Oleh
G2D018039
Salah satu bahan pangan lokal yang dapat digunakan sebagai substitusi tepung terigu
adalah ubi jalar. Ubi jalar yang tidak mengenal musim, mudah didapatkan, tidak memberikan efek
merugikan bagi kesehatan, memiliki masa simpan yang singkat, dan harga yang relatif murah ini
belum dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan hal tersebut, sangat tepat apabila ubi jalar,
khususnya ubi ungu untuk dioptimalkan pengolahannya, agar disukai oleh masyarakat luas yang
nantinya memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Ubi jalar ungu (Ipomoea batalas var ayamurasaki) merupakan salah satu tanaman menjalar
di dalam tanah yang menghasilkan umbi. Ubi jalar merupakan tanaman yang telah banyak
dibudidayakan di Indonesia. Ubi jalar ungu mengandung antioksidan yang berasal dari senyawa
antosianin yang berfungsi untuk menangkap radikal bebas sehingga berperan dalam pencegahan
terhadap proses penuaan dini, kanker, dan penyakit degenerative (Jusuf et al., 2008). Menurut
Suprapta et al., (2004) kandungan antosianin pada ubi jalar ungu 110-210 mg/100 g. Ubi jalar
ungu memiliki kandungan karbohidrat yang dapat mencapai 27,9% dan dalam bentuk tepung
karbohidratnya mencapai 83,81% (Susilawati dan Medikasari, 2008). Karbohidrat yang terdapat
pada ubi jalar ungu termasuk karbohidrat kompleks dengan klasifikasi Indeks Glikemik (IG 54)
yang rendah (Ratnayanti, 2011). Kandungan lain yang terdapat pada ubi ungu tiap 100 gr seperti
kalsium 30,00 gr, protein 1,80 gr, lemak 0,70 gr, vitamin A 7.700 gr, kalori 123 kal, fosfor 49,00
gr, zat besi 0,70 gr, vitamin B1 2 0,90 mg, vitamin C 22,0 gr, serat kasar dan abu (Rukmana, 2008).
Salah satu bahan pangan lokal lain yang dapat digunakan sebagai substitusi tepung terigu
adalah kacang-kacangan yaitu kacang merah. Kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) merupakan
jenis kacang-kacangan (Leguminoceae) yang memiliki kandungan pati serta serat yang tinggi.
Selain memiliki kandungan tersebut, kacang merah juga memiliki kelemahan yaitu mengandung
zat antigizi seperti antitripsin. Antitripsin adalah senyawa protein yang bersifat sebagai antinutrisi,
yaitu mempunyai kemampuan untuk menghambat aktivitas enzim tripsin di dalam saluran
pencernaan. Untuk menghindari hal tersebut, dapat dilakukan dengan proses perkecambahan.
Perkecambahan selain mampu menurunkan zat antigizi, juga mampu meningkatkan zat gizi
kacang-kacangan seperti vitamin dan antioksidan (Anon., 2004).
Penggunaan kacang merah pada percobaan ini dikarenakan kacang merah memiliki indeks
glikemik yang rendah yaitu 26 (Ratnaningsih dan Marsono, 2013). Tepung kacang merah (9,08%)
mengandung serat yang lebih tinggi daripada tepung ubi jalar ungu (4,72%) menyebabkan kacang
merah dapat membantu mencegah penyakit jantung koroner (Ahmed et al, 2015; Nindyarani et al,
2011). Serat pangan dapat menurunkan waktu transit makanan dalam usus halus dan mampu
menurunkan level glukosa darah postprandial dan level insulin. Sehingga baik untuk dikonsumsi
oleh penderita diabetes melitus (Codex, 2006 dalam Yofananda dan estiasih, 2016). Kacang merah
juga mengandung senyawa fenolik yang berperan sebagai antioksidan dalam tubuh. Kacang merah
tergolong bahan pangan yang dapat membantu peningkatan gizi karena tergolong sumber protein
nabati yang murah dan mudah dikembangkan. Menurut Kay (1979), kandungan protein kacang
merah adalah 24g/100g bahan.
Keberadaan kacang merah di Indonesia melimpah dan mudah diperoleh. Hal tersebut
sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (2014) yang menyatakan produksi kacang merah di
Indonesia pada tahun 2013 mencapai 103.376 ton. Tingkat produksi yang tinggi ini seringkali tidak
diimbangi dengan pemanfaatan yang tinggi pula. Kacang merah biasa dimanfaatkan hanya sebagai
sayuran(sup), campuran salad, es kacang merah, dan bubur kacang merah oleh masyarakat.
Dengan pengolahan menjadi tepung ini dapat memperpanjang masa simpan kacang merah itu dan
memberikan peluang penggunaan yang lebih luas.
II. Tujuan
Alat Bahan
Gelas aqua Ubi ungu