Anda di halaman 1dari 13

JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA, VOLUME 3, NO.

2, NOVEMBER 2017: 132-144


JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA, VOLUME 3, NO. 2, NOVEMBER 2017: 132-144

FORMULASI TEPUNG IKAN GABUS (Channa Striata), TEPUNG KECAMBAH


KEDELAI (Glycine Max Merr) DAN TEPUNG KECAMBAH JAGUNG (Zea Mays)
UNTUK SEREAL INSTAN BALITA GIZI KURANG

Rofiatu Sholihah, Agus Heri Santoso, dan I Komang Suwita


Poltekkes Kemenkes Malang, Jalan Besar Ijen No 77 C Malang
Email: rf_solihah@yahoo.co.id

The formulation of Cork Fish Flour(Channa Striata), Soybean Sprouts Flour (Gly-
cine Max Merr) Corn Sprouts Flour(Zea Mays) and Quality Appearance Cereal
Instant for Malnutrition Toddlers

Abstract: The purpose of this study was to determine the effect of the formulation of Cork Fish
Flour(Channa Striata), Soybean Sprouts Flour (Glycine Max Merr) Corn Sprouts Flour(Zea Mays) to
Value Energy, Quality Chemicals, Quality Protein, and Quality Appearance Cereal Instant for Malnu-
trition Toddlers. This research is an experimental laboratory with experimental design completely
randomized design (CRD) using a 4 stage treatment that the proportion of Cork Fish Flourflour sprout
soybean flour sprouts of corn is 10: 12: 78 (P1), 8: 18: 75 (P2) , 5: 22: 73 (P3), 4: 15: 81 (P4). The results
showed that the proportion of a significant effect on moisture, ash, protein, fat, carbohydrates, energy
value, and a sense of instant cereal, but not significant effect on color, aroma, and texture.

Keywords: less nutrition, cork fish flour, soy bean flour, corn sprout flour, instant cereal

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh formulasi tepung ikan tuna Jawa
(Channa striata), tepung jagung Kedelai (Glycine max Merr), tepung jagung (Zea mays) terhadap nilai
energi, bahan kimia mutu, protein mutu, dan kualitas penampilan cereal instan untuk malnutrisi balita.
Penelitian ini merupakan laboratorium eksperimental dengan desain acak lengkap rancangan acak
(CRD) dengan menggunakan perlakuan 4 tahap sehingga proporsi tepung kedelai kecambah tempe
gabah jagung 10: 12: 78 (P1), 8: 18: 75 (P2), 5: 22: 73 (P3), 4: 15: 81 (P4). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa proporsi pengaruh yang signifikan terhadap kelembaban, abu, protein, lemak, karbohidrat,
nilai energi, dan rasa sereal instan, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap warna, aroma, dan
tekstur.

Kata kunci: kurang nutrisi, tepung ikan Gabus, tepung kedelai, tepung jagung, sereal instan

PENDAHULUAN Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013


Masa balita sering dinyatakan sebagai masa melaporkan bahwa prevalensi gizi kurang pada
kritis dalam rangka mendapatkan sumber daya balita (BB/U<-2SD) memberikan gambaran yang
manusia yang berkualitas, terlebih pada periode fluktuatif dari 18,4% (2007) menurun menjadi
2 tahun pertama merupakan masa emas untuk 17,9% pada tahun 2010 kemudian meningkat lagi
pertumbuhan dan perkembangan otak yang menjadi 19,6% pada tahun 2013. Berdasarkan
optimal (Azwar, 2004). Periode dua tahun hasil pemantauan status gizi (PSG) pada tahun
pertama kehidupan merupakan masa kritis, 2012 diketahui bahwa di Jawa Timur terdapat
karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan 12,6% balita mengalami Kekurangan Energi Pro-
perkembangan yang sangat pesat. Masalah gizi tein (KEP) terdiri dari 10,3% anak balita dengan
yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, berat badan kurang dan 2,3% anak balita dengan
132
tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi berat badan sangat kurang. ISSN 2460-0334

pada masa berikutnya terpenuhi (Depkes,2007) Tingginya angka kejadian gizi kurang
disebabkan oleh faktor langsung dan tidak
132
Sholihah dkk., Formulasi Tepung Ikan Gabus, Tepung Kecambah Kedelai...

langsung. Penyebab langsung adalah kurangnya gizi balita. Program PMT berbasis pangan lokal
kecukupan zat gizi dan penyakit infeksi pada ini telah berjalan namun kurang maksimal dalam
balita. Penyebab tidak langsung adalah pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan penggunaan
rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi, bahan serta cara pengolahan PMT yang kurang
kepercayaan ibu yang kurang baik terhadap bervariasi.
makanan tertentu, tidak tersedianya fasilitas Protein hewani diketahui bermutu tinggi
kesehatan, tidak adanya kebijaksanaan karena mengandung asam-asam amino esensial
pemerintah terhadap penanggulangan masalah yang lengkap dengan susunan yang sesuai
gizi dan penghasilan keluarga yang rendah dengan kebutuhan tubuh dan daya cerna protein
(Depkes, 1997), akan tetapi yang paling utama yang tinggi (Muchtadi, 2010). Salah satu bahan
adalah dua faktor yaitu kurangnya kecukupan zat pangan sumber protein hewani adalah ikan gabus
gizi dan infeksi, adanya ketidakseimbangan (Ophiocephalus striatus). Menurut Santosa
antara konsumsi zat energi dan zat protein melalui (2001) kadar protein ikan gabus adalah 25,5%.
makanan, baik dari segi kuantitatif dan kualitatif. Astawan (2009) dalam Sari dan Marliyati,dkk
Penyakit infeksi, pada umumnya menyerang (2014) mengungkapkan bahwa kadar protein
saluran pernafasan dan saluran pencernaan yang ikan gabus lebih tinggi daripada telur, daging ayam
mengakibatkan keadaan kurang gizi akan dan daging sapi; ketiganya memiliki kadar pro-
bertambah parah. Namun sebaliknya penyakit- tein berturut-turut sebesar 12,8%, 18,2% dan
penyakit tersebut dapat bertindak sebagai pemula 18,8%. Selain itu ikan gabus merupakan sumber
terjadinya kurang gizi sebagai akibat menurunnya albumin yang potensial (Moedjiharto, 2007).
nafsu makan, adanya gangguan penyerapan Jagung merupakan serealia yang
dalam saluran pencernaan serta meningkatnya mengandung karbohidrat tinggi selain itu juga
kebutuhan gizi akibat adanya penyakit (Moehji, mengandung komponen asam amino sulfur
2003). seperti metionin dan sistein yang jumlahnya cukup
Program PMT merupakan salah satu tinggi. Jagung dikecambahakan untuk mem-
alternatif yang tepat untuk mengatasi kekurangan bentuk amilase yang nantinya amilase memecah
gizi yang terjadi pada kelompok usia balita. tepung menjadi gula, maka rasa yang dihasilkan
Strategi pemberian PMT memfokuskan perhatian dari tepung kecambah jagung akan lebih manis
pada peningkatan kepadatan energi dan kualitas (Junaidi dan Isworo,2011). Kecambah jagung
protein dalam makanan balita dengan cara memiliki kandungan protein 4,5%, lemak 4,04%,
memberikan makanan lebih sering dan dan karbohidrat 60,10%.
memasukkan jenis-jenis makanan baru ke dalam Pada kacang kacangan seperti kacang
diet mereka (Manary, 2008). PMT Pemulihan kedelai selain mengandung protein dan lemak
bagi anak usia 6-59 bulan dimaksudkan sebagai yang tinggi. Kecambah kedelai mengandung
tambahan, bukan sebagai pengganti makanan protein 30,22% dan lemak 20,79% (Hartoyo
utama sehari-hari (Depkes, 2011). dan Sunandar, 2006). Hanya saja kacang
Sesuai dengan Panduan Penyelenggaraan kedelai tidak banyak mengandung asam amino
PMT Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang yang sulfur, namun asam amino lisin yang terkandung
menginstruksikan pemberian makanan tambahan cukup tinggi (Ismayanti dan Harijono,2015).
berbasis pangan lokal dengan tujuan dapat Perpaduan yang dari bahan-bahan tersebut
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ibu diharapkan dapat menghasilkan produk dengan
dalam mewujudkan pemberdayaan masyarakat kualitas zat gizi yang baik.
yang pada akhirnya berdampak pada perbaikan

ISSN 2460-0334 133


JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA, VOLUME 3, NO. 2, NOVEMBER 2017: 132-144

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan
pengaruh formulasi tepung ikan tuna Jawa 4 taraf perlakuan yaitu proporsi tepung ikan
(Channa striata), tepung jagung Kedelai (Gly- gabus : tepung kecambah kedelai : tepung
cine max Merr), tepung jagung (Zea mays) kecambah jagung : tepung beras sesuai dengan
terhadap nilai energi, bahan kimia mutu, protein kebutuhan standar kebutuhan balita gizi kurang
mutu, dan kualitas penampilan cereal instan untuk dengan komposisi Protein 10%, Lemak 25%,
malnutrisi balita. dan Karbohidrat 65% sebagai dasar penetapan
proporsi.
METODE PENELITIAN
Bahan utama penelitian ini adalah ikan gabus, HASIL PENELITIAN
kecambah jagung, dan kecambah kedelai dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar
menggunakan alat pembuat tepung antara lain air sereal instan berkisar antara 4,70 sampai 4,18
oven dan blender tepung serta pembuatan sereal g/100 gram sebagaimana disajikan pada Tabel
menggunakan antara lain mixer dan cetakan egg 1. Hasil analisis statistik Oneway Anova pada
roll. Analisis kadar air menggunakan metode tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa
oven, kadar abu menggunakan metode oven sereal instan berbahan dasar tepung ikan gabus,
kering, kadar protein dengan metode Kjeldahl, tepung kecambah kedelai, dan tepung kecambah
kadar lemak dengan metode Soxhlet, kadar jagung memiliki perbedaan kadar air yang
karbohidrat dengan metode by difference, mutu signifikan (p=0,008).
organoleptik dengan uji hedonic scale test, taraf Kadar abu pada keempat taraf perlakuan
perlakuan terbaik dengan metode indeks berdasarkan standar susu sereal instan SNI 01-
efektifitas, dan mutu protein (Asam Amino, 4270-1996 belum memenuhi syarat karena lebih
NPU, PER) dengan metode perhitungan empiris. dari 4 g/100 g. Hasil analisis statistik Oneway
Tahapan penelitian yang pertama adalah Anova pada tingkat kepercayaan 95%
penelitian pendahuluan mengetahui proporsi menunjukkan bahwa sereal instan berbahan
tepung ikan gabus, tepung kecambah kedelai, dan dasar tepung ikan gabus, tepung kecambah
tepung kecambah jagung yang tepat dalam kedelai, dan tepung kecambah jagung memiliki
pembuatan sereal. Pada penelitian pendahuluan perbedaan kadar abu yang signifikan (p=0,000).
didapatkan proporsi tepung ikan gabus : tepung Analisis lebih lanjut dengan Duncan Multiple
kecambah kedelai : tepung kecambah jagung Random Test (DMRT) menunjukkan bahwa
yaitu 10 : 12 : 78 untuk P1, untuk taraf perlakuan kadar abu sereal instan berbahan dasar tepung
P2 8 : 18 : 75 untuk taraf perlakuan P3 5 : 22 : ikan gabus, tepung kecambah kedelai, dan
73 untuk taraf perlakuan P4 4 : 15 : 81. tepung kecambah jagung pada masing masing
Penentuan proporsi tiap taraf perlakuan perlakuan memiliki perbedaan yang signifikan.
berdasarkan standar kebutuhan sehari untuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa
balita yaitu 1550 kalori. semakin tinggi proporsi tepung ikan gabus dan
Pengolahan sereal dengan cara mencampur tepung kecambah kedelai maka kadar protein
bahan tambahan (tepung beras, margarin), sereal instan semakin meningkat sebagaimana
penambahan air 480 ml, pembentukan kepingan disajikan pada Tabel 3. Hasil analisisi statistik
sereal, penghancuran kepingan sereal, dan Oneway Anova pada tingkat kepercayaan 95%
pencampuran dengan susu skim dan gula halus. menunjukkan bahwa sereal instan berbasis
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tepung ikan gabus, tepung kecambah kedelai, dan
eksperimental dengan desain penelitian tepung kecambah jagung memiliki perbedaan

134 ISSN 2460-0334


Sholihah dkk., Formulasi Tepung Ikan Gabus, Tepung Kecambah Kedelai...

Tabel 1. Rata-Rata Kadar Air Sereal Susu Tabel 4. Rata-Rata Kadar Lemak Sereal
Instan Berbahan Dasar Tepung Ikan Susu Instan Berbahan Dasar Tepung
Gabus, Tepung Kecambah Kedelai, Ikan Gabus, Tepung Kecambah
dan Tepung Kecambah Jagung Per Kedelai, dan Tepung Kecambah
100 gram Jagung Per 100 gram

Tabel 2. Rata-Rata Kadar Abu Sereal Susu


Tabel 5. Rata-Rata Kadar Karbohidrat Sereal
Instan Berbahan Dasar Tepung Ikan
Susu Instan Berbahan Dasar Tepung
Gabus, Tepung Kecambah Kedelai,
Ikan Gabus, Tepung Kecambah
dan Tepung Kecambah Jagung Per
Kedelai, dan Tepung Kecambah
100 gram
Jagung Per 100 gram

Tabel 6. Rata-Rata Nilai Energi Sereal Susu


Tabel 3. Rata-Rata Kadar Protein Sereal Instan Berbahan Dasar Tepung Ikan
Susu Instan Berbahan Dasar Tepung Gabus, Tepung Kecambah Kedelai,
Ikan Gabus, Tepung Kecambah dan Tepung Kecambah Jagung Per
Kedelai, dan Tepung Kecambah 100 gram
Jagung Per 100 gram

ISSN 2460-0334 135


JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA, VOLUME 3, NO. 2, NOVEMBER 2017: 132-144

Tabel 7. Skor Asam Amino Tiap Taraf Tabel 9. Nilai Protein Efficiency Ratio (PER)
Perlakuan Sereal Instan Tepung Ikan Tiap Taraf Perlakuan Sereal Instan
Gabus,Tepung Kecambah Kedelai, Tepung Ikan Gabus, Tepung Kecam-
dan Tepung Kecambah Jagung / 100 bah Kedelai, dan Tepung Kecambah
gram. Jagung / 100 gram

bahwa kadar lemak sereal instan berbahan dasar


Tabel 8. Nilai Net Protein Utilization (NPU) tepung ikan gabus, tepung kecambah kedelai, dan
Tiap Taraf Perlakuan Sereal Instan
tepung kecambah jagung pada P1 (10 : 12 : 78),
Tepung Ikan Gabus, Tepung
P2 ( 8 : 18 : 75), P3 ( 5 : 22 : 73), dan P4 (4 : 15
Kecambah Kedelai, dan Tepung
Kecambah Jagung / 100 gram : 81) menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Kadar karbohidrat sereal instan berbahan
dasar tepung ikan gabus, tepung kecambah
kedelai, dan tepung kecambah jagung berkisar
antara 57,89 g sampai dengan 66,9 g/100 g. Taraf
perlakuan P4 (4 : 15 : 81) memiliki kadar
karbohidrat tertinggi sebesar 66,9 g, sedangkan
kadar abu terendah pada taraf perlakuan P1 (10
: 12 : 78) sebesar 57,8 g/100 g (Tabel 5). Hasil
kadar protein yang signifikan (p=0,000). Analisis
analisis statistik Oneway Anova pada tingkat
lebih lanjut dengan Duncan Multiple Random
kepercayaan 95% menunjukkan bahwa sereal
Test (DMRT) menunjukkan bahwa kadar pro-
instan berbahan dasar tepung ikan gabus, tepung
tein sereal instan berbahan dasar tepung ikan
kecambah kedelai, dan tepung kecambah jagung
gabus, tepung kecambah kedelai, dan tepung
memiliki perbedaan kadar karbohidrat yang
kecambah jagung pada P1 (10 : 12 : 78), P2 ( 8
signifikan (p=0,000). Analisis lebih lanjut dengan
: 18 : 75), P3 ( 5 : 22 : 73), dan P4 (4 : 15 : 81)
Duncan Multiple Random Test (DMRT)
menunjukkan perbedaan yang signifikan.
menunjukkan bahwa kadar karbohidrat sereal
Hasil penelitian menujukkan bahwa semakin
instan berbahan dasar tepung ikan gabus, tepung
tinggi proporsi tepung kecambah kedelai maka
kecambah kedelai, dan tepung kecambah jagung
kadar lemak sereal instan semakin meningkat,
pada taraf perlakuan P1 tidak berbeda signifikan
sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Hasil
dengan P2, sedangkan untuk taraf perlakuan P3
analisisi statistik Oneway Anova pada tingkat
dan P4 terdapat perbedaan yang signifikan.
kepercayaan 95% menunjukkan bahwa sereal
Tabel 6 menunjukkan Nilai energi pada
instan berbasis tepung ikan gabus, tepung
sereal antara lain 379,6 sampai dengan 465
kecambah kedelai, dan tepung kecambah jagung
Kalori/ 100 gram. Nilai tertinggi pada sereal
memiliki perbedaan kadar lemak yang signifikan
instan pada taraf perlakuan P3 (5 : 22 : 73)
(p=0,000). Analisis lebih lanjut dengan Duncan
sebesar 465 Kalori dan taraf perlakuan P1 (10 :
Multiple Random Test (DMRT) menunjukkan

136 ISSN 2460-0334


Sholihah dkk., Formulasi Tepung Ikan Gabus, Tepung Kecambah Kedelai...

Tabel 10. Taraf Perlakuan Terbaik P2

12 : 78) memiliki nilai terendah yaitu 379,6 terhadap penampakan tekstur serta citarasa
Kalori/ 100 gram. Hasil analisis statistik Oneway makanan kita. Oleh karna itu dilakukan analisa
Anova pada tingkat kepercayaan 95% kadar air dengan tujuan untuk mengetahui jumlah
menunjukkan bahwa proporsi tepung ikan gabus, air yang terdapat pada produk sereal instan dan
tepung kecambah kedelai, dan tepung kecambah untuk menentukan kadar karbohidrat sereal
jagung memberikan pengaruh yang signifikan (p instan. Jumlah kadar air dalam produk sereal
= 0,000) terhadap nilai energi sereal instan instan akan berpengaruh terhadap tekstur
(Lampiran 12). Analisis lebih lanjut dengan maupun cita rasa sereal instan.
Duncan Multiple Range Test menunjukkan nilai Perbedaan kadar air tiap taraf perlakuan
energi setiap taraf perlakuan berbeda dengan sereal instan bergantung pada kadar protein
taraf perlakuan lainnya. bahan penyusunnya. Semakin banyak proporsi
Taraf perlakuan terbaik ditunjukkan pada bahan sumber protein yaitu tepung ikan gabus
Tabel 10 dimana nilai energi dan mutu kimia sereal dan tepung kecambah kedelai, kadar air dalam
instan pada taraf perlakuan P2 sebagian besar sereal instan semakin tinggi.
telah memenuhi syarat mutu sereal instan SNI Pada taraf perlakuan P3 proporsi tepung ikan
01-4270-1996 kecuali kadar air, kadar abu, dan gabus, tepung kecambah kedelai, dan tepung
karbohidrat yang belum memenuhi syarat mutu. kecambah jagung sebesar 5 : 22 : 73 per 100 g
bahan mengandung kadar air 4,70% dan pada
PEMBAHASAN perlakuan P4 proporsi tepung ikan gabus, tepung
Kadar Air dalam bahan pangan atau produk kecambah kedelai, dan tepung kecambah jagung
adalah faktor penting yang berperan dalam sebesar 4 : 15 : 81 per 100 g bahan mengandung
pembentukan sifat organoleptik suatu produk, kadar air sebesar 4,18%. Kadar air dalam bahan
karena kandungan air menentukan acceptabil- pangan berhubungan dengan kadar protein, hal
ity, kesegaran dan daya tahan produk tersebut ini disebabkan karena protein dapat mengikat
(Winarno, 2004). Produk sereal instan molekul air dengan ikatan hidrogen yang kuat,
diharapkan memiliki kadar air yang sesuai karena kemampuan ini disebabkan protein bersifat
sangat berpengaruh terhadap pembentukan hidrofilik (Ranken, 2000)
flavour yang khas dan kerenyahan sereal. Hal ini Berkurangnya kadar air pada sereal instan
sesuai dengan pendapat Winarno (2004), bahwa dikarenakan adanya proses pengolahan ikan
air merupakan komponen penting dalam bahan gabus, kecambah kedelai, dan kecambah jagung
makanan karena air memiliki pengaruh besar menjadi tepung telah mengalami proses

ISSN 2460-0334 137


JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA, VOLUME 3, NO. 2, NOVEMBER 2017: 132-144

pengolahan panas yaitu pengeringan dalam oven g tepung kecambah kedelai. Sedangkan pada
dan proses pemanasan pada pembuatan kecambah jagung hanya sebesar 2,94 g/100 g
kepingan sereal sehingga menyebabkan hilangnya sehingga tidak memberikan pengaruh yang berarti
air bebas. Purnomo (1995) dalam Liur, dkk pada peningkatan kadar abu.
(2013) menyebutkan bahwa air bebas dapat Kadar abu merupakan zat anorganik sisa
dengan mudah hilang apabila terjadi penguapan hasil pembakaran suatu bahan organik.
atau pengeringan, sedangkan air terikat sulit Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan
dibebaskan dengan cara tersebut. kandungan mineral yang terdapat dalam suatu
Selama proses pembuatan kepingan sereal bahan, kemurnian serta kebersihan suatu bahan
banyak air yang terevaporasi dari adonan. Kadar yang dihasilkan. Bahan makanan dibakar dalam
air yang terlalu rendah menyebabkan produk suhu yang tinggi dan menjadi abu. Pengukuran
cenderung memiliki rasa gosong dan berwarna kadar abu bertujuan untuk mengetahui besarnya
gelap, jika terlalu tinggi kadar airnya maka kandungan mineral yang terdapat dalam
teksturnya tidak akan menjadi renyah dan makanan (Sandjaja, 2009). Kadar abu berasal
perubahan flavor selama penyimpanan akan dari unsur mineral dan komposisi kimia yang tidak
terjadi lebih cepat (Manley, 2000). Kadar air dapat diuapkan selama proses pembakaran atau
pada keempat taraf perlakuan berdasarkan pengabuan.
standar susu sereal instan SNI 01-4270-1996 Sejalan dengan pendapat Murray, dkk
belum memenuhi syarat karena lebih dari 3 g/ (2003), tingginya kandungan abu berarti tinggi
100 g. Meskipun produk sereal instan dapat pula kandungan unsur-unsur mineral dalam bahan
dikatakan telah mencapai kestabilan optimum atau produk pangan. Berdasarkan hasil penelitian
suatu bahan makanan kering yaitu sebesar 3-7% dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar
yang mana pertumbuhan mikroba dan media bagi abu maka semakin tinggi pula proporsi tepung
reaksi kimia dapat diminimalisir (Winarno, 2004), ikan gabus dan tepung kecambah kedelai. Hal
tidak menutup kemungkinan perubahan tekstur tersebut dikarenakan diantara tiga bahan
terutama kerenyahan sereal dan perubahan penyusun sereal susu instan, kedua bahan
flavour dapat lebih cepat terjadi karena kadar tersebutlah yang tinggi kandungan abunya. Unsur
air dalam sereal melebihi standar yang telah mineral yang terkandung dalam 100 g tepung ikan
ditentukan. gabus meliputi Fe 0,9 mg, kalsium 62 mg, dan
Kadar abu sereal susu instan berbahan dasar fosfor 176 mg (Kusumawardhani, 2004),
tepung ikan gabus, tepung kecambah kedelai, dan sedangkan dalam 100 g tepung kecambah
tepung kecambah jagung berkisar antara 2,54 g kedelai mengandung Fe 1,31 mg, kalsium 35
sampai 4,7 g/100 g. Taraf perlakuan P2 (8 : 18 : mg, dan fosfor (Depkes RI, 2005). Sarbini
75) memiliki rata-rata kadar abu tertinggi sebesar (2009) menambahkan bahwa pemanasan bahan
4,7 g, sedangkan rata-rata kadar abu terendah pangan yang mengandung mineral dengan suhu
pada taraf perlakuan P4 (4 : 15 : 81) sebesar tinggi akan lebih banyak menghasilkan abu,
2,54 g/100 g. Hasil penelitian menunjukkan sebab abu tersusun oleh mineral, dalam proses
bahwa semakin tinggi proporsi tepung ikan gabus pengolahan sereal susu instan proses pemanasan
dan tepung kecambah kedelai maka semakin yang dilakukan adalah proses pengeringan bahan
tinggi kadar abu yang dihasilkan, hal tersebut yang mencapai suhu 70oC dan pada proses
dikarenakan oleh kandungan abu dalam tepung pembentukan kepingan sereal.
ikan gabus sebesar 4,8 g/100 g dan 5,15 g/100

138 ISSN 2460-0334


Sholihah dkk., Formulasi Tepung Ikan Gabus, Tepung Kecambah Kedelai...

Kadar protein yang diperoleh untuk seluruh Selain itu tepung kecambah kedelai tersusun
perlakuan telah memenuhi standar kadar protein dari asam lemak tak jenuh ganda yang
yang ditetapkan oleh Depkes untuk PMT bermanfaat untuk anak gizi kurang. Hal ini sejalan
pemulihan (2005), yaitu kadar protein 10-15 dengan Diana (2013) asam lemak tak jenuh
gram. Kontribusi protein terbesar dalam sereal ganda mempunyai manfaat terutama untuk
instan berasal dari tepung ikan gabus. Tepung pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan
ikan gabus memiliki kandungan protein tertinggi anak. Asam lemak tak jenuh ganda sangat
dibandingkan dengan bahan penyusun lain yaitu penting bagi pertumbuhan karena asam lemak
sebesar 79,35 g/100g sedangkan pada tepung tersebut adalah bahan utama dalam pembentukan
kecambah kedelai sebesar 33,22 g/100g, dan serabut syaraf dan prostaglandin yang dibutuhkan
pada tepung kecambah jagung kandungan pro- tubuh untuk pembekuan darah dan kekebalan
tein sebesar 4,50g/100g. Akan tetapi protein tubuh.
akan semakin meningkat jika proporsi tepung Kadar karbohidrat sereal instan berbahan
kecambah kedelai semakin besar. Hal ini dasar tepung ikan gabus, tepung kecambah
disebabkan karena kedua bahan tersebut kedelai, dan tepung kecambah jagung berkisar
merupakan sumber protein. antara 57,89 g sampai dengan 66,9 g/100 g. Taraf
Tabel 3 menunjukkan kadar protein tertinggi perlakuan P4 (4 : 15 : 81) memiliki kadar
pada P2 hal ini dikarenakan proporsi sumber karbohidrat tertinggi sebesar 66,9 g, sedangkan
protein yang berasal dari tepung ikan gabus dan kadar abu terendah pada taraf perlakuan P1 (10
tepung kecambah kedelai pada P2 lebih banyak : 12 : 78) sebesar 57,8 g/100 g
dibandingkan pada perlakuan lain. Kontribusi Hasil analisis statistik Oneway Anova pada
protein terbesar dalam sereal instan berasal dari tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa
tepung ikan gabus dan tepung kecambah kedelai. sereal instan berbahan dasar tepung ikan gabus,
Sehingga dengan peningkatan proporsi tepung tepung kecambah kedelai, dan tepung kecambah
ikan gabus dan tepung kecambah kedelai pada jagung memiliki perbedaan kadar karbohidrat
sereal instan maka kadar protein semakin yang signifikan (p=0,000). Analisis lebih lanjut
meningkat. Sedangkan kadar protein terendah dengan Duncan Multiple Random Test
pada P4 hal tersebut dikarenakan pada P4 (DMRT) menunjukkan bahwa kadar karbohidrat
proporsi tepung kecambah jagung paling tinggi sereal instan berbahan dasar tepung ikan gabus,
yang mana tepung kecambah jagung yang mana tepung kecambah kedelai, dan tepung kecambah
60,10% kandungan gizinya merupakan jagung pada taraf perlakuan P1 tidak berbeda
karbohidrat. signifikan dengan P2, sedangkan untuk taraf
Hasil penelitian menujukkan bahwa semakin perlakuan P3 dan P4 terdapat perbedaan yang
tinggi proporsi tepung kecambah kedelai maka signifikan.
kadar lemak sereal instan semakin meningkat, Kontribusi kadar karbohidrat terbesar pada
Hal tersebut dikarenakan dari ketiga bahan sereal instan yaitu berasal dari tepung kecambah
penyusun sereal susu instan, tepung kecambah jagung. Secara empiris, kandungan karbohidrat
kedelai memiliki kontribusi besar untuk tepung kecambah jagung per 100 g sebesar
meningkatkan kadar lemak karena kandungan 60,10 g lebih tinggi dibandingkan dengan tepung
lemak yang tinggi sebesar 20,79 g/100g, ikan gabus yang memiliki kandungan karbohidrat
sedangkan tepung ikan gabus memiliki sebesar 0,93 g dan kandungan karbohidrat
kandungan lemak 5,5% dan tepung kecambah tepung kecambah kedelai sebesar 40,84 g.
jagung sebesar 4,04%.

ISSN 2460-0334 139


JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA, VOLUME 3, NO. 2, NOVEMBER 2017: 132-144

Nilai energi sereal dihitung secara empiris dibandingkan dengan bahan penyusun sereal
dengan menjumlah semua zat gizi yaitu lemak, yang lainnya. Tepung kecambah kedelai memiliki
protein, karbohidrat. Nilai energi pada sereal kandungan protein sebesar 33,22 g/100g dan
antara lain 379,6 sampai dengan 465 Kalori/ 100 lemak 20,79 g/100g. Nilai energi sereal instan
gram. Nilai tertinggi pada sereal instan pada taraf per 100 g berkisar antara 379,6-465 kkal dimana
perlakuan P3 ( 5 : 22 : 73) sebesar 465 Kalori telah memenuhi standar PMT yaitu 350-400
dan taraf perlakuan P1 (10 : 12 : 78) memiliki kkal.
nilai terendah yaitu 379,6 Kalori/ 100 gram. Skor asam amino adalah cara menetapkan
Menurut Almatsier, (2003) menunjukkan mutu protein dengan membandingkan kandungan
bahwa nilai energi ditentukan oleh kandungan asam amino esensial dalam bahan makanan
karbohidrat, protein dan lemak makanan. Salah dengan kandungan asam amino esensial yang
satu penyumbang terbesar energi adalah lemak. sama dalam protein ideal/patokan. Perbandingan
Lemak merupakan sumber energi paling padat antara asam amino esensial yang terdapat paling
dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. rendah dalam bahan makanan dinilai dengan
Dalam jumlah yang sama lemak menghasilkan 9 asam amino yang sama dalam protein patokan
Kalori setiap gram, yaitu 2½ kali lebih besar merupakan skor asam amino bahan makanan
daripada karbohidrat dan protein. Sedangkan tersebut (Almatsier, 2009). Menurut Hardinsyah
protein masing-masing menyumbangkan 4 (1989), skor asam amino menunjukkan bagian
Kalori setiap gramnya. Secara empiris nilai energi asam amino yang dimanfaatkan tubuh dibanding-
tepung kecambah kedelai adalah 481,91 kalori kan dengan yang diserap. Asam amino yang
/ 100 g bahan, dan memiliki kontribusi lemak mempunyai skor terendah merupakan asam
paling tinggi dibandingkan dengan 3 bahan dasar amino pembatas makanan tersebut. Skor asam
lainnya yaitu sebesar 20,79 g. amino dari masing masing taraf perlakuan yang
Hasil analisis statistik Oneway Anova pada dihitung secara empiris disajikan pada Tabel 6.
tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa Tabel 6 menunjukkan nilai asam amino
proporsi tepung ikan gabus, tepung kecambah produk sereal instan berbahan dasar tepung ikan
kedelai, dan t epung kecambah jagung gabus, tepung kecambah kedelai, dan tepung
memberikan pengaruh yang signifikan (p = 0,000) kecambah jagung memiliki presentase SAA lebih
terhadap nilai energi sereal instan. Analisis lebih dari 100%, maka dapat disimpulkan bahwa
lanjut dengan Duncan Multiple Range Test seluruh taraf perlakuan tidak memiliki asam amino
menunjukkan nilai energi setiap taraf perlakuan pembatas dan apabila tingkat konsumsi asam
berbeda dengan taraf perlakuan lainnya. amino (TKAE) dibandingkan dengan pola
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecukupan asam amino (PKAE) (FAO/WHO/
semakin tinggi proporsi tepung kecambah kedelai UNU,1985) tingkat konsumsi asam amino tiap
maka semakin tinggi pula nilai energinya. Nilai taraf perlakuan sudah memenuhi standar yang
energi dipengaruhi oleh kandungan zat gizi telah ditentukan karena nilai TKAE dari seluruh
penghasil energi yaitu protein, lemak, dan taraf perlakuan memiliki nilai diatas standar
karbohidrat. Hal tersebut sesuai dengan PKAE
pernyataan Almatsier (2003), kandungan pro- Menurut Tejasari (2005), NPU menunjuk-
tein, lemak, dan karbohidrat suatu bahan kan tingkat kemanfaatan protein bersih yang
makanan menentukan nilai energinya. Tepung dikonsumsi, nilai NPU merupakan nisbah antara
kecambah kedelai merupakan suatu bahan jumlah nitrogen yang ditahan atau dipergunakan
dengan sumber protein dan lemak yang tinggi jika oleh tubuh dengan jumlah nitrogen yang diserap.

140 ISSN 2460-0334


Sholihah dkk., Formulasi Tepung Ikan Gabus, Tepung Kecambah Kedelai...

Nilai Net Protein Utilization (NPU) dari masing- Warna pada flakes cenderung terang
masing taraf perlakuan yang dihitung secara dikarenakan bahan yang digunakan yaitu tepung
empiris disajikan pada Tabel 7. ikan gabus, tepung kecambah kedelai, dan
Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai Net Pro- tepung kecambah jagung yang dominan
tein Utilization (NPU) dari masing-masing taraf berwarna kuning kecoklatan. Adapun warna
perlakuan bervariasi antara 82,90-115,26%. Hal coklat pada flakes sereal disebabkan karena
ini menunjukkan bahwa sebesar 82,90-115,26% terjadinya secara nonenzimatik yaitu reaksi
protein mampu diubah menjadi protein tubuh, Maillard selama pemanggangan. Reaksi
lebih lanjut menurut Gamman (1992) Maillard adalah reaksi-reaksi antara
menyatakan bahwa nilai NPU menunjukkan karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan
presentase protein dalam produk yang mampu gugus amina primer (Winarno, 2004).
diubah menjadi protein tubuh. NPU dikatakan Tingkat kesukaan panelis terhadap warna
tinggi pada bahan makanan apabila lebih dari berkisar antara 55-65% untuk kategori suka dan
70% (Almatsier, 2009), maka dapat disimpulkan 25-40% untuk kategori sangat suka
bahwa nilai NPU sereal instan pada setiap taraf Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma
perlakuan tergolong tinggi. berkisar antara 55-70% untuk kategori suka dan
Nilai Protein Efficiency Ratio (PER) 20-30% untuk kategori sangat suka. Aroma yang
menunjukkan tingkat kemanfaatan protein dihasilkan dari sereal instan ini didominasi oleh
pangan yang dikonsumsi (Tejasari, 2005). Nilai aroma gurih susu skim, aroma manis dari gula,
PER dari masing-masing taraf perlakuan yang dan aroma gurih dari kepingan sereal yang berasal
dihitung secara empiris disajikan pada Tabel 9. dari pencampuran ketiga bahan dasar, akan tetapi
Nilai PER menunjukkan adanya keseim- pada taraf perlakuan P1 sedikit tercium aroma
bangan antara kecukupan energi dan kecukupan ikan namun tidak terlalu tajam. Hal ini disebabkan
protein yang terkandung dalam tiap taraf karena proporsi tepung ikan gabus pada taraf
perlakuan. Protein dalam tubuh mempunyai fungsi perlakuan P1 paling tinggi dibandingkan taraf
utama sebagai pembangun dan sumber energi perlakuan lainnya yaitu sebesar 10%. Aroma
sehingga diperlukan adanya suatu keseimbangan amis pada ikan ditimbulkan oleh kandungan pro-
antara kecukupan energi dan kecukupan pro- tein ikan yang tinggi (Sulaiman dan Noor, 1982),
tein (Hardinsyah, 1989). Nilai PER teoritis namun hal tersebut dapat diminimalisir dengan
berkisar 12,64-15,16 dimana seluruh taraf cara perendaman ikan dengan air jeruk nipis
perlakuan memenuhi nilai PER yang dianjurkan sebelum dilakukan pengeringan. Air jeruk nipis
bagi balita yaitu 4,3 (Hardinsyah, 1992) dan cukup efektif mengurangi aroma amis ikan
dapat disimpulkan bahwa protein yang dikarenakan mengandung asam sitrat dan asam
terkandung dalam produk sereal instan mampu askorbat, kedua asam tersebut dapat bereaksi
digunakan untuk memperbaiki jaringan tubuh dengan TMA (Trimethyl Amine) membentuk
balita gizi kurang. trimetil ammonium yang selanjutnya diubah
Warna merupakan salah satu komponen menjadi bimetal ammonium, sehingga aroma amis
yang penting dalam menentukkan kualitas dari ikan dapat berkurang (Poernomo et al., 2004).
penerimaan suatu makanan. Penentuan mutu Sedangkan pada taraf perlakuan P2, P3, dan P4
suatu bahan pangan pada umumnya tergantung tidak tercium aroma ikan hal tersebut dikarenakan
pada warna karena warna tampil terlebih dahulu. pada taraf perlakuan P2 terdapat penambahan
Warna pada flakes dipengaruhi oleh pemasakan proporsi tepung kecambah kedelai yang mana
dan juga bahan yang digunakan. tepung kecambah kedelai memiliki kandungan

ISSN 2460-0334 141


JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA, VOLUME 3, NO. 2, NOVEMBER 2017: 132-144

lemak yang dapat menimbulkan rasa dan aroma dapat diterima dengan baik oleh panelis. Tekstur
gurih sehingga aroma amis dari ikan gabus dapat serealia menjadi faktor yang perlu dipertimbang-
tertutup oleh aroma gurih. kan agar dapat diperoleh flake dengan tekstur
Tingkat kesukaan panelis terhadap rasa yang renyah. Tekstur menjadi pertimbangan
berkisar antara 30-75% untuk kategori suka dan dalam memilih bahan baku untuk produksi sereal
5-30% untuk kategori sangat suka. Rasa yang karena produk akhir diinginkan memiliki warna
dihasilkan seral instan terasa gurih dan manis tidak menarik dengan tekstur yang renyah, untuk
terdapat aftertaste langu dari kecambah kedelai mendapatkan tekstur dan kadar air produk akhir
namun pada perlakuan P1 terdapat sedikit yang diinginkan, diperlukan pengontrolan
aftertase amis dari ikan gabus akan tetapi hal terhadap proses pengeringan yang dilakukan
tersebut tidak mempengaruhi tingkat kesukaan setelah proses pemasakan.
panelis terhadap rasa sereal instan perlakuan P1. Taraf perlakuan terbaik dicapai oleh sereal
Pada perlakuan P3 sebanyak 13 panelis instan pada taraf perlakuan P2 dengan proporsi
menyatakan tidak suka terhadap rasa sereal tepung ikan gabus, tepung kecambah kedelai, dan
instan, panelis menyatakan rasa pada sereal tepung kecambah jagung sebesar 8 : 18 : 75.
perlakuan P3 terlalu gurih, terasa asin sehingga hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
menutupi rasa manis dari gula. Rasa gurih tersebut energi dan mutu kimia sereal instan pada taraf
ditimbulkan oleh adanya tepung kecambah perlakuan P2 sebagian besar telah memenuhi
kedelai yang memiliki kadar lemak tinggi yaitu syarat mutu sereal instan SNI 01-4270-1996
sebesar 20,79%. Hasil analisis analisis kadar kecuali kadar air, kadar abu, dan karbohidrat
lemak sereal instan juga menunjukkan bahwa yang belum memenuhi syarat mutu. Nilai energi
perlakuan P3 memiliki kadar lemak tertinggi taraf perlakuan P2 sudah sesuai dengan syarat
dibandingkan dengan taraf perlakuan yang lain. mutu PMT menurut Depkes RI (2011) yaitu 350-
Meningkatkanya kadar lemak berpengaruh pada 400 kalori. Kepadatan energi dalam makanan
cita rasa dan aroma sereal yang semakin gurih. dibutuhkan oleh penderita gizi kurang dalam
Sama hal nya dengan indikator aroma pada taraf memenuhi kebutuhannya demi mencegah
perlakuan P1 terdapat aftertaste amis yang hiperkatabolisme, sejalan dengan pendapat
ditimbulkan oleh tepung ikan gabus, namun pada Murray (2003), bahwa penderita gizi kurang
taraf perlakuan P2 tidak ditemukan aftertaste sangat rentan terhadap infeksi dan akan
amis hal tersebut dikarenakan pada taraf memperburuk keadaan lebih lanjut dengan
perlakuan P2,P3, dan P4 mengalami penambahan menimbulkan kebutuhan metabolik yang lebih
proporsi tepung kecambah kedelai yang memiliki tinggi yang disebabkan melalui panas atau
rasa gurih dan penambahan tepung kecambah demam.
jagung yang memiliki rasa gurih khas jagung. Kebutuhan energi balita gizi kurang adalah
Tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur 1550 kalori per hari. Persyaratan PMT menurut
berkisar antara 50-65% untuk kategori suka dan Depkes RI (2011) yaitu 350-400 kalori. Sereal
10-30% untuk kategori sangat suka. Hasil uji instan dengan bahan berbasis tepung ikan gabus,
kesukaan menunjukkan bahwa modus tingkat tepung kecambah kedelai, dan tepung kecambah
kesukaan terhadap tekstur sereal instan adalah jagung setiap 1 gram nya memberikan sumbangan
suka (3). Hal ini menunjukkan bahwa tekstur energi sebesar 3,4 Kalori dengan protein sebesar
sereal berbahan dasar tepung ikan gabus, tepung 0,07 gram, sehingga untuk memenuhi persyaratan
kecambah kedelai, dan tepung kecambah jagung PMT diberikan sebesar 102 gram sereal dalam

142 ISSN 2460-0334


Sholihah dkk., Formulasi Tepung Ikan Gabus, Tepung Kecambah Kedelai...

sehari, setiap kali pemberian diberikan sereal Saran yang dapat diberikan dari penelitian
instan sebesar 34 gram per porsi dengan ini adalah sebaiknya dilakukan uji daya simpan
frekuensi pemberian 3 kali per hari. Dalam satu produk untuk mengetahui berapa lama daya
porsi sereal instan mengandung energi sebesar simpannya agar dapat menjamin bahwa produk
116 kalori dan 2,4 gram protein yang mana satu ini aman dikonsumsi.
porsi sereal instan telah memenuhi 33% energi
dari total syarat pemberian PMT untuk energi DAFTAR PUSTAKA
sebesar 350-400 kalori dan 24% dari total syarat Almatsier S. (2003). Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
pemberian PMT untuk protein sebesar 10-15 Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
gram. Astawan, M. (2004). Sehat dengan Hidangan
Kacang dan Biji-Bijian. Jakarta: Penebar
PENUTUP Swadaya.
Peningkatan proporsi tepung ikan gabus dan Azwar A. (2004). Kecenderungan Masalah
tepung kecambah kedelai memberikan pengaruh Gizi dan Tantangan di Masa Datang. http:/
yang signifikan terhadap peningkatan kadar air, /gizi.net/makalah/Makalag%20Dirjen-
kadar abu, kadar protein. Peningkatan proporsi Sahid%202.PDF. (10 Desember 2015)
tepung kecambah kedelai memberikan pengaruh Diana, F.M. (2013). Omega 6. Jurnal
signifikan terhadap peningkatan kadar lemak dan Kesehatan Masyarakat, Volume 7 Nomor
nilai energi. Peningkatan proporsi tepung 1.
kecambah jagung memberikan pengaruh Depkes RI. (1997). Pedoman Penang-
signifikan terhadap peningkatan kadar gulangan Kekurangan Energi Protein
karbohidrat. (KEP) dan Petunjuk Pelaksanaan PMT
Mutu protein sereal instan diantaranya skor pada Balita. Jakarta: Depkes RI
asam amino (SAA) tiap taraf perlakuan tergolong Depkes RI. (2005). Rencana Aksi Nasional
tinggi yaitu lebih dari 100, net protein utiliza- Pencegahan dan Penanggulangan Gizi
tion (NPU) teoritis memenuhi standar yakni Buruk. Jakarta : Departemen Kesehatan
>70%, dan protein energy ratio (PER) Depkes RI. (2007). KEPMENKES RI No. 747/
memenuhi standar yaitu >10. Menkes/SK/VI/2007. Pedoman Opera-
Proporsi tepung ikan gabus, tepung sional Keluarga Sadar Gizi di Desa Siaga.
kecambah kedelai, dan tepung kecambah jagug Jakarta: Depkes RI
memberikan pengaruh tidak signifikan terhadap Depkes RI.(2011). Paduan Pemberian Makanan
tingkat kesukaan warna, aroma, dan tekstur Tambahan Pemulihan bagi Balita Gizi Kurang.
sereal instan, namun berpengaruh signifikan Jakarta: Depkes RI.
terhadap tingkat kesukaan rasa sereal instan. Hartoyo, A. dan F.H. Sunandar. (2006).
Taraf perlakuan P2 dengan proporsi tepung Pemanfaatan Tepung Komposit Ubi Jalar
ikan gabus, tepung kecambah kedelai, dan putih (Ipomea batatas L) Kecambah Kedelai
tepung kecambah jagung 8 : 18 : 75 dengan nilai (Glycine max Merr.) dan Kecambah kacang
energi 415,75 kkal/100g, protein 21,53 g/100g, Hijau (Virginia radiatq L) Sebagai Substituen
lemak 10,54 g/100g, dan karbohidrat 58,68 g/ Farsial Terigu Dalam Produk pangan
100g merupakan taraf perlakuan terbaik untuk Alternatif Biskuit kala Energi Protein. Jurnal
menjadi sereal instan bagi anak gizi kurang. Teknologi dan Indusri Pangan, Vol. XVII
No. I Th. 2006.

ISSN 2460-0334 143


JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA, VOLUME 3, NO. 2, NOVEMBER 2017: 132-144

Ismayanti,M. dan Harijono. (2015). Formulasi Manary MJ, dkk. (2008). Aspek Kesehatan
MPASI Berbasis Tepung Kecambah Masyarakat pada Gizi Kurang. Jakarta:
Kacang Tunggak dan Tepung Jagung dengan EGC
Metode Linear Programming. Jurnal Muchtadi, D. (2010). Teknik Evaluasi Nilai
Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No.3 Gizi Protein. Penerbit Alfabeta, Bandung
p.996-1005. Murray, R.K., Granner, D.K, Mayer, P.A,
Junaidi, M. Dan Isworo, T. (2011). Kadar Pro- Rodwell,V.W. (2003). Biokomia Harper.
tein, Vitamin C, dan sifat Organoleptik Bubur Edisi 25. Jakarta:EGC.
Bayi dari Campuran Tepung Kecambah Ranken, M.D. (2000). Water Holding Capacity
Kacang-kacangan dan Jagung. Jurnal of Meat and Its Control Them. Inc, 24:1502
Pangan dan Gizi Vol 02 No. 03 Tahun RISKESDAS 2013. Badan Penelitian dan
2011. Pengembangan Kesehatan Departemen
Kusumawardhani, T. (2004). Pemberian Diet Kesehatann RI.
Formula Tepung Ikan Gabus pada Penderita Poernomo, D. Sugeng, H.S. dan Agus, W.
Sindrom Nefrotik. Tesis. Program Pendi- (2004). Pemanfaatan Asam Cuka, Jeruk
dikan Dokter Spesialis 1 Bagian Ilmu nipis, dan Belimbing Wuluh unt uk
Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran. Mengurangi Bau Amis Petis Ikan Layang.
Universitas Diponegoro. Semarang. Vol. 3 No.2. Departemen Teknologi Hasil
Liur, I.J. A.F.Musfiroh, dkk. (2013). Potensi Pertanian, IPB. Bogor.
Penerapan Tepung Ubi Jalar dalam Santosa, A.H. (2001). Ekstraksi albumin ikan
Pembuatan Bakso Sapi. Jurnal Aplikasi gabus (Ophiocephalus striatus). Skripsi.
Teknologi Pangan. Volume 2 Nomor 1. Fakultas Perikanan, Universitas Brawijaya,
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Malang.
Manley, D.,J,.R. (2000). Technology of Bis- Sulaiman dan Z. Noor. (1982). Pengaruh Asam
cuits, Crackers, and Cookies, Third Edi- Cuka terhadap Rasa Amia dari Ikan Mujair
tion. Woodhead Publishing Limited and yang Dipanggang. Agritech Vol. 3 No.3 dan
CRC Press LCC. England. 4. Yogyakarta
Moehji, S. (2003). Pengetahuan Dasar Ilmu Sari, K., Marliyati, A. Dkk. (2014). Uji
Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Organoleptik Biskuit Fungsional Berbasis
Moedjiharto, T.J. (2007). Ikan sebagai bahan Ikan Gabus. Jurnal AGRITECH, Vol 34,
substitusi human serum albumin (HSA) No. 2.
dalam penyumbang biofarma Indonesia. Tejasari. (2005). Nilai-nilai Gizi Pangan.
http://old-prasetya.ub.id. (12 Desember Yogyakarta: Graha Ilmu.
2015) Winarno, F. (2004). Gizi, Teknlogi, dan
Konsumen. Jakarta: Gramedia

144 ISSN 2460-0334

Anda mungkin juga menyukai