Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kualitas Fisik dan
Kimiawi Silase Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) Umur 70
Hari dengan Penambahan Aditif adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas fisik dan kimiawi dari silase
tanaman sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) pada umur panen 70 hari
dengan penambahan aditif berupa dedak padi 3% (b/b) dan ekstrak sorgum
terfermentasi 3% (v/b). Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap dengan tiga perlakuan dan enam ulangan. Perlakuan silase terdiri atas
silase P0 (silase tanaman sorgum manis tanpa penambahan aditif), silase P1
(silase tanaman sorgum manis dengan penambahan dedak padi 3%), dan silase P2
(silase tanaman sorgum manis dengan penambahan ekstrak sorgum terfermentasi
3%). Peubah yang diamati meliputi kondisi awal bahan, karakteristik fisik silase,
dan karakteristik fermentatif silase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karakteristik fisik yang dihasilkan silase tanaman sorgum manis pada umur panen
70 hari menunjukkan hasil yang sama baik untuk semua perlakuan yang diberikan.
Namun berdasarkan karakteristik fermentatif, silase tanpa penambahan aditif dan
silase dengan penambahan aditif berupa ekstrak sorgum terfermentasi 3% (v/b)
memiliki kualitas yang lebih baik dari pada silase dengan penambahan aditif
dedak padi 3% (b/b).
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
Disetujui oIeh
- !
h 4 1F~~~J
~7ERN~"-
Or If ld ermana, MScAgr
Ketua Departemen
Disetujui oleh
Diketahui oleh
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil sidik ragam BK silase 11
2 Uji lanjut duncan BK silase 11
3 Hasil sidik ragam pH silase 11
4 Hasil sidik ragam suhu silase 11
5 Hasil sidik ragam kehilangan BK 12
6 Uji lanjut duncan kehilangan BK silase 12
7 Hasil sidik ragam NH3 silase 12
8 Uji lanjut duncan NH3 silase 12
9 Hasil sidik ragam residual WSC silase 13
10 Hasil sidik ragam PK silase 13
11 Hasil sidik ragam VFA silase 13
12 Hasil sidik ragam nilai fleigh silase 14
13 Uji lanjut duncan nilai fleigh silase 14
14 Hasil sidik ragam kehilangan WSC silase 14
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bibit tanaman sorgum
manis (Sorghum bicolor L. Moench) varietas Numbu yang berasal dari
Laboratorium Agrostologi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
sebanyak 10 kg serta bahan untuk pengamatan karakteristik awal bahan,
2
Prosedur Percobaan
Persiapan lahan
Lahan yang digunakan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman (land clearing).
Setelah itu dilanjutkan dengan pengolahan tanah menggunakan traktor.
Selanjutnya dilakukan penggaruan dan diratakan, sehingga lahan siap ditanami.
Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan sejak penananaman selesai dilakukan yang meliputi
pengairan, penjarangan tanaman, penyiangan, pembubunan, dan pengendalian
hama penyakit.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada umur 70 hari. Pemanenan dilakukan pada
keadaan cuaca cerah/ terang dan pemotongan tanaman dilakukan pada pangkal
tanaman sorgum dengan panjang sekitar 15 – 25 cm di atas permukaan tanah.
Pembuatan silase
Tanaman sorgum setelah dipanen dilayukan selama 2.5 - 3 jam kemudian
dicacah berukuran 3 - 5 cm dan dihomogenkan. Tanaman sorgum tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam toples plastik berukuran 2.5 kg, ditekan hingga
cukup padat sehingga kondisi anaerob dapat terjadi. Silo yang selesai dibuat,
disimpan dalam ruangan pada suhu kamar selama 21 hari.
Perlakuan
Penelitian terdiri atas 3 perlakuan kondisi silase yang berbeda-beda dengan
masing-masing 6 ulangan, yakni:
P0 = silase tanpa penambahan bahan aditif
P1 = silase dengan penambahan dedak padi 3% (b/b)
P2 = silase dengan penambahan ekstrak sorgum terfermentasi (EST) 3% (v/b)
Analisis Data
Tabel 1 Proporsi bagian tanaman dan kualitas nutrisi tanaman sorgum manis umur
70 hari
manis umur 70 hari bernilai 12.38% dan 9.97%. Nilai ini lebih kecil dari kadar PK
dan WSC tanaman jagung umur 70 hari yang bernilai 13.72% dan 16.46%
(Hidayah 2012). Namun, kadar WSC tanaman sorgum manis umur 70 hari ini
masih lebih tinggi dari nilai kandungan WSC hijauan yang berkualitas baik untuk
pembuatan silase yaitu 3 - 5% (McDonald et al. 1991).
Kualitas silase dapat dilihat dari karakteristik fisik silase yang dihasilkan
(Ferreira and Mertens 2005). Kualitas fisik silase meliputi warna, bau, tekstur, dan
keberadaan jamur serta suhu. Karakteristik fisik silase tanaman sorgum manis
dapat dilihat pada Tabel 2. Aroma silase tanaman sorgum manis menunjukkan
aroma asam dan wangi fermentasi. Aroma silase perlakuan termasuk kedalam
kriteria kualitas silase yang baik. Silase yang baik memiliki aroma asam dan
wangi (Abdelhadi et al. 2005). Warna silase yang dihasilkan menunjukkan warna
hijau atau sama dengan warna tanaman sorgum sebelum ensilase. Saun and
Heinrichs (2008) menyatakan bahwa warna pada silase menggambarkan hasil
fermentasi selama proses ensilase dan silase yang berkualitas baik adalah silase
yang berwarna hampir sama dengan bahan sebelum ensilase.
Tekstur silase yang dihasilkan menunjukkan tekstur yang padat atau tidak
menggumpal, tidak berlendir, dan remah. Silase yang baik memiliki tekstur
lembut (Sandi et al. 2010). Seluruh silase tanaman sorgum manis yang dihasilkan
menunjukkan kondisi tidak berjamur. Persentase bagian berjamur pada silase
berkualitas baik adalah kurang dari 10% (Davies 2007). Suhu silase tanaman
sorgum manis yang dihasilkan dari seluruh perlakuan sebesar 30oC. Levitel et al.
(2009) menyatakan bahwa silase yang baik dapat dihasilkan pada suhu 30oC.
Peubah
Perlakuan
Aroma Warna Tekstur Jamur Suhu (oC)*
P0 Asam Hijau alami Padat Tidak ada 30.00 ± 0.00
P1 Asam Hijau alami Padat Tidak ada 30.00 ± 0.00
P2 Asam Hijau alami Padat Tidak ada 30.00 ± 0.00
P0 = Silase tanpa penambahan bahan aditif, P1 = silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2 =
silase dengan penambahan EST 3%; *Hasil analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas
Peternakan IPB (2013).
Karakteristik fermentatif silase yang meliputi pH, BK, VFA, dan kehilangan
BK disajikn pada Tabel 3. Hasil pengukuran nilai pH menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata (P>0.05). Nilai pH pada perlakuan P2 atau silase dengan
penambahan ekstrak sorgum terfermentasi memiliki pH yang paling rendah dari
pada perlakuan lainnya dengan nilai 3.57. Nilai pH yang dihasilkan pada seluruh
perlakuan silase berkisar antara 3.57 - 3.62 yang termasuk kategori silase baik
sekali. Wilkins (1988) menyatakan bahwa kualitas silase dapat digolongkan
6
menjadi empat kategori, yaitu baik sekali (pH 3.2 - 4.2), baik (pH 4.2 - 4.5),
sedang (pH 4.5 - 4.8), dan buruk (pH >4.8).
Kandungan bahan kering (BK) merupakan aspek penting penentuan kualitas
silase. Hasil pengukuran kadar BK pada Tabel 3 menunjukkan hasil berbeda nyata
(P<0.05). Kandungan BK tertinggi diperoleh dari perlakuan P1 atau silase dengan
penambahan dedak padi yaitu 19.65%. Kandungan BK pada perlakuan lainnya
yaitu P0 dan P1 berturut-turut adalah 17.32% dan 16.07%. BK silase yang
dihasilkan masih tergolong sangat rendah. Menurut Sapienza dan Bolsen (1993)
kandungan BK untuk menghasilkan silase yang baik sekitar 30 - 35%. Kehilangan
BK pada silase yang diukur juga menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0.05).
kehilangan terbesar terjadi pada perlakuan P2 atau silase tanaman sorgum dengan
penambahan ekstrak sorgum terfermentasi. Namun kehilangan BK yang berkisar
0.15 - 1.68% lebih kecil dari penelitian Yahaya et al. (2002) yang berkisar 2 - 3%.
Asam lemak terbang (VFA) merupakan hasil dari penguraian bahan organik
selama ensilase. Konsentrasi VFA silase yang dihasilkan berdasarkan analisis
statistik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05) antar perlakuan.
Konsentrasi VFA yang tinggi terdapat pada perlakuan P1 atau silase tanaman
sorgum dengan penambahan dedak padi sebesar 63.47 mM lalu diikuti oleh P2
atau perlakuan silase dengan penambahan ekstrak sorgum terfermentasi dengan
konsentrasi 61.64 mM dan perlakuan P0 atau silase tanaman sorgum tanpa
penambahan aditif sebesar 51.36 mM. Variasi konsentrasi total VFA silase secara
umum dipengaruhi beberapa faktor yaitu jenis tanaman, kadar bahan kering pada
saat panen, populasi bakteri, kehilangan selama panen maupun saat proses
ensilase, cuaca pada saat panen, kandungan karbohidrat bahan (Saun and
Heinrichs 2008). Silase yang berkualitas baik adalah silase dengan dominasi asam
laktat (>60%) pada komposisi total asam lemak terbang (VFA) silase.
Tabel 3 Hasil pengukuran pH, BK, VFA, dan kehilangan BK silase
Peubah*
Perlakuan Kehilangan BK
pHa BK (%)b VFA (mM)a
(%)b
P0 3.59 ± 0.07 17.32 ± 0.42b 51.36 ± 14.39 0.62 ± 0.08b
P1 3.62 ± 0.07 19.65 ± 0.57a 63.47 ± 2.89 0.15 ± 0.02a
P2 3.57 ± 0.04 16.07 ± 0.73c 61.64 ± 16.30 1.68 ± 0.00c
*
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan); aHasil analisis Laboratorium
Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB (2013), bHasil analisis Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB (2013); P0: silase tanpa penambahan bahan aditif, P1:
silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2: silase dengan penambahan EST 3%. BK: bahan
kering, VFA: volatile fatty acid (asam lemak terbang).
menjadi asam amino dan polipetida yang kemudian diurai lebih lanjut menjadi
ammonia, VFA, dan CO2. Kondisi ini akan terjadi secara intensif apabila suplai
oksigen mencukupi.
Tabel 4 Hasil pengukuran PK dan N-NH3
Peubah*
Perlakuan
PK (%)a N-NH3 (%)b
P0 13.91 ± 0.32 3.61 ± 0.31a
P1 11.29 ± 3.46 6.10 ± 1.57b
P2 12.85 ± 0.93 3.21 ± 0.74a
*
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan); aHasil analisis Laboratorium Ilmu
dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB (2013), bHasil analisis Laboratorium Nutrisi Ternak
Perah fakultas Peternakan IPB (2013); P0: Silase tanpa penambahan bahan aditif, P1: silase
dengan penambahan dedak padi 3%, P2: silase dengan penambahan EST 3%. PK: Protein Kasar,
N-NH3: amonia.
Perombakan protein menjadi ammonia nitrogen (N-NH3) pada silase
tanaman sorgum manis menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) dengan
kisaran antara 3.21 - 6.10%. Perombakan tertinggi terjadi pada silase dengan
perlakuan P1 atau penambahan dedak padi, yaitu sebesar 6.10%. Perlakuan
lainnya mengalami perombakan protein sebesar 3.61% untuk perlakuan P0 dan
3.21% untuk perlakuan P2. Menurut Chamberlain and Wilkinson (1996),
konsentrasi N-NH3 kurang dari 5% dikategorikan dalam silase yang sangat baik,
sedangkan silase berkualitas baik mempunyai konsentrasi N-NH3 antara 5 - 10%.
Berdasarkan kualitas tersebut maka silase P0 dan P2 termasuk silase yang sangat
baik, sedangkan silase P1 tergolong silase baik.
Tabel 5 Hasil pengukuran residual & kehilangan WSC dan nilai fleigh
Peubah*
Perlakuan Residual WSC Kehilangan WSC
Nilai fleighb
(%)a (%)b
P0 1.05 ± 0.86 8.92 ± 0.86 96.84 ± 2.24ab
P1 0.96 ± 0.56 9.01 ± 0.56 98.91 ± 2.48a
P2 0.93 ± 0.97 9.04 ± 0.97 94.74 ± 1.34b
*
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan); aHasil analisis Laboratorium
Nutrisi Ternak Perah fakultas Peternakan IPB (2013); P0: silase tanpa penambahan bahan aditif,
P1: silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2: silase dengan penambahan EST 3%, WSC:
water soluble carbohydrate (karbohidrat mudah larut).
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05) untuk seluruh perlakuan.
Hal ini diikuti pula oleh persentase kehilangan WSC yang juga menunjukkan hasil
tidak berbeda nyata (P>0.05).
Residual WSC pada perlakuan P0 cenderung lebih tinggi dari pada
perlakuan lainnya dengan kadar WSC 1.05%, sedangkan kehilangan WSC
terbesar terdapat pada perlakuan P2 dengan angka kehilangan sebesar 9.04%.
Berdasarkan besarnya nilai kehilangan WSC dapat diduga BAL memanfaatkan
karbohidrat terlarut air lebih optimal dibandingkan perlakuan lainnya.
Nilai fleigh merupakan perhitungan yang digunakan untuk mengukur
kualitas silase berdasarkan nilai kandungan bahan kering dan pH silase. Nilai
fleigh yang dihasilkan pada penelitian ini bernilai >85 sehingga dikategorikan
sebagai silase dengan kualitas sangat baik (Ozturk 2005). Namun antar perlakuan
dari penelitian ini menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05) di mana P1 atau
silase dengan penambahan dedak padi menghasilkan nilai fleigh tertinggi yaitu
98.91 yang diikuti oleh perlakuan P0 atau silase tanpa penambahan aditif dengan
nilai 96.84 dan yang terendah adalah perlakuan P2 atau silase dengan penambahan
ekstrak sorgum terfermentasi dengan nilai 94.74.
Simpulan
Karakter fisik yang dihasilkan silase tanaman sorgum manis umur 70 hari
menunjukkan hasil yang sama baik untuk semua perlakuan yang diberikan.
Namun berdasarkan karakteristik fermentatif, silase dengan penambahan aditif
berupa ekstrak sorgum terfermentasi 3% (v/b) dan tanpa penambahan aditif
memiliki kualitas lebih baik dari pada silase dengan penambahan aditif dedak padi
3% (b/b).
Saran
Silase tanaman sorgum manis umur 70 hari dapat dibuat tanpa penambahan
aditif dan tidak menurunkan kualitas silase yang dihasilkan. Aditif yang lebih baik
digunakan adalah aditif berupa ekstrak sorgum terfermentasi daripada aditif dedak
padi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdelhadi LO, Santini FJ, Gagliostro GA. 2005. Corn silage of high moisture
corn supplements for beef heifers grazing temperate pasture; effects on
performance ruminal fermentation and in situ pasture digestion. Anim Feed Sci
Technol. 118: 63-78.
[AOAC] Association of Official Agricultural Chemists. 1990. Official Methods of
Analysis of the Association of Analytical Chemist. 15th Ed. Arlington (US):
Assoc of Official Analytical Chemist.
9
Jumlah Subset
Perlakuan*
Perlakuan 1 2 3
P2 4 16.0725
P0 4 17.3175
P1 4 19.6525
Signifikansi 1.000 1.000 1.000
*P0: silase tanpa penambahan bahan aditif, P1: silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2:
silase dengan penambahan EST 3%.
Jumlah Subset
Perlakuan*
Perlakuan 1 2 3
2 2 .1550
1 2 .6200
3 2 1.6750
Signifikansi 1.000 1.000 1.000
*P0: silase tanpa penambahan bahan aditif, P1: silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2:
silase dengan penambahan EST 3%.
Subset
Perlakuan* Jumlah perlakuan
1 2
P2 4 3.2075
P0 4 3.6025
P1 4 6.0975
Signifikansi .596 1.000
*P0: silase tanpa penambahan bahan aditif, P1: silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2:
silase dengan penambahan EST 3%.
13
Subset
Perlakuan* Jumlah perlakuan
1 2
P2 4 94.7375
P0 4 96.8400 96.8400
P1 4 98.9075
Signifikansi .186 .193
*P0: silase tanpa penambahan bahan aditif, P1: silase dengan penambahan dedak padi 3%, P2:
silase dengan penambahan EST 3%.
RIWAYAT HIDUP
Terima kasih penulis sampaikan kepada PT. Kaltim Prima Coal sebagai
pemberi beasiswa penuh kepada penulis selama empat tahun kuliah di IPB.
Terima kasih pula kepada Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi dan Dr Ir Luki Abdullah,
MScAgr selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis, terutama dalam panyusunan tugas akhir ini. Terima
kasih pula kepada Ir Dwi Margi Suci, MS selaku dosen pembimbing akademik
yang banyak membimbing penulis selama kuliah di Departemen INTP. Penulis
mengucapkan terima kasih juga kepada Dr Despal, SPt, MScAgr selaku dosen
penguji seminar. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih pula kepada Dr Ir
Muhammad Ridla, MAgr dan Dr Tuti Suryati, SPt, MSi selaku dosen penguji
sidang. Tak lupa ungkapan rasa terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan
kepada Bapak dan Ibu serta seluruh keluarga besar penulis atas segala doa, kasih
sayang, serta dukungannya kepada penulis. Ungkapan terima kasih penulis
sampaikan pula kepada teman-teman BUD PT. KPC, fast track (Ardi, Dyah,
Endah, dan Fina), Nutritiousz46, AK 8 MPF46, AK 15 MPF49, keluarga besar
DPM D IPB, DPM & MPM KM IPB 2013, FApet, Fighter serta IDE 33 & 34 atas
segala bentuk dukungan dan motivasinya kepada penulis selama di IPB.