Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MATA KULIAH PILIHAN

MAKANAN FUNGSIONAL: RAINBOW MIE


Dosen Pengampu : Dyah nur Subandriyani, SKM, Mkes

Disusu Oleh :
Afifah Kurniati

P17431113001

D III GIZI REGULER A Semeter 5

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini ada kecenderungan orang mengonsumsi makanan

tidak hanya

semata-mata mempertimbangkan segi gizi dan rasanya, tetapi juga pengaruh


makanan tersebut pada kesehatan tubuhnya. Seiring dengan makin meningkatnya
kesadaran pangan masyarakat akan pentingnya hidup sehat, maka tuntutan
konsumen terhadap bahan pangan juga semakin bergeser. Bahan pangan yang kini
mulai banyak diminati konsumen bukan saja yang mempunyai komposisi gizi yang
baik serta kenampakan dan cita rasa yang menarik, tetapi juga harus memiliki
fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh. Makanan

yang

dikonsumsi

harus

diusahakan juga dapat menjaga kesehatan dan kebugaran, serta menurunkan


efek negatif bagi tubuh pengonsumsinya. Ini dasar dari apa yang disebut sebagai
makanan fungsional.
Saat ini banyak dipopulerkan bahan pangan yang mempunyai fungsi
fisiologis tertentu di dalam tubuh, misalnya untuk menurunkan tekanan darah,
menurunkan kadar kolesterol, menurunkan kadar gula darah, meningkatkan
penyerapan kalsium, dan lain-lain. Saat ini telah banyak diketahui bahwa di dalam
bahan pangan terdapat senyawa yang mempunyai peranan penting bagi kesehatan.
Senyawa tersebut mengandung komponen aktif yang mempunyai aktivitas
fisiologis yang memberikan efek positif bagi kesehatan tubuh orang yang
mengkonsumsinya. Istilah pangan fungsional merupakan nama yang paling dapat
diterima semua pihak untuk segolongan makanan dan atau minuman yang
mengandung bahan-bahan yang diperkirakan dapat meningkatkan status kesehatan
dan mencegah timbulnya penyakitpenyakit tertentu.
Pangan fungsional dibedakan dari suplemen makanan dan obat berdasarkan
penampakan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Kalau obat fungsinya terhadap
penyakit bersifat pengobatan (kuratif), maka pangan fungsinal hanya bersifat
membantu pencegahan suatu penyakit (preventif). Sedangkan suplemen makanan

adalah bahan pangan dengan tujuan untuk memberikan tambahan bagi diet normal
yang merupakan sumber gizi.
Kelompok senyawa yang dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis
tertentu di dalam pangan fungsional adalah senyawa-senyawa alami di luar zat gizi
dasar (karbohidrat, protein, dan lemak) yang terkandung dalam pangan yang
bersangkutan, yaitu: serat makanan (dietary fiber), oligosakarida, gula alkohol
(polyol), asam lemak tidak jenuh jamak (polyunsaturated fatty acids = PUFA),
peptida dan protein tertentu, glikosida dan isoprenoid, polifenol dan isoflavon,
kolin dan lesitin, bakteri asam laktat, phytosterol, vitamin dan mineral tertentu
(Tarigan, 1986).
Seperti halnya serat dalam makanan fungsional yang diperlukan oleh tubuh
untuk kesehatan organ pencernaan dan mencegah konstipasi. Prevalensi konstipasi
di Amerika Serikat berkisar antara 220 %.Berdasarkan International Database US
Census Bureau pada tahun 2003. Prevalensi konstipasi di Indonesia sebesar
3.857.327 jiwa (Friedman danGrendell, 2003).
Berdasarkan hasil riset Puslitbang Gizi Depkes RI tahun 2001, rata-rata
konsumsi serat penduduk Indonesia adalah 10,5 gram per hari. Angka ini
menunjukkan bahwa penduduk Indonesia baru memenuhi kebutuhan seratnya
sekitar 1/3 dari kebutuhan ideal rata-rata 30 gram setiap hari. Sedangkan, Food and
Nutrition Board dari US National Academy of Sciences merekomendasikan
konsumsi serat sekitar 25-35 gram per hari untuk setiap individu. Oleh karena itu,
diperlukan perubahan pola makan sehingga kebutuhan serat per hari bisa terpenuhi.
Namun kebiasaan makan masih sulit diubah karena menyangkut faktor kesibukan,
kebiasaan dan kesukaan akan makanan tertentu (Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007)..
Di masyarakat golongan menengah ke atas, terjadi pergeseran pola makan
dari tinggi karbohidrat,tinggi serat dan rendah lemak ke konsumsi rendah
karbohidrat, tinggi lemak dan protein serta miskin serat (Sujono,1993). Hal inilah
yang menyebabkan pergeseran pola penyakit dari pola infeksi ke penyakit-penyakit
degeneratif. Perhatian terhadap peranan serat makanan (dietary fiber) terhadap
kesehatan mulai muncul setelah para ahli membandingkan tingginya kejadian

kanker kolon di negara industri maju yang konsumsi seratnya rendah dibandingkan
dengan negara-negara berkembang terutama di pedalaman Afrika yang konsumsi
seratnya tinggi. Penelitian

epidemiologis

membuktikan

bahwa

orang-orang

Afrika berkulit hitam yang mengkonsumsi makanan tinggi serat dan rendah lemak
mempunyai angka kematian akibat kanker usus kolon yang rendah dibandingkan
orang Afrika berkulit putih dengan diet rendah serat, tinggi lemak.
Pola konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup. Salah
satunya adalah mie yang kian menjadi pilihan sebagai pengganti bahan makanan
pokok (nasi). Di Indonesia, mie digemari berbagai kalangan, mulai anak-anak
hingga lanjut usia. Alasannya, sifat mie yang enak, praktis, dan mengenyangkan.
Kandungan karbohidrat yang tinggi, menjadikan mie digunakan sebagai sumber
karbohidrat pengganti nasi. (Anonim, 2008).
Agar asupan serat per hari terpenuhi, perlu ditambahkan bahan-bahan lain
yang mengandung tinggi serat. Beberapa bahan yang dapat ditambahkan dalam
pembuatan mie antara lain sayuran, serealia (contohnya : bekatul) dan umbiumbian. Dengan penambahan bahan-bahan tersebut mie yang dikonsumsi menjadi
lebih sehat.
Bekatul memiliki nilai gizi yang sangat baik yaitu mengandung asam amino
lisin yang lebih tinggi dibandingkan beras, protein, sumber asam lemak tak jenuh,
dan serat pangan yang bermanfat bagi tubuh. Di samping zat gizi, bekatul juga
mengandung komponen bioaktif. Komponen bioaktif tersebut adalah antioksidan
tokoferol (vitamin E), tokotrienol, oryzanol, dan pangamic acid (vitamin B15)
(Ardiansyah,2004).
Produksi bekatul halus dari hasil penggilingan padi di Indonesia mencapai 46 juta ton/tahun (Nursalim, 2007). Di Indonesia bekatul belum banyak
dimanfaatkan. Padahal kandungan serat pangan (Dietary Fiber) bekatul sebesar
21,00 gram dalam 100 gram tergolong cukup tinggi. (USDA, 2014)

B. Tujuan
Mendeskripsikan produk formulasi makanan fungsional yang berperan
dalam pemenuhan kebutuhan serat, yaitu Rainbow Mie.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Formula Makanan Rainbow Mie


1. Mie
a. Definisi Mie Basah
Mie merupakan produk makanan yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Menurut Standar Industri Indonesia (SII 2046-90),
definisi mie basah adalah produk makanan yang dibuat dari tepung terigu
dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan
makanan yang diijinkan, berbentuk khas mie yang tidak dikeringkan.
Menurut Astawan (1999), mie basah adalah jenis mie yang
mengalami proses perebusan setelah tahap pemotongan dan sebelum
dipasarkan. Kadar air mencapai 52 % sehingga daya tahan simpannya relatif
singkat yaitu 40 jam . dalam suhu kamar.
Mie basah yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Berwarna putih atau kuning
2) Tekstur agak kenyal
3) Tidak mudah putus (Anonim, 2005e)
Kerusakan pada mie basah akan ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Berbintik putih atau hitam karena tumbuh kapang
2) Berlendir pada permukaan mie
3) Berbau asam dan berwarna lebih gelap
b. Bahan Dasar Pembuatan Mie
Proses pembuatan mie memerlukan berbagai bahan tumbuhan yang
masing-masing bertujuan tertentu, antara lain menambah volume,
memperbaiki mutu ataupun citarasa serta warna (Anonim, 2003). Bahanbahan dalam pembuatan mie basah antara lain :
1) Tepung terigu
Tepung terigu merupakan bahan dasar dalam pembuatan
mie. Tepung terigu diperoleh dari tepung gandum (Triticum vulgare)
yang digiling. Keistimewaan terigu dari serealia lain ialah
kemampuannya membentuk gluten pada saat dibasahi air. Sifat
elastis gluten pada adonan ini menyebabkan mie yang dihasilkan

tidak mudah putus pada proses pencetakan dan pemasakan


(Astawan, 1999).
Gluten merupakan kompleks protein yang tidak larut dalam
air, berfungsi sebagai pembentuk struktur kerangka. Gluten terdiri
atas komponen gliadin dan glutenin yang menghasilkan sifat
viskoelastis. Kandungan tersebut membuat adonan mampu dibuat
lembaran, digiling, ataupun dibuat mengembang (Pomeranz dan
Meloan, 1971).
Sunaryo (1985) dalam Ratnawati (2003), menambah bahwa
gliadin akan menyebabkan gluten bersifat elastis sedangkan glutein
menyebabkan adonan menjadi kuat menahan gas dan menentukan
struktur pada produk yang dibakar.
Berdasarkan kandungan gluten, tepung terigu yang beredar
di pasaran dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
a) Hard flour
Tepung terigu ini berkualitas paling baik, kandungan
proteinnya 12% 13%. Tepung ini biasa digunakan untuk
pembuatan roti dan mie yang berkualitas tinggi, contohnya:
tepung terigu Cakra Kembar.
b) Medium hard flour
Tepung terigu jenis ini mengandung protein 9,5%
11%. Tepung ini banyak digunakan untuk pembuatan roti,
mie dan macam-macam kue, serta biskuit, contohnya tepung
terigu Segitiga Biru .
c) Soft flour
Tepung terigu ini mengandung protein 7% 8,5%.
Penggunaanya cocok sebagai bahan pembuat kue dan
biscuit, contohnya tepung terigu Kunci Biru (Astawan,
1999).
Tabel 1. Nilai gizi tepung terigu/ Wheat flour, industrial, 13% protein,
bleached, unenriched
Zat gizi
Water
Energy
Protein
Total lipid (fat)
Carbohydrate, by difference

Satuan
G
Kcal
G
G
G

Nilai gizi per


100 gram
12.82
362
13.07
1.38
72.2

Fiber, total dietary


Sugars, total
Minerals
Calcium, Ca
Iron, Fe
Magnesium, Mg
Phosphorus, P
Potassium, K
Sodium, Na
Zinc, Zn
Vitamins
Vitamin C, total ascorbic acid
Thiamin
Riboflavin
Niacin
Vitamin B-6
Folate, DFE
Vitamin B-12
Vitamin A, RAE
Vitamin A, IU
Vitamin E (alpha-tocopherol)
Vitamin D (D2 + D3)
Vitamin D
Vitamin K (phylloquinone)
Lipids
Fatty acids, total saturated
Fatty acids, total

G
G

2.4
1.1

mg
mg
mg
mg
mg
mg
mg

24
1.26
35
119
128
2
1.6

mg
mg
mg
mg
mg
g
g
g
IU
mg
g
IU
g

0
0.194
0.072
1.198
0.045
31
0
0
0
0.05
0
0
0.3

0.189

monounsaturated
Fatty acids, total

0.152

polyunsaturated
g
0.683
Sumber : USDA National Nutrient Database for Standard Reference
26 Software v.1.4
2) Garam Alkali
Garam alkali, biasanya disebut dengan kansui, merupakan
suatu zat tambahan pangan yang biasa digunakan dalam pembuatan
mie basah. Keberadaan sangat penting dalam pembuatan mie basah.
Garam alkali memberi flavor yang khas dan mempengaruhi kualitas
mie serta bertanggung jawab terhadap warna pada mie (Supriyanto,
1992).
Komponen utama dari dari kansui adalah Natrium Karbonat
(Na2CO3) dan Kalium Karbonat (K2CO3). Penggunaan senyawa ini

mengakibatkan pH lebih tinggi (7,0 7,5), warna sedikit kuning dan


menghasilkan flavor yang lebih disukai konsumen.
Natrium karbonat dan kalium karbonat telah sejak dulu dipakai
sebagai alkali pembuat mie. Komponen ini berfungsi untuk
mempercepat

pengikatan

gluten,

meningkatkan

elastisitas,

fleksibilitas, dan meningkatkan kehalusan tekstur mie. Natrium


karbonat dan kalium karbonat juga dapat meningkatkan pengikatan
air, karena reaksi senyawa tersebut dengan pati dan air akan
menghasilkan gas CO2. Dengan adanya gas CO2 berarti terbentuk
rongga antar ruang granula pati. Hasilnya ketika perebusan mie, air
yang terserap akan lebih banyak (Ratnawati, 2003).
3) Air
Air dalam proses pembuatan mie berfungsi sebagai media
reaksi antara gluten, karbohidrat dan larutan garam serta membentuk
sifat kenyal gluten. Air juga digunakan untuk merebus mie mentah
dalam pembuatan mie basah. Pada proses perebusan akan terjadi
glatinisasi pati dan koagulasi gluten sehingga dapat meningkatkan
kekenyalan mie (Sunaryo, 1985 dalam Ratnawati, 2003).
2. Bekatul (Rice Bran)
Bekatul diperoleh dari hasil penggilingan atau penumbukan gabah padi
menjadi beras. Umumnya, dari proses hasil penggilingan padi menghasilkan
beras sebanyak 60-65%. Sementara itu bekatul yang dihasilkan mencapai 812%. Produksi bekatul halus dari hasil penggilingan padi di Indonesia
mencapai 4-6 juta ton/tahun.
Menurut catatan pusat penelitian dan pengembangan pertanian, Bogor,
kegiatan penyosohan beras bias mengikis 7,5% dari bobot beras awal. 7,5%
tersebut berupa bekatul yang memiliki kadar selulosa dan hemiselulosa yang
paling tinggi dibandingkan dengan berasnya itu sendiri.
Tabel 2. Kandungan gizi bekatul/ Rice bran, crude
1Value
Nutrient
Proximates
Water
Energy
Protein

Unit
g
kcal
g

per100g
6.13
316
13.35

Total lipid (fat)


Carbohydrate, by difference
Fiber, total dietary
Sugars, total
Minerals
Calcium, Ca
Iron, Fe
Magnesium, Mg
Phosphorus, P
Potassium, K
Sodium, Na
Zinc, Zn
Vitamins
Vitamin C, total ascorbic acid
Thiamin
Riboflavin
Niacin
Vitamin B-6
Folate, DFE
Vitamin B-12
Vitamin A, RAE
Vitamin A, IU
Vitamin E (alpha-tocopherol)
Vitamin D (D2 + D3)
Vitamin D
Vitamin K (phylloquinone)
Lipids
Fatty acids, total saturated
Fatty acids, total

g
g
g
g

20.85
49.69
21
0.9

mg
mg
mg
mg
mg
mg
mg

57
18.54
781
1677
1485
5
6.04

mg
mg
mg
mg
mg
g
g
g
IU
mg
g
IU
g

0
2.753
0.284
33.995
4.07
63
0
0
0
4.92
0
0
1.9

4.171

monounsaturated
Fatty acids, total

7.549

polyunsaturated
g
7.459
Cholesterol
mg
0
Other
Caffeine
mg
0
Sumber : USDA National Nutrient Database for Standard Reference 26
Software v.1.4
3. Serat Makanan (Dietary Fiber)
Serat tergolong zat non-gizi dan kini konsumsinya makin dianjurkan agar
dapat dikonsumsi secara teratur dan seimbang setiap hari. Serat adalah zat nongizi yang berguna untuk diet (dietary fiber). Para ahli mengelompokkan serat
makanan sebagai salah satu jenis polisakarida yang lebih lazim disebut

karbohidrat kompleks. Karbohidrat ini, terbentuk dari beberapa gugusan gula


sederhana yag bergabung menjadi satu membentuk rantai kimia panjang.
Akibatnya, rantai kimia tersebut sangat sukar dicerna oleh enzim pencernaan.
Serat makanan tidak dapat diserap oleh dinding usus halus dan tidak
dapat masuk kedalam sirkulasi darah. Namun, akan dilewatkan menuju ke usus
besar (kolon) dengan gerakan peristaltik usus. Serat makanan yang tersisa
didalam kolon tidak membahayakan usus, justru kehadirannya berpengaruh
positif terhadap proses-proses di dalam saluran pencernaan dan metabolisme
zat-zat gizi, asalkan jumlahnya tidak berlebihan.
Perlu diketahui bahwa serat makanan (dietary fiber) berbeda dengan
serat kasar (crude fiber). Serat kasar adalah bagian tanaman pangan yang tersisa
atau tidak dapat terhidrolisis kembali oleh larutan Asam Sulfat (H 2SO4) atau
larutan Natrium Hidroksida (NaOH) dalam analisis proksimat makanan.
Kandungan tersebut belum menunjukan kandungan serat total dalam makanan.
Oleh karena larutan asam sulfat dan natrium hidroksida berkadar 1,25% masih
mampu menghidrolisi komponen-komponen makanan dalam jumlah lebih
besar, berbeda dengan kemampuan enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan
tubuh. Bila dibandingkan dengan serat makanan, nilai serat kasar lebih kecil
sekitar sepertiga-setengah dari nilai serat makanan
Food and Nutrition Board dari US National Academy of Sciences
merekomendasikan konsumsi serat sekitar 25-35 gram per hari untuk setiap
individu.
Kebutuhan serat dapat tercukupi dari sejumlah bahan makanan, misalnya
saja sayur, buah, dan produk biji-bijian utuh. Sumber makanan tersebut
sebaiknya dikonsumsi setiap hari.
Dalam situs Colorado State University Extension disebutkan bahwa serat
berperan penting dalam mencegah berbagai gangguan pencernaan,termasuk
sembelit, wasir, diare, dan sebagainya. Selain itu penelitian juga menunjukkan
bahwa diet tinggi serat dapat mencegah kegemukan, diabetes, serta penyakit
jantung. (Depkes.go.id)

BAB III
METODELOGI

A. Konsep Rainbow Mie


Produk formula makanan rainbow mie ini dibuat dengan mensubstitusikan
tepung bekatul untuk menambah kandungan serat dan tambahan sari sayur dan
buah sebagai daya tambah tampilan terhadap rainbow mie.

B. Fungsi Rainbow Mie


Produk ini barfungsi sebagai makanan pokok, dengan tampilan yang dibuat
semenarik mungkin dengan kadar serat yang lebih tinggi yang berfungsi
menambah kecukupan serat perhari.

C. Manfaat Produk
Produk rainbow mie ini dapat menjadi makanan alternatif terutama dari
pilihan mie di pasaran, karena kadar serat produk rainbow mie ini lebih tinggi
dibanding mie terigu basah yang tanpa substitusi bahan makanan lain.

D. Prosedur Pembuatan
1. Bahan
a. Tepung terigu
b. Tepung bekatul
c. Telur
d. Garam alkali
e. Garam dapur
f. Sari sawi
g. Sari wortel
h. Sari bit
i. Air es
j. Minyak sayur

: 270 gram
: 30 gram
: 1 butir
: 1,2 gram
: 3 gram
: 30 ml
: 30 ml
: 30 ml
: secukupnya
: Secukupnya

1. Proses Pembuatan
a. Pembuatan tepung bekatul: Bekatul yang dipakai yaitu bekatul yang masih
segar, yaitu bekatul yang tidak berbau apek dan masih bersih. Bekatul yang
diperoleh dari proses penyosohan masih bercampur dengan dedak dan menir
(kepala beras). Untuk memisahkannya dilakukan pengayakan dengan ukuran
ayakan 80 mesh, pengaykan juga bertujuan agar tepung bekatul memiliki
ukuran yang menyerupai tepung terigu.Kemudian setelah menjadi tepung,
hendaknya tepung bekatul di sangrai. Penyangraian tepung bekatul bertujuan
untuk menurunkan kadar air. Sehingga tepung bekatul tidak apek, dan
memperpanjang daya simpan.

Bekatul
Pengayakan (80 mesh)

(dedak, menir)

Bekatul halus/ Tepung bekatul


Penyangraian
Tepung bekatul sangria
Gambar 1. Diagram Alir pembuatan tepung bekatul

b.

Pembuatan Mie Pelangi:


1) Campur tepung terigu, tepung bekatul, telur, dan
garam. Aduk rata. Bagi 3 adonan.
2) Satu

bagian

tambahkan

sari

sawi.

Aduk

sampai

bergumpal. Satu bagian tambahkan sari wortel. Aduk


sampai bergumpal. Sisanya tambahkan sari bit. Uleni
sampai kalis dan tidak lengket ditangan.
3) Sesudah agak kalis, buat lembaran lembaran dengan ketebalan 3mm,
kemudian diistirahatkan samapai 30 menit
4) Tipiskan secara bertahap sampai ketebalan 1,2 mm
5) Kemudian dipotong membentuk untaian mie
Perlakuan mie yang terbentuk dapat diperlakukan :
6) Ditaburi tepung terigu, kemudian dikemas dalam plastik dan disimpan
pada suhu dingin (refrigerator)
7) Direbus dalam air mendidih selama 1-2 menit, menjadi mie basah
Garam
Garam alkali
+
Air Sari Sayuran

terigu (90%) : tepung bekatul (10%)


Pencampuran bahan
Pengulenan adonan

Pembentukan lembaran adonan


(ketebalan 3 mm)
Pencetakan (ketebalan 2 mm)
Perebusan mie
Penirisan mie basah
Mie basah
Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Mie

BAB III
HASIL

E. Kualitas Rainbow Mie (Mutu fisik kimia biologi)


1. Pengamatan Fisik
a. Organoleptik
Warna
Merah

Aroma
Aroma

Hijau

mie

Rasa
khas Rasa

khas

dengan

Orange

toping ayam

a. Rendemen rainbow mie


Berat akhir
Rendemen = Berat awal

Tekstur
mie Kenyal

Kekenyalan
Cukup kenyal

gurih tidak mudah


putus

x 100 %

200

= 100

x 100 %

= 200%
2. Kimia
Tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya seperti formalin dan
boraks. Menggunakan pewarna alami dari sayur dan buah bit.
3. Biologi
Tidak ada cemaran biologi maupun mikrobiologi bakteri patogen.

F. Kandungan Gizi
Perhitungan nilai gizi per resep / per sajian rainbow mie bekatul basah
dengan substitusi tepung bekatul 10 %
Berat per penyajian mie bekatul basah : 200 gram (1 porsi)
Nilai gizi per porsi :

Nama

Berat

Energi

Protein

Lemak

Karbohidra

Serat

Bahan

(gram)

(Kalori

(gram)

(gram)

t (gram)

(gram)

)
Tepung
terigu
Bekatul
Sari Sawi
Sari wortel
Sari buah
bit
JUMLAH

90

326

11,8

1,2

65

2,2

10
30
30

32
7,5
12,9

1,3
1,1
0,1

2,1
0,1
0,1

5
1,0
2,4

2,1
1,0
1,8

30

20,9

0,1

0,1

4,2

1,3

399,3

14,4

3,6

77,6

8,4

G. Gambar Produk yang sesuai

Mie Rainbow dengan sari sayur

Ranbow Mie setelah direbus

dan buah pembentuk warna

Produk olahan rainbow mie

Produk olahan rainbow mie dengan

dengan toping ayam dan kuah

toping ayam jamur dan kuah

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pangan fungsional merupakan nama yang paling dapat diterima semua
pihak untuk segolongan makanan dan atau minuman yang mengandung
bahan-bahan yang diperkirakan dapat meningkatkan status kesehatan dan
mencegah timbulnya penyakitpenyakit tertentu.
2. Produk formula makanan rainbow mie

ini

dibuat

dengan

mensubstitusikan tepung bekatul untuk menambah kandungan serat dan


tambahan sari sayur dan buah sebagai daya tambah tampilan terhadap
rainbow mie.
3. Zat gizi dalam 100 gram rainbow mie yaitu energi 399,3 kcal,
Protein 14,4 g, lemak 3,6 g, karbohidrat 77,6, serat 8,4 g.
B. Saran
1. Tetap bijak dalam mengonsumsi makanan, makanlah beraneka ragam
makanan untk memenuhi kebutuhan gizi yang beraneka ragam.

DAFTAR PUSTAKA

Badilangoe, PM. 2012. Kualitas Mie Basah Dengan Penambahan Ekstrak Wortel
(Daucus carota L.) dan Substitusi Tepung Bekatul. Fakultas Bioteknologi.
Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.
Diana.

2012.

http://www.dianacahya.com/2012/08/26/healthy-rainbow-noodle/#.VkS4-

dLhDDe (Online), Diakses tanggal 12 November 2015.

2013. http://resepmie.com/cara-membuat-mie-pelangi.html(Online), Diakses tanggal 12


November 2012
Yusuf, Nursalim, Zalni, Yetti Razali. 2007. Bekatul makanan yang menyehatkan. Jakarta :
AgroMedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai