Disusu Oleh :
Afifah Kurniati
P17431113001
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini ada kecenderungan orang mengonsumsi makanan
tidak hanya
yang
dikonsumsi
harus
adalah bahan pangan dengan tujuan untuk memberikan tambahan bagi diet normal
yang merupakan sumber gizi.
Kelompok senyawa yang dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis
tertentu di dalam pangan fungsional adalah senyawa-senyawa alami di luar zat gizi
dasar (karbohidrat, protein, dan lemak) yang terkandung dalam pangan yang
bersangkutan, yaitu: serat makanan (dietary fiber), oligosakarida, gula alkohol
(polyol), asam lemak tidak jenuh jamak (polyunsaturated fatty acids = PUFA),
peptida dan protein tertentu, glikosida dan isoprenoid, polifenol dan isoflavon,
kolin dan lesitin, bakteri asam laktat, phytosterol, vitamin dan mineral tertentu
(Tarigan, 1986).
Seperti halnya serat dalam makanan fungsional yang diperlukan oleh tubuh
untuk kesehatan organ pencernaan dan mencegah konstipasi. Prevalensi konstipasi
di Amerika Serikat berkisar antara 220 %.Berdasarkan International Database US
Census Bureau pada tahun 2003. Prevalensi konstipasi di Indonesia sebesar
3.857.327 jiwa (Friedman danGrendell, 2003).
Berdasarkan hasil riset Puslitbang Gizi Depkes RI tahun 2001, rata-rata
konsumsi serat penduduk Indonesia adalah 10,5 gram per hari. Angka ini
menunjukkan bahwa penduduk Indonesia baru memenuhi kebutuhan seratnya
sekitar 1/3 dari kebutuhan ideal rata-rata 30 gram setiap hari. Sedangkan, Food and
Nutrition Board dari US National Academy of Sciences merekomendasikan
konsumsi serat sekitar 25-35 gram per hari untuk setiap individu. Oleh karena itu,
diperlukan perubahan pola makan sehingga kebutuhan serat per hari bisa terpenuhi.
Namun kebiasaan makan masih sulit diubah karena menyangkut faktor kesibukan,
kebiasaan dan kesukaan akan makanan tertentu (Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007)..
Di masyarakat golongan menengah ke atas, terjadi pergeseran pola makan
dari tinggi karbohidrat,tinggi serat dan rendah lemak ke konsumsi rendah
karbohidrat, tinggi lemak dan protein serta miskin serat (Sujono,1993). Hal inilah
yang menyebabkan pergeseran pola penyakit dari pola infeksi ke penyakit-penyakit
degeneratif. Perhatian terhadap peranan serat makanan (dietary fiber) terhadap
kesehatan mulai muncul setelah para ahli membandingkan tingginya kejadian
kanker kolon di negara industri maju yang konsumsi seratnya rendah dibandingkan
dengan negara-negara berkembang terutama di pedalaman Afrika yang konsumsi
seratnya tinggi. Penelitian
epidemiologis
membuktikan
bahwa
orang-orang
Afrika berkulit hitam yang mengkonsumsi makanan tinggi serat dan rendah lemak
mempunyai angka kematian akibat kanker usus kolon yang rendah dibandingkan
orang Afrika berkulit putih dengan diet rendah serat, tinggi lemak.
Pola konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup. Salah
satunya adalah mie yang kian menjadi pilihan sebagai pengganti bahan makanan
pokok (nasi). Di Indonesia, mie digemari berbagai kalangan, mulai anak-anak
hingga lanjut usia. Alasannya, sifat mie yang enak, praktis, dan mengenyangkan.
Kandungan karbohidrat yang tinggi, menjadikan mie digunakan sebagai sumber
karbohidrat pengganti nasi. (Anonim, 2008).
Agar asupan serat per hari terpenuhi, perlu ditambahkan bahan-bahan lain
yang mengandung tinggi serat. Beberapa bahan yang dapat ditambahkan dalam
pembuatan mie antara lain sayuran, serealia (contohnya : bekatul) dan umbiumbian. Dengan penambahan bahan-bahan tersebut mie yang dikonsumsi menjadi
lebih sehat.
Bekatul memiliki nilai gizi yang sangat baik yaitu mengandung asam amino
lisin yang lebih tinggi dibandingkan beras, protein, sumber asam lemak tak jenuh,
dan serat pangan yang bermanfat bagi tubuh. Di samping zat gizi, bekatul juga
mengandung komponen bioaktif. Komponen bioaktif tersebut adalah antioksidan
tokoferol (vitamin E), tokotrienol, oryzanol, dan pangamic acid (vitamin B15)
(Ardiansyah,2004).
Produksi bekatul halus dari hasil penggilingan padi di Indonesia mencapai 46 juta ton/tahun (Nursalim, 2007). Di Indonesia bekatul belum banyak
dimanfaatkan. Padahal kandungan serat pangan (Dietary Fiber) bekatul sebesar
21,00 gram dalam 100 gram tergolong cukup tinggi. (USDA, 2014)
B. Tujuan
Mendeskripsikan produk formulasi makanan fungsional yang berperan
dalam pemenuhan kebutuhan serat, yaitu Rainbow Mie.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Satuan
G
Kcal
G
G
G
G
G
2.4
1.1
mg
mg
mg
mg
mg
mg
mg
24
1.26
35
119
128
2
1.6
mg
mg
mg
mg
mg
g
g
g
IU
mg
g
IU
g
0
0.194
0.072
1.198
0.045
31
0
0
0
0.05
0
0
0.3
0.189
monounsaturated
Fatty acids, total
0.152
polyunsaturated
g
0.683
Sumber : USDA National Nutrient Database for Standard Reference
26 Software v.1.4
2) Garam Alkali
Garam alkali, biasanya disebut dengan kansui, merupakan
suatu zat tambahan pangan yang biasa digunakan dalam pembuatan
mie basah. Keberadaan sangat penting dalam pembuatan mie basah.
Garam alkali memberi flavor yang khas dan mempengaruhi kualitas
mie serta bertanggung jawab terhadap warna pada mie (Supriyanto,
1992).
Komponen utama dari dari kansui adalah Natrium Karbonat
(Na2CO3) dan Kalium Karbonat (K2CO3). Penggunaan senyawa ini
pengikatan
gluten,
meningkatkan
elastisitas,
Unit
g
kcal
g
per100g
6.13
316
13.35
g
g
g
g
20.85
49.69
21
0.9
mg
mg
mg
mg
mg
mg
mg
57
18.54
781
1677
1485
5
6.04
mg
mg
mg
mg
mg
g
g
g
IU
mg
g
IU
g
0
2.753
0.284
33.995
4.07
63
0
0
0
4.92
0
0
1.9
4.171
monounsaturated
Fatty acids, total
7.549
polyunsaturated
g
7.459
Cholesterol
mg
0
Other
Caffeine
mg
0
Sumber : USDA National Nutrient Database for Standard Reference 26
Software v.1.4
3. Serat Makanan (Dietary Fiber)
Serat tergolong zat non-gizi dan kini konsumsinya makin dianjurkan agar
dapat dikonsumsi secara teratur dan seimbang setiap hari. Serat adalah zat nongizi yang berguna untuk diet (dietary fiber). Para ahli mengelompokkan serat
makanan sebagai salah satu jenis polisakarida yang lebih lazim disebut
BAB III
METODELOGI
C. Manfaat Produk
Produk rainbow mie ini dapat menjadi makanan alternatif terutama dari
pilihan mie di pasaran, karena kadar serat produk rainbow mie ini lebih tinggi
dibanding mie terigu basah yang tanpa substitusi bahan makanan lain.
D. Prosedur Pembuatan
1. Bahan
a. Tepung terigu
b. Tepung bekatul
c. Telur
d. Garam alkali
e. Garam dapur
f. Sari sawi
g. Sari wortel
h. Sari bit
i. Air es
j. Minyak sayur
: 270 gram
: 30 gram
: 1 butir
: 1,2 gram
: 3 gram
: 30 ml
: 30 ml
: 30 ml
: secukupnya
: Secukupnya
1. Proses Pembuatan
a. Pembuatan tepung bekatul: Bekatul yang dipakai yaitu bekatul yang masih
segar, yaitu bekatul yang tidak berbau apek dan masih bersih. Bekatul yang
diperoleh dari proses penyosohan masih bercampur dengan dedak dan menir
(kepala beras). Untuk memisahkannya dilakukan pengayakan dengan ukuran
ayakan 80 mesh, pengaykan juga bertujuan agar tepung bekatul memiliki
ukuran yang menyerupai tepung terigu.Kemudian setelah menjadi tepung,
hendaknya tepung bekatul di sangrai. Penyangraian tepung bekatul bertujuan
untuk menurunkan kadar air. Sehingga tepung bekatul tidak apek, dan
memperpanjang daya simpan.
Bekatul
Pengayakan (80 mesh)
(dedak, menir)
b.
bagian
tambahkan
sari
sawi.
Aduk
sampai
BAB III
HASIL
Aroma
Aroma
Hijau
mie
Rasa
khas Rasa
khas
dengan
Orange
toping ayam
Tekstur
mie Kenyal
Kekenyalan
Cukup kenyal
x 100 %
200
= 100
x 100 %
= 200%
2. Kimia
Tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya seperti formalin dan
boraks. Menggunakan pewarna alami dari sayur dan buah bit.
3. Biologi
Tidak ada cemaran biologi maupun mikrobiologi bakteri patogen.
F. Kandungan Gizi
Perhitungan nilai gizi per resep / per sajian rainbow mie bekatul basah
dengan substitusi tepung bekatul 10 %
Berat per penyajian mie bekatul basah : 200 gram (1 porsi)
Nilai gizi per porsi :
Nama
Berat
Energi
Protein
Lemak
Karbohidra
Serat
Bahan
(gram)
(Kalori
(gram)
(gram)
t (gram)
(gram)
)
Tepung
terigu
Bekatul
Sari Sawi
Sari wortel
Sari buah
bit
JUMLAH
90
326
11,8
1,2
65
2,2
10
30
30
32
7,5
12,9
1,3
1,1
0,1
2,1
0,1
0,1
5
1,0
2,4
2,1
1,0
1,8
30
20,9
0,1
0,1
4,2
1,3
399,3
14,4
3,6
77,6
8,4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pangan fungsional merupakan nama yang paling dapat diterima semua
pihak untuk segolongan makanan dan atau minuman yang mengandung
bahan-bahan yang diperkirakan dapat meningkatkan status kesehatan dan
mencegah timbulnya penyakitpenyakit tertentu.
2. Produk formula makanan rainbow mie
ini
dibuat
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Badilangoe, PM. 2012. Kualitas Mie Basah Dengan Penambahan Ekstrak Wortel
(Daucus carota L.) dan Substitusi Tepung Bekatul. Fakultas Bioteknologi.
Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.
Diana.
2012.
http://www.dianacahya.com/2012/08/26/healthy-rainbow-noodle/#.VkS4-