Anda di halaman 1dari 28

KUALITAS FISIK DAN KIMIAWI SILASE TANAMAN

SORGUM MANIS (Sorghum bicolor L. Moench) UMUR


70 HARI DENGAN PENAMBAHAN ADITIF

MUHAMMAD ASRIANTO MALIK

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kualitas Fisik dan
Kimiawi Silase Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) Umur 70
Hari dengan Penambahan Aditif adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Muhammad Asrianto Malik


NIM D24090097
ABSTRAK
MUHAMMAD ASRIANTO MALIK. Kualitas Fisik dan Kimiawi Silase
Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) Umur 70 Hari dengan
Penambahan Aditif. Dibimbing oleh PANCA DEWI MANU HARA KARTI dan
LUKI ABDULLAH.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas fisik dan kimiawi dari silase
tanaman sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) pada umur panen 70 hari
dengan penambahan aditif berupa dedak padi 3% (b/b) dan ekstrak sorgum
terfermentasi 3% (v/b). Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap dengan tiga perlakuan dan enam ulangan. Perlakuan silase terdiri atas
silase P0 (silase tanaman sorgum manis tanpa penambahan aditif), silase P1
(silase tanaman sorgum manis dengan penambahan dedak padi 3%), dan silase P2
(silase tanaman sorgum manis dengan penambahan ekstrak sorgum terfermentasi
3%). Peubah yang diamati meliputi kondisi awal bahan, karakteristik fisik silase,
dan karakteristik fermentatif silase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karakteristik fisik yang dihasilkan silase tanaman sorgum manis pada umur panen
70 hari menunjukkan hasil yang sama baik untuk semua perlakuan yang diberikan.
Namun berdasarkan karakteristik fermentatif, silase tanpa penambahan aditif dan
silase dengan penambahan aditif berupa ekstrak sorgum terfermentasi 3% (v/b)
memiliki kualitas yang lebih baik dari pada silase dengan penambahan aditif
dedak padi 3% (b/b).

Kata kunci: karakteristik fermentasi, karakteristik fisik, silase, sorgum manis

ABSTRACT

MUHAMMAD ASRIANTO MALIK. Physical and Chemical Quality of Sweet


Sorghum Plant (Sorghum bicolor L. Moench) Silage at 70 Days Harvesting Time
of Sorghum With Additives Inclusion. Supervised by PANCA DEWI MANU
HARA KARTI and LUKI ABDULLAH.

This research was aimed to determine physical and chemical quality of


sweet sorghum plant (Sorghum bicolor L. Moench) silage at 70 d harvesting time
with additive inclusion of 3% rice bran (w/w) and 3% fermented sorghum extract
(v/w). Experimental design used completely randomized design with three
treatments and 6 replicates. Treatments consisted of P0 (control), P1 (sweet
sorghum plant silage with 3% rice bran), and P2 (sweet sorghum plant with 3%
fermented sorghum extract). Measured parameters were quality of plant, physical
and fermentation characteristics of silage. Results showed that physical
characteristics of silage at 70 d harvesting time of plant was similar at different
treatment. However, fermentation characteristics were better at with or without
3% fermented sorghum extract compared to 3% rice bran inclusion treatment.

Keywords: characteristics, fermentation, physical, silage, sweet sorghum plant


KUALITAS FISIK DAN KIMIAWI SILASE TANAMAN
SORGUM MANIS (Sorghum bicolor L. Moench) UMUR
70 HARI DENGAN PENAMBAHAN ADITIF

MUHAMMAD ASRIANTO MALIK

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi: Kualitas Fisik dan Kimiawi Silase Tanaman Sorgum Manis
(Sorghum bicolor L. Moench) Umur 70 Hali dengan Penambahan
Aditif
Nama : Muhammad Asrianto Malik
NIM : D24090097

Disetujui oIeh

anca Dewi MHK, MSi Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr


Pembimbing I Pembimbing II

- !
h 4 1F~~~J
~7ERN~"-
Or If ld ermana, MScAgr
Ketua Departemen

TanggaI Lulus: ( 1 - " )


Judul Skripsi : Kualitas Fisik dan Kimiawi Silase Tanaman Sorgum Manis
(Sorghum bicolor L. Moench) Umur 70 Hari dengan Penambahan
Aditif
Nama : Muhammad Asrianto Malik
NIM : D24090097

Disetujui oleh

Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr


Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (15 AGUSTUS 2013)


PRAKATA

Alhamdulillahi robbil alamin penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa


ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini
ialah silase tanaman sorgum manis, dengan judul Kualitas Fisik dan Kimiawi
Silase Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) Umur 70 Hari
dengan Penambahan Aditif.
Karya ilmiah ini berdasarkan pada keinginan penulis untuk mengkaji
pengawetan pakan yang tepat dan dapat diterapkan di Peternakan Terpadu
(PESAT) PT. KPC. Pengawetan ini bertujuan untuk menyediakan pakan agar
tersedia sepanjang tahun yang merupakan permasalahan yang sedang dihadapi di
PESAT PT. KPC. Sehingga hasil yang didapatkan dari penelitian ini akan
dijadikan sumbangsih dalam manajemen pakan yang ada di PESAT PT. KPC.
Penelitian ini juga didukung oleh adanya pembukaan lahan untuk penanaman
sorgum manis di PESAT PT. KPC yang merupakan alasan penting mengapa
dipilihnya tanaman sorgum manis untuk dijadikan silase. Sehingga kondisi
tersebut semakin mendukung pentingya hasil penelitian ini untuk segera
diterapkan di PESAT PT. KPC.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karya ilmiah ini,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis
demi perbaikan di massa mendatang. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini
dapat memberikan informasi wawasan maupun sesuatu yang dapat bermanfaat
bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan semoga kekurangan yang terdapat pada
tulisan karya ilmiah ini dapat diperbaiki dalam tulisan-tulisan selanjutnya.

Bogor, Agustus 2013

Muhammad Asrianto Malik


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii


DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1
METODE PENELITIAN 1
Bahan 1
Alat 2
Lokasi dan Waktu Penelitian 2
Prosedur Percobaan 2
Persiapan lahan 2
Penanaman dan pemupukan 2
Pemeliharaan 2
Pemanenan 2
Pembuatan ekstrak sorgum terfermentasi (EST) 2
Pembuatan silase 3
Perlakuan 3
Peubah yang diamati 3
Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Kondisi Awal Bahan 4
Karakteristik Fisik Silase 5
Karakteristik Fermentatif Silase 5
SIMPULAN DAN SARAN 8
Simpulan 8
Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 8
LAMPIRAN 11
RIWAYAT HIDUP 15
UCAPAN TERIMA KASIH 15
DAFTAR TABEL
1 Proporsi bagian tanaman dan kualitas nutrisi tanaman sorgum manis
umur 70 hari 4
2 Karakter fisik silase tanaman sorgum manis umur 70 hari 5
3 Hasil pengukuran pH, BK, VFA, dan kehilangan BK silase 6
4 Hasil pengukuran PK dan N-NH3 7
5 Hasil pengukuran residual & kehilangan WSC dan nilai fleigh 7

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil sidik ragam BK silase 11
2 Uji lanjut duncan BK silase 11
3 Hasil sidik ragam pH silase 11
4 Hasil sidik ragam suhu silase 11
5 Hasil sidik ragam kehilangan BK 12
6 Uji lanjut duncan kehilangan BK silase 12
7 Hasil sidik ragam NH3 silase 12
8 Uji lanjut duncan NH3 silase 12
9 Hasil sidik ragam residual WSC silase 13
10 Hasil sidik ragam PK silase 13
11 Hasil sidik ragam VFA silase 13
12 Hasil sidik ragam nilai fleigh silase 14
13 Uji lanjut duncan nilai fleigh silase 14
14 Hasil sidik ragam kehilangan WSC silase 14
PENDAHULUAN

Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) dikenal sebagai tanaman onta atau “a


camel among crops” karena memiliki daya adaptasi yang luas dan sangat tahan
terhadap kondisi lahan marjinal seperti kekeringan, lahan masam, lahan salin, dan
lahan alkalin (FAO 2002). Menurut BALITSEREAL (2012), sorgum manis
varietas numbu berbunga 50% pada umur kurang lebih 69 hari.
Kendala hijauan pakan di Indonesia adalah kandungan nutrisi yang rendah
dan keterbatasan penyediaan sepanjang tahun. Kendala tersebut dapat diatasi
melalui usaha-usaha pengawetan hijauan pakan pada saat produksinya melimpah,
penggunaan sumber pakan inkonvensional, serta aplikasi teknologi fermentasi
(Diwyanto dan Inounu 2001). Salah satu usaha dalam penerapan teknologi
fermentasi adalah melalui proses ensilase untuk menghasilkan silase.
Silase merupakan salah satu teknik pengawetan pakan atau hijauan pada
kadar air tertentu melalui proses fermentasi mikrobial oleh bakteri yang
berlangsung di dalam tempat yang disebut silo (McDonald et al. 2002). Salah satu
upaya untuk meningkatkan kualitas silase hijauan tropis adalah dengan
penggunaan aditif pada proses ensilase yang dapat menstimulasi fermentasi
Bakteri Asam Laktat (BAL) (Bureenok et al. 2006). Penambahan aditif seperti
dedak padi yang memiliki kandungan nutrien menurut Hartadi et al. (2005) yaitu
serat kasar (SK) 11.6%, protein kasar (PK) 13.8%, dan bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN) 48.7% diharapkan dapat meningkatkan kualitas silase. Ridwan
et al. (2005) melaporkan bahwa penambahan dedak padi 1 - 5% pada pembuatan
silase rumput gajah berpengaruh terhadap kualitas silase.
Penambahan aditif berupa BAL komersial sudah banyak digunakan sebagai
starter pada pembuatan silase, namun penelitian Ohshima et al. (1997) yang
menggunakan hijauan dari daerah subtropika menunjukkan bahwa penggunaan
BAL yang diperoleh dari estrak rumput sejenis yang sudah difermentasi (BLEF)
menghasilkan kualitas silase yang lebih baik dibandingkan dengan inokulum yang
berasal dari aditif BAL komersial. Susanto et al. (2009) melaporkan bahwa
penambahan BLEF 3% (v/b) pada rumput tropika dapat meningkatkan kualitas
fermentasi silase.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas fisik dan kimiawi dari silase
tanaman sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) pada umur panen 70 hari
dengan penambahan aditif berupa dedak padi 3% (b/b) dan ekstrak sorgum
terfermentasi 3% (v/b).

METODE PENELITIAN

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bibit tanaman sorgum
manis (Sorghum bicolor L. Moench) varietas Numbu yang berasal dari
Laboratorium Agrostologi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
sebanyak 10 kg serta bahan untuk pengamatan karakteristik awal bahan,
2

karakteristik fisik setelah ensilase, dan karakteristik fermentasi silase yang


dihasilkan.
Alat

Peralatan yang digunakan meliputi peralatan untuk persiapan lahan dan


penananaman, peralatan pemeliharaan tanaman, peralatan untuk pembuatan silase,
serta peralatan untuk pengamatan karakteristik awal bahan, karakteristik fisik
setelah ensilase, dan karakteristik fermentasi silase yang dihasilkan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Institut


Pertanian Bogor, Laboratorium Agrostologi, Laboratorium Ilmu dan Teknologi
Pakan, dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi
dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini
dilaksanakan selama 5 bulan, dari bulan Maret 2013 sampai Juli 2013.

Prosedur Percobaan

Persiapan lahan
Lahan yang digunakan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman (land clearing).
Setelah itu dilanjutkan dengan pengolahan tanah menggunakan traktor.
Selanjutnya dilakukan penggaruan dan diratakan, sehingga lahan siap ditanami.

Penanaman dan pemupukan


Penanaman dilakukan di 15 petak dengan ukuran tiap petak 4 x 5 m. Jarak
tanam yang digunakan adalah 30 x 45 cm dengan setiap lubang tanam diisi sekitar
3 – 5 biji kemudian ditutup dengan tanah ringan. Setelah umur 2 minggu, tanaman
dijarangkan dan ditinggalkan 2 tanaman agar dapat tumbuh secara optimum.
Pemupukan menggunakan pupuk standar berupa pupuk urea, triple super
phosphate (TSP), dan kalium klorida (KCl) dengan perbandingan berturut-turut
4 : 3 : 2. Dosis pupuk yang digunakan adalah sebesar 270 kg ha-1.

Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan sejak penananaman selesai dilakukan yang meliputi
pengairan, penjarangan tanaman, penyiangan, pembubunan, dan pengendalian
hama penyakit.

Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada umur 70 hari. Pemanenan dilakukan pada
keadaan cuaca cerah/ terang dan pemotongan tanaman dilakukan pada pangkal
tanaman sorgum dengan panjang sekitar 15 – 25 cm di atas permukaan tanah.

Pembuatan ekstrak sorgum terfermentasi (EST)


Prosedur perbanyakan BAL pada ekstrak hijauan terfermentasi berdasarkan
metode yang dikemukakan oleh Bureenok et al. (2006).
3

Pembuatan silase
Tanaman sorgum setelah dipanen dilayukan selama 2.5 - 3 jam kemudian
dicacah berukuran 3 - 5 cm dan dihomogenkan. Tanaman sorgum tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam toples plastik berukuran 2.5 kg, ditekan hingga
cukup padat sehingga kondisi anaerob dapat terjadi. Silo yang selesai dibuat,
disimpan dalam ruangan pada suhu kamar selama 21 hari.

Perlakuan
Penelitian terdiri atas 3 perlakuan kondisi silase yang berbeda-beda dengan
masing-masing 6 ulangan, yakni:
P0 = silase tanpa penambahan bahan aditif
P1 = silase dengan penambahan dedak padi 3% (b/b)
P2 = silase dengan penambahan ekstrak sorgum terfermentasi (EST) 3% (v/b)

Peubah yang diamati


Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kondisi awal bahan. Pengukuran kondisi awal bahan meliputi: a) proporsi
tanaman sorgum sebelum ensilase dengan menimbang proporsi tiap bagian
tanaman yaitu daun, biji, dan batang; b) kandungan bahan kering (BK) sebelum
ensilase menggunakan metode AOAC (1990); c) kandungan protein kasar (PK)
sebelum ensilase menggunakan metode Kjeldahl yang dikemukakan oleh AOAC
(2005); dan d) kandungan water soluble carbohydrate (WSC) sebelum ensilase
menggunakan metode fenol oleh Dubois et al. (1956) yang dimodifikasi Buysse
dan Merckx (1993).
Pengamatan karakteristik fisik silase. Pengukuran karakteristik fisik
silase dilakukan dengan pengujian sensori untuk peubah aroma, tekstur, warna,
dan keberadaan jamur, sedangkan suhu diukur menggunakan termometer.
Pengamatan karakteristik fermentatif silase. Pengukuran karakteristik
fermentatif silase meliputi: a) nilai pH silase menggunakan prosedur Naumann
dan Bassler (1997); b) kandungan bahan kering (BK) silase menggunakan metode
AOAC (1990); c) kehilangan bahan kering (BK) yang dihitung dari selisih berat
kering bahan awal sebelum ensilasi dengan berat kering setelah ensilasi; d)
konsentrasi volatile fatty acid (VFA) menggunakan teknik destilasi uap atau
Steam Destilation (General Laboratory Procedure 1966); e) kandungan protein
kasar (PK) silase menggunakan metode Kjeldahl yang dikemukakan oleh AOAC
(2005); f) konsentrasi N-NH3 silase menggunakan metode mikrodifusi Conway
(Conway dan O’Malley 1942); g) perombakan protein kasar (PK) yang diukur
dari perbandingan antara banyaknya protein yang dirombak menjadi NH3 (%)
dengan protein awal sampel (%); h) residual water soluble carbohydrate (WSC)
silase menggunakan metode fenol oleh Dubois et al. (1956) dimodifikasi Buysse
dan Merckx (1993); dan i) kehilangan water soluble carbohydrate (WSC) yang
didapatkan dari perhitungan selisih besaran kandungan WSC sebelum ensilase dan
residual WSC silase; serta j) perhitungan kualitas silase berdasarkan nilai fleigh.
Yang dihitung berdasarkan formula Kilic (1984):
NF = 220+(2 x BK(%) – 15) - (40 x pH)
4

Analisis Data

Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan


tiga perlakuan dan enam kali pengulangan. Data pada pengamatan karakteristik
fisik (aroma, warna, tekstur, dan keberadaan jamur) dianalisis secara deskriptif
sedangkan data lainnya pada pengamatan kondisi awal bahan, karakteristik fisik
berupa suhu dan karakteristik fermentatif dianalisis menggunakan sidik ragam
(ANOVA). Apabila terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan, maka
dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (1955) dengan menggunakan perangkat
lunak SPSS 16.
Model matematika dari rancangan yang digunakan adalah :
Yij = μ + τi + εij
Keterangan rumus (Matjik dan Sumertajaya 2006) :
Yij = Nilai pengaruh perlakuan
μ = Rataan umum
τi = Pengaruh perlakuan ke-i
εij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan dan ulangan ke-j

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal Bahan

Silase tanaman sorgum manis yang digunakan pada penelitian ini


memanfaatkan seluruh bagian tanaman. Bagian-bagian tersebut meliputi batang,
bulir, dan daun. Data pada Tabel 1 memperlihatkan proporsi bagian-bagian dari
tanaman sorgum manis dengan umur panen 70 hari. Proporsi terbesar dimiliki
oleh bagian batang sebesar 59.72% diikuti oleh bagian daun dan bulir sebesar
31.54% dan 8.74%. Hasil pengamatan ini sejalan dengan penelitian Rahayu et al.
(2011) bahwa brangkas (batang dan daun) memiliki proporsi terbesar dari
tanaman sorgum manis.
Tabel 1 menunjukkan pula kandungan bahan kering (BK), protein kasar
(PK), dan karbohidrat larut air (WSC) tanaman sorgum manis umur 70 hari
setelah panen. Kandungan BK tanaman sorgum manis umur 70 hari yang
didapatkan sebesar 16.95%. Nilai ini lebih rendah dari tanaman jagung berumur
70 hari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2012) sebesar 17.99%.
Kadar protein kasar (PK) dan karbohidrat larut air (WSC) dari tanaman sorgum

Tabel 1 Proporsi bagian tanaman dan kualitas nutrisi tanaman sorgum manis umur
70 hari

Proporsi Botani (% BS) Kualitas Nutrisi


Batang Bulir Daun BK (%)a PK (%)a WSC (%)b
59.72 ± 2.16 8.74 ± 2.16 31.54 ± 1.36 16.95 ± 0.69 12.38 ± 0.46 9.97 ± 1.50
a
Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB (2013), bHasil
analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB (2013); BS: bobot segar, BK:
bahan kering, PK: protein kasar, WSC: water soluble carbohydrate (karbohidrat larut air).
5

manis umur 70 hari bernilai 12.38% dan 9.97%. Nilai ini lebih kecil dari kadar PK
dan WSC tanaman jagung umur 70 hari yang bernilai 13.72% dan 16.46%
(Hidayah 2012). Namun, kadar WSC tanaman sorgum manis umur 70 hari ini
masih lebih tinggi dari nilai kandungan WSC hijauan yang berkualitas baik untuk
pembuatan silase yaitu 3 - 5% (McDonald et al. 1991).

Karakteristik Fisik Silase

Kualitas silase dapat dilihat dari karakteristik fisik silase yang dihasilkan
(Ferreira and Mertens 2005). Kualitas fisik silase meliputi warna, bau, tekstur, dan
keberadaan jamur serta suhu. Karakteristik fisik silase tanaman sorgum manis
dapat dilihat pada Tabel 2. Aroma silase tanaman sorgum manis menunjukkan
aroma asam dan wangi fermentasi. Aroma silase perlakuan termasuk kedalam
kriteria kualitas silase yang baik. Silase yang baik memiliki aroma asam dan
wangi (Abdelhadi et al. 2005). Warna silase yang dihasilkan menunjukkan warna
hijau atau sama dengan warna tanaman sorgum sebelum ensilase. Saun and
Heinrichs (2008) menyatakan bahwa warna pada silase menggambarkan hasil
fermentasi selama proses ensilase dan silase yang berkualitas baik adalah silase
yang berwarna hampir sama dengan bahan sebelum ensilase.
Tekstur silase yang dihasilkan menunjukkan tekstur yang padat atau tidak
menggumpal, tidak berlendir, dan remah. Silase yang baik memiliki tekstur
lembut (Sandi et al. 2010). Seluruh silase tanaman sorgum manis yang dihasilkan
menunjukkan kondisi tidak berjamur. Persentase bagian berjamur pada silase
berkualitas baik adalah kurang dari 10% (Davies 2007). Suhu silase tanaman
sorgum manis yang dihasilkan dari seluruh perlakuan sebesar 30oC. Levitel et al.
(2009) menyatakan bahwa silase yang baik dapat dihasilkan pada suhu 30oC.

Tabel 2 Karakter fisik silase tanaman sorgum manis umur 70 hari

Peubah
Perlakuan
Aroma Warna Tekstur Jamur Suhu (oC)*
P0 Asam Hijau alami Padat Tidak ada 30.00 ± 0.00
P1 Asam Hijau alami Padat Tidak ada 30.00 ± 0.00
P2 Asam Hijau alami Padat Tidak ada 30.00 ± 0.00
P0 = Silase tanpa penambahan bahan aditif, P1 = silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2 =
silase dengan penambahan EST 3%; *Hasil analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas
Peternakan IPB (2013).

Karakteristik Fermentatif Silase

Karakteristik fermentatif silase yang meliputi pH, BK, VFA, dan kehilangan
BK disajikn pada Tabel 3. Hasil pengukuran nilai pH menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata (P>0.05). Nilai pH pada perlakuan P2 atau silase dengan
penambahan ekstrak sorgum terfermentasi memiliki pH yang paling rendah dari
pada perlakuan lainnya dengan nilai 3.57. Nilai pH yang dihasilkan pada seluruh
perlakuan silase berkisar antara 3.57 - 3.62 yang termasuk kategori silase baik
sekali. Wilkins (1988) menyatakan bahwa kualitas silase dapat digolongkan
6

menjadi empat kategori, yaitu baik sekali (pH 3.2 - 4.2), baik (pH 4.2 - 4.5),
sedang (pH 4.5 - 4.8), dan buruk (pH >4.8).
Kandungan bahan kering (BK) merupakan aspek penting penentuan kualitas
silase. Hasil pengukuran kadar BK pada Tabel 3 menunjukkan hasil berbeda nyata
(P<0.05). Kandungan BK tertinggi diperoleh dari perlakuan P1 atau silase dengan
penambahan dedak padi yaitu 19.65%. Kandungan BK pada perlakuan lainnya
yaitu P0 dan P1 berturut-turut adalah 17.32% dan 16.07%. BK silase yang
dihasilkan masih tergolong sangat rendah. Menurut Sapienza dan Bolsen (1993)
kandungan BK untuk menghasilkan silase yang baik sekitar 30 - 35%. Kehilangan
BK pada silase yang diukur juga menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0.05).
kehilangan terbesar terjadi pada perlakuan P2 atau silase tanaman sorgum dengan
penambahan ekstrak sorgum terfermentasi. Namun kehilangan BK yang berkisar
0.15 - 1.68% lebih kecil dari penelitian Yahaya et al. (2002) yang berkisar 2 - 3%.
Asam lemak terbang (VFA) merupakan hasil dari penguraian bahan organik
selama ensilase. Konsentrasi VFA silase yang dihasilkan berdasarkan analisis
statistik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05) antar perlakuan.
Konsentrasi VFA yang tinggi terdapat pada perlakuan P1 atau silase tanaman
sorgum dengan penambahan dedak padi sebesar 63.47 mM lalu diikuti oleh P2
atau perlakuan silase dengan penambahan ekstrak sorgum terfermentasi dengan
konsentrasi 61.64 mM dan perlakuan P0 atau silase tanaman sorgum tanpa
penambahan aditif sebesar 51.36 mM. Variasi konsentrasi total VFA silase secara
umum dipengaruhi beberapa faktor yaitu jenis tanaman, kadar bahan kering pada
saat panen, populasi bakteri, kehilangan selama panen maupun saat proses
ensilase, cuaca pada saat panen, kandungan karbohidrat bahan (Saun and
Heinrichs 2008). Silase yang berkualitas baik adalah silase dengan dominasi asam
laktat (>60%) pada komposisi total asam lemak terbang (VFA) silase.
Tabel 3 Hasil pengukuran pH, BK, VFA, dan kehilangan BK silase

Peubah*
Perlakuan Kehilangan BK
pHa BK (%)b VFA (mM)a
(%)b
P0 3.59 ± 0.07 17.32 ± 0.42b 51.36 ± 14.39 0.62 ± 0.08b
P1 3.62 ± 0.07 19.65 ± 0.57a 63.47 ± 2.89 0.15 ± 0.02a
P2 3.57 ± 0.04 16.07 ± 0.73c 61.64 ± 16.30 1.68 ± 0.00c
*
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan); aHasil analisis Laboratorium
Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB (2013), bHasil analisis Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB (2013); P0: silase tanpa penambahan bahan aditif, P1:
silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2: silase dengan penambahan EST 3%. BK: bahan
kering, VFA: volatile fatty acid (asam lemak terbang).

Karakteristik fermentatif silase selanjutnya yang meliputi PK dan N-NH3


disajikan pada Tabel 4. Hasil pengukuran kadar protein kasar (PK) pada seluruh
perlakuan silase tanaman sorgum manis umur 70 hari menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata (P>0.05). Besarnya kandungan protein silase dipengaruhi oleh
besarnya kandungan protein bahan dan juga perombakan protein kasar. Protein
bahan akan mengalami penguraian pada saat ensilase, protein akan dirombak
7

menjadi asam amino dan polipetida yang kemudian diurai lebih lanjut menjadi
ammonia, VFA, dan CO2. Kondisi ini akan terjadi secara intensif apabila suplai
oksigen mencukupi.
Tabel 4 Hasil pengukuran PK dan N-NH3

Peubah*
Perlakuan
PK (%)a N-NH3 (%)b
P0 13.91 ± 0.32 3.61 ± 0.31a
P1 11.29 ± 3.46 6.10 ± 1.57b
P2 12.85 ± 0.93 3.21 ± 0.74a
*
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan); aHasil analisis Laboratorium Ilmu
dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB (2013), bHasil analisis Laboratorium Nutrisi Ternak
Perah fakultas Peternakan IPB (2013); P0: Silase tanpa penambahan bahan aditif, P1: silase
dengan penambahan dedak padi 3%, P2: silase dengan penambahan EST 3%. PK: Protein Kasar,
N-NH3: amonia.
Perombakan protein menjadi ammonia nitrogen (N-NH3) pada silase
tanaman sorgum manis menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) dengan
kisaran antara 3.21 - 6.10%. Perombakan tertinggi terjadi pada silase dengan
perlakuan P1 atau penambahan dedak padi, yaitu sebesar 6.10%. Perlakuan
lainnya mengalami perombakan protein sebesar 3.61% untuk perlakuan P0 dan
3.21% untuk perlakuan P2. Menurut Chamberlain and Wilkinson (1996),
konsentrasi N-NH3 kurang dari 5% dikategorikan dalam silase yang sangat baik,
sedangkan silase berkualitas baik mempunyai konsentrasi N-NH3 antara 5 - 10%.
Berdasarkan kualitas tersebut maka silase P0 dan P2 termasuk silase yang sangat
baik, sedangkan silase P1 tergolong silase baik.
Tabel 5 Hasil pengukuran residual & kehilangan WSC dan nilai fleigh

Peubah*
Perlakuan Residual WSC Kehilangan WSC
Nilai fleighb
(%)a (%)b
P0 1.05 ± 0.86 8.92 ± 0.86 96.84 ± 2.24ab
P1 0.96 ± 0.56 9.01 ± 0.56 98.91 ± 2.48a
P2 0.93 ± 0.97 9.04 ± 0.97 94.74 ± 1.34b
*
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan); aHasil analisis Laboratorium
Nutrisi Ternak Perah fakultas Peternakan IPB (2013); P0: silase tanpa penambahan bahan aditif,
P1: silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2: silase dengan penambahan EST 3%, WSC:
water soluble carbohydrate (karbohidrat mudah larut).

Karakteristik fermentatif silase terakhir yang meliputi residual WSC dan


kehilangan WSC serta pengukuran kualitas silase berdasarkan nilai Fleigh
disajikan pada Tabel 5. Karbohidrat larut air (WSC) merupakan substrat bagi
BAL selama ensilase untuk meningkatkan proses pengawetan (Davies et al. 2005).
Data hasil pengukuran kandungan karbohidrat terlarut air disajikan pada Tabel 5.
Residual WSC yang dihasilkan pada silase tanaman sorgum umur 70 hari
8

menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05) untuk seluruh perlakuan.
Hal ini diikuti pula oleh persentase kehilangan WSC yang juga menunjukkan hasil
tidak berbeda nyata (P>0.05).
Residual WSC pada perlakuan P0 cenderung lebih tinggi dari pada
perlakuan lainnya dengan kadar WSC 1.05%, sedangkan kehilangan WSC
terbesar terdapat pada perlakuan P2 dengan angka kehilangan sebesar 9.04%.
Berdasarkan besarnya nilai kehilangan WSC dapat diduga BAL memanfaatkan
karbohidrat terlarut air lebih optimal dibandingkan perlakuan lainnya.
Nilai fleigh merupakan perhitungan yang digunakan untuk mengukur
kualitas silase berdasarkan nilai kandungan bahan kering dan pH silase. Nilai
fleigh yang dihasilkan pada penelitian ini bernilai >85 sehingga dikategorikan
sebagai silase dengan kualitas sangat baik (Ozturk 2005). Namun antar perlakuan
dari penelitian ini menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05) di mana P1 atau
silase dengan penambahan dedak padi menghasilkan nilai fleigh tertinggi yaitu
98.91 yang diikuti oleh perlakuan P0 atau silase tanpa penambahan aditif dengan
nilai 96.84 dan yang terendah adalah perlakuan P2 atau silase dengan penambahan
ekstrak sorgum terfermentasi dengan nilai 94.74.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Karakter fisik yang dihasilkan silase tanaman sorgum manis umur 70 hari
menunjukkan hasil yang sama baik untuk semua perlakuan yang diberikan.
Namun berdasarkan karakteristik fermentatif, silase dengan penambahan aditif
berupa ekstrak sorgum terfermentasi 3% (v/b) dan tanpa penambahan aditif
memiliki kualitas lebih baik dari pada silase dengan penambahan aditif dedak padi
3% (b/b).

Saran

Silase tanaman sorgum manis umur 70 hari dapat dibuat tanpa penambahan
aditif dan tidak menurunkan kualitas silase yang dihasilkan. Aditif yang lebih baik
digunakan adalah aditif berupa ekstrak sorgum terfermentasi daripada aditif dedak
padi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdelhadi LO, Santini FJ, Gagliostro GA. 2005. Corn silage of high moisture
corn supplements for beef heifers grazing temperate pasture; effects on
performance ruminal fermentation and in situ pasture digestion. Anim Feed Sci
Technol. 118: 63-78.
[AOAC] Association of Official Agricultural Chemists. 1990. Official Methods of
Analysis of the Association of Analytical Chemist. 15th Ed. Arlington (US):
Assoc of Official Analytical Chemist.
9

[AOAC] Association of Official Agricultural Chemists. 2005. Official Methods of


Analysis. 17th Ed. Washington DC (US): Assoc of Official Analytical Chemist..
[BALITSEREAL] Balai Penelitian Tanaman Serealia. Varietas numbu (sorgum)
[Internet]. Jakarta (ID): Departemen Pertanian Indonesia. [diunduh 2013 Juli
20]. Tersedia pada: http://balitsereal.litbang.deptan. go.id/ind/index.php
Bureenok S, Namihira T, Mizumachi S, Kawamoto Y, Nakada T. 2006. The effect
of epiphytic lactic acid bacteria with or without different byproduct from
defatted rice bran and green tea waste on napiergrass (Pennisetum purpureum
Shumach) silage fermentation. J Sci Food Agric. 86:1073-1077.
doi: 10.1002/jsfa.2458
Buysse J, Merckx R. 1993. An improved colorimetric method to quantify sugar
content of plant tissue. J Exp Bot. 44:1627-1629.
Chamberlain AT, Wilkinson JM. 1996. Feeding the Dairy Cow. Lincoln (US):
Chalcombe.
Conway EJ, O’Malley E. 1942. Microdiffusion methods: ammonia and urea using
buffered absorbents (revised methods for ranges greater than 10 μg N). J
Biochem. 36: 655-661.
Davies D. 2007. Improving silage quality and reducing CO2 emission [Internet].
California (US): Dow Chemical. [diunduh 2013 Juli 22]. Tersedia pada:
http://www.dow.com/silage/tools/experts/ improving.htm.
Davies DR, Theodorou MK, Kingston-Smith AH, Merry RJM. 2005. Advances in
Silage Quality in The 21st Century. Silage Production and Utilization.
Netherlands (NL): Wageningen Academic.
Diwyanto K, Inounu I. 2001. Ketersediaan teknologi dalam pengembangan
ruminansia kecil. Seminar Nasional Domba dan Kambing. [Waktu dan tempat
pertemuan tidak diketahui]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. hlm 121-130.
Dubois M, Gilles KA, Hamilton JK, Rebers PA, Smitth F. 1956. Calorimetric
Method for Determination of Sugars and Related Substances Division of
Biochemistry. Minn (US): University of Minnesota.
Duncan DB. 1955. Multiple range and multiple F tests. Biometrics. 11:1-42.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2002. Sweet sorghum in China
[Internet]. Hebei (CN): FAO. [diacu 2013 Juli 20]. Tersedia pada:
http://www.fao.org/ag/magazine/ 0202sp2.htm
Ferreira G, Mertens DR. 2005. Chemical and physical characteristics of corn
silages and their effects on in vitro dissappearance. J Dairy Science 88: 4414 –
4425.
[GLP] General Laboratory Procedure. 1966. General Laboratory Procedure.
Wisconsin (US): University of Wisconsin.
Hartadi H, Reksohadiprojo S, Tilman AD. 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk
Indonesia. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr.
Hidayah P. 2012. Kualitas silase tanaman jagung pada berbagai umur pemanenan
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kilic A. 1984. Silo Yemi (Silage Feed). Izmir (TR): Bilgehan Pr.
Levitel T, Mustafaa AF, Seguin P, Lefebvrec G. 2009. Effects of a propionic acid-
based additive on short-term ensiling characteristics of whole plant maize and
on dairy cow performance. Anim Feed Sci Technol. 152:21–32.
Matjik AA, Sumertajaya M. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. Edisi ke-2. Bogor (ID): IPB Pr.
10

McDonald P, Edwards R, Greenhalgh J. 1991. The Biochemistry of Silage. 2nd Ed.


Marlow (GB): Chalcombe.
McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA. 2002. Animal Nutrition.
6th Ed. Harlow (GB): Pearson Education.
Naumann C, Bassler R. 1997. VDLUFA-Methodenbuch Band III, Die chemische
Untersuchung von Futtermitteln. 3rd Ed. Darmstadt (NL): VDLUFA Verlag.
Ohshima M, Kimura E, Yokota H. 1997. A methods of making good quality
silage from direct cut alfalfa by spraying previously fermented juices. Anim
Feed Sci Technol. 66: 129-137.
Ozturk D, Kizilsimsek M, Kamalak A, Canbolat O, Ozkan CO. 2005. Effects of
ensiling alfalfa with whole-crop maize on the chemical composition and
nutritive value of silage mixtures. Kahramanmaras (TR): Kahramanmaras
Sutcu Imam University.
Rahayu M, Samanhudi, Wartoyo. 2011. Uji adaptasi beberapa varietas sorgum
manis di lahan kering wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Seminar Hijauan
Pakan Nasional. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Solo (ID):
Universitas Sebelas Maret.
Ridwan R, Ratnakomala S, Kartina G, Widyastuti Y. 2005. Pengaruh penambahan
dedak padi dan Lactobacillus plantarum 1BL-2 dalam pembuatan silase
rumput gajah. Med Pet. 28(3):117-123.
Sandi S, Laconi EB, Sudarman A, Wiryawan KG, Mangundjaja D. 2010. Kualitas
nutrisi silase berbahan baku singkong yang diberi enzim cairan rumen sapi dan
Leuconostoc mesenteroides. Med Pet. 33(1):25-30.
Sapienza DA, Bolsen KK. 1993. Teknologi Silase (Penanaman, Pembuatan, dan
Pemberdayaan pada Ternak). Martoyoedo RBS, penerjemah. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor. Terjemahan dari: Pioneer Seeds.
Saun RJV, Heinrich AJ. 2008. Trouble shooting silage problem. Di dalam:
Proceedings of the Mid-Atlantic Conference; 2008 May 26; Pensylvania,
United States of America. Pensylvania (US): Pen State’s College. hlm 2-10.
Susanto B, Hariadi TjB, Manik H, Abubakar H. 2009. Kualitas rumput unggul
tropika hasil ensilase dengan bakteri asam laktat dari ekstrak rumput
terfermentasi. Med Pet. 32(2):137-144.
Wilkins RJ. 1988. The Preservation of Forage. Orskov ER, editor. Amsterdam
(NL): Elsevier Science.
Yahaya MS, Kawai M. Takahashi J, Matsuoka S. 2002. The eff ect of different
moisture contents at ensiling on silo degradation and digestibility of structural
carbohydrates of orchard grass. Anim Feed Sci Technol. 101: 127–133.
11

Lampiran 1 Hasil sidik ragam BK silase

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat


Fhit Signifikansi
Keragaman Kuadrat Bebas Tengah
Model koreksi 26.425a 2 13.212 38.393 .000
Intersep 3751.342 1 3751.342 1.090E4 .000
Perlakuan 26.425 2 13.212 38.393 .000
Galat 3.097 9 .344
Total 3780.865 12
Total koreksi 29.522 11

Lampiran 2 Uji lanjut duncan BK silase

Jumlah Subset
Perlakuan*
Perlakuan 1 2 3
P2 4 16.0725
P0 4 17.3175
P1 4 19.6525
Signifikansi 1.000 1.000 1.000
*P0: silase tanpa penambahan bahan aditif, P1: silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2:
silase dengan penambahan EST 3%.

Lampiran 3 Hasil sidik ragam pH silase

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat


Fhit Signifikansi
Keragaman Kuadrat Bebas Tengah
Model koreksi .008a 2 .004 .930 .416
Intersep 232.273 1 232.273 5.749E4 .000
Perlakuan .008 2 .004 .930 .416
Galat .061 15 .004
Total 232.341 18
Total koreksi .068 17

Lampiran 4 Hasil sidik ragam suhu silase

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat


Fhit Signifikansi
Keragaman Kuadrat Bebas Tengah
Model koreksi .000a 2 .000 . .
Intersep 16200.000 1 16200.000 . .
Perlakuan .000 2 .000 . .
Galat .000 15 .000
Total 16200.000 18
Total koreksi .000 17
12

Lampiran 5 Hasil sidik ragam kehilangan BK

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat


Fhit Signifikansi
Keragaman Kuadrat Bebas Tengah
Model koreksi 2.426a 2 1.213 472.682 .000
Intersep 4.002 1 4.002 1.559E3
, .000
Perlakuan 2.426 2 1.213 472.682 .000
Galat .008 3 .003
Total 6.436 6
Total koreksi 2.434 5

Lampiran 6 Uji lanjut duncan kehilangan BK silase

Jumlah Subset
Perlakuan*
Perlakuan 1 2 3
2 2 .1550
1 2 .6200
3 2 1.6750
Signifikansi 1.000 1.000 1.000
*P0: silase tanpa penambahan bahan aditif, P1: silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2:
silase dengan penambahan EST 3%.

Lampiran 7 Hasil sidik ragam NH3 silase

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat


Fhit Signifikansi
Keragaman Kuadrat Bebas Tengah
Model koreksi 19.644a 2 9.822 9.483 .006
Intersep 222.138 1 222.138 214.460 .000
Perlakuan 19.644 2 9.822 9.483 .006
Galat 9.322 9 1.036
Total 251.104 12
Total koreksi 28.966 11

Lampiran 8 Uji lanjut duncan NH3 silase

Subset
Perlakuan* Jumlah perlakuan
1 2
P2 4 3.2075
P0 4 3.6025
P1 4 6.0975
Signifikansi .596 1.000
*P0: silase tanpa penambahan bahan aditif, P1: silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2:
silase dengan penambahan EST 3%.
13

Lampiran 9 Hasil sidik ragam residual WSC silase

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat


Fhit Signifikansi
Keragaman Kuadrat Bebas Tengah
Model koreksi .048a 2 .024 .037 .964
Intersep 17.268 1 17.268 26.129 .000
Perlakuan .048 2 .024 .037 .964
Galat 9.913 15 .661
Total 27.229 18
Total koreksi 9.961 17

Lampiran 10 Hasil sidik ragam PK silase

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat


Fhit Signifikansi
Keragaman Kuadrat Bebas Tengah
Model koreksi 13.923a 2 6.962 1.610 .252
Intersep 1930.150 1 1930.150 446.497 .000
Perlakuan 13.923 2 6.962 1.610 .252
Galat 38.906 9 4.323
Total 1982.979 12
Total koreksi 52.829 11

Lampiran 11 Hasil sidik ragam VFA silase

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat


Fhit Signifikansi
Keragaman Kuadrat Bebas Tengah
Model koreksi 291.500a 2 145.750 .968 .432
Intersep 28745.334 1 28745.334 190.870 .000
Perlakuan 291.500 2 145.750 .968 .432
Galat 903.612 6 150.602
Total 31139.107 9
Total koreksi 1195.112 8
14

Lampiran 12 Hasil sidik ragam nilai fleigh silase

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat


Fhit Signifikansi
Keragaman Kuadrat Bebas Tengah
Model koreksi 34.779a 2 17.389 4.027 .056
Intersep 112508.714 1 112508.714 2.605E4 .000
Perlakuan 34.779 2 17.389 4.027 .056
Galat 38.865 9 4.318
Total 112582.357 12
Total koreksi 73.644 11

Lampiran 13 Uji lanjut duncan nilai fleigh silase

Subset
Perlakuan* Jumlah perlakuan
1 2
P2 4 94.7375
P0 4 96.8400 96.8400
P1 4 98.9075
Signifikansi .186 .193
*P0: silase tanpa penambahan bahan aditif, P1: silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2:
silase dengan penambahan EST 3%.

Lampiran 14 Hasil sidik ragam kehilangan WSC silase

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat


Fhit Signifikansi
Keragaman Kuadrat Bebas Tengah
Model koreksi .048a 2 .024 .037 .964
Intersep 1454.942 1 1454.942 2.202E3 .000
Perlakuan .048 2 .024 .037 .964
Galat 9.913 15 .661
Total 1464.903 18
Total koreksi 9.961 17
15

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pare-Pare pada tanggal 25


Agustus 1991 dari Bapak Malik dan Ibu Rahima. Penulis
merupakan anak bungsu dari tujuh orang bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sengata
Utara dan pada tahun yang sama penulis diterima di IPB
melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dan
diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif
sebagai asisten praktikum Metodologi Penelitian, asisten
praktikum Teknik Formulasi Ransum dan Sistem
Informasi Pakan, dan asisten praktikum Integrasi Proses Nutrisi pada tahun ajaran
2012/2013. Penulis juga aktif sebagai pengurus UKM Karate IPB 2010, Anggota
komisi 2 (ekternal) Dewan Radix DPM D IPB 2011, Ketua Dewan Martingales
DPM D IPB 2012, dan Ketua Komisi 3 Dewan Kertas Terbang DPM KM IPB
2013.
Beberapa prestasi yang diraih oleh penulis ialah PKM didanai DIKTI pada
tahun 2011, 2012, dan 2013, Juara 1 Karate Kata Beregu Putra Univ. Parahyangan
Cup 2011, Juara 2 Futsal Kejurnas Fapet Cup Undip 2011, Juara 3 Futsal OMI
2012, Juara 2 Sepakbola OMI 2012, dan Juara 2 Futsal Kejurnas Fapet Cup UNS
2012.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis sampaikan kepada PT. Kaltim Prima Coal sebagai
pemberi beasiswa penuh kepada penulis selama empat tahun kuliah di IPB.
Terima kasih pula kepada Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi dan Dr Ir Luki Abdullah,
MScAgr selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis, terutama dalam panyusunan tugas akhir ini. Terima
kasih pula kepada Ir Dwi Margi Suci, MS selaku dosen pembimbing akademik
yang banyak membimbing penulis selama kuliah di Departemen INTP. Penulis
mengucapkan terima kasih juga kepada Dr Despal, SPt, MScAgr selaku dosen
penguji seminar. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih pula kepada Dr Ir
Muhammad Ridla, MAgr dan Dr Tuti Suryati, SPt, MSi selaku dosen penguji
sidang. Tak lupa ungkapan rasa terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan
kepada Bapak dan Ibu serta seluruh keluarga besar penulis atas segala doa, kasih
sayang, serta dukungannya kepada penulis. Ungkapan terima kasih penulis
sampaikan pula kepada teman-teman BUD PT. KPC, fast track (Ardi, Dyah,
Endah, dan Fina), Nutritiousz46, AK 8 MPF46, AK 15 MPF49, keluarga besar
DPM D IPB, DPM & MPM KM IPB 2013, FApet, Fighter serta IDE 33 & 34 atas
segala bentuk dukungan dan motivasinya kepada penulis selama di IPB.

Anda mungkin juga menyukai