PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia. Konsumsi mie di Indonesia tercatat sebagai yang terbesar kedua di dunia
setelah Republik Rakyat Cina (RRC) (Astawan, 2006). Dunia perdagangan mengenal
mie dalam berbagai macam produk, seperti mie basah, mie kering, mie soun dan mie
Mi instan memiliki kandungan gizi yang cukup sebagai pengganti makanan pokok
seperti beras. Pada umumnya, mi instan dibuat dari bahan baku tepung gandum, namun
tidak semua orang dapat mengonsumsi mi instan tepung gandum. Penderita celiac
disease atau dikenal sebagai alergi gluten, tidak toleran terhadap adanya gluten dalam
tepung gandum (Fassano & Carlo, 2012 dalam (Herry Santosa, 2015).
Kandungan yang terdapat pada mie cukup lengkap karena terdapat protein,
karbohidrat, dan lemak. Kandungan nutrisi terbesar pada mie adalah karbohidrat
karena bahan baku utamanya adalah tepung terigu, tepung tapioka atau tepung beras.
masyarakat Indonesia, tetapi bukanlah menjadi makanan yang favorit, karena terdapat
persepsi di masyarakat bahwa mie adalah makanan kelas bawah, dan hanya
Puspitasari, 2014).
Konsumsi mie instan di Indonesia mencapai 75 bungkus/ kapita/ tahun. Hal ini
diperkuat dengan data dari Riskesdas, yaitu 6 dari 10 orang di Indonesia konsumsi mie
instan lebih dari 1 kali dalam sehari. Hal ini tentunya akan berpengaruh besar terhadap
status gizi. Namun, hanya sedikit data yang tesedia terkait hubungan dengan status gizi
konsumen mie instan di negara Indonesia. Seperti negara Korea tingkat Konsumsi mie
Bahan baku pembuatan mie pada umumnya adalah tepung terigu. Seperti yang
kita ketahui, negara kita masih mengimpor tepung terigu dari luar negeri khususnya
dari Cina. Padahal hasil pertanian Indonesia memiliki kekayaan pangan yang
berlimpah yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan mie menggantikan
tepung terigu seperti garut, ketela pohon, singkong dan lainlainnya yang memiliki
kandungan gizi tak kalah dari tepung terigu. Ubi Jalar ungu merupakan salah satu hasil
bahan penganekaragaman pangan dan agroindustri yaitu 32,30 gram per 100 gram ubi
Ubi jalar ungu tidak memiliki kandungan protein jenis gluten sehingga cocok
untuk digunakan sebagai bahan baku pengganti tepung gandum dalam pembuatan mi
instan. Warna ungu yang menarik dari ubi jalar berasal dari antosianin, yang
pada ubi jalar ungu cukup tinggi, mencapai 519mg/100g berat basah, sehingga
meningkatkan kadar protein tepung ubi jalar dalam pembuatan mie, perlu subtitusi
dengan tepung yang mempunyai kadar protein lebih tinggi (Antarlina, 1994 dalam
Ubi jalar juga merupakan sumber karbohidrat yang cukup tinggi. Selain itu, ubi
jalar juga merupakan sumber vitamin dan mineral, sehingga cukup baik untuk
memenuhi gizi dan kesehatan masyarakat. Vitamin yang terkandung dalam ubi jalar
adalah vitamin A, vitamin C, vitamin B1, dan vitamin B2, sedangkan mineral yang
terkandung dalam ubi jalar adalah zat besi (FE), fosfor (P), natrium (NA), dan kalsium
(CA). Kandungan lainnya yang terdapat dalam ubi jalar adalah protein, lemak, serat
kasar, dan abu. Adanya serat dalam makanan dapat mengurangi beberapa penyakit
termasuk kanker kolon, diabetes, lever, dan beberapa gangguan pencernaan (Juanda
dan Cahyono, 2000). Kelebihan ubi jalar yang daging umbinya berwarna ungu
Produktivitas ubi jalar di Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 152,00 ku/ha
meningkat 5,61% pada tahun 2015 sebesar 160,53 ku/ha (Badan Pusat Statistik, 2015).
Tercatat pada tahun 2015 produksi ubi jalar di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar
71.677 ton terjadi kenaikan sebesar 4.035 ton dari tahun 2014 dengan produksi sebesar
67.642 ton. Penghasil ubi jalar terbesar di Sulawesi Selatan ada di Kabupaten Bone
dengan produksi sebesar 21.688 ton, disusul Kabupaten Gowa sebesar 6.033 ton,
Kabupaten Takalar 5.731 ton dan Kabupaten Maros sebesar 4.612 ton (Dinas Pertanian
Bahan baku pembuatan mie pada umumnya adalah tepung terigu. Seperti yang
kita ketahui, negara kita masih mengimpor tepung terigu dari luar negeri khususnya
dari Cina. Padahal hasil pertanian Indonesia memiliki kekayaan pangan yang
berlimpah yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan mie menggantikan
tepung terigu seperti garut, ketela pohon, singkong dan lainlainnya yang memiliki
kandungan gizi tak kalah dari tepung terigu. Ubi Jalar ungu merupakan salah satu hasil
bahan penganekaragaman pangan dan agroindustri yaitu 32,30 gram per 100 gram ubi
Pada penelitian ini akan dilakukan pemanfaatan tepung ubi ungu sebagai bahan
TERIMA MAHASISWA GIZI EKSTENSI” “. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui uji sifat organoleptik mie dari ubi jalar ungu (Ipomoea batatas.) dan daya
B. Rumusan Masalah
yaitu bagaimana daya terima mahasiswa gizi ekstensi terhadap mie dengan bahan baku
1. Tujuan Umum
batatas) dalam pembuatan mie terhadap daya terima mahasiswa gizi ekstensi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kadar karbohidrat mie ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas
L. Poiret)
b. Untuk mengetahui kadar protein mie ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas L.
Poiret)
c. Untuk mengetahui kadar lemak mie ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas L.
Poiret)
d. Untuk mengetahui sifat organoleptik mie ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas
L. Poiret)
D. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Teoritis
1. Mie
Mie merupakan makanan yang paling populer di Asia. Sekitar 40% dari
konsumsi tepung terigu di Asia digunakan untuk pembuatan mie. Di Indonesia pada
tahun 1990, penggunaan tepung terigu untuk pembuatan mie mencapai 60-70%
(Kruger dan Matsuo, 1996). Hal ini menunjukkan bahwa mie merupakan makanan
yang paling populer di Asia khususnya Indonesia hingga saat ini. Mie pertama kali
dibuat dari bahan baku beras dan tepung kacang -kacangan. Menurut C hamdani (2005)
pengganti nasi. Produk mie ini berbahan dasar tepung terigu yang berasal dari tanaman
gandum. Menurut Irviani dan nisa (2014), pada tahun 2012 impor gandum telah
menembus angka 6.3 juta ton. Upaya pelaksanaan diversifikasi pangan agar tidak
tergantung kepada tepung terigu. Menurut SNI 01-2987 (1992), mie basah adalah
produk pangan yang terbuat dari terigu dengan atau tanpa penambahan bahan pangan
lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan, berbentuk khas mie yang tidak
dikeringkan.
dan teknologi pembuatannya tidak lagi terbatas hanya dari bahan mentah utama terigu
saja, sehingga mie dapat dikelompokan menjadi beberapa macam berdasarkan bahan
utamanya, yaitu:
beberapa kelompok yaitu mie basah, mie kering, mie rebus, mie kukus dan mie instant
(Anonim, 2005). Menurut Astawan (1999), mie basah adalah jenis mie yang
Kadar air mencapai 52 % sehingga daya tahan simpannya relatif singkat yaitu
40 jam dalam suhu kamar. Komposisi gizi mie basah secara lengkap dapat dilihat pada
Tabel
perbedaan bahan pengawet dan proses pembuatannya. Mie basah adalah mie mentah
yang sebelumnya dipasarkan mengalami perebusan dalam air mendidih lebih dahulu.
Pembuatan mie basah secara tradisional dapat dilakukan dengan bahan utama
tepung terigu dan bahan pembantu seperti air, telur pewarna dan bahan tambahan
pangan.
Menurut Astawan, (1999), mie basah yang baik adalah mie yang secara kimiawi
mempunyai nilai kimia yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan ole
Departemen Perindustrian melalui SII 2046-90. Persyaratan tersebut data dilihat pada
Tabel 2.
1. Keadaan :
a) Bau Normal
b) Warna Normal
c) Rasa Normal
5. Bahan tambahan
c) Formalin
6. Pencemaran logam:
7. Pencemaran mikrobia:
adonan mie yang lama dari gandum keras akan menurunkan kekerasan mie.
Mie basah mentah umumnya terbuat dari tepung gandum (tepung terigu), air,
dan garam dengan/tanpa penambahan garam alkali. Terigu merupakan bahan utama
dalam pembuatan mie basah mentah. Fungsi terigu adalah sebagai bahan pembentuk
struktur, sumber karbohidrat, sumber protein, dan pembentuk sifat kenyal gluten.
Garam berfungsi memberikan rasa, memperkuat tekstur, dan mengikat air (Astawan,
1999). Proses pembuatan mie basah mentah meliputi pencampuran semua bahan
(tepung, air dan garam) menjadi adonan lalu dibentuk menjadi lembaran-lembaran yang
tipis dengan mesin rollpress, diistirahatkan, kemudian dipotong menjadi bentuk benang-
benang mie. Selanjutnya ditaburkan tapioka sebagai pemupur. Proses pembuatan mie
Gambar 1.
Tepung Terigu
Pembentukan lembaran
Pengistirahatan
Penipisan Lembaran
Pemotongan Lembaran
Gambar 1. Diagram alir pembuatan mie basah mentah secara umum Sumber : Kruger
adonan yang homogen. Selain itu, proses ini juga memicu terjadinya hidrasi air dengan
tepung yang merata dan menarik serat-serat gluten sehingga menjadi adonan yang
elastis dan halus. Pada proses pencampuran, pembentukan gluten sudah mulai terjadi
meskipun belum maksimal (Kruger dan Matsuo, 1996). Ada beberapa hal yang perlu
adonan, waktu pengadukan, dan jumlah air yang ditambahkan. Waktu pencampuran
dan pengadukan bahan yang dibutuhkan sangat bervariasi mulai dari 5 menit hingga
2. Ubi Jalar
Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) atau dikenal juga dengan istilah ketela rambat
merupakan tanaman yang termasuk ke dalam jenis tanaman palawija, dapat berfungsi
karbohidrat.
Ubi Jalar ungu merupakan salah satu hasil pertanian Indonesia yang memiliki
agroindustri yaitu 32,30 gram per 100 gram ubi jalar ungu (Rozi dan Krisdiana, 2005).
jagung, dan singkong , dan mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan
pangan, bahan baku industri maupun pakan ternak serta sebagai penunjang program
diversikasi pangan (Zuraida dan Supriati, 2001). Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas)
memiliki kulit dan daging umbi yang berwarna ungu kehitaman (ungu pekat). Ubi jalar
ungu mengandung pigmen antosianin yang lebih tinggi daripada ubi jalar jenis lain. ubi
jalar ungu mulai di kenal menyebar ke seluruh dunia terutama negara-negara yang
beriklim tropis.
Ubi jalar atau ketela rambat diduga berasal dari Benua Amerika. Para ahli
botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia
Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Ubi jalar mulai menyebar keseluruh
Penyebaran ubi jalar pertama kali terjadi ke Spanyol melalui Tahiti, kepulauan Guam,
Fiji, dan Selandia Baru. Pada tahun 1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas hampir
di semua provinsi di Indonesia. Daerah sentra produksi ubi jalar pada mulanya terpusat
Menurut Rukmana (1997), pada bagian batang yang berbuku -buku tumbuh
daun bertangkai agak panjang secara tunggal. Daun berbentuk bulat sampai lonjong
dengan tepi rata atau berlekuk – lekuk dangkal sampai berlekuk dalam sedangkan
bagian ujung daun meruncing. Helaian daun berukuran lebar, menyatu mirip bentuk
jantung, tetapi ada yang bersifat menjari. Daun berwarna hijau tua atau hijau kekuning-
kuningan.
susunan tubuh utama terdiri dari batang, ubi, daun, bunga, buah dan biji (Rukmana,
1997).
Menurut Suprapti (2003), tanaman ubi jalar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Susunan tubuh utama terdiri atas batang, daun, bunga, buah, biji, dan umbi
5. Ukuran batang dibedakan atas 3 macam, yaitu besar, sedang, dan kecil.
7. Pada kelopak daun akan tumbuh bunga. Bunga ubi jalar berbentuk terompet,
tersusun dari lima helaian daun mahkota, lima helaian daun bunga dan satu
tungkai putik.
9. Bunga ubi jalar mekar pada pagi hari pukul 04.00-11.00. Apabila terjadi
penyerbukan buatan bunga akan membentuk buah. buah ubi jalar tersebut akan
berbentuk bulat berkotak tiga, berkulit keras, dan berbiji (Rukmana, 1997).
Ubi jalar merupakan komoditas sumber karbohidrat utama, setelah padi, jagung,
dan ubi kayu, dan mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan pangan, bahan
baku in Ubi jalar merupakan komoditas sumber karbohidrat utama, setelah padi,
jagung, dan ubi kayu, dan mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan
pangan, bahan baku industri maupun pakan ternak. Sebagai sumber karbohidrat, ubi
jalar memiliki peluang sebagai substitusi bahan pangan utama, sehingga bila diterapkan
mempunyai peran penting dalam upaya penganekaragaman pangan dan dapat diproses
Produktivitas ubi jalar di Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 152,00 ku/ha
meningkat 5,61% pada tahun 2015 sebesar 160,53 ku/ha (Badan Pusat Statistik, 2015).
Tercatat pada tahun 2015 produksi ubi jalar di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar
71.677 ton terjadi kenaikan sebesar 4.035 ton dari tahun 2014 dengan produksi sebesar
67.642 ton. Penghasil ubi jalar terbesar di Sulawesi Selatan ada di Kabupaten Bone
dengan produksi sebesar 21.688 ton, disusul Kabupaten Gowa sebesar 6.033 ton,
Kabupaten Takalar 5.731 ton dan Kabupaten Maros sebesar 4.612 ton (Dinas Pertanian
Sulawesi Selatan, 2015). Ubi jalar ungu dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim
panas dan lembab dengan suhu optimal 27ºC serta lama penyinaran sekitar 11-12 jam
per hari. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran dengan ketinggian sampai 1.000 meter
Bentuk ubi jalar ungu biasanya bulat sampai lonjong dengan permukaan rata
hingga tidak rata. Kulit ubi jalar ungu berwarna ungu kemerahan, dan daging umbi
Umur panen ubi jalar ungu ditentukan berdasarkan areal tanam, yaitu 120 hst
(areal dataran rendah), 135 hst (areal dataran sedang) dan 180 hst (areal dataran tinggi)
dengan rata-rata ukuran panjang umbi 14 cm diameter 7 cm dan warna kulit umbi
merah tua sedangkan warna daging umbi ungu tua (Balitkabi, 2015).
Sebagai sumber karbohidrat, ubi jalar memiliki peluang sebagai substitusi bahan
pangan utama, sehingga bila diterapkan mempunyai peran penting dalam upaya
penganekaragaman pangan dan dapat diproses menjadi aneka ragam produk yang
Produktivitas ubi jalar di Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 152,00 ku/ha
meningkat 5,61% pada tahun 2015 sebesar 160,53 ku/ha (Badan Pusat Statistik, 2015).
Tercatat pada tahun 2015 produksi ubi jalar di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar
71.677 ton terjadi kenaikan sebesar 4.035 ton dari tahun 2014 dengan produksi sebesar
67.642 ton. Penghasil ubi jalar terbesar di Sulawesi Selatan ada di Kabupaten Bone
dengan produksi sebesar 21.688 ton, disusul Kabupaten Gowa sebesar 6.033 ton,
Kabupaten Takalar 5.731 ton dan Kabupaten Maros sebesar 4.612 ton (Dinas Pertanian
Sulawesi Selatan, 2015). Ubi jalar ungu dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim
panas dan lembab dengan suhu optimal 27ºC serta lama penyinaran sekitar 11-12 jam
per hari. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran dengan ketinggian sampai 1.000 meter
Bentuk ubi jalar ungu biasanya bulat sampai lonjong dengan permukaan rata
hingga tidak rata. Kulit ubi jalar ungu berwarna ungu kemerahan, dan daging umbi
berwarna keunguan (Rukmana (1997) dalam Kusuma, 2013). Umur panen ubi jalar
ungu ditentukan berdasarkan areal tanam, yaitu 120 hst (areal dataran rendah), 135 hst
(areal dataran sedang) dan 180 hst (areal dataran tinggi) dengan rata-rata ukuran
panjang umbi 14 cm diameter 7 cm dan warna kulit umbi merah tua sedangkan warna
Klasifikasi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Poiret) dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledoneae
Ordo Polemoniales
Famili Convolvulaceae
Genus Ipomoea
Ubi jalar ungu (Ipomoea Batatas L. Poiret) merupakan salah satu jenis ubi jalar
yang mulai banyak mendapat perhatian belakangan ini. Bahan pangan ini mulai banyak
diminati masyarakat karena selain mempunyai komposisi gizi yang baik juga memiliki
Ubi jalar ungu memiliki kulit dan daging umbi yang berwarna ungu kehitaman
(ungu pekat) dan ungu kemerahan yang disebabkan oleh pigmen antosianin
Terdapat 3 jenis varietas pada ubi jalar ungu di Indonesia yaitu varietas antin-
1, antin-2 dan antin-3. Pada ubi jalar ungu varietas antin-1 potensi hasilumbinya
sebanyak 33,2 ton/ha dengan umur panen 4-4,5 bulan, sifat dari umbi varietas antin-1
toleran kekeringan, warna umbi cocok untuk dibuat produk kripik Ubi jalar ungu
varietas antin-2 memiliki potensi hasil tertinggi yaitu 37,1 ton/ha dengan umur panen
4-4,5 bulan. Sedangakan, ubi jalar ungu varietas antin-3 memiliki potensi hasil 30,6
ton/ha dengan umur panen 4-4,5 bulan dengan warna umbi ungu tua atau ungu pekat.
Sifat dari ubi jalar ungu varietas antin-2 dan antin-3 yaitu tahan boleng dan kudis
(Balitkabi, 2015).
Kandungan Gizi Ubi Jalar Ungu Ubi jalar ungu merupakan sumber karbohidrat
dan sumber kalori yang cukup tinggi. Ubi jalar ungu juga merupakan sumber vitamin
dan mineral, vitamin yang terkandung dalam ubi jalar antara lain vitamin A, vitamin
C, thiamin (vitamin B1) dan ribovlavin. Sedangkan mineral dalam ubi jalar ungu di
antaranya adalah zat besi (Fe), fosfor (P) dan kalsium (Ca). Kandungan lainnya adalah
Ubi jalar ungu pekat mengandung antosianin 61,85 mg/100 g, 17 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan kandungan antosianin ubi jalar ungu muda 3,51 mg/100 g.
Ubi jalar ungu pekat memiliki aktivitas antioksidan 59,25 %, lebih besar dibandingkan
dengan ubi jalar ungu muda 56,64 %. Penurunan kandungan antosianin pada produk
olahan dari kedua jenis ubi jalar menunjukkan kecenderungan yang sama. Antosianin
yang tinggi pada ubi jalar berfungsi sebagai antioksidan dan penagkap radikal bebas.
Selain itu antosianin berperan dalam mencegah terjadinya penuaan dini dan penyakit
degeneratif seperti aterosklerosis dan kanker. Antosianin pada ubi jalar ungu juga
hati, anti-hipertensi, menurunkan kadar gula darah dan total kolesterol darah,
antosianin diperoleh pada ubi kukus yaitu 34,14 % (ungu pekat) dan 42,16 % (ungu
muda), sedangkan tingkat penurunan tertinggi diperoleh pada produk keripik yaitu
95,21 % (ungu pekat) dan 88,47% (ungu muda). Penurunan aktivitas antioksidan juga
berbanding lurus dengan penurunan kadar antosianin pada semua produk olahan,
Kandungan gizi ubi jalar ungu vaitas antin-1, antin-2 dan antin-3 dapat dilihat pada
dapat menyerap polusi udara, racun, oksidasi dalam tubuh, dan menghambat
pengumpulan sel-sel darah. Ubi ungu juga mengandung serat pangan alami yang tinggi,
prebiotik. Kandungan lainnya dalam ubi jalar ungu adalah betakaroten. Semakin pekat
warna ubi jalar, maka semakin pekat betakaroten yang ada di dalam ubi jalar.
hormon melatonin. Hormon ini merupakan antioksidan bagi sel dan sistem syaraf,
menyebabkan gangguan tidur dan penurunan daya ingat, dan menurunnya hormon
Total kandungan antosianin bervariasi pada setiap tanaman dan berkisar antara
20 mg/100 g sampai 600mg/100 g berat basah. Total kandungan anthosianin ubi jalar
Dari semua varietas warna umbi ubi jalar yang terdiri dari warna putih, kuning,
oranye dan ungu. Hasil penelitian analisis vitamin C pada varietas ubi jalar yang
umbinya berwarna ungu memiliki kandungan vitamin C paling besar yaitu 0,0177
mencegah oksidasi akibat radikal bebas dalam tubuh manusia (Alamsah, 2008 dalam
Penggunaan tepung ubi jalar ungu ini cukup potensial sebagai bahan baku
dalam pembuatan produk pangan berbasis tepung dan mampu bersaing dari segi
kualitas produk yang dihasilkan. Sebagai bahan baku kue kering dan cake penggunaan
tepung ubi jalar ungu dapat mencapai 50-100%. Dan sekarang ini tepung ubi jalar ungu
Ubi jalar ungu dapat menggantikan terigu karena memiliki kadar pati yang
tinggi sebesar 74,57%, rasio amilosa dan amilopektin juga hampir sama dengan tepung
terigu. Tepung terigu memiliki rasio amilosa dan amilopektin sebesar 74:26 sedangkan
tepung ubi jalar ungu 69,82:30,18 (Hidayat dkk (2007) dalam Putri, 2016). Pati
tersusun atas perbandingan amilosa lebih besar akan menghasilkan adonan yang lebih
penjemuran. Dua keuntungan penjemuran di bawah sinar matahari, yaitu adanya daya
pemutih karena sinar ultraviolet matahari dan mengurangi degradasi kimia yang dapat
Selain itu biaya produksi lebih rendah, tidak diperlukan bahan penolong lain
seperti bumbu dalam pengalengan, serta upah buruh lebih murah karena tidak
berlangsung apabila sinar matahari cukup, sering terjadi perubahan warna pada bahan,
serta proses pengeringan tidak berlangsung secara konstan karena bergantung sekali
dapat mengurangi derajat keputihan tepung, sulitnya mengontrol suhu dan kelembaban
udara serta terjadinya kontaminasi mikroba (Grace (1977) dalam Apriliyanti, 2010).
Tepung ubi jalar ungu dengan menggunakan cara pengukusan selama 7 menit
pada suhu 1000C dengan ketebalan umbi sebesar 1±0,5 cm dan dikeringkan
menggunakan pengering kabinet pada suhu 50–550C selama 6–8 jam. (Karleen, 2010).
Adapun proses pengeringan yang optimal pada pembuatan tepung ubi jalar ungu dilihat
dari segi sifat fisikokimia dan sensori adalah dengan proses pengeringan kabinet dryer
Komponen utama dari tepung ubi jalar ungu adalah karbohidrat, dengan nilai
kalori antara 350:380 kalori per 100 g (Sarwono (2005) dalam Mentari, 2015).
Tabel Kandungan Gizi Tepung Ubi Jalar Ungu dalam 100 gram
Jenis Tepung
No Parameter
Ubi Jalar Putih Ubi Jalar Orange Ubi Jalar Ungu
Warna ungu dari ubi jalar ungu berasal dari pigmen alami yang terkandung
pewarna pada sebagian besar tanaman, yaitu warna biru, ungu dan merah. Hingga saat
ini telah ditemukan 23 jenis pigmen antosianidin basis (aglikon) dan 6 yang umum
dan malvidin (Kim et al., 2012). Kandungan antosianin yang tinggi di dalam umbi
akarnya yaitu antosianidin utamanya berupa sianidin dan peonidin (Jiao et al., 2012).
mempunyai gradasi warna ungu yang berbeda (Hardoko et al., 2010). Ubi jalar ungu
yang berbeda kultivar memiliki kandungan antosianin yang berbeda pula. Antosianin
memberikan efek kesehatan yang sangat baik yaitu sebagai antioksidan dan antikanker
radikal bebas (Jiao et al., 2012). Antosianin yangdiekstrak dari ubi jalar ungu juga dapat
ekstrak ubi jalar ungu telah ditemukan sebanyak 16 jenis antosianin dengan
karena beberapa faktor yaitu: pH, suhu, struktur, cahaya, oksigen, pelarut, enzim dan
ion logam (He et al., 2010). Shan et al. (2009) melaporkan bahwa antosianin ubi jalar
ungu berfungsi sebagai antioksidan alami. Aktivitas antioksidan dari antosianin ubi
(Molyneux, 2004). Metode ini didasarkan kepada reaksi pemberian ion hidrogen dari
bahan pangan yang mengandung antioksidan sehingga mengurangi warna ungu DPPH-
radikal bebas, menjadi DPPH-H warna kuning yang tidak lagi bersifat radikal bebas
(Kumaran dan Karunakaran, 2005). Pengurangan jumlah absorpsi DPPH (yang diukur
bebas bahan pangan sumber antioksidan (Jiao et al., 2012). Tingkatan suhu dan lama
pemanasan memiliki pengaruh yang kuat pada stabilitas antosianin (Patras et al., 2010).
Brownmiller et al.( 2008) melaporkan bahwa perlakuan suhu tinggi yaitu blanching
(950C selama 3 menit) yang dikombinasi dengan pasteurisasi dalam pengolahan buah
pengurangan kerja enzim polifenol oksidase. Kirca et al. (2006) melaporkan bahwa
antosianin dari wortel hitam cukup stabil selama pemanasan pada 70800C, yang sesuai
dengan data kinetik pada penelitian Rhim (2002) bahwa stabilitas termal antosianin
wortel hitam terdapat pada suhu 70 - 900C. Jiao et al. (2012) dan Terahara (2004)
3. Pengaruh Penambahan Tepung Ubi Ungu (Ipomoea Batatas) Dalam Pembuatan Mie
Masyarakat dapat diketahui penggunaan ubi jalar ungu dalam pembuatan biskuit sangat
berpengaruh dalam meningkatkan zat gizi yang ada didalam biskuit guna untuk
perbaikan gizi masyarakat, ubi jalar yang di gunakan dalam penelitian tersebut adalah
ubi jalar ungu varietas Antin-3 yang sedang dikembangkan dan diperoleh dari Dinas
kali percobaan dengan penambahan ubi jalar ungu dengan jumlah yang berbeda,
didapatkan kesimpulan bahwa ada perbedaan masing- masing zat gizi yang mejadi
parameter dalam 3 percobaan dengan penambahan ubi jalar ungu yang berbeda. Untuk
itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ubi jalar ungu dengan
judul Pengaruh Penambahan Tepung Ubi Ungu (Ipomoea Batatas) Dalam Pembuatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Design Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunaka design penelitian
kuasi eksperimen atau studi kasus dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Cook dan
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut
1. Uji Organoleptik
pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena ada rangsangan reaksi mental jika
2. Kuesioner (Angket)
Kuesioner yaitu menyebarkan daftar pertanyaan berupa angket kepada responden.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN