Anda di halaman 1dari 6

MINUMAN LIDAH BUAYA INSTAN DENGAN SERBUK JAHE

Oleh

Hanif Alifia Giyanti

G2D018039

PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
I. Latar Belakang

Lidah buaya termasuk golongan Liliaceae ini memiliki daging daun tebal, panjang
mengecil ke bagian ujungnya, berwarna hijau, berlendir, dan mudah tumbuh di daerah berhawa
panas dan terbuka, sehingga tanaman ini mudah tumbuh di tanah Indonesia. Mayoritas
masyarakat menanam lidah buaya hanya sekadar sebagai tanaman hias. Pemanfaatan lidah buaya
saat ini juga hanya terbatas pada bahan baku kosmetik dan shampoo. Tanaman lidah buaya
sekarang sudah mulai dilakukan penanaman besar-besaran, sebab lidah buaya berpotensi sebagai
lahan bisnis baru, yaitu agroindustri (Sudarto, 1997).

Lidah buaya atau Aloevera adalah salah satu tanaman obat yang berkhasiat
menyembuhkan berbagai penyakit. Seorang peracik obat-obatan tradisional berkebangsaan
Yunani bernama Dioscordes menyebutkan bahwa lidah buaya dapat mengobati berbagai
penyakit. Misalnya bisul, kulit memar, pecah-pecah, lecet, rambut rontok, wasir, dan radang
tenggorokan. Dalam laporannya, Fujio L. Panggabean, seorang peneliti dan pemerhati tanaman
obat, mengatakan bahwa keampuhan lidah buaya tak lain karena tanaman ini memiliki
kandungan nutrisi yang cukup bagi tubuh manusia. Hasil penelitian lain terhadap lidah buaya
menunjukkan bahwa karbohidrat merupakan komponen terbanyak setelah air, yang
menyumbangkan sejumlah kalori sebagai sumber tenaga (Anonim, 2011). Lidah buaya memiliki
nilai kalori yang rendah (4 kal/ 100 g bahan), serta mengandung bahan-bahan aktif seperti Niasin
(vitamin B3), vitamin A, C, E, anthraquinon, serat, magnesium, zinc dan kromium (Anonim,
1980 ; Sudarto, 1997). Dilihat dari manfaat lidah buaya yang baik untuk kesehatan, lidah buaya
berpotensi untuk dijadikan pangan fungsional.

Jahe merupakan tanaman rimpang yang banyak tersebar di daerah Asia. Berdasarkan data
dari FAO tahun 2002 menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang menghasilkan jahe
terbesar ke tiga setelah India dan China. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Jawa
Tengah, produktivitas jahe mencapai 30 ton per tahun. Jahe Indonesia diekspor ke beberapa
negara tujuan antara lain Jepang, Emirat Arab, Malaysia dalam bentuk jahe segar, jahe kering
dan olahan (Paimin dan Murhananto, 1999). Terdapat tiga jenis jahe yang biasa dibudidayakan
yaitu jahe gajah (Zingiber officinale var. Roscoe), jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum)
dan jahe emprit (Zingiber officinalevar. Amarum). Menurut analisis Pribadi (2013) dari Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat menyatakan bahwa permintaan dan produksi jahe terus
meningkat, jahe gajah merupakan varietas jahe yang banyak di ekspor sedangkan jahe emprit dan
jahe merah menjadi penguasa di negeri sendiri yang dimanfaatkan oleh berbagai industri.

Jahe (Zingiber officinale Rosc) sebagai salah satu tanaman temu-temuan banyak
digunakan sebagai bumbu, bahan obat tradisional, manisan, atau minuman penghangat badan,
dan sebagai bahan komoditas ekspor nonmigas andalan. Di dalam jahe kering mengandung
minyak esensial atau atsiri 1%-3%, oleoresin 5%-10%, pati 50%-55%, kadar air 7%-12% dan
jumlah kecil protein, serat, lemak dan abu (Eze dan Gabo, 2011). Kandungan minyak atsiri 1%-
3% merupakan faktor yang mempengaruhi aroma jahe. Jahe segar kadar airnya 94%, 17% nya
mengandung gingerol 21,15 mg/g (Ali et al., 2008). Zingiber officinalis mengandung
karbohidrat, lemak, serat dan energi dengan persentase yang tinggi (Hussain, 2010). Rimpang
jahe merupakan bagian yang sering dimanfaatkan karena banyak mengandung minyak atsiri dan
oleoresin yang bermanfaat bagi kesehatan sehingga rimpang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Pasokan jahe dari Indonesia ke negara pengimpor jahe dalam beberapa tahun terakhir cukup
meningkat. Akan tetapi, peningkatan permintaan akan jahe belum dapat diimbangi dengan
peningkatan produksi jahe.

II. Tujuan

a. Untuk mengetahui potensi lidah buaya dengan jahe.


b. Untuk mengetahui proses pembuatan minuman lidah buaya instan dengan serbuk jahe.
c. Untuk mengetahui manfaat pembuatan minuman lidah buaya instan dengan serbuk jahe.
d. Untuk mengetahui dan mempelajari kandungan dan manfaat jahe.
e. Untuk mengetahui dan mempelajari kandungan dan manfaat lidah
buaya.
III. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Alat Penyaring Lidah buaya
Sendok Jahe
Panci Air secukupnya
Kompor Gas Gula
Blender
Pisau

IV. Prosedur Kerja

1. Prosedur pembuatan serbuk jahe :

a. Pengupasan dan pencucian jahe.

b. Pemotongan wortel menjadi ukuran kecil.

c. Masukkan ke dalam blender, ditambahkan air bersih.

d. Penyaringan hancuran jahe dengan kain saring ( kain kasa).

e. Pemerasan secara manual atau memakai alat pengepres.

f. Penimbangan sari jahe, berat sari jahe : berat gula pasir = 1 : 2

g. Pemasakan sari jahe, setelah mendidih ditambahkan gula sedikit demi sedikit, diaduk secara

kontinyu dan stabil.

h. Memasuki pemasakan tahap akhir, sari jahe mulai mengkristal.

i. Pemasakan tahap akhir apabila larutan sudah benar-benar terkristalisasi secara sempurna.

j. Sari jahe instan dibiarkan sampai suhunya sesuai dengan suhu ruang.

k. Untuk mendapatkan serbuk jahe yang halus bisa diblender kembali untuk mendapatkan ukuran

serbuk yang kecil-kecil.


2. Prosedur pembuatan sari lidah buaya serbuk :

a. Proses sortasi
Dilakukan dengan cara manual menggunakan tangan dan kejelian penglihatan.
b. Pencucian
Pencucian lidah buaya dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran sehingga didapatkan
lidah buaya yang bersih.
c. Pengupasan kulit lidah buaya dipisahkan dari dagingnya.
d. Perendaman
Rendam daging lidah buaya menggunakan air kapur, cara ini dimaksudkan agar daging
lidah buaya menjadi kesat atau tidak berlendir. Pada perendaman ini membutuhkan waktu
+ 15 menit.
e. Penggilingan
Penggilingan menggunakan blender dimaksudkan untuk mempermudah dalam proses
ekstraksi (pengambilan sari lidah buaya) untuk menghasilkan cairan lidah buaya yang
benar-benar halus agar didapatkan sari lidah buaya yang banyak.
f. Pemasakan/ Kristalisasi
Pemasakan menggunakan api kecil dan dengan pengadukan terus-menerus sampai
terbentuk kristal.

Pemasakan atau kristalisasi disini merupakan

proses pemberian panas pada bahan (sari lidah buaya, sari penambah
rasa dan gula) sampai terbentuk kristal. Api yang digunakan adalah api
kecil ( suhu dibawah 100 oC) dan dengan pengadukan terus-menerus.
Pengadukan ini dimaksudkan agar lidah buaya bercampur merata
dengan gula dan untuk menghindari terjadinya karamelisasi.
Pemakaian panas yang tinggi akan berpengaruh pada kualitas produk,
menyebabkan karamelisasi dan hilangnya beberapa kandungan zat
dalam lidah buaya. Waktu pemasakan maksimal dalam pembuatan
instan lidah buaya selama 4 jam untuk 10 Kg bahan. Bentuk kristal
yang telah didapat kemudian dihancurkan untuk kemudian disaring,
sehingga mendapatkan serbuk instant lidah buaya yang halus dan
seragam. Dalam proses pembuatan ini untuk setiap 1 liter cairan lidah
buaya ditambahkan dengan dengan gula pasir 500 gram gula. Untuk
100 kg lidah buaya akan menghasilkan serbuk lidah buaya sekitar 1 kg.

Anda mungkin juga menyukai