Anda di halaman 1dari 12

Karakteristik Sifat Fisik dan Sensoris Mie Basah Berbahan Baku Tepung Sukun (Arthocarpus

altilis fosberg) dan Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas I)


Deanira Fransiska Pontoluli1), Jan R. Assa2), Christine F. Mamuaja2)
1)
Mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian UNSRAT
2)
Dosen Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan

Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,Universitas Sam Ratulangi Manado


Korespondensi email : deanirah.pontoluli@yahoo.com

ABSTRAK

Sukun (Arthocarpus altilis fosberg) adalah salah satu buah yang mengandung karbohidrat
yang tinggi yaitu 28,2 g tiap 100 g buah yang suda tua sehinga dapat dikembangkan sebagai alternatif
bahan baku untuk pembuatan tepung menjadi mie basah. Ubi jalar ungu selain mengandung
karbohidrat yang tinggi juga memiliki pigmen antosianin yang tinggi dari jenis umbi lainnya. Salah
satu pengolahan dari buah sukun dan ubi jalar ungu dapat dijadikan mie basah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik fisik dan tingkat kesukaan panelis. Penelitian ini
mengunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan A ( 80% Tepung Sukun : 20% Tepung Ubi
Jalar Ungu), B ( 70% Tepung Sukun : 30% Tepung Ubi Jalar Ungu) C ( 60% Tepung Sukun : 40%
Tepung Ubi Jalar Ungu) D ( 50% Tepung Sukun : 50% Tepung Ubi Jalar Ungu) E (100% Tepung
Terigu) sebagai kontrol. Parameter yang dianalisis yaitu tingkat penerimaan panelis, kehilangan
padatan akibat pemasakan, daya serap air, elastisitas dan kadar air. Dari hasil penelitian pada
pengujian fisik mie basah untuk kehilangan padatan didapatkan nilai rata-rata 3,60%, daya serap air
didapatkan nilai rata-rata 6,26%, elastisitas didapatkan nilai rata-rata 2,42% dan kadar air didapatkan
nilai rata-rata 19,29%. Sedangkan pada uji organoleptik rata-rata panelis memberikan nilai dari netral
sampai tidak menyukai mie basah yang berbahan baku tepung sukun dan tepung ubi jalar ungu.

Kata kunci : Sukun, ubi jalar ungu, mie basah

ABSTRACT

Bread fruit (Arthocarpus altilis fosberg) is a one fruit that contains a high carbohydrat that
28,2g / 100 g mature flesh which is very potential to be develop as an alternative to making of
varieties of noodle such as fresh noodle. Sweet potatoes in addition to containing high carbohydrates
also have high anthocyanin pigment than other type of sweet potatoes. One of the processing of
breadfruit and purple sweet potatoes can be used as fresh noodle. The purpose of this research is to
evaluating physical characteristics and panelist preferences level. The research was designed by
Randomized Block Design in five factor A (80% Bread fruits flour : 20% Sweet potatoes flour) B
(70% Bread fruits flour : 30% Sweet potatoes) C (60% Bread fruits flour : 40% Sweet potatoes) D
(50% Bread fruits flour : 50% Sweet potatoes) E (100% Wheat flour as a control). The analyzed
parameters are level of panelist acceptance, cooking lose, water absorption, elasticity, and water
content. The result of physical testing on fresh noodle to cooking lose got the averange value 3,60%,
water absorption the averange valeu 6,26%, elasticity the averange value 2,42% and water content
19,29%. whereas in the averange organoleptic test the panelists give the value of neutral to dislike the
fresh noodle made from breadfruit flour and sweet potato flour.

Keywords: bread fruit, sweet potatoes, noodle

PENDAHULUAN alternatif pengganti nasi karena


kandungan karbohidrat pada mie yang
Mie merupakan salah satu cukup tinggi serta harganya yang dapat
produk makanan yang sering dijangkau bagi masyarakat luas. Secara
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. umum mie terbuat dari tepung terigu
Mie dapat dijadikan sebagai makanan
yang diperoleh dari biji gandum yang jenis umbi lainya. Subtitusi tepung ubi
digiling, akan tetapi besarnya jalar ungu dalam penelitian ini bertujuan
permintaan pengunaan tepung terigu untuk memberikan warna ungu pada
menyebabkan Indonesia terus pembuatan mie basah. Selain itu
mengimport gandum. Sebagai alternatif kandungan Gizi dari ubi jalar ungu
untuk mempertahankan ketahanan dapat dimanfaatkan sebagai pangan
pangan dalam pengolahan mie basah fungsional.
maka digunakan bahan baku lokal yaitu Dalam penelitian ini mengunakan
buah sukun dan ubi jalar ungu. tepung terigu sebagai kontrol pada mie
basah karena tepung terigu memiliki
Buah sukun (Arthocarpus altilis kemampuannya untuk membentuk
fosberg) adalah salah satu buah yang gluten sehingga mie yang dihasilkan
mengandung karbohidrat yang cukup tidak mudah putus pada proses
tinggi yaitu 28,2 gram tiap 100 gram pencetakan dan pemasakan, sehingga
buah yang sudah tua (Anonim, 2008) dapat dibandingkan dengan mie yang
dan memiliki kandungan mineral, dibuat dari tepung sukun dan tepung ubi
vitamin, dan serat dua kali lebih banyak jalar ungu yang kandungan glutennya
dari sereal dan umbi-umbian (Irajotimi yang sedikit.
dan Aroge, 2005). Berdasarkan Tepung sukun dan tepung ubi
kandungan gizi yang terkandung dalam jalar ungu dapat dijadikan sebagai
buah sukun, maka pemanfaatan buah pangan alternatif dalam menunjang
sukun sebagai bahan pangan makin ketahanan pangan dilihat dari
penting untuk menunjang diversifikasi kandungan gizi dari kedua bahan pangan
pangan. tersebut, sehingga dalam penelitian ini
Pengolahan buah sukun memanfaatkan tepung sukun dan tepung
(Artocarpus altilis fosberg) menjadi ubi jalar ungu untuk diolah menjadi mie
tepung merupakan alternative cara basah serta dapat diukur karakteristik
pengolahan yang memiliki beberapa fisik dan tingkat kesukaan panelis.
keunggulan yaitu meningkatkan daya Berdasarkan uraian tersebut
simpan dan memudahkan pengolahan maka dilakukan penelitian untuk
bahan bakunya. Tepung sukun selain mengevaluasi karakteristik fisikdan
mudah diolah menjadi produk juga tingkat kesukaan panelis terhadap mie
memiliki kandungan gizi yang paling basah berbahan baku tepung sukun dan
berpotensi dan paling dominan, yaitu tepung ubi jalar ungu
karbohidrat selain itu tepung sukun METODOLOGI PENELITIAN
mengandung protein 3,6 g, dan lemak Waktu dan Tempat
0,8 g. Karbohidrat yang terdapat dalam Penelitian ini dilaksanakan di
buah sukun meliputi pati dan serat. Laboratorium Analisa Ilmu pangan,
Ubi jalar ungu (Ipomea batatas Program studi Ilmu dan Teknologi
I) memiliki kandungan gizi yang sangat Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian,
bermanfaat diantaranya provitamin A Fakultas Pertanian Universitas Sam
dan vitamin C. Selain itu ubi jalar ungu Ratulangi Manado selama bulan Mei
memiliki warna ungu yang cukup pekat sampai Juli
karena adanya pigmen antosianin yang Bahan dan Alat
menyebar dari bagian kulit sampai Bahan baku yang digununakan
bagian daging ubinya (Santosa dan dalam penelitian ini adalah buah sukun,
Estiasih, 2014). ubi jalar ungu, telur, CMC, garaam, air.
Tepung ubi jalar ungu memiliki Alat alat yang digunakan: Cabinet
kandungan karbohidrat yang cukup drying, Oven listrik, Timbangan
tinggi sekitar 83,81%, protein 2,79, dan analitik, Slicer, grinder, wadah plastik,
lemak 0,81 (Susilawati dan Medikasari, kompor, panci, saringan/ayakan, pisau,
2008) serta memiliki pigmen antosianin gilingan mie, roll pin.
yang paling tinggi dibandingkan dengan
Motode Penelitian ditambahkan telur 2 butir, garam 1 gr,
Penelitian ini menggunakan metode CMC 4 gr dan air 10 ml. Campur semua
Rancangan Acak Lengkap (RAL) adonan sampai homogen. Adonan dibagi
dengan perlakuan : menjadi beberapa bagian dibuat menjadi
A. 80% Tepung Sukun : 20% bentuk lembaran dengan mengunakan
Tepung Ubi jalar Ungu roll pin (Alat penipis adonan) dengan
B. 70% Tepung Sukun : 30% ketebalan ±1.5 mm, kemudian mie
Tepung Ubi Jalar Ungu digiling dengan mengunakan gilingan
C. 60% Tepung Sukun : 40% mie. Selanjutnya mie durebus pada suhu
Tepung Ubi Jalar Ungu 1000 C selama 30 detik. Diangkat dan
D. 50% Tepung Sukun : 50% didiginkan pada suhu kamar.
Tepung Ubi Jalar Ungu Variabel Pengamatan
E. 100% Tepung Terigu (Kontrol)  Kehilangan Padatan Akibat
Setiap perlakuan diulang sebanyak 3×, Pemasakan
sehingga diperoleh 15 unit percobaan  Daya Serap
kemudian dianalisis dengan  Sifat Elastisitas
menggunakan metode analisis sidik  Kadar Air
ragam (Analysis of Variance/ANOVA).  Uji Organoleptik
Prosedur Analisa
Prosedur Penelitian
Kehilangan Padatan Akibat
Pembuatan Tepung Sukun
Pemasakan (KPAP) (Mulyadi dkk.
Buah sukun dicuci bersih,
2014)
dikupas dan dibelah kemudian direndam
5 gram mie direbus selama 5
dalam air dan ditiriskan, setelah itu buah
menit didalam 150 ml air, mie ditiriskan
sukun di blanching dengan uap air
dan dikeringkan dalam oven pada suhu
(Steam blanching) selama 5 menit
1000c sampai beratnya konstan.
dengan suhu 1000C selanjutnya
Kehilangan padatan dihitung dengan
dilakukan pengecilan ukuran kemudian
rumus berikut:
dikeringkan selama 5 jam pada suhu
Kehilangan padatan akibat pemasakan
700C jam mengunakan alat cabinet
dapat dihitung dengan Rumus :
dryng, setelah kering buah sukun
digiling dengan mengunakan grinder
kemudian di ayak dengan ayakan 80 ×100%
Mesh
Pembuatan Tepung Ubi Jalar Ungu Daya Serap Air (DSA) (Mulyadi dkk.
(Apriliyanti, 2010) 2014)
Ubi jalar ungu dicuci bersih, di Sampel mie basah ditimbang
kupas dan di cuci kembali dengan air sebanyak 5 gr (A), kemudian direbus
bersih, ditiriskan, setelah itu ubi jalar dalam air sebanyak 150 ml selama 5
ungu di blanching dengan uap air menit kemudian ditimbang kembali (B).
selama 5 menit dengan suhu 1000C. Daya serap air dihitung berdasarkan
Selanjutnya dilakukan pengecilan perhitungana:
ukuran dan dikeringkan selama 5 jam
pada suhu 700 C dalam alat cabinet
drying. Setelah kering ubi jalar ungu Keterangan :
digiling dengan mengunakan grinder, A : Berat sampel sebelum direbus (g)
kemudian diayak dengan ayakan 80 B : Berat sampel setelah direbus (g)
Mesh. Daya Elastisitas Metode Pengukuran
Prosedur Pembuatan Mie Basah yang Panjang (Ramlah, 1997)
dimodifikasi (Lensun, 2013) Pengukuran elastisitas dilakukan
Tepung sukun dicampur dengan dengan menggunakan penggaris. Sampel
tepung ubi jalar ungu sesuai dengan yang telah dimasak ditempatkan di atas
perlakuan sebanyak 100 gr, kemudian penggaris dan diukur panjangnya
sebagai panjang awal (P1), kemudian Uji Organoleptik (Tingkat Kesukaan,
ditarik hingga putus dan diukur Bambang dkk, 1988)
panjangnya sebagai panjang akhir (P2).
Elastisitas dihitung dengan persamaan : Uji organoleptik mengunakan
metode hedonik atau tingkat kesukaan.
Uji organoleptik dilakukan untuk
mengetahui tingkat kesukaan panelis
terhadap produk mie basah berbahan
Kadar air (Sudarmadji dkk, 1989) baku tepung sukun dan tepung ubi jalar
Sampel ditimbang sebanyak 2 ungu. Dimana uji organoleptik ini
gram dalam cawan yang sudah diketahui mengunakan panelis yang terdiri dari 25
beratnya, kemudian dikeringkan dalam orang dengan meminta memberikan
oven pada suhu 1050 C selama 3 jam. penilaian secara pribadi terhadap sampel
Selanjutnya didinginkan dalam desikator yang disajikan. Parameter yang diuji
sampai mencapai suhu kamar, kemudian yaitu rasah, warna, aroma, dan tekstur,
ditimbang. Selanjutnya dipanaskan dengan memberikan penilaian dengan
kembali dalam oven selama 30 menit, skala sebagai berikut
dinginkan dalam desikator dan timbang. 1. Sangat tidak suka
Perlakuan ini diulang beberapa kali 2. Tidak suka
sampai mencapai berat yang konstan. 3. Netral
Kadar air dihitung dengan rumus : 4. Suka
5. Sangat suka

HASIL DAN PEMBAHASAN


Keterangan :
Kehilangan Padatan Akibat
A : Berat cawan kosong dinyatakan Pemasakan
dalam gram Hasil dari analisis Kehilangan
B : Berat cawan + sampel awal Padatan Akibat Pemasakan (cooking
dinyatakan dalam gram loose) terhadap mie basah berbahan
C : Berat cawan + sampel kering baku tepung sukun, tepung ubi jalar
dinyatakan dalam gram. ungu dan tepung terigu berkisar antara
3,76-4,64 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil analisis Kehilangan Padatan Akibat Pemasakan (cooking loose) Mie
basah.

Perlakuan Rata-rata (%)


E. 100% Tepung Terigu 4,64
A. 80% Tepung Sukun : 20% Tepung Ubi Jalar Ungu 3,76
B. 70% Tepung Sukun : 30% Tepung Ubi Jalar Ungu 3,67
D. 50% Tepung Sukun : 50% Tepug Ubi Jalar Ungu 3,60
C. 60% Tepung Sukun : 40% Tepung Ubi Jalar Ungu 3,34
100% tepung terigu (Kontrol) dan yang
Hasil uji sidik ragam (5%) terendah pada perlakuan C 60% Tepung
menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil Sukun : 40% Tepung Ubi Jalar Ungu.
dari F tabel hal ini menunjukan tidak .Perbedaan kehilangan padatan akibat
adanya pengaruh nyata dari setiap pemasakan pada mie basah diduga dari
perlakuan terhadap kehilangan padatan kandungan pati yang terdapat pada
akibat pemasakan. Berdasarkan Tabel 4 bahan baku yang digunakan. Perbedaan
menunjukan bahwa nilai rata-rata kehilangan padatan akibat pemasakan
kehilangan padatan akibat pemasakan tersebut disebabkan oleh kandungan
yang tertinggi terdapat perlakuan E amilosa pada tepung ubi jalar ungu yaitu
30-40% (Nitami, dkk 2012) lebih tinggi dkk (2003), kehilangan padatan
dibandingkan kandungan amilosa pada akibat pemasakan terjadi karena
tepung sukun yaitu 22,5% (Agustin, lepasnya sebagian kecil pati dari
2011) dan tepung terigu yaitu 20%. Oleh untaian mie saat pemasakan.
sebab itu nilai kehilangan padatan akibat
pemasakan pada mie basah menurun Daya Serap Air
seiring bertambahnya proporsi tepung Hasil dari analisis Daya Serap
ubi jalar ungu. Kehilangan padatan Air terhadap mie basah berbahan baku
akibat pemasakan menunjukan tepung sukun dan tepung ubi jalar ungu
banyaknya jumlah padatan yang serta tepung terigu berkisar antara 6,52-
keluar dari untaian mie selama 7,70. Daya serap air pada mie basah
proses pemasakan. Menurut Chen dapat dilihat pada tabel 5

Tabel 5. Hasil Analisis Daya Serap Air Mie Basah

Perlakuan Rata-rata (%) Notasi*


E. 100% Tepung Terigu (Kontrol) 7,70 a
A. 80% Tepung Sukun : 20% Tepung Ubi Jalar Ungu 6,52 b
B. 70% Tepung Sukun : 30% Tepung Ubi Jalar Ungu 6,38 bc
D. 50% Tepung Sukun : 50% Tepug Ubi Jalar Ungu 6,26 c
C. 60% Tepung Suku : 40% Tepung Ubi Jalar Ungu 6,18 c
BNT 5% = 0,17 *Notasi yang Berbeda Menunjukkan Adanya Perbedaan Nyata

Hasil uji sidik ragam perlakuan E 100% tepung terigu


menunjukkan bahwa F hitung lebih (kontrol) memiliki daya serap air yang
besar dari F tabel hal ini menunjukan tertinggi dibandingkan dengan
adanya pengaruh nyata dari perlakuan perlakuan A (80% tepung sukun : 20%
(tepung sukun dan tepung ubi jalar tepung ubi jalar ungu), perlakuan B
ungu) terhadap Daya serap air. Menurut (70% tepung sukun : 30% Tepung Ubi
Soh dkk, (2006) kandungan amilosa jalar ungu), perlakuan C (60% tepung
dalam pati dapat meningkatkan daya sukun : 40% tepung ubi jalar ungu) dan
serap air. Kandungan amilosa pada perlakuan D (50% tepung sukun : 50%
tepung sukun yaitu 22,52% (Agustin, tepung ubi jalar ungu).
2011) dan kandungan amilosa pada
tepung ubi jalar ungu yaitu 20% Elastisitas
(Radley, 1954) Selain itu menurut Poter Hasil dari elastisitas mie
dan Hockies (1995) tepung yang rendah berbahan baku tepung sukun, tepung ubi
protein memiliki daya serap air yang jalar ungu dan tepung terigu berkisar
yang rendah sebaliknya jika kadar antara 1,58 sampai 10,0. sifat elastisitas
protein tinggi maka daya serap air mie dapat dilihat pada tabel 6.
tinggi, sehingga dapat dilihat pada
Tabel 6. Hasil Analisis Elastisitas Mie Basah
Perlakuan Rata-rata (%) Notasi*
E. 100% Tepung Terigu 9,98 a
C. 60% Tepung Sukun : 40% Tepung Ubi Jalar Ungu 3,94 b
A. 80% Tepung Sukun : 20% Tepug Ubi Jalar Ungu 2,61 b
D. 50% Tepung Sukun : 50% Tepung Ubi Jalar Ungu 2,42 b
B. 70% Tepung Sukun : 30% Tepung Ubi Jalar Ungu 1,62 b
BNT 5% = 3,48 *Notasi yang Berbeda Menunjukan Adanya Perbedaan Nyata
Hasil uji sidik ragam basah, tepung sukun memiliki
menunjukan bahwa F hitung lebih kandungan serat 2,49% (Astuti dkk,
besar dari F tabel hai ini menunjukan 2013) dan tepung ubi jalar ungu
adanya pengaruh nyata dari setiap mempunyai kadar serat 4,72%
perlakuan terhadap elastisitas mie. (Susilawati dan Medikasari, 2008). Hal
ini disebabkan adanya komponen serat
Berdasarkan Tabel 6 menunjukan sifat
akan membantu dalam mengikat air dan
elastisitas tertingi dengan nilai 9,98
berinteraksi dengan makromolekul
terdapat pada perlakuan E (100% tepung
seperti protein yang mempengaruhi
terigu) sebagai kontrol. Hal ini
dalam pembentukan elastisitas karena
dipengaruhi karena kandungan gluten
sifat struktur protein dapat mengikat air
pada tepung terigu yang sangat tinggi
sehingga dapat menciptakaan sifaat
sehingga menyebabkan mie yang
elastisitas mie. Selain itu proses
dihasilkan tidak mudah putus pada saat
perebusan pada mie juga akan
ditarik jika dibandingkan dengan
mempengaruhi elastisitas mie basah
perlakuan A (80%: 20%), Perlakuan B
yang dihasilkan, pemanasan akan
(70%: 30%), Perlakuan C 60% : 40%),
berpengaruh pada gelatinisasi pati dan
dan Perlakuan D (50%: 50%) yang
koagulasi protein yang akan membentuk
berbahan baku tepung sukun dan ubi
sifat elastisitas mie basah (Masrhokah,
jalar ungu kandungan glutennya sangat
2012) dalam (Safitri, 2013).
sedikit sehingga kemampuannya saat
ditarik tidak terlalu kuat sehinnga Kadar Air
mudah putus. Semakin banyak
kandungan gluten pada tepung terigu Kadar air yang terdapat pada
yang digunakan semakin tinggi pula mie basah berbahan baku tepung sukun
elstisitas mie yang dihasilkan. Adanya dan ubi jalar ungu serta tepung terigu
komponen serat didalam bahan akan berkisar antara 19,26-20,40 dapat dilihat
berpengaruh terhadap elastisitas mie pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil Analisis Kadar Air Mie Basah
Perlakuan Kadar Air (%)
A. 80% Tepung Sukun : 20% Tepung Ubi Jalar Ungu 20,40
E. 100% Tepung Terigu 20,21
C. 60% Tepung Sukun : 40% Tepung Ubi Jalar Ungu 19,65
D. 50% Tepung Sukun : 50% Tepug Ubi Jalar Ungu 19,29
B. 70% Tepung Sukun : 30% Tepung Ubi Jalar Ungu 19,26
Hasil analisis sidik ragam mie basah yang ditambahkan selama proses
menunjukkan nilai F hitung lebih kecil pembuatan mie. Bahan yang
(1,65) dari F tabel (3,83) baik 5% mengandung pati akan cenderung suka
maupun 1%. Hal ini menunjukkan tidak air (hidrofil), karena jumlah gugus
adanya pengaruh dari faktor perlakuan hidrofil dalam molekul pati sangat besar
(tepung sukun dan tepung ubi jalar maka kemampuan dalam menyerap air
ungu) terhadap kadar air mie basah yang juga besar yang menyebabkan air berada
dihasilkan. Rendahnya kadar air pada dalam butir-butir pati dan tidak dapat
perlakuan B, C, dan D dipengaruhi oleh bergerak bebas (Titiek, 2012). Mie
kandungan serat yang ada pada sukun basah dengan kadar air yang memenuhi
dan ubi jalar ungu yang memiliki kadar standart nasional indonesia (2046-90)
serat tinggi, kandungan serat yang yang yaitu minimal 20-35%. Kadar air mie
tinggi didalam suatu bahan akan yang lebih dari 35% dapat
mempengaruhi kadar air dari bahan mempengaruhi umur simpan mie. Mie
tersebut. Bahan yang mempunyai basah yang memenuhi persyaratan
kandungan serat yang tinggi bersifat terdapat pada perlakuan A (80%:20%)
hidrokoloid yang mampu mengikat air tepung sukun dan tepung ubi jalar ungu
dan perlakuan E (100%) tepung terigu baku tepung sukun, tepung ubi jalar
sedangkan pada perlakuan B, C, dan D ungu dan tepung terigu berkisar antara
mempunyai nilai kadar air yang kurang 2,64-3,44 yaitu (Tidak suka sampai
dari 20-30%. Netral). Hasil dari uji organoleptik
terhadap Aroma dapat dilihat pada Tabel
Uji Organoleptik 8
Hasil uji organoleptik tingkat kesukaan
terhadap aroma mie basah berbahan
Tabel 8 Hasil Uji Organoleptik Terhadap Aroma

Perlakuan Rata-rata (%) Notasi*


E. 100% tepung terigu 3,44 a
D. 50% tepung sukun : 50% tepung ubi jalar ungu 3,20 ab
C. 60% tepung sukun : 40% tepung ubi jalar ungu 2,96 bc
A. 80% tepung sukun : 40% tepung ubi jalar ungu 2,96 bc
B. 70% tepung sukun : 30% tepung ubi jalar ungu 2,64 c
BNT 5% = 0,37 * Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata

Hasil analisis sidik ragam Jalar Ungu) dan Perlakuan C (60%


aroma mie basah menunjukkan nilai Tepung Sukun : 40% Tepung Ubi Jalar
F hitung lebih besar dari F tabel 5%. Ungu) karena aroma sukun yang
Hal ini menunjukkan adanya mendominasi dibandingkan aroma ubi
pengaruh nyata faktor perlakuan jalar ungu. Rata-rata panelis belum
terbiasa dengan aroma harum khas
tepung sukun dan tepung ubi jalar sukun. Aroma merupakan faktor penting
ungu terhadap aroma mie basah yang dalam menentukan tingkat penerimaan
dihasilkan. Berdasarkan Tabel 8 konsumen pada suatu bahan, aroma
menunjukkan bahwa tingkat kesukaan banyak menentukan kelezatan bahan
panelis terhadap aroma mie basah yang makanan, biasanya seseorang dapat
mempunyai nilai rata-rata tertinggi yaitu menilai lezat tidaknya suatu makanan
pada perlakuan E sebagai kontrol (100% dari aroma yang ditimbulkan (Winarno,
tepung terigu) dengan nilai rata-rata 3,44 1997).
(netral) selanjutnya mie basah yang
dibuat dengan perlakuan B (80% tepung Warna
sukun : 20% tepung ubi jalar ungu) Hasil uji organoleptik tingkat
memiliki nilai rata-rata terendah 2,64 kesukaan terhadap warna mie basah
(tidak suka). Berdasarkan komentar berbahan baku tepung sukun dan tepung
yang dinyatakan panelis dalam lembar ubi jalar ungu serta tepung terigu
kuisioner, panelis tidak menyukai aroma berkisar antara 2,80-3,48 yaitu (Tidak
dari mie basah yang dibuat dengan suka sampai Netral). Hasil dari uji
perlakuan A (80% Tepung Sukun : 20% organoleptik terhadap Warna dapat
Tepung Ubi Jalar Ungu), Perlakuan B dilihat pada Tabel 9.
(70% Tepung Sukun : 30% Tepung Ubi
Tabel 9 Hasil Uji organoleptik Terhadap Warna
Perlakuan Rata-rata (%)
E. 100% tepung terigu 3,48
B. 70% tepung sukun : 30% tepung ubi jalar ungu 3,08
C. 60% tepung sukun : 40% tepung ubi jalar ungu 3,08
D. 50% tepung sukun : 50% tepung ubi jalar ungu 3,00
A. 80% tepung sukun : 20% tepung ubi jalar ungu 2,80
Hasil analisis sidik ragam mie basah lebih menyukai waarna mie yang lebih
menunjukkan nilai F hitung (0,25) lebih spesifik warna ubi jalar ungu. Warna
kecil dari F tabel (2,47) baik 5% mie basah yang dihasilkan dari
maupun 1%. Hal ini menunjukkan tidak penelitian ini adalah coklat keunguan,
adanya pengaruh dari tingkat kesukaan warna tersebut berasal dari campuran
panelis terhadap mie basah berbahan tepung sukun dan tepung ubi jalar ungu.
baku tepung sukun dan tepung ubi jalar Menurut Pokorny dkk (2001) dan ubi
ungu terhadap warna mie basah yang jalar ungu mengandung pigmen
dihasilkan. Berdasrkan Tabel 9 antosianin dan karatenoid. Pada proses
menunjukkan nilai rata-rata warna mie pembuatan mie basah dilakukan proses
basah tertinggi terdapat pada perlakuan perebusan yang menyebabkan
E yang dibuat dari 100% tepung terigu karatenoid, beta karoten dan antosianin
dan mie basah dengan nilai rata-rata yang terdapat pada tepung ubi jalar ungu
terendah terdapat pada perlakuan A menjadi berkurang karena sebagian
(80% tepung sukun : 20% tepung ubi rusak terkena panas dan sebagian larut
jalar ungu). Rendahnya nilai rata-rata didalam air (Parker, 2003).
warna pada mie basah perlakuan A Rasa
disebabkan oleh sedikitnya substitusi Hasil uji organoleptik tingkat
dari proporsi ubi jalar ungu (20%) dan kesukaan terhadap rasa mie basah
tingginya proporsi tepung sukun (80%) berbahan baku tepung sukun dan tepung
yang ditambahkan. Berdasarkan data ubi jalar ungu serta tepung terigu
tabel 6, semakin tinggi proporsi ubi jalar berkisar antara 2,60-3,52 yaitu (Tidak
ungu yang ditambahkan maka kesukaan suka sampai Netral). Hasil dari uji
panelis terhadap warna mie basah organoleptik terhadap Rasa dapat dilihat
semakin meningkat. Artinya panelis pada Tabel 10

Tabel 10. Hasil Uji Organoleptik Terhadap Rasa

Perlakuan Rata-rata (%) Notasi*


E. 100% tepung terigu 3,52 a
D. 50% tepung sukun : 50% tepung ubi jalar ungu 3,40 a
C. 60% tepung sukun : 40% tepung ubi jalar ungu 2,88 b
B. 70% tepung sukun : 30% tepung ubi jalar ungu 2,72 b
A. 80% tepung sukun : 20% tepung ubi jalar ungu 2,60 b
BNT 5% = 0,37 * Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata

Hasil analisis sidik ragam dari tepung terigu sedangkan mie basah
menunjukkan nilai F hitung (9,58) yang dibuat dengan perlakuan A (80%
lebih besar dari F tabel 5% (2,47). tepung sukun : 20% tepung ubi jalar
Hal ini menunjukan bahwa adanya ungu) merupakan mie basah yang tidak
pengaruh nyata dari tingkat kesukaan disukai panelis dengan nilai rata-rata
2,60%. Berdasarkan komentarnya pada
panelis terhadap rasa mie basah yang lembar kuisioner, panelis menyatakan
berbahan baku tepung sukun dan ketidaksukaannya terhadap rasa mie
tepung ubi jalar ungu. Pada Tabel 10 basah yang dibuat dengan perlakuan A
menunjukkan bahwa mie basah yang (80% tepung sukun : 20% tepung ubi
dibuat dengan perlakuan E sebagai jalar ungu) disebabkan oleh indra
kontrol (100% tepung terigu) merupakan pengecap panelis belum terbiasa dengan
mie basah yang paling disukai panelis mie basah yang dibuat dari bahan baku
dengan nilai rata-rata 3,52% , panelis lain sebagai pengganti tepung terigu
menyukai rasa dari mie basah ini seperti tepung sukun dan ubi jalar ungu.
disebabkan panelis sudah terbiasa
mengkonsumsi mie basah yang terbuat
Pada penelitian ini dalam hal tersebut masih asing terhadap indra
rasa, panelis diberikan sampel mie basah pengecap panelis. Rasa merupakan
tanpa ada bumbu atau perasa apapun persepsi dari indra pengecap yang
sehingga dari mie basah yang dihasilkan meliputi rasa asin, manis, asam dan
memiliki rasa yang gurih dan manis. pahit yang diakibatkan oleh bahan yang
Rasa gurih berasal dari garam yang terlarut dalam mulut (Meilgaard dkk,
ditambahkan sedangkan manis berasal 1999).
dari tepung sukun dan tepung ubi jalar
ungu. Berdasarkan tabel 10, dapat dilihat Tekstur
bahwa semakin besar jumlah presentase
perlakuan tepung sukun pada pembuatan Hasil uji organoleptik tingkat
mie basah, maka panelis lebih kesukaan terhadap tekstur mie basah
cenderung tidak menyukainya. Hal ini berbahan baku tepung sukun dan tepung
disebabkan karena tepung sukun ubi jalar ungu berkisar antara 2,72-3,52
memberikan rasa khas sukun yang lebih yaitu ( Tidak suka sampai Netral) Hasil
mendominasi pada mie basah. Rasa dari uji organoleptik terhadap Tekstur
dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Hasil Uji Organoleptik Tekstur Mie Basah

Perlakuan Rata-rata (%) Notasi*


E. 100% tepung terigu 3,52 a
D. 50% tepung sukun : 50% tepung ubi jalar ungu 3,12 ab
C. 60% tepung sukun : 40% tepung ubi jalar ungu 2,80 bc
B. 70% tepung sukun : 30% tepung ubi jalar ungu 2,72 c
A. 80% tepung sukun : 20% tepung ubi jalar ungu 2,72 c
BNT 5% = 0,36 * Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata

Hasil analisis sidik ragam lebih menyukai tekstur mie yang terbuat
menunjukkan nilai F hitung (7,25) lebih dari tepung terigu karena teksturnya
besar dari F tabel 5% (2,47). Hal ini lebih kenyal, sedangkan pada perlakuan
menunjukan bahwa adanya pengaruh A (80% tepung sukun : 20% tepung ubi
nyata dari tingkat kesukaan panelis jalar ungu) dan perlakuan B (70%
terhadap mie basah yang berbahan baku tepung sukun : 30% tepung ubi jalar
tepung sukun dan tepung ubi jalar ungu ungu) panelis cenderung tidak menyukai
terhadap tekstur mie basah. Hasil uji tekstur dari mie basah tersebut.
BNT 5% menunjukkan bahwa secara
statistik perlakuan A (80% tepung sukun Berdasarkan dari kolom
: 20% tepung ubi jalar ungu) tidak komentar lembar kuisioner panelis
berbeda dengan perlakuan B (70% menyukai tekstur mie pada perlakuan D
tepung sukun : 30% tepung ubi jalar (50% tepung sukun : 50% tepung ubi
ungu) dan perlakuan C (60% tepung jalar ungu) yang lebih kenyal
sukun : 40% tepung ubi jalar ungu) dibandingkan pada perlakuan A (80%
tetapi ketiga perlakuan ini berbeda tepung sukun : 20% tepung ubi jalar
dengan perlakuan D (50% tepung sukun ungu) dan perlakuan B (70% tepung
: 50% tepung ubi jalar ungu) dan sukun : 30% tepung ubi jalar ungu.
perlakuan E (100% tepung terigu). Pada
Tabel 11 menunjukan bahwa tingkat Kesimpulan
kesukaan panelis terhadap tekstur mie
Hasil analisis fisik mie basah
basah yang mempunyai nilai rata-rata
dalam pengujian kehilangan padatan
tertingi yaitu pada perlakuan E sebagai
akibat pemasakan pada mie basah
kontrol (100% tepung terigu) dengan
menurun seiring bertambanya proporsi
nilai rata-rata 3,52% disebabkan panelis
tepung ubi jalar ungu, pada pengujian Soybean (Glycin Max).
daya serap air didaptkan pada perlakuan Review Jurnal. Polish
A (80% Tepung sukun : 20% Tepung Journal Of Food And
ubi jalar ungu) dengan nilai rata-rata Nutrision Sciens. 14/155 (4) :
6,52% dan Elastisitas didapatkan bahwa 411-415
perlakuan C (60% Tepung sukun : 40%
Tepung ubi jalar ungu) dengan nilai Santoso, W. E. A dan T. Estiasih. 2014.
rata-rata 3,94%. Hasil analisis kadar air Kopigmentasi ubi jalar ungu
mie basah pada perlakuan A (80% (Ipomea batatas) dengan
Tepung sukun : 20% Tepung ubi jalar kopigmen na-ka seinat dan
ungu) merupakan kadar air yang tertingi protein whey serta
serta memenuhi standar mie basah. stabilitasnya terhadap
Berdasarkan uji organoleptik mie basah pemanasan. Fakultas
rata-rata panelis memberikan nilai dari Teknologi Pertanian.
netral sampai tidak menyukai mie basah Universitas Brawijaya Malang.
yang berbahan baku tepung sukun dan Jurnal Pangan dan
tepung ubi jalar ungu karena mie yang Agroindustri.
dihasilkan kurang elastis dan hampir
tidak sama dengan mie basah pada Susilawati dan Medikasari. 2008. Kajian
umumnya. Formulasi Tepung Terigu dan
Tepung dari Berbagai Jenis
Saran Ubi Jalar sebagai Bahan Dasar
Pembuatan Biskuit Non-Flaky
Perlu dilakukan lagi penelitian Crackers. Prosiding Seminar
lebih lanjut mengenai kandungan kimia Nasional Sains dan Teknologi
dari mie basah yang berbahan baku II 2008. Universitas Lampung.
tepung sukun dan ubi jalar ungu, serta 17-18 November 2008.
dapat mengunakan bahan pangan yang
memiliki kandungan pati yang tinggi Apriliyanti, Tina. 2010. Kajian Sifat
seperti tepung tapioka, tepung sagu Fisikokimia dan Sensoris
baruk dan dapat mengunakan bahan Tepung Ubi Jalar Ungu dengan
pangan yang memiliki kandungan Radiasi Proses Pengilingan.
protein yang tinggi sehingga dapat Skripsi. Fakultas Pertanian.
menciptakan sifat elastisitas mie basah Universitas. Sebelas Maret.
dan dapat mempengaruhi tekstur mie Surakarta.
dalam pengolahan mie basah sehingga
dapat diterima panelis. Lensun, Cherly, I.J., 2013.
”Pemanfaatan Sagu Baruk
Daftar Pustaka (Arenga Microcarpa) Dengan
Ubi Jalar Ungu (Ipomoea
Anomim. 2005. Tentang pengolahan Batatas) Dalam Pembuatan
Pangan : Tepung Tapioka Mie Basah”. Jurnal.Vol 3 No
http://www.iptek.net.id/ind/w 6.
arintek/?mnu=6&doc=6b30
Mulyadi, A.F., S. Wijana, I.A. Dewi,
Irajotimi, S.O., dan Aroge, F, (2005). dan W.I Putri. 2014.
Evaluation Of The Nitritional Karakteristik organoleptik
Composition, Sensory And produk mie kering ubi jalar
Physical Properties Of A kuning (Ipomea batatas)
Potential Weaning Food (Kajian penambahan telur dan
From Locally Available Food CMC). Jurnal Teknologi
Materials – Breadfruit Pertanian. 15(1):25-26
(Artocarpus altilis) And
Ramlah. 1997. Sifat Fisik Adonan Mie Radley, JA. 1954. Starch and its
dan Beberapa Jenis Gandum Derivatives.. Vol. 11. Jhon
dengan Penambahan Kansui, wiley and sons inc. New York.
Telur dan Ubi Kayu. 380p.
Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada. Astuti TYI., Ekawati LM.,
Purwijantiningsih, Pranata S.
Bambang, Kartika, Pudji H, dan Wahyu 2013. Subtitusi Tepung Sukun
S. 1988. Pedoman Uji Indrawi Dalam Pembuatan Non Flaky
Bahan Pangan. Yogyakarta : Crakers Bayam Hijau. Jurnal
UGM. Agros. Hal 1-13.

Chen, Z, H.A. Schols, and A.G.J. Safitri dan Hartini. 2013. Subtitusi Buah
Vorgaren. 2003. Starch Sukun (Arthocarpus altilis
granule size strongly fosberg) dalam Pembuatan mie
determines starch noodle Basah Berbahan Baku Tepung
processing and noodle quality. Gaplek Berprotein. Seminar
Journal of Food Science. Nasional. Yogyakarta.
68(5):1584-1589.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan
Agustin. 2011. Kajian Pengaruh Gizi. PT. Gramedia Pustaka
Terhadap Profil Gelatinisasi Utama. Jakarta.
Berbahan Baku Serta
Aplikasinya Pada Bihun Pokarny J, Yanishlieva N, Gordon M.
Sukun. Pasca Sarjana Institut 2001. Antioxidant in Food:
Pertanian Bogor. Practical and Application.
CRC Press. New York
Eliason, A. C. and M. Gudmundsson.
2012. Starch: Physicochemical Parker R., 2003. Introduction of Food
ad Functional Aspect. In Science. Delmar. Thomson
Eliason, a,c. (ed). Learning. United. states of
Carbohydrate in Food. Marcel America
Dekker. New York. Pp 305- Meilgaard MC, GV, dan Carr BT. 1999.
390 Sensory Evaluation
Techniques. 3rd Ed. CRC
Soh, H.N, M.J. Sissons, and M.A.
Press, New York.
Turner. 2006. Effect of starch
granule size distribition and
elevated amylase content on
durum dough rheology and
spaghetti cooking quality.
Cereal Chemistry. 83:513-519.

Anda mungkin juga menyukai