MAKALAH JAGUNG
1.
2.
3.
4.
Oleh :
Kelompo C
Yogi Dwi Anggoro (141710101049)
Isnitzia Bellia Indiana (141710101064)
Denny Devandya
(141710101073)
Hamid Tri Maujudin (141710101100)
THP-A
BAB 1. PENDAHULUAN
pangan merupakan
kondisi terpenuhinya
kebutuhan rumah
tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik jumlah maupun
mutunya,aman, merata, dan terjangkau. Pangan merupakan salah satu dari tiga
kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Demi mewujudkan ketahanan pangan
yang baik, maka perlu dirancang beberapa program. Salah satunya memajukan
pangan lokal.
Pangan lokal merupakan suatu produk yang berbahan baku dan diproduksi
di dalamnegeri. Pangan lokal bisa menjadi identitas dari suatu daerah
tersebut.Pangan lokal saat ini kurang populer karena masyarakat Indonesia masih
sangat bergantung pada bahan baku beras. Sedangkan seiring dengan
pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Tetapi lahan yang digunakan
untuk menumbuhkan bahan baku berupa beras semakin menurun. Berarti
kebutuhan masyarakat Indonesia akan beras tidak terpenuhi dengan baik.
Kemampuan produksi bahan pangan domistik tidak dapat mengikuti
peningkatan kebutuhan, maka pada waktu yang akan datang Indonesia akan
tergantung impor, yang berarti ketahanan pangan nasinal akan semakin rentan
karena
akan
semakin
ketergantungan
oada
kebijakan
ekonominegara
BAB 2. ISI
2.1 Jagung
Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman bijibijian
dari keluarga rumputrumputan (Graminae). Berasal dari Amerika yang tersebar
ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar
abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia.
Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn.
Menurut sejarahnya, tanaman jagung berasal dari Amerika dan merupakan
tanaman sereal yang paling penting di benua tersebut (Anonima, 2007).
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
:Angiospermae
Sub Divisio
kelas
:Monocotyledoneae,
Ordo
: Poales,
Famili
:Poaceae
Genus
:Zea.
Dent Corn
Flint Corn
Sweet Corn
Pop Corn
Flour Corn
Menurut (Darrah et al., 2003), jagung dapat dikelompokkan berdasarkan
bentuk bijinya (kernel), ada 6 tipe utama jagung, yaitu dent, flint, flour, sweet,
pop, dan pod corns.Jagung jenis dent dicirikan dengan adanya corneous, horny
endospermpada bagian sisi dan belakang kernel, serta pada bagian tengah inti
jagungmenjulur hingga mahkota endospermanya lunak dan bertepung. Jagung
jenisflint memiliki bentuk yang tebal, keras, dengan lapisan horny endosperm
disekeliling granula tengah, kecil, dan halus. Jagung jenis flour merupakansalah
satu jagung yang sangat tua dimana hampir seluruh endospermanyaberisi pati
yang lunak dan mudah dibuat tepung (Darrah et al., 2003). Jagung
Jenis sweet diyakini sebagai jenis jagung mutasi yang mengandung sedikit
pati dengan endosperma berwarna bening. Jagung ini biasanya dikonsumsi
sebagaicampuran sayuran. Jagung jenis pop memiliki kernel kecil dan keras
seperti jenis flint dengan kandungan pati yang lebih sedikit. Sedangkan jagung
jenis pod merupakan jagung hias dengan kernel tertutup dan pada umumnya
jagung jenis ini tidak ditanam secara komersial (Johnson, 1991).
Menurut Suprapto dan Marzuki (2005), jagung yang banyak ditanamdi
Indonesia adalah tipe mutiara (flint) dan setengah mutiara (semiflint), seperti
jagung Arjuna (mutiara), jagung Harapan (setengah mutiara), Pioneer- 2 (setengah
mutiara), Hibrida C-1 (setengah mutiara), dan lain-lain. Selain jagung tipe mutiara
dan setengah mutiara, jagung tipe berondong (pop corn), jagung gigi kuda (dent
corn), dan jagung manis (sweet corn) juga terdapat di Indonesia.
2.2 Komposisi Jagung
Menurut Boyer dan Shannon (2003), komponen kimia terbesar dalam biji
jagung adalah karbohidrat (72% dari berat biji) yang sebagian besar berisi pati dan
mayoritas terdapat pada bagian endosperma. Endosperma matang terdiri dari 86%
pati dan sekitar 1% gula. Pati terdiri dari dua polimer glucan, yaitu amilosa dan
amilopektin. Secara umum, pati jagung mengandung amilosa sekitar 25-30% dan
amilopektin sekitar 70-75%.
Gula dalam biji jagung terdapat dalam bentuk monosakarida (Dglukosa dan
D-fruktosa), disakarida dan trisakarida, serta gula alkohol. Sukrosa merupakan
disakarida terbanyak dalam biji jagung (2-3 mg per endosperma). Sedangkan
maltosa, trisakarida, dan oligosakarida terdapat dalam jumlah sedikit. Adapun
phytate (hexaphosphoric ester dari myoinositol) diketahui sebagai satu-satunya
gula alkohol yang terdapat dalam biji jagung. Sekitar 90% phytate ditemukan di
dalam skutelum dan 10%-nya terdapat di dalam aleuron (Boyer dan Shannon,
2003).
Menurut Lawton dan Wilson (2003), kadar protein pada biji jagung
bervariasi dari 6-18%. Protein tersebut meliputi albumin, globulin, prolamin
(zein), dan glutelin. Albumin dan globulin terkonsentrasi pada sel aleuron,
pericarp, dan lembaga. Sedangkan prolamin dan globulin banyak ditemukan pada
endosperma.
Protein yang terdapat pada biji jagung yaitu prolamin (zein), glutein,
albumin dan globulin. Prolamin merupakan protein yang larut dalam etanol 70
80%, glutein larut dalam basa dan asam encer, albumin larut dalam garam encer
dan globulin larut dalam air. Protein zein kekurangan asam amino triptofan, lisin,
treonin, valin dan asam amino bersulfur. Sedangkan albumin, globulin dan glutein
jagung mempunyai komposisi asam amino yang cukup baik (kadar lisin tinggi)
(Koswara, 2009).
Menurut Lawton dan Wilson (2003), sekitar 76-83% lipid dalam biji jagung
terdapat di bagian lembaga. Kandungan lipid tersebut terutama adalah
triasilgliserols (TAGs), yaitu sekitar 95%. Selain itu, biji jagung juga mengandung
fosfolipid, glikolipid, hidrokarbon, fitosterol (sterol dan stanol), asam lemak
bebas, karotenoid (vitamin A), tocol (vitamin E), dan waxes yang jumlahnya lebih
sedikit dibandingkan TAG. Asam lemak yang terkandung
Biji jagung juga mengandung beberapa vitamin seperti kolin (567 mg/kg),
niasin (28 mg/kg), asam pantotenat (6,6 mg/kg), piridoksin (5,3 mg/kg), tiamin
(3,8 mg/kg), riboflavin (1,4 mg/kg), asam folat (0,3 mg/kg),biotin (0,08 mg/kg),
serta vitamin A (_-karoten) dan vitamin E (_-tokoferol) masing-masing sebesar
2,5 mg/kg dan 30 IU/kg (Watson, 2003).
Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:
Tabel 1. Kandungan Gizi Jagung
No
Kandungan Kimia
Jumlah
1.
Kalori
355 kalori
2.
Protein
9,2 g
3.
Lemak
3,9 g
4.
Karbohidrat
73,7 g
5.
Kalsium
10 mg
6.
Fosfor
256 mg
7.
Ferrum
2,4 mg
8.
Vitamin A
510 SI
9.
Vitamin B1
0,38 mg
10. Air
12 g
(Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia)
Pada pembuatan mie jagung komponen yang paling berperan yaitu
karbohidrat. Jagung sangat banyak mengandung karbohidrat, menurut Direktorat
Gizi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia karbohidrat pada jagung yaitu
73,7 gram yang sebagian besar adalah pati. Pati pada jagung terdiri dari dua
polimer glucan, yaitu amilosa dan amilopektin. Secara umum, pati jagung
mengandung amilosa sekitar 25-30% dan amilopektin sekitar 70-75%. Hal ini
berarti pada jagung tedapat kandungan amilopektin yang sangat tinggi.
Amilopektin merupakan molekul polisakarida dengan rantai cabang. Ikatan pada
rantai utama adalah ikatan -1,4-glikosidik, sedangkan ikatan pada titik cabang
adalah ikatan -1,6-glikosidik (Young, 1984). Amilopektin mempunyai ukuran
molekul yang sangat besar dengan berat molekul yang mencapai 10 7-109 (Colonna
dan Buleon, 1992) dan derajat polimerisasi 3 x 10 5- 3 x 106 (Zobel, 1988). Adapun
karakteristik amilopektin, adalah sebagai berikut:
1
2
3
Molekul polisakarida
Rantai cabang
Amilopektin dapat membentuk struktur double heliks
4
5
6
morfologis atau anatomis, serta suhu atau cahaya yang berlebihan, dan kerusakan
patologis atau kerusakan fisik.
Komoditi dengan laju respirasi tinggi menunjukkan kecenderungan lebih
cepat rusak. Pengurangan laju respirasi sampai batas minimal pemenuhan
kebutuhan energi sel tanpa menimbulkan fermentasi akan dapat memperpanjang
umur ekonomis produk nabati. Manipulasi faktor ini dapat dilakukan dengan
teknik pelapisan (coating), penyimpanan suhu rendah, atau memodifikasi atmosfir
ruang penyimpan.
Transpirasi adalah pengeluaran air dari dalam jaringan produk nabati. Laju
transpirasidipengaruhi oleh faktor internal (morfologis/anatomis, rasio permukaan
terhadap volume, kerusakan fisik, umur panen) dan faktor eksternal (suhu, RH,
pergerakan
udara
dan
tekanan
atmosfir).
Transpirasi
yang
berlebihan
KerusakanPatologisdanKerusakanFisik
Kerusakan produk nabati dapat terjadi karena aktivitas bakteri atau jamur,
dan akibat serangan mikroorganisme ini timbul kerusakan fisik dan fisiologis.
Sebaliknyapun akibat kerusakan fisik karena penanganan yang tidak benar bisa
juga memicu pertumbuhan mikroorganisme.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
dua metode pembuatan tepung jagung yaitu metode basah dan metode kering.
Pada metode basah, biji jagung yang telah disosoh direndam dalam air selama 4
jam lalu dicuci, ditiriskan dan diproses menjadi tepung menggunakan mesin
penepung. Sedangkan pada metode kering, biji jagung yang telah disosoh
ditepungkan, artinya tanpa perendaman (Suarni, 2009).
Pada prinsipnya, penggilingan biji jagung adalah proses pemisahan
perikarp, endosperma dan lembaga, kemudian dilanjutkan dengan proses
pengecilan ukuran. Perikarp harus dipisahkan pada proses pembuatan tepung
karena kandungan seratnya yang cukup tinggi sehingga dapat membuat tepung
bertekstur kasar. Pada pembuatan tepung, dilakukan pemisahan lembaga karena
tanpa pemisahan lembaga tepung akan mudah mengalami ketengikan. Tip cap
juga harus dipisahkan karena dapat membuat tepung menjadi kasar. Pada
pembuatan tepung, endosperma merupakan bagian yang digiling menjadi tepung
(Suarni et al., 2001).
Tepung jagung memiliki kandungan lemak dan kandungan amilosa yang
tinggi sehingga sulit untuk mengikat air selama proses pemasakan. Kandungan
lemak pada tepung jagung menyebabkan terhalangnya kontak antara air dengan
protein dalam jagung. Sedangkan kandungan amilosa pada jagung memiliki
struktur yang kompak sehingga sulit untuk ditembus oleh air. Rendahnya tingkat
kemampuan mengikat air inilah yang menyebabkan kemampuan granula pati
untuk menggelembung pada gelatinisasi menjadi rendah (Alam, 2010). Tepung
jagung juga memiliki mutu yang bervariasi, tergantung dari jenis jagungnya. Oleh
karena itu, ditentukan kriteria mutu tepung jagung berdasarkan SNI yang
disajikan pada Tabel 2 agar aplikasi dari tepung jagung tersebut memiliki kualitas
yang baik.
Tepung jagung memiliki beberapa keunggulan/kelebihan antara lain :
1
Tepung jagung penggunaannya menjadi lebih luas sebagai bahan baku dalam
2
3
4
Satuan
-
Persyaratan
Normal
Rasa
Normal
Warna
Normal
Benda asing
Tidakboleh
Serangga
Tidakboleh
Tidakboleh
Lolos 80 mesh
Minimum 70
Lolos 60 mesh
Maksimum 99
Air
% (b/b)
Maksimum 10
Abu
% (b/b)
Maksimum 1,50
Silikat
% (b/b)
Maksimum 0,10
Seratkasar
% (b/b)
Maksimum 1,50
Derajatasam
ml N NaOH/100 g
Maksimum 4
Timbal
mg/kg
Maksimum 1
Tembaga
mg/kg
Maksimum 10
Seng
mg/kg
Maksimum 40
Raksa
mg/kg
Maksimum 0,05
Cemaranarsen
mg/kg
Maksimum 0,50
Angkalempeng total
koloni/g
Maksimum 5 x 106
E.coli
APM/g
Maksimum 10
Kapang
koloni/g
Sumber : Badan Standar Nasional (1993)
Maksimum 104
Kehalusan
sampingan utama dari penggilingan basah jagung. Mie yang dihasilkan memiliki
masih memiliki karakteristik elongasi yang kurang baik, sehingga ditambahkan
pati kacang hijau sebanyak 5 % untuk memperbaiki karakteristik tersebut, selain
itu dilakukan juga penambahan CMC ke dalam formulasi untuk menurunkan nilai
KPAP. Bahan tambahan lain yang juga digunakan adalah garam dan baking
powder. Hasil analisis menunjukkan bahwa mie basah yang dihasilkan memiliki
kadar air sebesar 63,71 %, kadar abu sebesar 0,41 %, kadar protein sebesar 7, 14
%, kadar lemak sebesar 4,49 %, serta kadar karbohidrat sebesar 87,99 %
Arvie (2009) membuat mie jagung berbahan pati jagung yang dimodifikasi
dengan cara fermentasi spontan selama 1, 3, 5, dan 7 hari. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lama fermentasi spontan berpengaruh terhadap sifat
organoleptik mie jagung basah yang dihasilkan. Sifat organoleptik tersebut
meliputi elastisitas, elongasi, warna, dan penerimaan keseluruhan. Mie jagung
yang dihasilkan memiliki kadar air antara 71,685-75,720 %, kadar abu antara
0,035-0,067 %, kadar protein antara 0,995-1,315 %, kadar lemak antara 0,0250,105 %, dan kadar karbohidrat antara 23,225-26,879 %. Mie yang dibuat dari
pati fermentasi selama 7 hari memiliki tingkat hidrolisis oleh enzim -amilase
sebesar 51,49 %, elongasi sebesar 15,12 %, dan kekuatan tarik sebesar 11,41 gF,
sedangkan mie dari pati yang difermentasi selama 5 hari memiliki nilai elongasi
sebesar 16,9 %, kekuatan tarik 12,004 gF dan nilai KPAP terendah yaitu 1,7 %.
2.4.3 Teknologi Pengolahan Mie Jagung
Mie jagung merupakan mie yang dibuat dengan bahan baku tepung jagung
atau pati jagung dengan ditambahkan bahan-bahan lain. Tepung jagung diproses
dengan cara penggilingan jagung. Tahap-tahap penepungan jagung adalah sebagai
berikut. Proses penepungan jagung diawali dengan tahap pembersihan untuk
membersihkan biji jagung dari kotoran dan kontaminan asing. Selanjutnya, biji
jagung direndam dalam air yang telah ditambahkan SO2 dengan konsentrasi
tertentu (0,12-0,2%) selama 22-50 jam (umumnya 30-36 jam) pada suhu 52oC.
Selama perendaman, air akan berdifusi ke dalam biji jagung sehingga kadar air
meningkat dari 15% menjadi 45%. Penggunaan SO2 sangat penting karena SO2
sebagai agen pereduksi mampu memecah ikatan disulfida pada matriks protein
yang membungkus granula pati sehingga dapat membebaskan granula pati
tersebut. Selain itu, SO2 juga mampu menciptakan kondisi yang menguntungkan
bagi pertumbuhan bakteri Lactobacillus. Asam laktat yang dihasilkan bakteri
tersebut dapat meningkatkan pelunakkan biji,melarutkan protein endosperma, dan
melemahkan dinding sel endosperma.Asam laktat juga membantu pemisahan pati
dan meningkatkan jumlah pati yang dihasilkan (Johnson dan May, 2003).
Tahapan selanjutnya adalah penggilingan kasar biji jagung dan pemisahan
lembaga dengan menggunakan attrition mill dan separator lembaga (hydroclone).
Attrition mill terdiri dari dua jenis cakram (cakram statis dan cakram berputar)
yang dilengkapi dengan kenop (devils teeth) pada permukaannya untuk memecah
biji jagung sehingga lembaga dapat lepas tanpa harus menghancurkannya. Hasil
penggilingan kasar ini lalu dialirkan ke hydroclone sehingga lembaga dapat
dipisahkan. Setelah pemisahan lembaga, slurry kemudian disaring dengan
menggunakan pressure-fed screen untuk memisahkan serat dari pati dan gluten.
Slurry pati dan gluten yang disebut mill starch selanjutnya dialirkan menuju
separator pati. Pada tahapan ini, gluten dipisahkan dari pati berdasarkan
perbedaan berat jenisnya menggunakan disknozzle- type centrifuges (Johnson dan
May, 2003). Beberapa protein dan kontaminan lain yang masih terdapat di dalam
pati akan diproses lebih lanjut pada tahap pemurnian pati.
Menurut Johnson dan May (2003), pati hasil sentrifuse masih mengandung
3-5% protein dan sejumlah kecil kontaminan terlarut/tak larut. Pati kasar tersebut
lalu dicuci dengan air menggunakan hydroclone. Pati hasil pencucian harus
mengandung <0,30% total protein dan 0,01% protein terlarut. Slurry pati murni
dari penggilingan basah selanjutnya langsung dikeringkan atau diberi perlakuan
dengan beberapa senyawa kimia seperti bleachingagents atau asam untuk
memodifikasi karakteristik pati tersebut. Residu kimia kemudian dicuci dari pati
dengan menggunakan nozzle-type centrifuges atau penyaring vakum yang
dilengkapi dengan spray.
Setelah jagung ditepungkan, baru diproses menjadi mie jagung.Proses
pembuatan mie dari jagung memiliki beberapa tahap yakni pencampuran bahan,
saat
pemasakan
kembali.
Kuning
telur
berfungsi
pula
untuk
mengembangkan adonan dan mempercepat hidrasi air. Hal ini sesuai dengan
pendapat Astawan (2001), bahwa penambahan telur pada pembuatan mie basah
adalah untuk meningkatkan mutu protein mie dan menciptakan adonan yang lebih
liat sehingga tidak mudah putus-putus. Penambahan kuning telur berfungsi untuk
mengembangkan adonan dan akan memberikan warna seragam. Hal ini sesuai
dengan pendapat Anonymous (2008), bahwa putih telur akan menghasilkan suatu
lapisan yang tipis dan kuat pada permukaan mie. Lapisan tersebut cukup efektif
untuk mencegah penyerapan minyak sewaktu digoreng dan kekeruhan saus mie
sewaktu pemasakan. Lesitin pada kuning telur merupakan pengemulsi yang baik,
dapat mempercepat hidrasi air pada terigu, dan bersifat mengembangkan adonan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencampuran bahan:
a. Formulasi bahan.
b. Homogenisasi bahan.
c. Bahan yang digunakan.
2. Pengukusan I
Pengkukusan pertama pada pembuatan mie instan dari jagung dilakukan
selama 10 menit, suhu 1000c dalam bentuk adonan dan berfungsi untuk
gelatinisasi awal. Geletinisasi yang terjadi tidak sempurna, hanya terjadi pada
bagian luar adonan. Gelatinisasi sempurna pada adonan akan mempengaruhi
pencetakan mie, dimana akan diihasilkan uantaian mie yang melekat satu sama
lain.Pada pengkukusan pertama terjadi gelatinisasi awal dilakukan untuk
mengikat air agar adonan dapat menyatu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengkukusan:
a. Banyaknya air, sesuai takaran
b. Suhu yang digunakan
3. pembuatan lembaran,pencetakan dan pemotongan mie.
mendapatkan suatu lembaran mie. Untuk penggilingan pada adonan mie jagung
tidak akan diperoleh langsung lembaran seperti halnya ketika membuat adonan
mie dari tepung terigu. Satu lembaran mie dapat diperoleh dengan penggilingan
10 kali hingga 20 kali. Mula-mula akan dihasilkan adonan yang terpisah-pisah,
dari adonan yang terpisah tersebut disatukan kemudian digiling kembali. Hal ini
dilakukan sampai diperoleh lembaran mie yang menyatu dan tidak nampak bintikbintik tepung. Kemudian dicetak dalam bentuk untaian mie, atau dipotong sampai
panjang 5-10 cm.
Terbentuknya lembaran mie bertahap dari yang kecil hingga membentuk suatu
lembaran. Hal ini diakibatkan karena hanya sebagian dari adonan yang
tergelatinisasi. Lama penggilingan untuk pembuatan lembaran mie jagung
tergantung dari jumlah jagung pulut yang ditambahkan. Semakin banyak jagung
pulut yang ditambahkan makin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh
lembaran mie, begitupun sebaliknya. Kondisi ini disebabkan karena jagung pulut
banyak mengandung amilopektin sehingga daya lekatnya lebih tinggi (sesuai
dengan pendapat Haryanto dan Philipus, 1992), bahwa kandungan amilopektin
sangat berperan dalam menentukan lekat tidaknya bahan. Sebagai contoh
kandungan amilopektin yang tinggi pada beras akan menyebabkan beras menjadi
lebih lekat dari beras yang amilopektinnya kurang. Apabila kadar amilosanya
tinggi, maka pati akan bersifat kering, kurang lekat dan cenderung meresap air
lebih banyak atau higroskopis.
4. Pengkukusan II
Tahap selanjutnya adalah pengukusan II, selama 10 menit dengan suhu 100 0c,
untuk gelatinisasi secara sempurna minimal 90%. Gelatinisasi dilakukan untuk
memperoleh mie yang tidak mudah putus karena adanya penyerapan air sehingga
mie menjadi kenyal.
menjadi instan, karena semakin tinggi derajat gelatinisasi maka mie yang akan
Alat:
1. Neraca analitik
2. Mixer
3. Ekstruder
4. Pengkukus
5. Pisau
6. Kompor
7. Baskom
8. Colour reader
Skema Kerja:
Pencampuran bahan (mixing)
Garam ,baking powder,air,telur
Pengkukusan II
Jagung
Produk
antara
Pipilan
kering
Tepung
jagung
Pasta
jagung
Industri Pengguna
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
2.
4.
Pasta Jagung
5.
Tepung jagung
a
b
c
d
e
f
g
h
i
a
b
c
a
b
c
d
e
f
g
h
Jenis
Makanan
Bahan
Baku
Asinan
jagung
Gambar
Cara Pengolahan
Daerah Asal
Jagung
segar
Dibakar
Bogor
Jagung
segar
Direbus
Gorontalo
bakar
Binte
Barobbo
Jagung
segar
Dicampur ke
bubur
Bugis
Dadar
jagung
Jagung
segar
Digoreng
Jawa timur
Puding
Jagung
Labu
Kuning
Segar
Dicampur dengan
puding
Yogjakarta
Marning
Jagung
Pipilan
Kering
Digoreng
Bulukumba
Emping
Jagung
Pipilan
Kering
Digoreng
Kupang
Mie
jagung
Tepung
Jagung
Dikukus
Kalimantan
Selatan
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan,bahwa:
1. Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman bijibijian dari
keluarga
rumputrumputan
(Graminae).
Jagung
dapat
digolongkan
DAFTAR PUSTAKA
2007.
Expert
in
Food
Product
Development.
http://www.intota.com/viewbio.asp?bioID=603568&perID=108041&strQue
ry=pilot+plant+scale%2Dup. [7 Mei 2008]
Anonima. 2007. Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. [12 Juni 2008].
Arvie, Y. 2009. Kajian Sifat Organoleptik dan Reologi Mie Pati Jagung. (Skripsi).
Universitas Lampung. Bandar Lampung. 53-54.
Astawan, M. 2005. Membuat Mi dan Bihun. Penebar Swadaya, Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 1993. Standar Nasional Indonesia. Syarat Mutu
Tepung Jagung. SNI 01-3727-1993. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia)
Boyer, C.D., and J.C. Shannon. 2003. Carbohydrates of the kernel. In: White PJ.,
Johnson LA., editor. Corn: Chemistry and Technology. 2nd Ed. Minnesota:
American Association Of Cereal Chemists Inc. St. Paul, Minnesota, USA.
289 312.
Darrah, L. L., M. D. McMullen, dan M. S. Zuber. 2003. Breeding, Genetics, and
Seed Corn Production. Di dalam: White, P. J. dan L. A. Johnson
(eds.). Corn: Chemistry and Technology, 2nd edition. American
Association of Cereal Chemistry Inc., St. Paul, Minnesota, USA.
Haryanto, B, dan P. Philipus. 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Kanisius.
Yogyakarta.
Johnson, L. A. 1991. Corn: Production, Procesing, and Utilization. Di
dalam: Lorenz, K. J. dan K. Kulp (eds.). Handbook of Cereal Science
and Technology. Marcell Dekker Inc., New York.
Juniawati. 2003. Optimasi Proses Pengolahan Mi Jagung Instan Berdasarkan
Kajian Preferensi Konsumen. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi
Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Juniawati. 2003. Optimasi Proses Pengolahan Mi Jagung Instan Berdasarkan
Kajian Preferensi Konsumen. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi
Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kruger, J. E. 1996. Cereal Processing Technology. Owes G (ed.). 2001.
Woodhead Publishing Limited, England.
Kurniawati, R. D. 2006. Penentuan Desain Proses dan Formulasi Optimal
Pembuatan Mi Jagung Basah Berbahan Dasar Pati Jagung dan Corn Gluten
Meal (CGM). Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Lawton J.W., and C.M. Wilson. 2003. Proteins of the kernel. In: White PJ.,
Johnson LA., editor. Corn: Chemistry and Technology. Ed ke-2. Minnesota:
American Association Of Cereal Chemists Inc. St. Paul, Minnesota, USA.