MEYDY ANJARSARI
Meydy Anjarsari
NIM D14120002
ABSTRAK
MEYDY ANJARSARI. Karakteristik Sosis dengan Penambahan Ekstrak Kulit Buah
Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) Selama Penyimpanan Suhu Ruang. Dibimbing oleh
IRMA ISNAFIA ARIEF dan M. SRIDURESTA S.
Penggunaan nitrit sebagai salah satu bahan pewarna dalam pembuatan sosis
memiliki dampak negatif jika terakumulasi dalam tubuh. Salah satu bahan yang
berpotensi untuk dijadikan sebagai pewarna organik adalah kulit buah naga merah.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji sifat fisik, mikrobiologi, dan organoleptik sosis
daging sapi yang diberi penambahan ekstrak kulit buah naga sebagai pewarna alami
dalam penyimpanan suhu ruang. Kulit buah naga merah yang diekstrak dengan metode
maserasi yang dilarutkan dalam aquades pH 5. Hasil ekstraksi tersebut ditambahkan
dalam bentuk es sebagai pengganti penggunaan es batu dalam pembuatan sosis.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
pola faktorial. Faktor pertama adalah taraf pemberian ekstrak kulit buah naga merah pada
taraf 0% dan 40%. Faktor kedua adalah lama penyimpanan pada 0, 5, 10, 15, dan 20 jam.
Peubah yang diamati antara lain sifat fisik, mikrobiologi, dan organoleptik. Berdasarkan
hasil penelitian penambahan ekstrak kulit buah naga merah tidak berpengaruh (P>0.05)
terhadap sifat fisik dan mikrobiologi sosis daging sapi. Lama penyimpanan berpengaruh
(P<0.05) terhadap nilai aw, angka total lempeng dan daya serap air sosis daging sapi. Hasil
organoleptik menunjukkan bahwa penambahan ekstrak kulit buah naga merah dan lama
penyimpanan berpengaruh (P<0.05) terhadap warna, rasa dan kekenyalan.
.
Kata kunci: kulit buah naga merah, sosis
ABSTRACT
The use of nitrite as a coloring agent in the manufacture of sausages have a negative
impact if it accumulates in the body. One of the materials have potential to be used as
organic dyes are red dragon fruit skin. This study aimed to test the physical properties,
microbiological and organoleptic beef sausages by the addition of dragon fruit peel
extract as a natural dye in storage at room temperature. Peel of red dragon fruit extracted
by maceration method which was dissolved in distilled water extraction pH 5. Extract
were added in the frozen form.The design used in this study is completely randomized
design (CRD) factorial design. The first factor was the level of extract of red dragon fruit
skin at the level of 0% and 40%. The second factor was the storage time at room
temperature of 0, 5, 10, 15 and 20 hours. Variables measured include physical,
microbiological and organoleptic. The results showed the addition of red dragon fruit peel
extracts had no significant in the physical and microbiological beef sausages. Storage
time had significant effect in the aw value, total plate count and water absorption beef
sausages.
Organoleptic results showed that the addition of red dragon fruit skin extracts and
storage time effect of the color, taste and elasticity.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Karakteristik
Sosis dengan Penambahan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus
polyrhizus) Selama Penyimpanan Suhu Ruang. Sholawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan
umatnya yang beriman hingga akhir zaman.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Irma Isnafia Arief, SPt MSi dan
Bapak M. Sriduresta S, SPt MSc, selaku pembimbing yang sudah mengarahkan dan
membimbing hingga akhir penelitian dan terselesaikan karya ilmiah ini. Terima
kasih pula kepada Ibu Dr Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi selaku dosen pembimbing
akademik yang telah mengarahkan dan memberikan motivasi, serta Bapak Sigid
Prabowo, Spt MSc selaku dosen pembahas seminar, dan seluruh staf di
Laboratorium Teknologi Hasil Ternak yang telah banyak memberikan saran selama
pelaksanaan penelitian.
Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ayah Sarsudi dan Ibu
Maryam berserta Nurul Qomariah, Rahma Nur Khoirunisa dan M. Iqbal atas segala
do’a, dukungan dan kasih sayangnya. Selain itu, terima kasih kepada teman-teman
yang telah membantu selama penelitian (Mba Eby, Ka Fitri, Ka Ema, Yuanita, Ka
Ganesh) yang telah banyak membantu dan bekerjasama selama penelitian. Tak lupa
untuk sahabat terbaik penulis di angkatan TORERO 49 serta semua teman-teman
atas bantuan dan dukungannya dalam penyusunan karya ilmiah ini. Semoga karya
ilmiah ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Meydy Anjarsari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Lokasi dan Waktu Penelitian 2
Alat 3
Bahan 3
Prosedur 3
Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah 3
Pembuatan Sosis 3
Peubah 4
Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Kualitas Mikrobiologi Sosis 6
Kualitas Fisik Sosis 7
Uji Organoleptik 11
SIMPULAN DAN SARAN 14
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 13
RIWAYAT HIDUP 15
DAFTAR TABEL
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Penelitian ini mencakup penggunaan ekstrak kulit buah naga merah pada
sosis daging sapi yang disimpan dalam suhu ruang. Penambahan ekstrak kulit buah
naga merah diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif bahan pewarna alami
sosis daging sapi sebagai pengganti nitrit. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya oleh Manihuruk (2016) didapatkan bahwa formulasi
penambahan ekstrak kulit buah naga terbaik adalah 40%. Pengujian efektivitas
penggunaan ekstrak kulit buah naga merah dilakukan dengan pengujian sifat fisik,
organoleptik, dan mikrobiologi pada sosis daging sapi yang diberi penambahan
ekstak kulit buah naga merah sebanyak 0%, dan 40% sebagai pengganti es batu
yang digunakan dalam pembuatan sosis. Setiap perlakuan penambahan ekstrak kulit
buah naga dilakukan masing-masing 3 kali ulangan pada pengamatan 0, 5, 10, 15,
dan 20 jam selama penyimpanan suhu ruang.
METODE
Alat
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan ekstrak kulit buah naga merah
antara lain wadah plastik, oven, pisau, talenan, loyang, blender, plastik tahan panas,
timbangan analitik, gelas ukur, tabung erlenmeyer, sentrifuge, pH meter,
evaporator, aluminium foil, plastic wrap, refrigerator, dan freezer. Peralatan lain
yang dibutuhkan untuk pembuatan sosis antara lain food processor, stuffer, casing,
tali kasur, kompor, panci, termometer, timbangan digital, pisau, spatula, sendok,
dan wadah plastik. Peralatan lain yang juga dibutuhkan adalah peralatan kimia dan
penunjang untuk analisis sifat fisik, organoleptik, dan mikrobiologi sosis yang
dihasilkan.
Bahan
Bahan yang digunakan untuk pembuatan ekstrak kulit buah naga merah
adalah kulit buah naga merah, aquades, dan asam sitrat. Bahan utama yang
digunakan untuk pembuatan sosis daging sapi dengan penambahan ekstrak kulit
buah naga adalah daging sapi, air atau es batu, lemak atau minyak, tepung tapioka
sebagai bahan pengisi, susu skim sebagai bahan pengikat, bawang putih bubuk, lada
bubuk, jahe bubuk, ketumbar bubuk, pala bubuk, STPP, ekstrak kulit buah naga
merah dalam bentuk es batu (sebagai pengganti es batu sebanyak 40% dari total
penggunaan es batu 60%), aquades steril. Bahan yang digunakan untuk pengujian
sifat fisik antara lain air, larutan buffer pH 4 dan 7.
Bahan yang digunakan untuk pengujian mikrobiologi sosis daging sapi
dengan penambahan ekstrak kulit buah naga merah antara lain adalah Plate Count
Agar (PCA) (DifcoTM, USA), Buffer Pepton Water (BPW), alkohol, dan tissue.
Bahan yang digunakan untuk uji organoleptik antara lain sampel sosis, dan air
mineral.
Prosedur
Keterangan:
d : densitas lemak (g mL-1)
ES : stabilitas emulsi
Stabilitas Warna (Feng et al. 2013). Pengaruh ektrak kulit buah naga merah
pada sosis daging sapi diukur dengan menggunakan Chromameter CR 300, dengan
mengukur warna permukaan dan inti sampel dengan nilai L * a* b*. Intensitas
kecerahan relatif dinotasikan dengan nilai L* (luminousity), dengan range warna
5
dari hitam (L*= 0) sampai putih (L*= 100), a* dengan range warna dari merah (nilai
positif) sampai hijau (nilai negatif), serta b* dengan range warna kuning (nilai
positif) sampai biru (nilai negatif).
Daya Serap Air (DSA) (Fardiaz et al. 1992). Sampel sosis ditimbang
sebanyak 1 g, dan dimasukan ke dalam tabung reaksi (tabung sentrifusi) dan
ditambahkan 10 mL air , lalu dikocok dengan vortex mixer. Setelah itu didiamkan
selama 30 menit pada suhu ruang, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3 500
rpm selama 30 menit. Volume supernatan diukur dengan gelas ukur 10 mL. Air
yang terserap dihitung yaitu selisih air mula-mula (10 mL) dengan volume
supernatan yang dinyatakan dalam g/g dengan asumsi berat jenis air adalah
1 (g mL-1).
Analisis Mikrobiologi
Tahap awal analisis mikrobiologi adalah pengenceran sampel. Larutan
pengenceran 101 dibuat dengan melarutkan 25 g sampel sosis dalam 225 mL buffer
pepton water (BPW) dan dihomogenkan dengan vortex selama 1-2 menit.
Kemudian sebanyak 1 mL suspensi dipindahkan ke dalam larutan 9 mL BPW
dengan pipet steril untuk mendapatkan pengenceran 10-2. Pengenceran dilajutkan
hingga pengenceran 10-4 dengan cara yang sama. Larutan yang telah diencerkan
dapat digunakan untuk uji total plate count (TPC) dengan media tumbuh Plate
Count Agar (PCA).
Analisis Angka Total Lempeng (BAM 2001). Suspensi 1 mL dari
pengenceran 10-2-10-4 dimasukkan dalam cawan petri secara duplo. Media Plate
Count Agar (PCA) dituang sebanyak 15-20 mL ke dalam cawan dengan suhu
45 ± 1 °C. Cawan didiamkan sampai agar menjadi padat dan diinkubasi pada suhu
34-36 °C selama 24 - 48 jam dengan posisi terbalik.
Analisis Data
Model statistik yang digunakan menurut Steel dan Torrie (1995) sebagai
berikut,
Tabel 1 Pengaruh penambahan ekstrak kulit buah naga merah dan lama
penyimpanan terhadap angka total lempeng sosis daging sapi
Lama Perlakuan
Rataan
simpan 0% 40%
-1
(log cfu g )
J0 4.49±0.08 4.26±0.09 4.38±0.09e
J5 4.65±0.04 4.66±0.03 4.66±0.03d
J10 5.51±0.15 5.31±0.22 5.41±0.18c
J15 5.85±0.04 5.84±0.03 5.84±0.03b
J20 6.35±0.04 6.32±0.02 6.33±0.03a
Rataan 5.37±0.06 5.27±0.08
Keterangan: Huruf yang berbeda dibelakang angka pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata (P<0.05); J0=lama simpan 0 jam; J5=lama simpan 5 jam; J10=lama simpan
10 jam; J15=lama simpan 15 jam; J20=lama simpan 20 jam; 0%=sosis tanpa
penambahan esktrak; 40%=sosis dengan penambahan ekstrak
Ekstrak kulit buah naga merah memiliki sifat antibakteri karena adanya
kandungan senyawa terpenoid yang mampu bereaksi dengan protein dinding sel
7
bakteri (Amalia et al. 2014). Namun, berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa
penambahan ekstrak kulit buah naga merah tidak berpengaruh terhadap total angka
lempeng pada sosis daging sapi. Hal tersebut dapat disebabkan oleh masih
banyaknya kandungan air pada ekstrak sehingga konsentrasi pigmen betalain sangat
encer dan berpengaruh terhadap aktivitas antibakterinya. Pigmen betalain sangat
tidak stabil pada suhu panas sehingga pada saat proses penguapan menggunakan
suhu rendah yang mempersulit penguapan air (Faridah et al. 2015).
Sementara itu, lama penyimpanan pada suhu ruang berpengaruh terhadap
angka total lempeng sosis daging sapi. Soeparno (2005) menyatakan bahwa
sebagian mikroorganisme memiliki laju pertumbuhan optimum pada suhu 15-
40 °C. Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa semakin lama penyimpanan
maka angka total lempeng akan semakin tinggi. Menurut Fardiaz (1992) bakteri
memiliki 4 fase pertumbuhan yakni fase adaptasi (lag), eksponensial (logaritmik),
stationer, dan kematian. Selama penyimpan 20 jam, fase pertumbuhan bakteri yang
terdapat pada sosis masih berada pada fase log, sehingga pertumbuhannya terus
meningkat. Hal tersebut karena pada fase log sel-sel bakteri akan tumbuh secara
eksponesial hingga jumlah maksimal yang didukung oleh lingkungan untuk
melakukan pembelahan. Setelah fase adaptasi, umumnya fase log terjadi hingga 24
jam (Fardiaz 1992). Berdasarkan hasil penelitian bahwa sosis yang disimpan selama
5 jam pada suhu ruang (Tabel 1) masih berada di bawah batas maksimal nilai total
lempeng yang ditetapkan oleh BSN yakni 105 koloni g-1 (BSN 1995).
Sosis daging sapi yang telah dibuat dengan penambahan ekstrak kulit buah
naga merah dan disimpan dalam suhu ruang dianalisis secara fisik meliputi nilai
pH, nilai aw, DSA (Daya Serap Air), dan stabilitas emulsi. Sementara uji warna
hanya dilakukan pada sosis dengan penambahan ekstrak tanpa dilakukan
penyimpanan.
Nilai pH Sosis
Nilai pH sosis yang telah diberi penambahan ekstrak kulit buah naga merah
dan disimpan pada suhu ruang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Pengaruh penambahan ekstrak kulit buah naga merah dan lama
penyimpanan terhadap nilai pH sosis daging sapi
Lama Perlakuan
Rataan
simpan 0% 40%
J0 5.51±0.02 5.49±0.09 5.50±0.05
J5 5.58±0.09 5.43±0.12 5.50±0.10
J10 5.43±0.08 5.43±0.07 5.43±0.07
J15 5.51±0.03 4.97±0.64 5.24±0.33
J20 5.52±0.07 5.50±0.07 5.51±0.07
Rataan 5.51±0.06 5.43±0.13
Keterangan: J0=lama simpan 0 jam; J5=lama simpan 5 jam; J10=lama simpan 10 jam; J15=lama
simpan 15 jam; J20=lama simpan 20 jam; 0%=sosis tanpa penambahan esktrak;
40%=sosis dengan penambahan ekstrak
8
Penambahan ekstrak kulit buah naga merah tidak berpengaruh terhadap nilai
pH sosis yang dihasilkan. Hal tersebut disebabkan dalam pembuatan ekstrak kulit
buah naga merah menggunakan pelarut aquades dengan pH yang sama yakni pH 5
(Manihuruk 2016). Lama penyimpanan juga tidak berpengaruh terhadap nilai pH
sosis. Hal ini disebabkan oleh penyimpanan suhu ruang memiliki suhu yang tidak
stabil (Mala 2009). Berdasarkan Tabel 2 terjadi kenaikan nilai pH pada akhir
pengamatan yakni jam ke-20. Kenaikan pH tersebut diduga mulai timbulnya
senyawa yang bersifat basa seperti amonia, H2S, indol, dan amin selama
penyimpanan (Siagian 2002). Kenaikan pH terjadi karena adanya proses autolisis
yang dapat menguraikan protein sehingga tercipta kondisi optimum bagi
tumbuhnya mikroflora pembusuk dengan senyawa biogenik amin (Connell 1980).
Nilai aw Sosis
Nilai Aktivitas air (aw) sosis daging sapi dengan penambahan ekstrak kulit
buah naga merah dan disimpan pada suhu ruang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Pengaruh penambahan ekstrak kulit buah naga merah dan lama
penyimpanan terhadap nilai aw sosis daging sapi
Perlakuan
Lama simpan Rataan
0% 40%
J0 0.862±0.000 0.876±0.004 0.869±0.002a
J5 0.864±0.006 0.854±0.004 0.859±0.008b
J10 0.870±0.006 0.878±0.008 0.874±0.007c
J15 0.745±0.027 0.736±0.017 0.741±0.022d
J20 0.740±0.031 0.725±0.005 0.732±0.018e
Rataan 0.816±0.015 0.814±0.008
Keterangan: Huruf yang berbeda di belakang angka pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata (P<0.05); J0=lama simpan 0 jam; J5=lama simpan 5 jam; J10=lama simpan
10 jam; J15=lama simpan 15 jam; J20=lama simpan 20 jam; 0%=sosis tanpa
penambahan esktrak; 40%=sosis dengan penambahan ekstrak
Aktivitas air (aw) menunjukkan jumlah air bebas yang ada dalam sebuah
bahan pangan yang dapat digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya.
Berdasarkan Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa penambahan ekstrak tidak
berpengaruh terhadap nilai aw yang dihasilkan. Namun, lama penyimpanan yang
berbeda berbengaruh nyata terhadap perubahan nilai aw. Menurut Schmidt (2004)
menyatakan bahwa nilai aw pada produk pangan dapat berubah sesuai dengan fungsi
waktu dan juga dipengaruhi oleh temperatur, tekanan udara, dan komposisi
makanan. Berdasarkan Tabel 3 juga dapat dijelaskan bahwa terjadi kenaikan dan
penurunan nilai aw. Hal tersebut karena nilai aw juga dipengaruhi oleh kelembaban
ruangan (Vulkov 2006).
ekstrak kulit buah naga merah dan lama penyimpanan sosis daging sapi dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4 Pengaruh penambahan ekstrak kulit buah naga merah dan lama
penyimpanan terhadap daya serap air sosis daging sapi
Perlakuan
Lama simpan Rataan
0% 40%
J0 1.20±0.52 0.88±0.10 1.04±0,31a
J5 0.80±0.19 0.78±0.12 0.79±0.11ab
J10 0.60±0.10 0.63±0.11 0.62±0.11bc
J15 0.53±0.06 0.57±0.06 0.55±0.06bc
J20 0.42±0.08 0.43±0.06 0.42±0.07c
Rataan 0.71±0.17 0.68±0.13
Keterangan: Huruf yang berbeda dibelakang angka pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata (P<0.05); J0=lama simpan 0 jam; J5=lama simpan 5 jam; J10=lama simpan
10 jam; J15=lama simpan 15 jam; J20=lama simpan 20 jam; 0%=sosis tanpa
penambahan esktrak; 40%=sosis dengan penambahan ekstrak
Pemberian ekstrak kulit buah naga merah tidak berpengaruh terhadap daya
serap air. Sementara lamanya penyimpanan mempengaruhi daya serap sosis.
Berdasarkan Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa semakin lama penyimpanan akan
menurunkan daya serap sosis. Menurut Wahjuningsih (2011), adanya kandungan
protein merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap daya serap air.
Selama lama penyimpanan terjadi degradasi protein yang menyebabkan nilai daya
serap air pada sosis menurun. Menurut Soeparno (2005) bahwa daya serap air
dipengaruhi oleh pH, daya serap air akan meningkat pada nilai pH yang lebih tinggi
dan lebih rendah dari titik isoelektrik. Peningkatan nilai pH disebabkan oleh proses
autolisis yang dapat menguraikan protein hingga tercipta kondisi yang optimum
bagi pertumbuhan mikroflora pembusuk dengan senyawa biogenik amin (Connell
1980).
Stabilitas Emulsi
Nilai stabilitas emulsi sosis daging sapi dengan penambahan ekstrak kulit
buah naga merah dan disimpan pada suhu ruang disajikan pada Tabel 5.
10
Tabel 5 Pengaruh penambahan ekstrak kulit buah naga merah dan lama
penyimpanan terhadap stabilitas emulsi sosis daging sapi
Lama Perlakuan
Rataan
simpan 0% 40%
persentase emulsi (%)
J0 100±0.00 100±0.00 100±0.00
J5 100±0.00 100±0.00 100±0.00
J10 100±0.00 100±0.00 100±0.00
J15 100±0.00 100±0.00 100±0.00
J20 100±0.00 100±0.00 100±0.00
Rataan 100±0.00 100±0.00
Keterangan: J0=lama simpan 0 jam; J5=lama simpan 5 jam; J10=lama simpan 10 jam; J15=lama
simpan 15 jam; J20=lama simpan 20 jam; 0%=sosis tanpa penambahan esktrak;
40%=sosis dengan penambahan ekstrak
Stabilitas Warna
Intensitas warna sosis daging sapi dengan penambahan ekstrak kulit buah
naga merah disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Pengaruh penambahan ekstrak kulit buah naga terhadap stabilitas warna
sosis daging sapi
Intensitas warna
Perlakuan
L a b
0% 44.01±0.62 3.63±0.53 10.44±0.12
40% 43.42±0.96 3.95±0.52 10.51±0.79
Keterangan: L=intensitas kecerahan; a=intensitas warna merah; b=intensitas warna kuning;
0%=sosis tanpa penambahan esktrak; 40%=sosis dengan penambahan ekstrak
Intensitas warna pada sosis yang dihasilkan diukur dengan alat chromameter.
Alat tersebut mengukur intensitas kecerahan (L), intensitas warna merah (a), dan
intensitas warna kuning (b). Berdasarkan Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa
penambahan ekstrak kulit buah naga merah tidak berpengaruh terhadap warna sosis
yang dihasilkan. Sosis yang dihasilkan memiliki intensitas warna merah yang cukup
rendah. Hal tersebut karena pigmen betasianin yang terkandung dalam ekstrak kulit
buah naga merah memiliki stabilitas warna yang rendah sehingga akan menurun
11
akibat suhu pemanasan yang meningkat dan cukup lama (Harivaindaran et al. 2008
dan Fardiah et al. 2015). Kemudian intensitas warna kuning memiliki nilai yang
lebih tinggi dari pada warna merah. Hal tersebut karena waktu pemanasan yang
cukup lama saat pemasakan sosis sehingga dapat mempengaruhi stabilitas pigmen
betasianin sehingga terdegradasi menjadi pigmen penghasil warna kuning (Herbach
et al. 2004).
Uji Organoleptik
Warna Sosis
Warna suatu bahan pangan mempunyai peranan penting dalam penentuan
mutu serta mempunyai daya tarik untuk konsumen sehingga konsumen dapat
memberi kesan suka atau tidak suka dengan cepat (Soekarto dan Hubies 1993).
Tabel 7 Nilai rataan uji mutu hedonik warna sosis daging sapi dengan penambahan
ekstrak kulit buah naga dan lama penyimpanan berbeda
Lama Perlakuan
simpan 0% 40%
J0 2.46 ± 0.95a 2.36±0.80abc
J5 2.08 ± 0.77a 2.08±0.71abc
J10 2.66 ±0.87ab 2.08±0.71abc
J15 1.78 ±0.77ab 2.06 ± 0.90bc
J20 1.86±0.74abc 2.50 ± 0.97c
Keterangan: Huruf yang berbeda di belakang angka pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata (P<0.05); Warna: 1. Sangat tidak merah, 2. Tidak merah, 3. Sedikit merah,
4.Merah, dan 5. Sangat merah
Penambahan ekstrak kulit buah naga merah dan lama penyimpanan yang
berbeda berpengaruh nyata terhadap warna sosis berdasarkan uji mutu hedonik. Hal
tersebut berbeda pada hasil uji warna dengan alat chromameter dengan hasil yang
menunjukkan bahwa penambahan ekstrak tidak berpengaruh terhadap warna yang
dihasilkan.
Perbedaan warna sosis tersebut dapat dipengaruhi oleh perbedaan presepsi
antar individu tentang warna. Hal tersebut karena warna merupakan total impresi
yang dilihat oleh mata dan dipengaruhi oleh kondisi pemandangan (Abustam 2009).
12
Rasa Sosis
Rasa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai penerimaan
seseorang terhadap suatu makanan.
Tabel 8 Nilai ratan uji mutu hedonik rasa sosis daging sapi dengan penambahan
ekstrak kulit buah naga dan lama penyimpanan berbeda
Lama Perlakuan
simpan 0% 40%
J0 3.16 ± 0.94a 2.78±0.80ab
J5 3.34±0.77ab 2.88 ± 0.92b
J10 3.02±1.09ab 2.72 ± 0.92b
J15 - -
J20 - -
Keterangan: Huruf yang berbeda di belakang angka pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata (P<0.05); Rasa: 1. Sangat tidak gurih; 2. Tidak gurih; 3. Agak gurih, 4.
Gurih, dan 5. Sangat gurih; tanda - : sampel tidak diujikan
Aroma
Aroma suatu produk dapat dinilai dengan cara pembauan. Pembauan
disebut juga pencicipan jarak jauh karena manusia dapat mengenal enak makanan
yang belum terlihat hanya dengan mencium aromanya dari jarak jauh (Soekarto dan
Hubies 1993).
13
Tabel 9 Nilai rataan uji mutu hedonik aroma sosis daging sapi dengan penambahan
ekstrak kulit buah naga dan lama penyimpanan berbeda
Lama Perlakuan
simpan 0% 40%
J0 3.58±0.99 3.56±0.88
J5 3.72±1.07 3.60±0.92
J10 3.54±0.90 3.62±1.04
J15 3.66±0.96 3.58±0.95
J20 3.56±1.18 3.32±1.10
Keterangan: Huruf yang berbeda di belakang angka pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata (P<0.05); Aroma: 1. Sangat aroma kulit buah naga merah, 2. Aroma kulit
buah naga merah, 3. Sedikit aroma kulit buah naga merah, 4. Tidak ada aroma kulit
buah naga merah, dan 5. Sangat tidak ada aroma kulit buah naga merah
Pengujian aroma pada sampel untuk melihat daya terima konsumen terhadap
sosis yang telah ditambahkan ekstrak kulit buah naga dan lamanya penyimpanan.
Hal tersebut karena salah satu hal yang mempengaruhi aroma produk olahan daging
adalah bahan-bahan yang ditambahkan selama pembuatan dan pembuatan produk
olahan daging (Winarno 1997).
Berdasarkan Tabel 9 dapat dijelaskan bahwa aroma sosis tidak dipengaruhi
oleh penambahan ekstrak kulit buah naga dan lama penyimpanan. Hal tersebut
tersebut diduga karena pada saat proses ekstraksi kulit buah naga merah, aroma
khas kulit buah naga sudah menguap, sehingga sudah tidak tercium lagi aroma kulit
buah naga pada sosis. Selain itu, menurut Winarno (1997) bahwa aroma pada
produk olahan daging dipengaruhi oleh jenis, lama, dan temperatur pemasakan.
Kekenyalan Sosis
Kekenyalan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi palatabilitas
seseorang terhadap suatu produk (Lawrie 2003).
Tabel 10 Nilai rataan uji mutu hedonik kekenyalan sosis daging sapi dengan
penambahan ekstrak kulit buah naga dan lama penyimpanan berbeda
Lama Perlakuan
simpan 0% 40%
J0 3.30 ± 0.88a 3.22±0.90abc
J5 3.14 ± 0.67ab 3.10±1.03abc
J10 2.56±0.90abc 2.64±1.00abc
J15 2.88±0.94abc 2.60 ± 0.78bc
J20 2.78±1.02abc 3.02 ± 1.07c
Keterangan: Huruf yang berbeda di belakang angka pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata (P<0.05); Kekenyalan: 1. Sangat tidak kenyal, 2. Tidak kenyal, 3. Agak
kenyal, 4. Kenyal, dan 5. Sangat kenyal
penelitian ini berada diantara agak kenyal hingga tidak kenyal. Hal tersebut berbeda
dengan hasil pengujian stabilitas emulsi, yaitu sosis memiliki emulsi yang baik
berarti sosis tersebut kenyal. Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh perbedaan
presepsi antar panelis tentang kekenyalan sosis.
Simpulan
Saran
Penelitian tentang pigmen betasianin pada ekstrak kulit buah naga dapat
lebih dikembangkan agar mendapatkan konsentrasi pigmen yang lebih jelas sebagai
pewarna alami.
15
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP