Oleh :
AYU HUMAIRA
Nim: 1340292020011
Tanaman kelor memiliki kandungan nutrisi atau yang dikenal sebagai komponen
proksimat yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral dan kandungan serat pangan.
Daun kelor dapat diolah menjadi serbuk yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan zat gizi pada produk pangan.. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menentukan organoleptik dan mutu gizi biskuit dari serbuk daun kelor (Moringa
oleifera). Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental, penelitian
dilakukan di laboratorium kimia Akafarma Banda Aceh. Perlakuan pada
penelitian dengan konsentrasi F0, F1, F2, F3. Parameter yang diuji adalah
organoleptik, kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan kadar
karbohidrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biskuit ini memiliki
organoleptik (F0)warna kuning kecoklatan, rasa sangat manis, aroma biskuit dan
sangat rapuh. (F1) warna kuning kehijauan dengan rasa manis, aroma kelor dan
rapuh, (F2) warna hijau muda, sangat beraroma kelor, rasa manis dantidak rapuh.
(F3) berwarna hijau tua, sangat beraroma kelor, rasa manis sedikit pahit dan tidak
rapuh. kadar air dan kadar abu untuk (F0) 3,60% dan 0,95%, (F1 ) 3,20% dan
0,99%, (F2) 3,28% dan 1,28% serta (F3) 3,89% dan 1,31%. Untuk kadar protein,
lemak dan karbohidrat biskuit yang diperoleh hasil (F0) 5,20%, 24,47% dan
65,78% (F1) 5,80%, 25,18% dan 64,76% (F2) 5,33%, 23,69% dan 66,42% serta
(F3) 5,71%, 22,99 dan 66,10%. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan
bahwa biskuit dari serbuk daun kelor memenuhi persyaratan mutu biskuit
berdasarkan standar SNI 2973-1992 dan SNI 2973-2011 namun untuk kadar
karbohidrat dari biskuit yang diperoleh masih belum memenuhi syarat mutu SNI.
Kata Kunci : Serbuk daun kelor (Moringa oleifera) , biskuit, nilai gizi.
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyusun Laporan Tugas
Akhir ini dengan judul “ Evaluasi Mutu Fisik dan Nilai Gizi Biskuit dari
Serbuk Daun Kelor ” Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu
pengetahuan dan beliaulah panutan bagi seluruh alam. Laporan Tugas Akhir ini
diajukan sebagai salah satu tahapan untuk menyusun Laporan Tugas Akhir pada
Akademi Analis Farmasi dan Makanan Banda Aceh Yayasan Harapan Bangsa
Darussalam.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bpk Apt. Rinaldi, S.Farm, M.Si., selaku Plt Direktur AKAFARMA Banda
Aceh Harapan Bangsa Darussalam.
2. Ibu Azmalina Adriani, M.Si, selaku ketua program studi Analisis Farmasi dan
Makanan serta selaku pembimbing Laporan Tugas Akhir yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan arahan dalam
penyelesaian Laporan Tugas Akhir.
3. Dosen dan Staf yang telah mendidik dan membantu selama di AKAFARMA
Banda Aceh.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Laporan Tugas
Akhir ini banyak kekurangan baik dari penyampaian maupun penulisan
disebabkan pengetahuan, pengalaman, yang sangat terbatas, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran. Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan
sekali lagi atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih
Ayu Humaira
vi
DAFTAR ISI
vii
3.3.2 Sampel .................................................................................................. 16
3.4 Alat dan Bahan ............................................................................................ 16
3.4.1 Alat ....................................................................................................... 16
3.4.2 Bahan ................................................................................................... 17
3.5 Prosedur Kerja............................................................................................. 17
3.5.1 Pembuatan Simplisia Daun Kelor ........................................................ 17
3.5.2 Formulasi Biskuit Dari Serbuk Daun Kelor ......................................... 17
3.6 Evaluasi Mutu Biskuit ................................................................................. 18
3.6.1 Evaluasi Organoleptik ......................................................................... 18
3.6.2 Evaluasi Mutu Gizi.............................................................................. 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 22
4.1 Pembuatan Biskuit ....................................................................................... 22
4.2 Evaluasi Mutu Biskuit ................................................................................. 22
4.2.1 Evaluasi Organoleptik ......................................................................... 22
4.2.2 Evaluasi Mutu Gizi Biskuit ................................................................. 24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 27
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 27
5.2 Saran ............................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28
LAMPIRAN ......................................................................................................... 30
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Kandungan Gizi Daun Kelor Segar Dan Kering (100 g). ...................... 6
Tabel 2. 2 Standar Mutu Biskuit ............................................................................. 7
Tabel 3. 1 Formulasi Biskuit ................................................................................. 11
Tabel 3. 2 Formulasi Biskuit Dengan Penambahan Serbuk Daun Kelor .............. 12
Tabel 4. 1 Hasil Uji Organoleptik Biskuit dari Serbuk Daun Kelor 22
Tabel 4. 2 Hasil Pengujian Kadar Air Biskuit dari Serbuk Daun Kelor ............... 23
Tabel 4. 3 Hasil Pengujian Kadar Abu Biskuit dari Serbuk Daun Kelor.............. 24
Tabel 4. 4 Hasil Pengujian Kadar Protein Biskuit Serbuk Daun Kelor ................ 25
Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Kadar Lemak Biskuit Serbuk Daun Kelor................. 26
Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Kadar Karbohidrat Biskuit Serbuk Daun Kelor ........ 27
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Pangan fungsional dapat berupa makanan atau bahan pangan yang mampu
memberikan manfaat tambahan seperti dapat meningkatkan kesehatan dan
mencegah penyakit di samping fungsi gizi dan nutrisinya (Yunita dkk,.2022)
Salah satu produk olahan pangan fungsional yang sangat diminati oleh anak-anak
maupun orang dewasa adalah biskuit.
Biskuit diolah dari tepung terigu dengan penambahan bahan pangan lain
dan dibuat melalui proses pemanasan atau pemanggangan. Biskuit sangat
digemari oleh semua kelompok usia mulai dari anak- anak hingga orang dewasa.
Selain itu biskuit mempunyai tekstur yang renyah dan rasa yang enak. Biskuit
juga kaya akan kandungan protein karena dalam pembuatannya menggunakan
tepung terigu yang mana dalam tepung terigu ini mengandung protein dalam
bentuk gluten.
Berdasarkan penelitian Angelina, dkk,.( 2021) telah menambahkan serbuk
daun kelor pada beberapa produk pangan terutama pada produk rice crackers dan
kue bolu dimana kadar protein dan lemak yang diperoleh dari produk rice
crackers dengan penambahan serbuk daun kelor sebanyak 2% (F1) mengandung
protein sebesar 6,77% serta lemak sebesar 3,34% sedangkan pada penambahan
serbuk daun kelor sebanyak 3% (F2) mengandung protein sebesar 6,88% dan
lemak sebesar3,61%. Untuk produk kue bolu pada penambahan serbuk daun kelor
sebanyak 2% (F1) mengandung protein sebesar 8,01% dan lemak sebesar 9,69%
sedangkan pada penambahan serbuk daun kelor sebanyak 10% (F2) mengandung
protein sebesar 8,30% dan lemak sebesar 9,69%.
Menurut Aina dalam penelitian Zulkarnaen (2021) penambahan serbuk
daun kelor sebanyak 5% menghasilkan rich biscuit dengan kualitas mutu terbaik
dimana menghasilkan protein 18,12 g, lemak 19,75 g, vitamin C 3,2 mg, kalsium
0,18 mg, besi 2, 29 mg, karbohidrat sebesar 39,77 g, serat 13,49 g dan vitamin A
0,129 IU dan vitamin B. Rustamaji dan Ismawati (2021) juga telah
menformulasikan biskuit dari daun kelor segar dengan hasil formula terbaik
adalah pada penambahan daun kelor segar sebanyak 10 g per porsi (35 g)
mengandung energi 140, 53 kkal, lemak 1,72 g, protein 5,28 g dan zar besi 1,25
mg.
3
4
5
protein, mineral, vitamin C, kalsium, kalium dan beta-karoten. Daun kelor juga
terkandung senyawa antioksidan yang bermacam ragam diantaranya flavonoid,
senyawa fenolik, vitamin C dan keratenoid yang berfungsi sebagai antioksidan
alami sedangkan kandungan mineral yang terdapat di dalam daun kelor yaitu
kalsium, kalium, zat besi, seng dan seluruh vitamin A,B,C,D dan E juga
terkandung dalam daun kelor. Selain itu, dalam daun kelor juga terdapat
bermacam – macam asam amino dalam bentuk glutamat, lisin, leusin, isoleusin,
asam aspartat, fenilanin, triptofan, fenilalanin, alanin, valin, arginin, sistein,
histidin serta metionin (Angelina,dkk,.2021). Adapun zat gizi yang ada pada daun
kelor segar maupun kering dapat dilihat pada Tabel 2.1 dibawah ini:
Tabel 2. 1 Kandungan gizi daun kelor segar dan kering (100 g).
2.3 Biskuit
Biskuit merupakan jenis makanan yang melalui proses pemanggangan
adonan tepung terigu dengan atau tanpa adanya bahan tambahan lain yang
diperbolehkan. Biskuit dikelompokkan ke dalam empat jenis diantaranya biskuit
keras, crackers dan wafer (Irferamuna, Yulastri., 2019). Biskuit juga merupakan
salah satu produk pangan kering, tergolong dalam makanan panggang dan
berbahan dasar tepung terigu atau lainnya serta adanya penambahan minyak atau
lemak pada proses pembuatannya untuk menjadikan biskuit memiliki tekstur yang
lembut, renyah dan lezat (Verawati dan Yanto, 2019)
Biskuit juga dikenal sebagai makanan yang begitu disukai oleh berbgai
kalangan usia, terutama anak-anak. Biskuit merupakan roti kering yang terbuat
dari tepung terigu dengan atau tanpa bahan tambahan pangan lainnya yang
diperbolehkan, minyak/lemak serta dengan atau tanpa bahan substitusi dan dibuat
dengan proses pemanggangan. Biskuit mempunyai rasa yang manis dan tekstur
yang renyah serta dapat dibuat menjadi dalam bentuk bubur sehingga anak tidak
mudah bosan (Rustamaji dan Ismawati, 2021).
Biskuit adalah suatu produk olahan kering yang sangat disukai oleh
masyarakat sebagai cemilan pengganjal perut saat lapar. Biskuit diproses dengan
cara dipanggang. Biskuit merupakan cemilan yang mempunyai standar mutu
kadar air maksimal 5% sehingga teksturnya renyah (Prambandita,dkk,, 2022).
Biskuit juga sangat dikenal sebagai jenis makanan ringan ataupun kudapan yang
sering dikonsumsi oleh setiap golongan usia mulai dari anak-anak hingga orang
dewasa.).
Cemaran logam
8. Kadmium (mg/kg) Maks 0,2
9. Timbal (Pb) (mg/kg) Maks 0,5
10. Timah (mg/kg) Maks 40
11. Merkuri (Hg) (mg/kg) Maks 0,05
12. Arsen (mg/kg) Maks 0,5
Cemaran Mikroba
13. Angka Lempeng Total (Koloni/g) Maks 1 × 104
14. Coliform (APM/g) 20
15. E- coli (APM) <3
16. Kapang dan Khamir (Koloni/g) Maks 2×102
17. Salmonella sp Negatif/25 g
18. Staphylococcus aureus (Koloni/g) Maksimal 1×102
19. Bacillus cereus (Koloni/g) Maksimal 1×102
(Sumber: (BSN, 1992 & 2011)
2.2.1 Bahan Pembuatan Biskuit
A. Bahan Dasar
Adapun bahan dasar yang diperukan dalam pembuatan biskuit antara lain :
mentega, tepung terigu, gula, dan telur.
1. Mentega
Mentega merupakan produk olahan susu yang diperoleh dari proses
pengocokan sejumah krim dan bersifat elastis. Mentega memiliki bentuk padat
lunak dan terbuat dari lemak atau krim susu dan campurannya. Sifat fisikokimia
mentega yang baik yaitu mengandung lemak sejumlah 81%, kadar air 18% dan
kadar protein maksimal sejumlah 1%. Lemak yang paling baik diantara lemak
lainnya adalah mentega hal ini dikarenakan mentega memiliki rasa serta aroma
yang sangat tajam karena lemak mentega berasal dari lemak susu hewan. Mentega
memiliki karakteristik berwarna kuning agak pucat dan mudah meleleh pada suhu
ruang dan mempunyai aroma yang harum yang khas (BSN, 2014).
2. Tepung Terigu
Tepung terigu dikelompokkan menjadi 3 macam berdasarkan jumlah
protein yang terkandung di dalamnya yaitu tepung terigu protein tinggi dengan
kandungan gluten sebanyak 11 – 13 %, tepung terigu protein sedang dengan
kandungan gluten sebanyak 10 – 11 % dan tepung terigu protein rendah dengan
kandungan gluten sebanyak 8 – 9 %. Kandungan protein pada tepung terigu
berfungsi untuk membentuk suatu jaringan yang saling berkaitan pada adonan.
9
serta memberikan warna pada biskuit hal ini disebabkan oleh laktosa yang ada
pada susu adalah disakarida yang mampu membentuk warna coklat keemasan
pada biskuit setelah proses pemanggangan selain itu kandungan kalsium pada
susu dapat memperkuat gluten (Sintia dan Astuti, 2018).
2. Tepung Maizena
Tepung maizena adalah tepung yang dibuat dari pati jangung, tepung ini
termasuk kelompok gluten –free, tujuan penambahan tepung maizena dalam
pembuatan biskuit untuk membantu kesempurnaan tekstur dari biskuit (Sintia dan
Astuti, 2018).
3. Vanili
Vanili adalah penambah rasa (flavoring agent) yang paling sering
ditambahkan dalam pembuatan biskuit. Vanili dihasilkan dari senyawa fenolik
vanilin dan senyawa lainnya. Penambahan vanili yang diperbolehkan dalam
makanan yaitu ½ sendok teh per 500 gram adonan (Sintia dan Astuti, 2018).
2.2.2 Proses Pembuatan Biskuit
Tahapan dalam proses pembuatan biskuit meliputi beberapa tahapan yaitu
pencampuran adonan, pencetakan, pengovenan, pengemasan dan penyimpanan:
1. Pencampuran adonan biskuit
Pembuatan adonan diawali dengan proses pencampuran dan pengadukan
bahan – bahan. Ada 4 metode yang digunakan dalam pembuatan biskuit yaitu
creaming method, melt and mix metthod, rubbing in method dan processor
method (Nurcahyani, 2016). Dalam penelitian ini menggunakan metode creaming
method. Berikut akan dijelaskan masing-masing metode pembuatan biskuit.
a) Creaming method adalah pembuatan biskuit dengan cara mencampur lemak,
gula, garam dan bahan pengembang sampai berbentuk krim homogen
dengan menggunakan mixer selanjutnya mengocok telur dengan kecepatan
rendah dan selama pembentukan krim ini dapat menambahkan bahan
pewarna dan essence. Pada tahap akhir ditambahkan susu dan tepung secara
perlahan kemudian dilakukan pengadukan sampai berbentuk adonan yang
cukup mengembang dan mudah dibentuk.
b) Melt and Mix Method adalah metode pembuatan biskuit dengan cara
mencampur bahan kering dan diayak hingga menyatu, setelah itu dapat
11
dimasukkan kuning telur dan margarin atau mentega yang telah dilelehkan,
dan dilakukan pengadukan adonan dengan spatula atau sendok kayu hingga
adonan tercampur rata dan dapat digiling. Adonan kue kering yang telah
jadi dapat dibentuk menggunakan sendok, garpu atau tangan.
c) Rubbing In Method ( Sugar Dough) adalah pembuatan biskuit dengan cara
mengaduk semua bahan kering atau diayak hingga menyatu. Selanjutnya,
dapat ditambahkan bahan lain, misalnya mentega (margarin) dan kuning
telur. Apabila bahansudah tercampur maka yang dilakukan selanjutnya
adalah pengadukan, saat mengaduk dapat menggunakan pisau,garpu, spatula
plastik atau sendok kayu hingga adonan berbutir – butir pasir. Tekan –tekan
adonan dengan sendok kayu atau dikepal – kepal sebentar dengan tangan.
Proses berikutnya adalah penggilingan dan pembentukan.
d) Processor Method adalah pembuatan biskuit dengan cara memasukkan
semua bahan kering, mentega (margarin) dan kuning telur ke dalam tabung
food processor. Kemudian dilakukan proses hingga semua bahan tercampur
rata lalu diaduk sebentar, giling dan dapat dibentuk sesuai selera.
2. Pencetakan Biskuit
Pencetakan biskuit dapat dikelompokkan menjadi enam jenis yaitu:
a) Cut out biskuit adalah metode yang cocok untuk adonan kue kering yang
tidak terlalu lembek. Caranya adonan digiling sesuai ketebalan yang
diinginkan, lalu adonan dapat dicetak atau dipotong- potong menggunakan
pisau. Metode ini sangat praktis karen tidak memakan banyak waktu.
b) Drop biskuit adalah metode yang cocok untuk adonan yang lembek.
Caranya adalah adonan dicetak menggunakan sendok teh kemudian didrop
di atas loyang pembakaran yang telah diolesi dengan margarin.
c) Bar biskuit adalah metode pencetakan biskuit dengan cara adonan yang
telah jadi dimasukkan ke dalam loyang pembakaran yang sudah dialas
kertas roti dengan ketebalan ½ cm, selanjutnya dioven setengah matang lalu
dipotong bujur sangkar kemudian dibakar kembali sampai matang.
d) Pressed biskuit dilakukan dengan cara adonan yang telah jadi dimasukkan
ke dalam cetakan semprit, selanjutnya disemprotkan di atas loyang yang
telah disemir menggunkan margarin.
12
c) Kadar Abu
Kadar abu adalah uji yang begitu diperlukan dalam menentukan
mutu dari suatu produk pangan. Kadar abu dapat menunjukkan total
mineral dalam suatu bahan pangan, tingginya kadar abu di dalam pangan
maka tingkat kebersihan produk semakin rendah hal ini dikarenakan
adanya kontaminasi antara produk pangan dengan zat lainnya (Marsell,
dkk,.2021).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
16
17
3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ; serbuk daun kelor,
tepung terigu, gula halus, mentega, kuning telur. susu bubuk, maizena, margarin
biskuit, kertas saring, kapas, n- Heksan, H2SO4, K2SO4, CuSO45H2O, indikator
pp, HCl, dan H3BO3.
Bahan Formula
Serbuk Daun Kelor (g) 5
Tepung Terigu (g) 500
Susu bubuk (g) 70
Margarin (g) 400
Kuning telur 3 butir
Gula halus (g) 250
Vanili (g) 4
Garam (g) 2
(Sumber : Aina, 2014)
Kemudian, formulasi biskuit dalam penelitian ini dimodifikasi berdasarkan
formula dari Aina (2014) hal ini dikarenakan adanya perbandingan formula
dengan penelitian sebelumnya dimana pada penelitian Aina (2014) menambahkan
18
serbuk daun kelor pada biskuit sedangkan dalam penelitian ini menambahkan
serbuk daun kelor yang telah dikeringkan. Penambahan serbuk daun kelor dibuat
sebanyak 4 (empat) formula yaitu biskuit tanpa penambahan serbuk daun kelordan
biskuit dengan penambahan serbuk daun kelor sebanyak 5 gram, 10 gram dan 15
gram. Formulasi biskuit dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Formulasi biskuit dengan penambahan serbuk daun kelor.
Formula
Komposisi Bahan
F0 F1 F2 F3
Serbuk daun kelor (g) 0 5 10 15
Margarin (g) 400 400 400 400
Gula halus (g) 250 250 250 250
Susu bubuk (g) 70 70 70 70
Kuning telur (g) 3 butir 3 butir 3 butir 3 butir
Tepung Terigu (g) 500 500 500 500
Vanili (g) 4 4 4 4
Garam (g) 2 2 2 2
2). Aroma
a. Diambil sampel secukupnya lalu letakkan di atas permukaan kaca arloji
yang kering dan bersih.
b. Dicium aroma khas dari daun kelor pada sampel yang diuji untuk dapat
mengetahuinya
3). Rasa
a. Diambil sampel secukupnya dengan menggunakan sendok bersih.
b. Dirasa tingkat kemanisan dari sampel dengan menggunakan lidah
untuk mengetahuinya
b. Kadar Air
Dihaluskan sampel dengan menggunakan alu dan lumpang. Dipanaskan
krus porselen di dalam oven pada suhu 105°C selama 30 menit dan dinginkan
dalam desikator selama 15 menit. Ditimbang berat kosong kurs porselen.
Ditimbang 2 g sampel ke dalam porselen kemudian panaskan di dalam oven
selama 3 jam pada suhu105°C, Dinginkan ke dalam desikator selama 30 menit
lalu ditimbang dan dicatat hasil yang di dapat (Normilawati dkk., 2019). Untuk
perhitungan kadar air dapat menggunakan Persamaan 3.4.
Keterangan :
W1 = berat cawan + sampel (g)
W2 = berat cawan + sampel setelah dipanaskan (g)
W = berat sampel (g)
c. Kadar Abu
Dimasukkan cawan porselen ke dalam tanur selama 30 menit dan
dinginkan dalam desikator selama 15 menit. Ditimbang berat cawan kosong.
Ditimbang sampel yang sudah dihaluskan sebanyak 5 gram lalu masukkan
kedalam cawan. Dimasukkan ke dalam furnes selama 4 jam dengan suhu 600 °C.
Dinginkan dalam desikator selama 20 menit dan ditimbang beratnya(Marsell,dkk.
2021). Untuk perhitungan kadar abu dapat menggunakan Persamaan 3.5.
1 2 × × ×
Kadar Protein (%) = × 100% Pers
…(3.1)
Keterangan :
V1 = Volume HCl 0,01N untuk titrasi contoh, dinyatakan dalam mL
V2 = Volume HCl 0,01N untuk tutrasi blanko, dinyatakan dalam mL
N = Normalitas larutan HCl
W = bobot contoh dinyatakan dalam gram (g)
b. Uji Kadar Lemak
Uji kadar lemak menggunakan metode sokletasi. Adapun cara
pengujiannya adalah sebagai berikut:
Ditimbang sampel sebanyak 2 g, lalu masukkan ke dalam selongsong
kertas yang di alasi dengan kapas. Disumbat selonsong kertas yang berisi sampel
dengan kapas, lalu keringkan dalam oven pada suhu tidak lebih dari 800C selama
1 jam, kemudian dimasukkan ke dalam alat soklet yang telah dihubungkan dengan
labu lemak yang berisi batu didih yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya,
di ekstrak dengan heksan atau pelarut lainnya selama 6 jam lalu sulingkan heksan
dan keringkan ekstrak lemak dalam oven pada suhu 1050C. didinginkan dan
ditimbang bobotnya. Diuangi pengeringan ini hingga tercapai bobot tetap.
Perhitungan persentase lemak menggunakan rumus berikut ini Persamaan 3.2:
Keterangan :
A = berat labu alas bulat kosong (g)
B = berat sampel (g)
C = berat labu alas bulat dan lemak hasil ekstraksi (g)
c. Uji Kadar Karbohidrat
Perhitungan kadar karbohidrat dihitung dengan cara perhitungan kasar
(analisa proksimat) atau sering disebut Carbohydrate by difference. Persentase
kadar karbohidrat dihitung dengan persamaan berikut ini Persamaan 3.3 (Kole,
dkk., 2020):
Kadar Karbohidrat = 100% - % (protein + lemak + air + abu).
BAB IV
1
22
23
Keterangan:
MS ; Memenuhi Syarat
Berdasarkan Tabel 4.2.2 kadar air tertinggi diperoleh dari formula F3 yaitu
3, 89% sedangkan kadar air terendah diperoleh dari formula F2 yaitu 3,28%.
Namun persen kadar air yang diperoleh dari tiap formula tidak jauh berbeda.
Perbedaan dari persentase kadar air ini mungkin disebabkan oleh ukuran atau
bentuk daripada biskuit saat proses percetakan yang tidak sama. Berdasarkan SNI
2973-2011 tentang karakteristik dan syarat mutu biskuit, kadar air maksimum
pada biskuit adalah 5%. Maka dari itu, kadar air biskuit serbuk daun kelor dari
hasil formulasi pada penelitian ini telah memenuhi karakteristik dan syarat mutu
biskuit berdasarkan SNI. Kadar air tertinggi terdapat pada formula F3, hal ini
dikarenakan semakin banyak penambahan serbuk daun kelor pada biskuit maka
persentase kadar air juga akan semakin tinggi karena serbuk daun kelor
mempunyai kadar protein yang tinggi sedangkan protein mempunyai sifat daya
ikat air yang tinggi (Rahmi dkk, 2019).
Kadar abu berkaitan dengan kandungan mineral suatu bahan. Uji kadar
abu menggunakan metode gravimetri. Prinsip pengujian ini yaitu mengoksidasi
24
semua zat organik pada suhu tinggi, yakni sekitar 500-600 0C dan kemudian
melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut.
Hasil uji kadar abu dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil pengujian kadar abu biskuit dari serbuk daun kelor
Sampel Kadar abu (%) SNI 2973-1992 Keterangan
F0 0,95
F1 0,99
Maksimal 1,5% MS
F2 1,28
F3 1,31
(Sumber : Laboratorium Akafarma Banda Aceh, 2023)
Berdasarkan Tabel 4.2.3 kadar abu tertinggi terdapat pada formula F3
yaitu 1,31%, sedangkan kadar abu terendah dimiliki oleh formula F0 yaitu 0,95%.
Perbedaan persentase kadar abu dari biskuit ini dapat dipengaruhi oleh perbedaan
konsentrasi daripada serbuk daun kelor yang ditambahkan ke dalam biskuit.
Peningkatan konsentrasi serbuk daun kelor dapat meningkatkan kadar abu dari
biskuit. Kadar abu ini dapat menunjukkan kandungan mineral dan juga dapat
menunjukkan adanya cemaran pada produk. Kadar abu yang diperoleh dari
keempat formula pada penelitian ini memenuhi karakteristik syarat dan mutu
biskuit berdasarkan SNI 2973-1992 yaitu persentase kadar abu yang baik pada
biskuit adalah 1,5%. Kadar abu tertinggi dimiliki oleh formula F3 karena pada
formula ini serbuk daun kelor ditambah dalam jumlah yang lebih banyak, maka
dari itu tingkat kadar abu juga lebih tinggi karena di dalam serbuk daun kelor
mengandung banyak mineral seperti kalsium yaitu 2,003 mg/100g, kalium 1324
mg/100g, vitamin C 220 mg/100g dan vitamin A 6,78 mg/100g ( Winarti, 2010).
4.2.2 Evaluasi Mutu Gizi Biskuit
a. Uji Kadar Protein
Metode yang digunakan dalam pengujian kadar protein pada biskuit
adalah metode kjedahl. Adapun hasil pengujian kadar protein dapat dilihat pada
Tabel 4.4 Hasil pengujian kadar protein biskuit serbuk daun kelor
Sampel Kadar Protein SNI 2973-2011 Keterangan
(%)
F0 5,20
F1 5,80
Minimal 5% MS
F2 5,33
F3 5.71
(Sumber: Data primer penelitian, 2023)
25
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
keempat formula biskuit untuk organoleptik, kadar air, dan kadar protein dalam
penelitian ini memenuhi SNI 2973-2011. Begitupun untuk kadar abu dan kadar
lemak memenuhi SNI 2973-1992 sedangkan untuk kadar karbohidrat pada biskuit
ini masih belum memnuhi SNI 2973-1992
5.2 Saran
Berdasarkan penelitan yang telah dilakukan dapat disarankan bahwa
diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan dengan uji tingkat kesukaan panelis
terhadap masing- masing dari formula biskuit.
1
29
30
DAFTAR PUSTAKA
Gusnadi, D., dkk. 2021. Uji Organoleptik Dan Daya Terima Pada Produk Mousse
Berbasis Tapai Singkong Sebagai Komoditi Umkm Di Kabupaten
Bandung, Jurnal Inovasi Penelitian, 1(12), Pp. 2883–2888.
Irferamuna, A., dan Yulastri, A. 2019 Formulasi Biskuit Berbasis Tepung Jagung
Sebagai Alternatif Camilan Bergizi, Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora,
8(2), P. 221. Doi: 10.23887/Jish-Undiksha.V8i2.21999.
Kole, H.,dkk. 2020. Analisis Kadar Karbohidrat Dan Lemak Pada Tempe
Berbahan Dasar Biji Lamun (Enhalus Acoroides)’, Biopendix: Jurnal
Biologi, Pendidikan Dan Terapan, 6(2), Pp. 91–96. Doi:
10.30598/Biopendixvol6issue2page91-96.
Marsell, P., dkk. 2021. Analisis Kadar Air Dan Kadar Abu Teh Berbahan Dasar
Daun Lamun (Enhalus Acoroides), Jurnal Biologi Pendidikan Dan
Terapan, 8(1), Pp. 16–21.
Normilawati dkk. 2019. Penetapan Kadar Kir Dan Kadar Protein Pada Piskuit
Yang Beredar Di Pasar Banjarbaru, Jurnal Ilmu Farmasi, 10(2), Pp. 51–
55.
31
Pakerti dan Purnama. 2016. Analisis Kadar Protein Pada Tepung Jagung (Zea
Mays L.) Yang Dibeli Dengan Merek L Di Daerah Pasar Semuli Jaya
Lampung Utara Dengan Menggunakan Metode Kjeldahl Ageng’, Analisis
Farmasi, 7(2), Pp. 1–23.
Rahmi, Y. dkk,. 2019. Profil Mutu Gizi, Fisik, Dan Organoleptik Mie Basah
Dengan Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera)’, Indonesian Journal Of
Human Nutrition, 6 (1), Pp. 10–21. Doi: 10.21776/Ub.Ijhn.2019.006.01.2.
Verawati, B. dan Yanto, N. 2019. Substitusi Tepung Terigu Dengan Tepung Biji
Durian Pada Biskuit Sebagai Makanan Tambahan Balita Underweight
<br> (Substitution of Wheat Flour with Durian Seed Flour in Biscuits as a
Food Supplement of Under Five Children with Underweight), Media Gizi
Indonesia, 14(1), p. 106. doi: 10.20473/mgi.v14i1.106-114.
Yunita, L. dkk. 2022. Analisis Kandungan Proksimat Dan Serat Pangan Tepung
Daun Kelor dari Kabupaten Kupang Sebagai Pangan Fungsional,
Nutriology : Jurnal Pangan,Gizi,Kesehatan, 3(2), pp. 44–49. doi:
10.30812 /nutriology .v3i2. 2454.
Daun Kelor
Hasil
2. Pembuatan Biskuit
Biskuit
Hasil
1
32
33
Biskuit
Hasil
Biskuit
Hasil
Biskuit
Hasil
Biskuit
Hasil
Biskuit
Hasil
8. Uji Organoleptik
Biskuit
Hasil
36
% = × 100%
30% = × 100%
100 #
3000
b =
100
= 30 gram
2. Pembuatan H3BO3 2% dalam 100 mL
% = × 100 %
2% = × 100%
100 #
200
b = 100
= 2 gram
3. Pembuatan HCl 0,1 N dalam 100 mL
×% ×1000
N=
!%
440,3
=
36,45
= 12, 07 N
V1 × N1 = V2 × N2
V1 × 12,07 N = 100 mL × 0,01 N
1 #
V1 = 12,07
= 0,08 M
1 2 29,390 29,323
Kadar air (%) = × 100 Kadar air = × 100%
2,074
32,070 32,005 = 23,23%
= 100%
2,005
= 3,24% F1B
F0B
32,041 -31,973
32,081 31,999 Kadar air = × 100%
2,008
Kadar air (%) = ×100%
2,076 = 3,38 %
= 3,94%
Rata – rata = 3,23% + 3,38
Rata- rata = 3,24 % + 3,94% 2
2 = 3,30 %
= 3,60%
F2A F3A
= 3,36% = 4,10%
F2B F3B
= 3,21% = 3,68%%
Diketahui : Diketahui :
Berat cawan kosong : 27,628 gram Berat cawan kosong : 24,800 gram
Berat sampel : 5,009 gram Berat sampel : 5,009 gram
Berat cawan + sampel akhir : 27,676 Berat cawan + sampel akhir : 24,848
gram gram
Berat abu = (berat cawan + sampel Berat abu = (berat cawan + sampel
akhir) – berat cawan kosong akhir) – berat cawan kosong
= 27,676 g – 27,628 g = 24,848 g – 24,800 g
= 0,048 g = 0,048 g
0,048 0,048
= 5,009 × 100% = 5,009 × 100%
_ 0,958% _ 0,958%
F0B F1B
Diketahui : Diketahui :
Berat cawan kosong : 25,644 gram Berat cawan kosong : 27,798 gram
Berat sampel : 5,008 gram Berat sampel : 5,005 gram
Berat cawan + sampel akhir : 25,691 Berat cawan + sampel akhir : 27,849
gram gram
Berat abu = (berat cawan + sampel Berat abu = (berat cawan + sampel
akhir) – berat cawan kosong akhir) – berat cawan kosong
= 25,691 g – 25,644 g = 27,849 g – 27,798 g
= 0,047 g = 0,051 g
0,047 0,051
= 5,008 × 100% = 5,005 × 100%
_ 0,938% = 1,019%
= 0,95 % = 0,99%
F2A F3A
Diketahui : Diketahui :
Berat cawan kosong : 28,124 gram Berat cawan kosong : 27,621 gram
Berat sampel : 5,009 gram Berat sampel : 5,003 gram
Berat cawan + sampel akhir : 28,191 Berat cawan + sampel akhir : 27,710
gram gram
Berat abu = (berat cawan + sampel Berat abu = (berat cawan + sampel
akhir) – berat cawan kosong akhir) – berat cawan kosong
= 28,191 g – 28,124 g = 27,710 g – 27,621g
= 0,067 g = 0,089 g
0,067 0,089
= 5,009 × 100% = 5,003 × 100%
= 1.338% = 1,779%
F2B F3B
Diketahui : Diketahui :
Berat cawan kosong : 25,511 gram Berat cawan kosong : 25,395gram
Berat sampel : 5,005 gram Berat sampel : 5,008 gram
Berat cawan + sampel akhir : 25,572 Berat cawan + sampel akhir : 25,483
gram gram
Berat abu = (berat cawan + sampel Berat abu = (berat cawan + sampel
akhir) – berat cawan kosong akhir) – berat cawan kosong
= 25,511 g – 25,572 g = 25,483 g – 25,395g
= 0,061 g = 0,043 g
0,061 0,043
= 5,005 × 100% = 5,008 × 100%
= 1,219% = 0,859%
F0 F1
Diketahui: Diketahui:
Kadar protein = 5,20% Kadar protein = 5,78%
Kadar lemak = 24,47% Kadar lemak = 25,18%
Kadar air = 3,60% Kadar air = 3,30%
Kadar abu = 0,95% Kadar abu = 0,98%
Diketahui: Diketahui:
Kadar protein = 5,33% Kadar protein = 5,71%
Kadar lemak = 23,69% Kadar lemak = 22,99%
Kadar air = 3,28% Kadar air = 3,89%
Kadar abu = 1,28% Kadar abu = 1,31%
Diketahui:
V1 = 3,53 mL
V2 = 0,1056 mL
W = 0,5186 g
N = 0,0987
Bobot Atom Nitrogen = 0,014
Faktor Konversi = 5,7
1 2 × × ×
Kadar protein (%) = × 100%
= 5,20%
F1
Diketahui:
V1 = 3,92 mL
V2 = 0,1056 mL
W = 0,5178 g
N = 0,0987
Bobot Atom Nitrogen = 0,014
Faktor Konversi = 5,7
1 2 × × ×
Kadar protein (%) = × 100%
= 5, 80%
F2
Diketahui:
V1 = 3,57 mL
V2 = 0,1056 mL
W = 0,5117 g
N = 0,0987
Bobot Atom Nitrogen = 0,014
Faktor Konversi = 5,7
1 2 × × ×
Kadar protein (%) = × 100%
= 5,33%
F3
Diketahui:
42
V1 = 3,84 mL
V2 = 0,1056 mL
W = 0,5147 g
N = 0,0987
Bobot Atom Nitrogen = 0,014
Faktor Konversi = 5,7
1 2 × × ×
Kadar protein (%) = × 100%
= 5,71 %
Lampiran 7. Perhitungan Kadar Lemak
F0
Diketahui :
C = 109, 1363 g
A = 108,6465 g
B = 2,0016 g
109,1363 108,6465
= 2,0016
× 100 %
= 24,47%
F1
Diketahui :
C = 115, 6632 g
A = 115,1592 g
B = 2,0013 g
115,6632 115,1592
= × 100 %
2,0013
= 25,18%
F2
Diketahui :
C = 109, 1377 g
A = 108,6639 g
43
B = 2,0002 g
109,1377 108,6639
= × 100 %
2,0002
= 23,69%
F0 Kadar Lemak = × 100 %
!
Diketahui :
C = 115, 6534 g 115,6534 115,1933
= × 100 %
2,0006
A = 115,1933 g
B = 2,0006 g
= 22,99%
Penimbangan bobot
Penimbangan bobot Proses ekstraksi lemak
lemak setelah ekstraksi
wadah kosong dengan sokletasi