bagian tengah Perairan Selat Bali stratifikasi konsentrasi klorofil-
a berdasarkan kedalaman terlihat lebih beragam. Di perairan yang dekat dengan
Pulau Jawa terdapat konsentrasi klorofil-a maksimum dan minimum di kedalaman
20 meter, sedangkan di perairan dekat dengan Pulau Bali hanya terdapat konsentrasi
klorofil-a minimum. Konsentrasi klorofil-a maksimum dan minimum di perairan
bagian selatan tersebar luas dari perairan dekat dengan Pulau Jawa maupun perairan
dekat dengan Pulau Bali dan terdistribusi sampai kedalaman 30 meter. Perairan
bagian selatan yang mewakili Samudera Hindia sebagai pintu masuk maupun
keluar sirkulasi massa air dan percampuran massa air akan dapat mempengaruhi
produktivitas primer suatu perairan. Konsentrasi klorofil-a di perairan Selat Bali
dipengaruhi oleh massa air yang masuk dan keluar selat, dimana massa air tersebut
berasal dari massa air permukaan, sehingga ketersediaan nutrien di kolom perairan
yang lebih dalam tidak ikut keluar mengikuti pergerakan massa air (Priyono et al.
2009).
Perairan Selat Bali juga mendapatkan pengaruh dari El Niño Southern
Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD). Kondisi ini mengakibatkan
Perairan Selat Bali juga merupakan daerah upwelling. Daerah upwelling kaya akan
sumber makanan untuk keberlangsungan fitoplankton, larva, juvenil dan ikan
dewasa (Safitri et al. 2014). Saat terjadi upwelling suhu permukaan laut mengalami
penurunan dan diikuti peningkatan konsentrasi klorofil dan nutrien di lapisan
permukaan. Nutrien di perairan seperti nitrat dan fosfat yang penting bagi
perkembangan fitoplankton meningkat tajam mengakibatkan terjadinya
peningkatan dan kelimpahan fitoplankton. Kesuburan perairan yang tinggi dan kaya
nutrisi di Perairan Selat Bali memberikan potensi melimpahnya ikan lemuru
(Sardinella lemuru). Ikan lemuru merupakan ikan plankton feeder atau ikan
pemakan plankton. Menurut Pradini at al. (2001), ikan lemuru termasuk ikan
pemakan fitoplankton terutama dari kelas Bacillariophyceae seperti Coscinodiscus
sp, Preurosigma sp, Nitzchia sp, dan dari kelas Dinophyceae seperti Peridinium sp
dan Ceratium sp.
Safitri et al. (2014) dan Priyono et al. (2009) melakukan penelitian mengenai
berbagai faktor lingkungan oseanografi, di antaranya parameter fisika, kimia dan
biologi (khusus aspek perikanan) serta produktivitas primer telah dilakukan di
Perairan Selat Bali. Namun demikian, penelitian yang dilakukan masih terbatas
pada kajian plankton sebagai respon terhadap musim dengan beberapa parameter
hidrologi dalam rangka mengoptimalkan kegiatan penangkapan ikan lemuru.
Hingga kini penelitian yang mengungkapkan tentang keanekaragaman
mikroalga potensial yang mengandung pigmen klorofil dan karotenoid yang ada di
Perairan Selat Bali masih sangat terbatas dan belum banyak dikembangkan
sebagaimana ringkasan penelitian yang dilakukan sebelumnya (Tabel 1).
Keberadaan spesies mikroalga penghasil pigmen klorofil dan karotenoid
sangat penting untuk diketahui dan dikembangkan lebih lanjut berdasarkan
parameter fisika-kimiawi lingkungan perairan guna mendapatkan pigmen murni
yang dapat diaplikasikan untuk berbagai produk pangan, kesehatan maupun
kecantikan.
5
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Hipotesis Penelitian
Manfaat Penelitian
Pendahuluan
(Metil)
Metode Penelitian
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di perairan Selat Bali, Indonesia, sebagaimana Gambar
3. Sampel diambil di 5 stasiun, Stasiun 1 berada di Pulau Menjangan dengan posisi
LS 08°05’35.2” dan BT 114°30’01.0”, Stasiun 2 berada di Pulau Tabuhan dengan
posisi LS 08°02’22.4” dan BT 114°27’40.5”, Stasiun 3 berada di Penyebrangan
Gilimanuk – Ketapang dengan posisi LS 08°08’54.0”, BT 114°24’05.9”, Stasiun 4
berada di Pelabuhan Muncar dengan posisi LS 08°25’51.1” dan BT 114°21’21.0”,
dan Stasiun 5 berada di Teluk Pang-Pang dengan posisi LS 08°30’01.0” dan BT
114°22’28.7”.
Stasiun 1 dan 2 merupakan pulau kecil yang berada di bagian utara Perairan
Selat Bali dan tidak terdapat muara sungai yang mengalir di kawasan tersebut.
Stasiun 3 dan 4 merupakan kawasan yang banyak ditempati aktivitas manusia, baik
daerah lintasan kapal penyeberangan, maupun industri perikanan, sedangkan
Stasiun 5 berada di teluk dan muara sungai, dimana pengaruh air laut dan tawar
berfluktuasi atau bisa sama dominannya tergantung dari pasang surut dan masukan
11
aliran air tawar, sehingga nutrien dari daratan berkumpul di teluk. Setiap lokasi
(stasiun) dilakukan pengambilan sampel sebanyak tiga kali, pada pagi, siang dan
sore hari.
St.2
St.1
St.3
St.4
St.5
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada musim timur, bulan Agustus 2017.
Pengambilan sampel mikroalga dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 – 08.00 WIB,
pada siang hari pukul 11.00 – 13.00 WIB dan sore hari pukul 16.00-18.00 WIB,
terkait ketersediaan cahaya matahari yang dibutuhkan oleh mikroalga dalam
melaksanakan fotosintesis.
12
Tabel 2 Alat dan bahan yang digunakan untuk pengukuran parameter lingkungan
Parameter Satuan Alat
Fisika Perairan
o
Suhu C DO Meter
Posisi Stasiun Derajat LU-LS GPS
Kimia Perairan
Salinitas Psu Refraktometer
DO ppm DO Meter
PO4 mg/L Kolorometrik HACH
Amoniak mg/L Spektrofotometer UV-Vis berbahan indofenol
Nitrat mg/L Kolorometrik HACH
Tabel 3 Alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan dan pengamatan
sampel fitoplankton
Peralatan Keterangan
Perahu/ speed boat Transportasi ke stasiun
Jaring plankton Wildco 12” 100 μm Menyaring mikroalga
Nitex® mesh, P tali =2 M
Botol sampel Menyimpan sampel hasil saring
Cool box Penyimpan sampel
Mikroskop elektrik Pengamatan sel mikroalga
Sedgewick rafter cell Pengamatan sel mikroalga
Bahan
Lugol solution 10% Pengawet dan pewarna sel mikroalga
Tabel 4 Alat dan bahan yang digunakan untuk ekstraksi dan pengukuran pigmen
Peralatan Keterangan
Sampling dan pengukuran pigmen
Jaring plankton Wildco 12” 100 μm Menyaring mikroalga
Nitex® mesh, P tali =2 M
Botol sampel Menyimpan sampel hasil saring
Tabung Reaksi Menyimpan larutan ekstrak
Freezer/ Cold storage Menyimpan sampel beku
Centrifuge Memecah sel (menghancurkan dinding sel)
Spektrofotometer UV-Vis Pengukuran pigmen klorofil dan karotenoid
Bahan
Whatman paper grade 42: 2.5 μm Memisahkan sel dari air laut
(slow filter paper)
Aluminium foil Pembungkus sampel hasil saring
Aseton pigmen extraction Pelarut pigmen
13
Prosedur Penelitian
n (Ls/Lp) x (vol.1/vol.s)
N=
vol.2
dimana :
N = Kelimpahan Mikroalga (sel/ml)
n = Jumlah sel yang tercacah (sel)
Ls = Luas Sedgewick rafter cell (mm2)
Lp = Luas Sedgewick rafter cell yang diamati (mm2)
vol. 1 = Volume air sample hasil pengendapan (ml)
vol. 2 = Volume air sample yang diendapkan (ml)
vol.s = Volume sedgewick rafter cell (ml)
Analisa Data
(a) Variables (axes F1 dan F2: 55.77 %) (b) Observations (axes F1 dan F2: 55.77 %)
1
Suhu 3
0,75
Fosfat DO 4.so
2 2.so
0,5
klorofil-b St 2 siang
F2 (18.44 %)
0,25 5.so
karotenoid 1 4.si
0 1.so
Salinitas Amoniak 1.si 3.so
-0,25 Nitrat 0
klorofil a 1.pa 5pa
-0,5 2.pa 5.si
-1
-0,75 3.pa 3.si
-2 4.pa
-1
-1 -0,75-0,5-0,25 0 0,25 0,5 0,75 1 -3 -2 -1 0 1 2 3
F1 (37.33 %)
(c) Variables (axes F1 dan F3: 54.93 %) (d) Observations (axes F1 dan F3: 54.93 %)
1 3
Nitrat 3.si
0,75 3.so
2
0,5 Klorofil-a 2.so
Klorofil-b 1
F3 (17.59 %)
Kelompok kedua memberikan gambaran secara temporal pagi, siang dan sore
pada Stasiun 1 di Pulau Menjangan dan sore pada Stasiun 2 di Pulau Tabuhan yang
berada perairan Selat Bali dicirikan dengan parameter fisika-kimiawi berupa
salinitas tinggi dengan nilai korelasi sebesar(-0.832). Kelompok ini berkonstribusi
pada pembentukan sumbu F1 negatif. Salinitas tinggi pada Stasiun 1 dan Stasiun 2
karena perairan ini merupakan pulau berpasir dan tidak memiliki aliran sungai,
sehingga pada musim timur atau kemarau sama sekali tidak ada masukan air tawar
sehingga mengakibatkan salinitas semakin tinggi (Young et al. 1994; Falkland
1999). Salinitas yang tinggi menyebabkan distribusi dan kelimpahan klorofil-a
semakin kecil (Marlian et al. 2015).
Kelompok ketiga menggambarkan kondisi sore Stasiun 2 (Pulau Tabuhan)
dan Stasiun 4 (Muncar) yang berada pada Selat Bali dengan korelasi suhu (0.764),
DO (0.658) dan fosfat (0.637) yang relatif lebih tinggi. Kelompok ini berkontribusi
dalam pembentukan Sumbu F2 positif.
Kelompok keempat menggambarkan kondisi siang Stasiun 3 (Penyeberangan
Ketapang-Gilimanuk) yang berada pada Perairan Selat Bali dicirikan dengan
kandungan nitrat yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan keempat stasiun
lainnya. Kelompok ini berkonstribusi terhadap pembentukan sumbu F3 positif.
Stasiun 3 (Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk) didapatkan korelasi nitrat (0.785)
pada siang hari. Tingginya kandungan nitrat pada siang hari di Ketapang-Gilimanuk
dipengaruhi oleh adanya muara sungai yang membawa beban limbah dari aktifitas
penduduk sekitar. Nitrat berperan dalam membedakan tinggi rendahnya
kelimpahan fitoplankton. Perbedaan kandungan nitrat di perairan mengakibatkan
perbedaan kelimpahan fitoplankton. Peningkatan dan pertumbuhan populasi
fitoplankton pada perairan berhubungan dengan ketersediaan nutrien dan cahaya
(Meiriyani et al. 2011).
Berdasarkan hasil Analisis komponen utama sebagaimana pada Gambar 4
menunjukkan bahwa kelompok F1 dicirikan oleh amoniak dengan nilai korelasi
(0.599), klorofil-a (0.678), klorofil-b (0.864) dan karotenoid (0.848) yang lebih
tinggi dibandingkan dengan ke empat stasiun yang lainnya. Guna mengetahui
sejauhmana hubungan antara kandungan nutrisi amoniak terhadap pembentukan
klorofil-a, klorofil-b, dan karotenoid, data dianalisa lebih lanjut menggunakan
korelasi kanonik. Berdasarkan hasil analisis korelasi kanonik (Gambar 5) tampak
bahwa informasi yang menggambarkan hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat dibentuk oleh satu sumbu utama (F1) dengan akar ciri kumulatif
sebesar 100%. Hal ini bermakna bahwa informasi yang didapatkan dari analisis
dengan menggunakan satu sumbu tersebut sebesar 100% dari total informasi.
Gambar 5 menunjukkan bahwa terdapat 1 kelompok yang terbentuk, yaitu F1
negatif yang dibentuk oleh karakter kandungan amoniak dan pigmen fotosintetik
(klorofil-a, klorofil-b dan karotenoid), sebagaimana pada Tabel 7 menunjukkan
bahwa karotenoid memiliki nilai korelasi kanonik -0.9937, klorofil-b dengan nilai
korelasi kanonik -0.6159 dan klorofil-a terbentuk dengan nilai korelasi kanonik -
0.3358.
Keterkaitan antara kandungan amoniak perairan dengan konsentrasi pigmen
fotosintetik di 5 stasiun penelitian pada Perairan Selat Bali menunjukkan bahwa
karakter kandungan amoniak (Y2) berpengaruh positif secara signifikan terhadap
pembentukan pigmen karotenoid (Y1) dengan korelasi kanonik sebesar 0.9930 dan
pembentukan pigmen klorofil-b (Y1) dengan korelasi kanonik sebesar 0.6159
19
0,75
0,5
0,25
Karotenoid Klorofil-b Klorofil-a
0 Y1
-1
Amoniak -0,75 -0,5 -0,25 0 0,25 0,5 0,75 1 Y2
-0,25
-0,5
-0,75
-1
Gambar 5 Hasil analisis korelasi kanonik antara kandungan amoniak dan pigmen
fotosintetik
Tabel 8 Uji beda nyata parameter fisika-kimiawi perairan antar stasiun (Uji
Homogenitas Varian)
Parameter F df1 df2 Sig.
Suhu 1.287 4 10 0.339
Salinitas 4.824 4 10 0.020
DO 1.101 4 10 0.408
Fosfat 2.974 4 10 0.074
Amoniak 3.927 4 10 0.036
Nitrat 7.933 4 10 0.004
Klorofil-a 3.544 4 10 0.048
Klorofil-b 2.435 4 10 0.116
Karotenoid 2.513 4 10 0.108
Tabel 9 Uji beda nyata parameter fisika-kimiawi perairan antar waktu (Uji
Homogenitas Varian)
Parameter F df1 df2 Sig.
Suhu 0.472 2 12 0.635
Salinitas 0.751 2 12 0.493
DO 0.969 2 12 0.407
Fosfat 2.741 2 12 0.105
Amoniak 0.334 2 12 0.723
Nitrat 0.757 2 12 0.490
Klorofil-a 2.619 2 12 0.114
Klorofil-b 4.207 2 12 0.041
karotenoid 4.345 2 12 0.038
21
Tlo
4.Si Be
1 4.Pa
4.So 2.So
1.So 1.Pa
3.Pa
2.Si
2.Pa Rh Tf
1.Si Tc 3.Si
F2 (23.56 %)
0 Nd
Ld 3.So Fc
5.Pa
5.Si
-1
Tlu
-2 5.So
Cg
-3
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
F1 (32.17 %)
(b) Symmetric plot (axes F1 dan F3: 47.61 %)
2 Tlo
4.Si
1,5
1
Cg 5.So
0,5
F3 (15.44 %)
4.Pa Tf
TluTc 3.So 3.Si Fc
0 4.So
1.PaRh
5.Si
2.So1.So2.Pa
Ce
-0,5 1.Si 2.Si
5.Pa Nd
-1 3.Pa
-1,5 Ld
-2
-3 -2,5 -2 -1,5 -1 -0,5 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
F1 (32.17 %)
Gambar 6 Hasil analisis koresponden (CA) kelimpahan mikroalga di Perairan Selat
Bali; (a) dibentuk oleh sumbu F1 dan F2, (b) dibentuk oleh sumbu F1
dan F3, Be = Bacteriastrum elongatum, Tc = Trieres chinensis, Cg =
Chaetoceros gracilis, Fc = Fragilariopsis cylindrus, Ld =
Leptocylindrus danicus, Nd = Navicula distans, Rh = Rhizosolenia
hebetate, Tf = Thalassiothrix fravenfeldi, Tlo = Tripos longisimus, Tlu
= Tripos lunula, (1,2,3,4,5) = Stasiun, pa = pagi, si = siang, so = sore
Simpulan
Pendahuluan
Metode Penelitian
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Selat Bali, Indonesia. Sampel diambil di 5 stasiun,
(Gambar 3) Stasiun 1 berada di perairan Pulau Menjangan, Stasiun 2 di perairan
Pulau Tabuhan, Stasiun 3 di perairan Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk, Stasiun
4 di perairan Pelabuhan Muncar dan Stasiun 5 berada di perairan Teluk Pang-Pang.
Stasiun 1 dan 2 merupakan pulau kecil di bagian utara Selat Bali dan tidak terdapat
muara sungai yang mengalir di kawasan tersebut. Stasiun 3 dan 4 merupakan
kawasan yang ada aktivitas perlintasan kapal penyeberang dan industri perikanan.
Aryawati et al. (2017) mengemukakan bahwa adanya aktivitas antropogenik limbah
pertanian, domestik, industri dan transportasi memberikan pengaruh terhadap
organisme perairan. Stasiun 5 berada di teluk dan muara sungai, pengaruh air laut
dan tawar berfluktuasi atau bisa sama dominannya tergantung dari pasang surut dan
masukan air tawar, sehingga nutrien dari daratan berkumpul di teluk. Setiap lokasi
(stasiun) penelitian dilakukan pengambilan sampel sebanyak tiga kali.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada musim timur, bulan Agustus 2017.
Pengambilan sampel mikroalga dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 – 08.00 WIB,
siang hari pukul 11.00 – 13.00 WIB, dan sore hari pukul 16.00-18.00 WIB,
disesuaikan dengan ketersediaan cahaya matahari untuk fotosintesis mikroalga.
Tabel 11 Alat dan bahan yang digunakan untuk pengukuran parameter lingkungan
Parameter Satuan Alat
Fisika Perairan
Intensitas Cahaya Lux Light Meter
Posisi Stasiun Derajat LU-LS GPS
26
Tabel 12 Alat dan bahan yang digunakan untuk ekstraksi dan pengukuran pigmen
Peralatan Keterangan
Sampling dan pengukuran pigmen
Jaring plankton Wildco 12” 100 μm Menyaring mikroalga
Nitex® mesh, P tali =2 M
Botol sampel Menyimpan sampel hasil saring
Tabung Reaksi Menyimpan larutan ekstrak
Freezer/ Cold storage Menyimpan sampel beku
Centrifuge Memecah sel (menghancurkan dinding sel)
Spektrofotometer UV-Vis Pengukuran pigmen klorofil dan karotenoid
Bahan
Whatman paper grade 42: 2.5 μm Memisahkan sel dari air laut
(slow filter paper)
Aluminium foil Pembungkus sampel hasil saring
Aseton pigmen extraction Pelarut pigmen
Prosedur Penelitian
Analisa Data
Tabel 13 Nilai rerata pengukuran dan simpangan baku ketersediaan cahaya dan
serapan spektrofotometri untuk klorofil-a, klorofil b-dan karotenoid 5
dari stasiun penelitian di Perairan Selat Bali
Stasiun/ Intensitas Cahaya Klorofil-a Klorofil-b Karotenoid
waktu (Lux) (663nm) (645nm) (470nm)
1.pa 4356.7±440.5 0.004±0.004 0.003±0.003 0.023±0.002
1.si 9883.3±5.8 0.001±0.001 0.007±0.001 0.014±0.006
1.so 753.3±125.8 0.003±0.002 0.007±0.001 0.021±0.011
2.pa 8296.7±524.4 0.002±0.003 0.001±0.001 0.008±0.009
2.si 9263.3±168.6 0.004±0.003 0.003±0.002 0.037±0.010
2.so 516.7±32.1 0.001±0.000 0.005±0.002 0.004±0.002
3.pa 2603.3±567.0 0.006±0.002 0.003±0.000 0.107±0.015
3.si 9340.0±112.7 0.129±0.029 0.014±0.004 0.042±0.006
3.so 870.0±17.3 0.064±0.002 0.030±0.015 0.185±0.006
4.pa 463.3±28.9 0.037±0.006 0.010±0.001 0.180±0.002
4.si 8753.3±234.6 0.052±0.004 0.015±0.003 0.080±0.005
4.so 90.0±0.0 0.036±0.004 0.024±0.001 0.231±0.003
5.pa 5726.7±666.7 0.033±0.004 0.009±0.002 0.203±0.004
5.si 9183.3±90.2 0.077±0.006 0.027±0.003 0.134±0.006
5.so 120.0±10.0 0.026±0.005 0.038±0.001 0.206±0.008
(1,2,3,4,5) = stasiun, pa = pagi, si = siang, so = sore
Hasil analisis korelasi kanonik data pada Tabel 13 diperoleh nilai matriks
korelasi sebagaimana disajikan pada Tabel 14.
Dari Tabel 14 terlihat bahwa jika intensitas cahaya diturunkan maka akan
meningkatkan pembentukan karotenoid dan juga klorofil-b; sedangkan
pembentukan klorofil a tidak signifikan meningkat dengan meningkatnya
ketersediaan cahaya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Pradana et al. (2017)
yang menyimpulkan bahwa intensitas cahaya yang berbeda tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan mikroalga Dunaliella sp., sedangkan intensitas cahaya lebih
berpengaruh terhadap pembentukan kandungan pigmen karotenoid pada mikroalga
Dunaliella sp. Indrastuti et al. (2014) mengemukakan bahwa intensitas cahaya dari
lampu 16 watt, 23 watt, dan 45 watt tidak berpengaruh pada pertumbuhan dan
kandungan klorofil Spirulina platensis. Intensitas cahaya yang terbaik pada
pertumbuhan Spirulina. platensis adalah pada lampu 23 watt yang terlihat dari
kandungan klorofil paling tinggi dibandingkan dengan intensitas cahaya dari lampu
16 watt dan 45 watt.
Korelasi negatif antara intensitas cahaya dengan pembentukan pigmen
klorofil-b dan karotenoid pada Tabel 14 menunjukkan bahwa pembentukan pigmen
klorofil-b dan pigmen karotenoid akan terbentuk secara optimum pada intensitas
cahaya rendah. Pelah et al. (2004) mengemukakan bahwa karotenoid jenis
astaxhantin meningkat konsentrasinya pada stress intensitas cahaya rendah yang
dihasilkan oleh mikroalga spesies Chlorella zofingiensis.
Pembentukan pigmen klorofil-a berpengaruh positif terhadap pembentukan
klorofil-b, bilamana dibandingkan dengan pembentukan pigmen karotenoid.
Penelitian ini sesuai dengan Beneragama dan Goto (2010) yang mengemukakan
bahwa rasio antara kloforil-a dan klorofil-b meningkat pada kondisi cahaya rendah
pada mikroalga spesies Euglena gracilis. Pembentukan pigmen klorofil-b
berkorelasi secara nyata terhadap pembentukan pigmen karotenoid dengan nilai
korelasi sebesar 0.681. Semakin tinggi pembentukan pigmen klorofil-b, maka
pembentukan pigmen karotenoid semakin besar pula.
Berdasarkan hasil analisis korelasi kanonik (Gambar 7) tampak bahwa
informasi yang menggambarkan hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat dibentuk oleh satu sumbu utama (F1) dengan akar ciri kumulatif sebesar
100%. Hal ini bermakna bahwa informasi yang didapatkan dari analisis dengan
menggunakan satu sumbu tersebut sebesar 100% dari total informasi.
Gambar 7 menunjukkan bahwa terdapat 2 kelompok yang terbentuk, yaitu F1
positif dibentuk oleh karakter pigmen klorofil-b dengan nilai korelasi kanonik
0.4512 dan pigmen karotenoid dengan nilai korelasi kanonik 0.7419. Kelompok F1
negatif dibentuk oleh karakter intensitas cahaya matahari dengan nilai korelasi
kanonik -1 dan pigmen klorofil-a dengan nilai korelasi kanonik -0.3982 (Tabel 15).
Hubungan ini secara nyata dikuatkan oleh hasil uji korelasi kanonik dengan nilai
R-adj. = 0.6107 dan P<F = 1%.
29
0,75
0,5
0,25
F2 (0.00 %)
-0,5
-0,75
-1
F1 (100.00 %)
Gambar 7 Hasil analisis korelasi kanonik antara intensitas cahaya dan pigmen
fotosintetik
Y1 = Y2
-0.753 klorofil-a + 0.271 klorofil-b + 0.7782 karotenoid = - intensitas cahaya
30
Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa intensitas cahaya matahari
yang rendah lebih berpengaruh terhadap pembentukan pigmen karotenoid (korelasi
kanonik 0.7419) dan pigmen klorofil-b (korelasi kanonik 0.4512 dibandingkan
dengan pembentukan pigmen klorofil-a (korelasi kanonik 0.3982). Pigmen
karotenoid dan klorofil-b akan terbentuk secara optimum pada intensitas cahaya
rendah
31
Pendahuluan
Gambar 8 Struktur kimia dari beberapa karotenoid yang diproduksi oleh alga
(Fretes et al. 2012)
pengganti sel-sel yang rusak (Fretes et al. 2012). Hal inilah yang menyebabkan
kebutuhan akan antioksidan yang berasal dari karotenoid, terus meningkat dan
semakin banyak dilakukan penelitian untuk mencari sumber-sumber organisme
yang mampu memproduksi karotenoid dalam jumlah banyak yang salah satu
sumber karotenoid adalah berasal dari mikroalga perairan. Penelitian ini membahas
mengenai komposisi turunan karotenoid difokuskan pada pigmen karotenoid
terutama β-karoten, astaxanthin, lutein, yang merupakan turunan pigmen
fotosintetik pada perairan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
kandungan dan komposisi pigmen karotenoid mikroalga dari Perairan Selat Bali,
dalam kaitan spasial dan temporal sehingga dapat memproyeksikan potensinya
sebagai penghasil bahan aktif senyawa pigmen alami.
Metode Penelitian
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Perairan Selat Bali, Indonesia, yang didasarkan dari
hasil penelitian I pada BAB 2, menunjukkan bahwa nilai karotenoid tinggi berada
pada Stasiun 3, Stasiun 4, dan stasiun 5. Sampel yang dianalisis lebih lanjut diambil
dari 3 stasiun, yaitu, Stasiun 3 berada di Penyebrangan Gilimanuk – Ketapang (LS
08°08’54.0” BT 114°24’05.9”), Stasiun 4 berada di Pelabuhan Muncar (LS
08°25’51.1” BT 114°21’21.0”), dan Stasiun 5 berada di Teluk Pang-Pang (LS
08°30’01.0” BT 114°22’28.7”). Stasiun 3 merupakan alur pelayaran lintasan kapal
penyeberangan, Stasiun 4 merupakan area penangkapan ikan dan industri
perikanan, sedangkan Stasiun 5 merupakan teluk dan muara sungai, dimana
pengaruh air laut dan tawar berfluktuasi atau bisa sama dominannya tergantung dari
pasang surut dan masukan aliran air tawar, sehingga nutrien dari daratan
terakumulasi di teluk. Pada setiap stasiun penelitian dilakukan pengambilan sampel
masing-masing sebanyak tiga kali.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada musim timur, bulan Agustus 2017.
Pengambilan sampel mikroalga dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 – 08.00 WIB,
pada siang hari pukul 11.00 – 13.00 WIB, pada sore hari pukul 16.00-18.00 WIB,
terkait ketersediaan cahaya matahari yang dibutuhkan oleh mikroalga dalam
melaksanakan fotosintesis.
Tabel 17 Alat dan bahan yang digunakan untuk ekstraksi dan pengukuran pigmen
Peralatan Keterangan
Jaring plankton Wildco 12” 100 μm Menyaring mikroalga
Nitex® mesh, P tali =2 M
Botol sampel Menyimpan sampel hasil saring
Tabung Reaksi Menyimpan larutan ekstrak
Freezer/ Cold storage Menyimpan sampel beku
Centrifuge Memecah sel (menghancurkan dinding sel)
Spektrofotometer UV-Vis Pengukuran pigmen klorofil dan karotenoid
HPLC Pengukuran pigmen ß- karoten, astaxanthin
lutein
Bahan
Whatman paper grade 42: 2.5 μm Memisahkan sel dari air laut
(slow filter paper)
Aseton pigmen extraction Pelarut pigmen
Prosedur Penelitian
Centrifuge pada 3500 rpm selama 5 menit untuk mendapatkan pelet bahan sel.
Transfer supernatan ke labu volumetrik. Setelah semua supernatan dikumpulkan
dalam labu volumetrik, bawa volumenya 25 mL dengan aseton. Tutup labu dan
balikkan perlahan untuk mencampur. Pipet alikuot (5-7 mL) ke tabung bersih dan
centrifuge selama 5 menit pada 3500 rpm untuk menghilangkan partikel apa pun
yang mungkin terbawa dalam transfer. Baca serapan maksimum (sekitar 471-477
nm) terhadap aseton kosong pada spektrofotometer. Jika daya serapnya lebih besar
dari 1.25 maka sampel dilarutkan kembali dengan aseton dan sesuaikan perhitungan
untuk pengenceran (pembacaan serapannya linear antara 0.25 dan 1.25).
Pengenceran 1: 7 (ekstrak astaxanthin 1 bagian menjadi 6 bagian aseton) biasanya
akan menyesuaikan daya serap akhir dalam jumlah jarak yang tepat.
Lanjut ke Bagian 2 untuk hidrolisis ester karotenoid: Pengoperasian HPLC
dengan standar dan sampel, laju aliran: 1.2 mL / menit, Running solvent: hexane /
aseton isokratik (82:18 v / v), volume injeksi (ukuran lingkaran): 20 ul, kolom:
kolom silika analitik Luna 3 um dapat digunakan (Phenomenex part # 00F4162-E0)
atau, LiChrosorb 5 um silika 60 kolom HPLC (250mm x 4.0mm) dengan bahan
kolom pelindung serupa. Jalankan waktu: 10-15 menit Batas deteksi: 0,1 ppm
dalam umpan waktu retensi (sedikit berbeda dengan menjalankan pelarut dan
kondisi lainnya): Beta-karoten: 1,4 menit, Lutein: 8.6 menit.
Analisa Data
Tabel 18 Nilai rerata pengukuran dan simpangan baku kandungan turunan pigmen
karotenoid penting perairan pada 3 lokasi di Perairan Selat Bali
Stasiun/ Karotenoid β-karoten Astaxanthin Lutein
waktu (ppm) (ppm) (ppm) (ppm)
St 3 pagi 0.43±0.06 0.015±0.004 0.010±0.001 0.013±0.002
St 3 siang 0.17±0.02 0.005±0.001 0.003±0.001 0.001±0.001
St 3 sore 0.74±0.03 0.018±0.013 0.014±0.001 0.022±0.001
St 4 pagi 0.72±0.01 0.035±0.001 0.031±0.000 0.020±0.001
St 4 siang 0.32±0.02 0.017±0.001 0.012±0.001 0.007±0.002
St 4 sore 0.92±0.01 0.044±0.001 0.032±0.001 0.021±0.008
St 5 pagi 0.81±0.02 0.038±0.001 0.031±0.002 0.020±0.000
St 5 siang 0.54±0.02 0.273±0.000 0.019±0.001 0.015±0.001
St 5 sore 0.82±0.03 0.038±0.000 0.036±0.002 0.022±0.001
(3,4,5) = stasiun, pa = pagi, si = siang, so = sore
sebagai pelindung photooksidan dari kelebihan cahaya dan cahaya rendah yang
diserap oleh mikroalga di permukaan perairan.
3
Betakaroten
2 Astaxanthin
F2 (15.03 %)
5.pa
5.si 5.pa
1 5.si5.si 5.pa
3.Si 4.si 4.si 4.so
4.so 4.so
3.Si 4.si 4.pa 5.so
0
3.Si 4.pa 4.pa 5.so
5.so
-1 3.pa3.pa
3.so
3.so Lutein
3.pa
-2
3.so
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
F1 (79.66 %)
Gambar 9 Hasil analisis komponen utama sebaran turunan pigmen karotenoid (β-
karoten, lutein, dan astaxanthin) perairan di lokasi penelitian, (3,4,5) =
stasiun, pa = pagi, si = siang, so = sore
Gambar 10 Hasil analisis komponen utama asi penelitian, (
spp. Namun hasil penelitian yang disampaikan oleh Pisal dan Lele (2005),
mengemukakan bahwa β-karoten meningkat pada paparan Irradiasi dan suhu tinggi.
Lebih lanjut Fu et al. 2013 menyampaikan bahwa kombinasi antara cahaya merah
dengan cahaya biru dapat meningkatkan pembentukan pigmen β-karoten dan lutein.
Benavente-vades et al. (2016) menjelaskan lebih jauh bahwa fotoperiode dan
intensitas cahaya memberikan pengaruh terhadap pembentukan β-karoten dan
lutein pada kultur Dunalliella salina dan Spirulina platensis. Peningkatan paparan
cahaya dapat meningkatkan pembentukan pigmen. Guyon et al. 2018
menambahkan bahwa faktor pembatas cahaya atau pengaruh cahaya rendah serta
fluktuasi perubahan cahaya dapat meningkatkan pembentukan astaxanthin
Kelompok kedua pada sumbu F1 negatif pada cahaya matahari memiliki nilai
tinggi dengan korelasi sebesar (-0.6346). Intensitas cahaya yang tinggi pada siang
hari di masing masing stasiun memberikan pengaruh pembentukan pigmen perairan
turunan karotenoid sangat kecil, baik di Stasiun 3, Stasiun 4 maupun Stasiun 5 dan
di Stasiun 3 pada pagi hari. Kelompok ke 3, pada sumbu F2 positif, Stasiun 3 pada
sore hari dan pagi lebih dicirikan oleh faktor lainnya, begitu juga pada Kelompok
4, sumbu (F2) negatif juga menginformasikan bahwa pada siang hari di Stasiun 5
juga dicirikan oleh faktor lain.
Tabel 20 Nilai rasio turunan pigmen karotenoid penting perairan pada 3 lokasi di
Perairan Selat Bali
Stasiun/ waktu β-karoten Astaxanthin Lutein
St 3 pagi 0.03 0.67 1.30
St 3 siang 0.03 0.60 0.33
St 3 sore 0.02 0.78 1.57
St 4 pagi 0.05 0.89 0.65
St 4 siang 0.05 0.71 0.58
St 4 sore 0.05 0.73 0.66
St 5 pagi 0.05 0.82 0.65
St 5 siang 0.51 0.07 0.79
St 5 sore 0.05 0.95 0.61
Rasio turunan karotenoid 0.09 0.68 0.79
(3,4,5) = stasiun, pa = pagi, si = siang, so = sore
39
Keterkaitan antara cahaya dan rasio turunan pigmen karotenoid pada Gambar
10, menunjukkan bahwa pembentukan pigmen β-karoten membutuhkan cahaya
yang lebih tinggi dengan nilai korelasi kanonik sebesar (0.2855), sedangkan pigmen
lutein dan astaxanthin terbentuk pada intensitas cahaya yang lebih rendah, lutein
memiliki nilai korelasi kanonik sebesar 0.4265 dan astaxanthin memiliki nilai
korelasi kanonik 0.2974.
0,75
0,5
0,25
F2 (0.00 %)
-0,5
-0,75
-1
F1 (100.00 %)
Gambar 10 Analisis korelasi kanonik antara Intensitas cahaya dan turunan pigmen
karotenoid
Simpulan
Sebaran pigmen karotenoid di Perairan Selat Bali secara temporal baik pada
waktu pagi, siang dan sore hari berbeda secara signifikan, pembentukan pigmen
karotenoid perairan secara optimal terjadi pada sore hari. Kandungan pigmen
perairan turunan karotenoid (β-karoten, lutein, dan astaxanthin) memiliki nilai
tinggi pada pagi dan sore hari di Stasiun 4 dan Stasiun 5 yang dicirikan dengan
intensitas cahaya rendah. Rasio pigmen karotenoid terbentuk dari pigmen β-karoten
sebesar 0.09, asataxanthin 0.68 dan lutein sebesar 0.79. Pembentukan pigmen β-
karoten membutuhkan cahaya yang lebih tinggi dengan nilai korelasi kanonik
sebesar (0.2855), sedangkan pigmen lutein terbentuk pada intensitas cahaya yang
lebih rendah memiliki nilai korelasi kanonik sebesar 0.4265 dan astaxanthin
memiliki nilai korelasi kanonik 0.2974.
40
5 PEMBAHASAN UMUM
Karakteristik lingkungan perairan sebagai habitat bagi mikroalga dicirikan
oleh parameter-parameter fisika-kimiawi di perairan yang meliputi suhu, salinitas,
DO, ketersediaan cahaya matahari, nitrat, amoniak dan fosfat. Secara garis besar,
heterogenitas lingkungan perairan sangat berpengaruh terhadap keberadaan
mikroalga laut, yang meliputi, distribusi dan kelimpahan serta kemampuan
menghasilkan metabolit sekunder.
Di perairan yang dekat dengan daratan pulau besar, kandungan nutrien, baik
amoniak maupun nitrat sangat melimpah bilamana dibandingkan dengan pulau-
pulau berpasir yang berada di Pulau Tabuhan maupun di Pulau Menjangan. Daratan
pulau besar yang berada di Selat Bali, Penyebrangan Ketapang-Gilimanuk, Muncar
mapun Teluk Pang-Pang memiliki karakteristik yang berbeda pula, semakin dekat
dengan tingginya aktivitas antropogenik, kandungan nitrat yang berada di daerah
pertemuan arus yang ada di Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk juga semakin
meningkat dengan adanya reaksi nitrifikasi akibat fluktuasi oksigen tinggi di
perairan berarus, selain itu pengaruh dari posisi teluk yang berada di Teluk Pang-
Pang mempengaruhi keberadaan kandungan amoniak yang semakin tinggi.
Amoniak merupakan molekul terkecil tersimpan dengan baik yang umumnya lebih
melimpah di perairan yang lebih tenang.
Aryawati dan Toha (2011) mengemukakan tingginya kandungan nitrat dan
amoniak berkorelasi positif terhadap kandungan klorofil-a di perairan, sehingga
kandungan klorofil-a lebih banyak ditemukan di perairan estuaria bilamana
dibandingkan dengan perairan yang lebih terbuka. Lebih lanjut Marlian et al. (2015)
mengemukakan bahwa perairan-perairan yang dekat dengan daratan (sungai,
muara, dan pinggir teluk) memiliki kandungan unsur hara tinggi yang diikuti pula
dengan tingginya sebaran horizontal klorofil-a, dan perairan yang jauh dari daratan
(tengah teluk dan terluar dari teluk) memiliki kandungan unsur hara rendah yang
diikuti juga dengan rendahnya sebaran horizontal klorofil-a. Unsur hara tersebut
berasal dari daratan, sehingga memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap
kesuburan perairan terutama terhadap biomassa mikroalga sebagai fitoplankton
(klorofil-a) di perairan teluk. Nilai kandungan klorofil-a yang tinggi pada Stasiun 5
(Teluk Pang-Pang) juga diduga terkait dengan lokasi penelitian yang terletak di
kawasan vegetasi mangrove, daerah pertambakan dan merupakan daerah teluk
sebagaimana terlampir pada Lampiran 1.
Kawasan vegetasi mangrove di Teluk Pang-Pang memberikan konstribusi
kandungan nutrien yang lebih tinggi ke perairan. Serasah daun mangrove yang jatuh
ke perairan mengalami dekomposisi dan pelapukan sehingga dapat memberikan
tambahan nutrien bagi pertumbuhan fitoplankton. Serasah tumbuhan mangrove
juga merupakan sumber karbon dan nitrogen bagi hutan itu sendiri dan perairan
sekitarnya (Hidayah et al. 2016). Tingginya kandungan nutrien yang berada di
kawasan mangrove yang ada di Teluk Pang-Pang dimanfaatkan oleh fitoplankton
untuk melakukan fotosintesis maupun replikasi pertumbuhannya, bahkan
produktivitas fitoplankton di perairan mangrove dapat empat kali lebih tinggi
daripada di lautan terbuka (Haryadi dan Hadiyanto 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Safitri et al. (2014)
mengemukakan bahwa pada bulan Mei - Agustus, kelimpahan klorofil-a paling
banyak di perairan selatan Selat Bali yang terhubung langsung dengan Samudera
41
klorofil yang efektif umumnya diperlukan intensitas cahaya optimum. Cahaya yang
intensitasnya terlalu kuat akan merusak klorofil dalam reaksi yang disebut
photooxidation (Riyono 2007), sehingga di Stasiun Muncar dan Stasiun Teluk
Pang-Pang nilai klorofil dan karotenoidnya mempunyai nilai serapan tinggi
dikarenakan Intensitas cahaya matahari rendah. Rendahnya intensitas cahaya di
Teluk Pang-Pang disebabkan karen adanya banyak naungan dan lindungan dari
kanopi ekosistem mangrove yang berada da pinggiran Teluk Pang-Pang. Semakin
rendah nilai ketersediaan cahaya matahari justru memberikan pengaruh terhadap
pembentukan karotenoid secara optimal. Pembentukan pigmen klorofil-b dan
pigmen karotenoid terbentuk secara optimal pada intensitas cahaya rendah. Pelah
et al. (2004) mengemukakan bahwa karotenoid jenis astaxhantin meningkat
konsentrasinya pada stres intensitas cahaya rendah.
Pembentukan pigmen klorofil-a berpengaruh positif lebih tinggi terhadap
pembentukan klorofil-b, dibandingkan dengan pembentukan pigmen karotenoid.
Penelitian ini didukung oleh Beneragama dan Goto (2010) mengemukakan bahwa
rasio antara klorofil-a : b meningkat pada kondisi cahaya rendah. Hubungan
keterkaitan antara ketersediaan cahaya matahari dengan konsentrasi pigmen di
Perairan Selat Bali menunjukkan bahwa karakter intensitas cahaya matahari
berpengaruh signifikan terhadap pembentukan karotenoid dengan nilai korelasi
negatif sebesar 0.7419. Korelasi negatif ini menunjukkan bahwa pembentukan
pigmen karotenoid dan klorofil-b akan terbentuk secara optimal pada intensitas
cahaya rendah.
Sebaran pigmen karotenoid di perairan selat Bali secara temporal baik pada
waktu pagi, siang dan sore hari berbeda secara signifikan. Sebaran kandungan
karotenoid perairan banyak ditemukan pada waktu sore hari. Kandungan pigmen
perairan turunan karotenoid (β-karoten, lutein, dan astaxanthin) memiliki nilai
tinggi pada pagi dan sore hari di Stasiun 4 dan Stasiun 5 yang dicirikan dengan
intensitas cahaya rendah. Adapun data tentang pigmen karotenoid beserta
turunannya disajikan secara lengkap pada Lampiran 7. Rasio pigmen karotenoid
terbentuk dari pigmen β-karoten sebesar 0.09, asataxanthin 0.68 dan lutein sebesar
0.79. Pembentukan pigmen β-karoten membutuhkan cahaya yang lebih tinggi
dengan nilai korelasi kanonik sebesar 0.2855, sedangkan pigmen lutein terbentuk
pada intensitas cahaya yang lebih rendah memiliki nilai korelasi kanonik sebesar
0.4265 dan astaxanthin memiliki nilai korelasi kanonik 0.2974.
44
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Gray DW, Lewis LA, Cardon ZG. 2007. Photosynthetic recovery following
desiccation of desert green algae (Chlorophyta) and their aquatic relatives.
Plant, Cell and Environment. 30: 1240–1255. doi:10.1111/j.1365-
3040.2007.01704.x.
Guyon B, Vergé V, Schatt P, Lozano JC, Liennard M, Bouget F-Y, 2018.
Comparative Analysis of Culture Conditions for the Optimization of
Carotenoid Production in Several Strains of the Picoeukaryote Ostreococcus.
Mar. Drugs 16, 76. doi:10.3390/md16030076.
Hamuna B, Tanjung RHR, Suwito, Maury HK. 2018.Konsentrasi amoniak, nitrat
dan phospat di perairan Depapre, Kabupaten Jayapura. EnviroScienteae. 14:
8-15.
Hartmann P. 2014. Effect of hydrodynamics on light utilization in large scale
cultures of microalgae, Ecole Doctorale Stic, Universite De Nice-Sophia
Antipolis.
Haryadi J, Hadiyanto. 2012. Correlation of dissolve nutrient to plankton community
structure in mangrove pond Blanakan, Subang Regency. JPSL. 2: 73-84.
Hatta M. 2014. Hubungan antara parameter oseanografi dengan kandungan
klorofil–a, pada musim timur di perairan utara Papua. Torani. Jurnal Ilmu
Kelautan dan Perikanan. 24 (3).
Henriksen P, Riemann B, Kaas H, Sørensen HM, Sorensen HL. 2002. Effects of
nutrient-limitation and irradiance on marine fitoplankton pigments. J
Plankton. Res 24:835–858.
Henriques M, Silva A, Rocha J. 2007. Extraction and quantification of pigments
from a marine microalga: a simple and reproducible method, Communicating
Current Research and Educational Topics and Trends in Applied
Microbiology, A. Mendez-Vilaz (Ed) Formatex. 2007: 586-593.
Heydarizadeh P, Poirier I, Loizeau D, Ulmann L, Mimouni V, Schoefs B, Bertrand
M. 2013. Plastids of marine fitoplankton produce bioactive pigments and
lipids. Marine drugs. ISSN 1660-3397. doi:10.3390/md11093425.
Hidayah G, Wulandari SY, Zainuri M. 2016. Studi Sebaran Klorofil-a Secara
Horizontal di Perairan Muara Sungai Silugonggo Kecamatan Batangan, Pati.
Buletin Oseanografi Marina. 5: 52–59.
Himelda, Wiyono ES, Purbayanto A, Mustaruddin. 2011. Analysis of the Sardine
Oil (Sardinella lemuru Bleeker 1853) Resources in Bali Strait. Marine
Fisheries 2 (2): 165-176.
Hirschberg J, Cohen M, Harker M, Lotan T, Mann V, Pecker I. 1997. Molecular
genetics of the carotenoid biosynthesis pathway in plants and algae. Pure and
Appl Chem. 10: 2151.
Holt NE, Zigmantas D, Valkunas L, Li XP, Niyogi KK, Fleming GR. 2005.
Carotenoid formation and the regulation of photosynthetic light harvesting.
Science. 307:433–436. doi:org/10.1126/science.1105833.
Hosikian A, Lim S, Halim R, Danquah MK. 2010. Chlorophyll extraction from
microalgae: A review on the process engineering aspects. IJ. Chemical
Engineering. 10: 1-11. doi:org/10.1155/2010/391632.
Husein F, Shah SZ, Khan MS, Muhammad W, Ali S, Zhou W, Ruan R. 2014.
Influence of ammonia-nitrogen on the diversity of microalgae in clean and
highly concentrated wastewater. J. Bio. & Env. Sci. 4 (4) : 418-421.
49
LAMPIRAN
55
Lokasi Penelitian
Lampiran 1 (Lanjutan)
Eigenvectors:
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9
Suhu (0C) -0.1681 0.5927 0.1598 -0.0657 -0.5616 0.1354 0.1378 0.1459 0.4654
Salinitas (Psu) -0.4540 -0.0544 -0.3223 -0.2653 0.1684 0.1684 0.1757 0.7132 -0.1429
DO (mg/L) 0.2543 0.5108 0.0900 -0.4846 0.1339 -0.5229 -0.0478 0.0929 -0.3594
Fosfat (mg/L) -0.0550 0.4944 -0.1924 0.5734 0.4460 -0.0083 0.4200 -0.0893 -0.0581
Amoniak (mg/L) 0.3269 -0.2000 -0.4755 -0.2239 -0.3153 -0.0877 0.6634 -0.1722 0.0071
Nitrat (mg/L) -0.1368 -0.1442 0.6315 -0.3340 0.3581 0.1196 0.5109 -0.1434 0.1612
klorofil-a (663nm) 0.3696 -0.2174 0.3709 0.4121 -0.1571 -0.2978 0.1983 0.5967 -0.0076
klorofil-b (645nm) 0.4712 0.1769 0.1161 -0.0535 -0.0354 0.7511 -0.0015 0.0984 -0.3941
karotenoid (470nm) 0.4623 0.0321 -0.2225 -0.1651 0.4310 0.0712 -0.1760 0.1938 0.6701
Factor loadings:
F1 F2 F3 F4 F5
Suhu (0C) -0.3081 0.7635 0.2011 -0.0657 -0.5116
Salinitas (Psu) -0.8323 -0.0701 -0.4055 -0.2650 0.1534
DO (mg/L) 0.4661 0.6581 0.1133 -0.4840 0.1220
Fosfat (mg/L) -0.1008 0.6368 -0.2421 0.5727 0.4063
Amoniak (mg/L) 0.5993 -0.2576 -0.5984 -0.2236 -0.2872
Nitrat (mg/L) -0.2507 -0.1857 0.7946 -0.3336 0.3263
klorofil-a (663nm) 0.6775 -0.2800 0.4668 0.4116 -0.1431
klorofil-b (645nm) 0.8637 0.2279 0.1460 -0.0535 -0.0322
karotenoid (470nm) 0.8475 0.0413 -0.2800 -0.1649 0.3927
Lampiran 2 (Lanjutan)
Factor scores:
Observation F1 F2 F3 F4 F5
St 1 pagi -2.2114 -0.8270 -0.6993 0.7436 0.4305
St 1 siang -1.4076 -0.0079 0.7141 -0.9720 -0.3851
St1 sore -1.8763 0.4603 0.0534 0.4820 0.1090
St 2 pagi -2.2243 -0.9655 0.0095 -0.3333 -0.2402
St 2 siang -1.4575 1.3980 -1.7117 1.6319 -0.7927
St 2 sore -1.7548 2.0051 1.2250 -1.7378 -0.7526
St 3 pagi -1.3780 -1.4476 -0.1506 -0.6389 0.8310
St 3 siang 0.9891 -1.2986 2.5126 1.5248 -0.8694
St 3 sore 2.3774 0.0462 1.8304 -0.3192 0.4845
St 4 pagi 0.5111 -1.6393 -0.4244 -0.7026 1.5589
St 4 siang 0.0938 0.7002 0.3644 0.9768 0.1924
St 4 sore 1.7103 2.3896 -0.1010 0.6459 1.9097
St 5 pagi 1.9262 -0.8209 -2.4387 -0.6052 -0.4965
St 5 Siang 2.4191 -1.0167 -0.3967 0.4051 -1.0863
St 5 sore 2.2829 1.0241 -0.7870 -1.1010 -0.8934
59
Lampiran 2 (Lanjutan)
Weights, distances and squared distances to the origin, inertias and relative inertias
(rows):
Weight (relative) Distance Sq-Distance Inertia Relative inertia
st.1-pagi 0.0834 0.8449 0.7139 0.05958 0.0332
St.1-siang 0.0466 0.9057 0.8203 0.03822 0.0213
st.1-sore 0.0403 0.8253 0.6811 0.02747 0.0153
st.2-pagi 0.0981 0.7524 0.5661 0.05551 0.0309
St.2-siang 0.0515 0.7748 0.6003 0.03089 0.0172
st.2-sore 0.0236 1.1046 1.2202 0.02885 0.0161
st.3-pagi 0.0403 2.0225 4.0903 0.16498 0.0919
St.3-siang 0.1787 1.3273 1.7617 0.31485 0.1755
st.3-sore 0.1147 1.0429 1.0876 0.12479 0.0695
st.4-pagi 0.0702 1.0239 1.0483 0.07363 0.0410
St.4-siang 0.0445 2.3882 5.7035 0.25384 0.1415
st.4-sore 0.0438 0.9024 0.8144 0.03568 0.0199
st.5-pagi 0.0654 1.5336 2.3519 0.15374 0.0857
St.5-siang 0.0278 1.6914 2.8609 0.07958 0.0443
st.5-sore 0.0709 2.2302 4.9738 0.35280 0.1966
Lampiran 3 (Lanjutan)
Weights, distances and squared distances to the origin, inertias and relative inertias
(columns):
Relative
Weight (relative) Distance Sq-Distance Inertia inertia
Bacteriastrum elongatum 0.1266 0.8527 0.7270 0.0920 0.0513
Trieres chinensis 0.0236 1.3629 1.8575 0.0439 0.0245
Chaetoceros gracilis 0.0341 3.0460 9.2782 0.3162 0.1762
Fragilariopsis cylindrus 0.1787 1.5728 2.4738 0.4421 0.2464
Leptocylindrus danicus 0.0257 2.7866 7.7652 0.1998 0.1113
Navicula distans 0.0751 1.2008 14419 0.1083 0.0603
Rhizosolenia hebetata 0.3943 0.5315 0.2825 01114 0.0621
Thalassiothrix fravenfeldii 0.0362 1.3306 1.7704 0.0640 0.0357
Tripos longisimus 0.0431 2.5517 6.5111 0.2807 0.1564
Tripos lunula 0.0626 1.4740 2.1726 0.1360 0.0758
62
Lampiran 3 (Lanjutan)
Spesies/ml
Leptocylindrus
Fragilariopsis
Thalassiothrix
Bacteriastrum
Tripos lunula
fravenfeldii
Rhizosolenia
Chaetoceros
longisimus
elongatum
chinensis
cylindrus
hebetata
danicus
gracilis
Navicula
distans
Trieres
Tripos
Stasiun /
Musim
BACILLARIOPHYCEAE DINOPHYCEAE
St. 1. 1 (pagi) 19 7 36 7
St. 1. 2 (pagi) 18 24
St. 1. 3 (pagi) 8 1
St. 1. 1 (siang) 11 4 31
St. 1. 2 (siang) 10 4
St. 1. 3 (siang) 7
St. 1. 1 (sore) 8 7 18 1
St. 1. 2 (sore) 16
St. 1. 3 (sore) 8
St. 2. 1 (pagi) 21
St. 2. 2 (pagi) 11 3
St. 2. 3 (pagi) 8 4
St. 2. 1 (siang) 15 3 21
St. 2. 2 (siang) 19 8
St. 2. 3 (siang) 8
St. 2. 1 (sore)
St. 2. 2 (sore) 8 9
St. 2. 3 (sore) 17
St. 3. 1 (pagi) 7 1 4 1
St. 3. 2 (pagi) 13 18 4
St. 3. 3 (pagi) 2 8
St. 3. 1 (siang) 53 3 19
St. 3. 2 (siang) 11 3 121 5 4
St. 3. 3 (siang) 12 2 16 8
St. 3. 1 (sore) 4 15 13 2
St. 3. 2 (sore) 2 17 19
St. 3. 3 (sore) 2 83 4 2 2
St. 4. 1(pagi) 6 8
St. 4. 2(pagi) 2 4 21 17 3
St. 4. 3(pagi) 8 2 6 21 3
St. 4. 1(siang) 4 17 24
St. 4. 2(siang) 3 6
St. 4. 3(siang) 7 3
St. 4. 1(sore) 7 3 3 13
St. 4. 2(sore) 3 4 2
St. 4. 3(sore) 1 7 16 4
St. 5. 1(pagi) 4 2
St. 5. 2(pagi) 6 8 16 24 8
St. 5. 3(pagi) 3 2 11 4 6
St. 5. 1(siang) 2 11 6 4
St. 5. 2(siang) 2 6
St. 5. 3(siang) 3 6
St. 5. 1(sore) 24 17 4
St. 5. 2(sore) 12 3
St. 5. 3(sore) 3 17 4 18
64
RIWAYAT HIDUP