Anda di halaman 1dari 28

ARTIKEL PANGAN DAN

GIZI
By :
Tasya Wulandari (P01031119155)
JURNAL PANGAN DAN GIZI
8 (2): 11-21, APRIL 2018
file:///C:/Users/USER/Downloads/3364-7048-2-PB.pd
f
KADAR PROTEIN, AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
DAN SIFAT ORGANOLEPTIK COOKIES
TERSUBSTITUSI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG
KECAMBAH KACANG HIJAU KUKUS
PENDAHULUAN

Cookies adalah kue kering ringan berbahan


terigu
yang memiliki cita rasa manis sehingga sangat
diminati sebagai makanan, namun menurut
data
APTINDO (2014) ketergantungan Indonesia
terhadap pangan impor ini dapat menurunkan
devisa Negara. Hal ini dikhawatirkan beberapa
industri makanan berbasis tepung terigu terus
menenerus akan mengalami ketergantungan
terhadap pangan luar negeri karena itu perlu
adanya upaya mengurangi ketergantungan
terhadap penggunaan tepung terigu.
Untuk meningkatkan kadar protein mocaf perlu
ditambahkan tepung kacangkacangan yang
kandungan proteinnya mencapai 23-24%
(Astanto,
2006). Menurut Aminah (2012) tepung
kecambah
kacang hijau kukus yang memiliki kandungan
proteinnya yang lebih tinggi yaitu 20,79 %
maka
diharapkan bisa melengkapi nilai protein
tepung
mocaf.
Tepung mocaf (Modified Cassava Flour) yaitu
produk tepung singkong yang diproses
menggunakan prinsip memodifikasi singkong
JENIS PENELITIAN

Penelitian ini, merupakan penelitian


eksperimental, yang dilakukan di Laboratorium
Kimia dan Laboratorium Teknologi Pangan
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Aminah (2012) tepung kecambah
kacang
hijau kukus memiliki nilai protein yang tinggi
dibandingan tepung kacang hijau yang tidak
dikecambahkan sehingga hal ini membuktikan
bahwa tepung kecambah kacang hijau kukus
dapat
melengkapi nilai protein tepung mocaf dalam
pengolahan cookies.
VOL 9, NO 1 (2020): JURNAL
GIZI UNIMUS
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jgizi/article/vie
w/5682/4786

Kandungan Gizi Donat dengan Penambahan


Ubi Ungu (Ipomoea Batatas L.) Sebagai
Makanan Jajanan Berbasis Pangan Lokal Bagi
Anak Sekolah
PENDAHULUAN
Pemenuhan gizi pada anak sekolah sangat
penting
dalam mendukung pertumbuhan dan
perkembangan anak. Usia anak sekolah yaitu
6-12
tahun mengalami tumbuh kembang sehingga
kebutuhan zat gizi meningkat. Konsumsi
makanan
sehari-hari menjadi sumber zat gizi yang
berperan
besar untuk kehidupan anak. Kekurangan atau
kelebihan konsumsi zat gizi akan berpengaruh
Salah satu aspek yang berperan penting dalam
proses pertumbuhan anak sekolah adalah
asupan
energi dan zat gizi lainnya. Pangan Jajanan
Anak
Sekolah (PJAS) dibutuhkan bagi anak yang
tidak
atau kurang sarapan dan tidak membawa
bekal
Untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein
anak sekolah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Donat ubi ungu mempunyai rasa yang manis,
selain karena penambahan gula yang
ditambahkan
dengan jumlah yang sama pada F1 dan F2 hal
tersebut juga dipengaruhi oleh rasa ubi ungu
yang
sudah manis.
Warna makanan memegang peranan utama
dalam
penampilan makanan karena merupakan
rangsangan pertama pada indera penglihatan
seseorang.
Warna ungu pada donat sedikit tertutupi oleh
warna coklat dipermukaan donat yang
disebabkan
oleh browning non enzimatis, bagian dalam
donat
memiliki warna ungu yang masih sangat cerah.
Hal ini karena ubi ungu mengandung tinggi
antosianin yang bersifat tahan terhadap panas
dan
perubahan PH (Mahmudatussa’adah, 2015 )
VOL 15, NO 1 (2020): JURNAL
MEDIA GIZI INDONESIA
TABLE OF CONTENTS
https://e-journal.unair.ac.id/MGI/article/view/13318/9
066

ENERGI, MAKRONUTRIEN, DAN CAROTID


INTIMA-MEDIA THICKNESS (CIMT) PADA
REMAJA OBESITAS
LATAR BELAKANG
Obesitas adalah akumulasi lemak yang
berlebih di
dalam tubuh. Prevalensi overweight dan
obesitas
meningkat di Indonesia. Terutama pada
remaja.
Prevalensi obesitas meningkat 8% pada tahun
2002 dan 11,5% pada tahun 2011 (Rachmi et
al.,
2017). Kondisi sosial ekonomi yang tinggi,
konsumsi makanan yang digoreng (fried meal)
dan
Penyakit kardiovaskuler adalah salah satu
komplikasi obesitas. Akumulasi lemak tubuh
merupakan faktor risiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler pada obesitas yang diawali
dengan
aterosklerosis (Fang et al., 2010; Going et
al.,2011).
Gejala klinis aterosklerosis biasanya dimulai
saat
dewasa, namun proses ini diawali dengan
adanya
penebalan pada dinding pembuluh darah arteri
(Bekdas e. al., 2016).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebanyak 59 remaja obesitas yang terdiri dari
32
(54,2%) remaja laki-laki dan 27 (45,8%) remaja
perempuan. Rerata CIMT adalah 0,51 ± 0,10
mm.
Obesitas menyebabkan infl amasi kronis akibat
ketidakseimbangan sitokin pro- dan anti-infl
amasi
(Todendi et al., 2016). Penyakit kardiovaskuler
diawali dengan proses aterosklerosis pada
anak
dan remaja yang menderita obesitas (Fang et
KESIMPULAN DAN SARAN
Tidak ada pengaruh antara total kalori,
karbohidrat, dan lemak dengan CIMT pada remaja
obesitas (p>0.05). Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut menggunakan subyek yang lebih banyak,
dan pengukuran pola makan dengan durasi yang
lebih lama untuk menilai pengaruh diet terhadap
CIMT. Studi lebih lanjut perlu dilakukan untuk
menilai hubungan asupan karbohidrat, protein,
dan lemak dengan CIMT dengan jumlah subyek
yang lebih banyak dan dengan 2x24 jam food
recall
untuk menilai kebiasaan konsumsi makanan.
THE JOURNAL OF
INDONESIAN COMMUNITY
NUTRITION VOL. 8 NO. 2,
2019
https://docs.google.com/viewerng/viewer?url=http:/
/journal.unhas.ac.id/index.php/mgmi/article/viewFile
/55-62/4411

EFEK DIET TINGGI KARBOHIDRAT TERHADAP


GLUKOSA DARAH
DAN BERAT BADAN TIKUS WISTAR
PENDAHULUAN

Peningkatan masalah berat badan berlebih dan


obesitas telah diakui sebagai masalah global oleh
World Health Organization (WHO) dan menjadi
masalah primer khususnya di negara-negara
berkembang.
Berdasarkan penelitan yang telah ada sebelumnya
kadar
gula darah Berhubungan dengan faktor karakteristik
individu (usia, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan
diabetes), faktor diet (diet tinggi energi, tinggi
protein, tinggi
lemak dan karbohidrat, serta rendah serat), aktivitas
fisik
kurang, hipertensi, status gizi (indeks massa tubuh
Asupan makanan terutama karbohidrat baik jumlah
maupun jenisnya dan aktivitas fisik merupakan faktor
yang berpengaruh pada kadar glukosa darah. Tinjauan
sistematis dan meta-analisis tentang hubungan asupan
tinggi karbohidrat dengan resiko obesitas yang
dilakukan oleh Sartorius et al. (2018) mengungkapkan
tidak dapat disimpulkan bahwa diet tinggi karbohidrat
ataupun peningkatan persentase asupan energi total
Dalam bentuk karbohidrat dapat meningkatkan
kemungkinan obesitas. Hal ini dikarenakan studi
tersebut tidak mengklasifikasikan jenis karbohidrat.
Oleh karena itu diperlukan studi lebih lanjut yang
secara khusus mengklasifikasikan jenis karbohidrat
yang mungkin dapat meningkatkan berat badan.
PEMBAHASAN
Kelompok diet tinggi karbohidrat kompleks yang
diberikan
tepung pati jagung mengalami penurunan rata-rata
berat
badan yang signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Aziz, et. al (2009) tentang efek dari
tipe
pati terhadap berat badan pada tikus obesitas yang
dilakukan selama 4 minggu. Hasil penelitian tersebut
adalah
Terjadi penurunan berat badan pada tikus yang
diberikan
diet tinggi pati dengan pembatasan kalori. Selain itu,
hasil
penelitian yang dilakukan oleh Castillo, et. al. (2012)
Pada bahan intervensi kelompok diet tinggi
karbohidrat kompleks yaitu tepung pati jagung,
terdapat pati resisten. Pati jagung
mengandung
4,85% pati resisten.Menurut teori, pati resisten
dapat membantu menurunkan berat badan
karena
memiliki efek fisiologis yang sama dengan
serat
pangan. Pati resisten tahan terhadap enzim
pencernaan manusia, lambat dalam pelepasan
glukosa sehingga asupan energi berkurang
pada
sel-sel usus, yang terbukti dengan rendahnya
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil dan
Pembahasan penelitian ini, yaitu terdapat perbedaan
glukosa
darah rata-rata antara kelompok kontrol dan kelompok
intervensi karbohidrat kompleks dan kelompok intervensi
diet
tinggi karbohidrat sederhana, sebelum intervensi.
Terdapat perbedaan glukosa darah rata-rata antara
kelompok
kontrol –kelompok intervensi diet karbohidrat sederhana
dan
kelompok intervensi diet tinggi karbohidrat kompleks –
kelompok
intervensi diet karbohidrat sederhana, setelah intervensi.
 JURNAL GIZI DAN PANGAN
SOEDIRMAN
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps/article/view/1
920/1240

Substitusi tepung ampas kelapa dalam


pembuatan brownies kukus terhadap
sifat organoleptik dan nilai gizi
PENDAHULUAN
Ampas kelapa merupakan hasil akhir dari
pembuatan santan. Saat ini pemanfaatan ampas
kelapa di kalangan masyarakat masih terbatas.
Ampas kelapa memiliki kandungan gizi yang
Pemanfaatan amplas kelapa ini sangat
menguntungkan
secara ekonomi bagi petani kelapa dan produsen,
serta
Masyarakat yang mengkonsumsinya. Ampas kelapa
yang diolah menjadi tepung ampas kelapa dapat
Memudahkan masyarakat untuk diaplikasikan
menjadi
Tepung ampas kelapa ini dapat digunakan sebagai
bahan substitusi tepung terigu atau tepung lainnya
untuk digunakan dalam pengolahan pangan.
Tepung ampas kelapa dapat dimanfaatkan sebagai
Bahan tambahan dalam berbagai macam
pembuatan
Makanan dan membuat cita rasa semakin gurih,
aroma
yang khas serta mengandung zat gizi dan
kandungan
serat yang tinggi, seperti brownies, kue kering, roti,
dan
sebagainya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Formula brownies tepung ampas kelapa telah
dibuat
Kemudian diuji organoleptik. Hasil dari masing-
masing atribut penilaian kemudian dianalisi secara
deskriptif dan statistik dengan uji beda lebih dari
dua
kelompok menggunakan analisi sidik ragam
(ANOVA)
lalu dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan.
KESIMPULAN
Proporsi tepung ampas kelapa dan tepung
terigu
berpengaruh pada organoleptik, tetapi tidak
mempengaruhi mutu hedonic brownies.
Kadar lemak brownies terpilih sama dengan
kontrol namun kadar air, abu, protein,
karbohidrat
dan serat berbeda.

Anda mungkin juga menyukai