Anda di halaman 1dari 7

Kristoporus L, Saragih B Pengaruh Pre-Treatment dalam Proses Pengolahan Tepung Ubi Jalar

DOI: http://dx.doi.org/10.35941/jtaf.1.2.2019.2916.86-92

PENGARUH PRE-TREATMENT DALAM PENGOLAHAN TERHADAP


KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA DAN SENSORIS TEPUNG UBI JALAR
KUNING (Ipomea batatas L.)

Effect of Pre-tretament in Processing on Physico-chemical and Sensory Characteristic


of Yellow Sweet Potatoes (Ipoema batatas L.)

Kristoporus L, Bernatal Saragih*)

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman. Jl.Tanah Grogot,
Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119.
*)
Penulis korespondensi: saragih_bernatal@yahoo.com

Submisi 2.12.2019; Penerimaan 20.12.2019

ABSTRAK
Ubi jalar kuning selain memiliki karbohidrat yang tinggi juga memiliki antioksidan
tinggi. Ubi jalar kuning dapat diolah menjadi tepung sebagai alternatif yang
direkomendasikan karena tahan lama untuk disimpan, mudah dicampur, diperkaya dengan
nutrisi dan praktis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode
pengolahan terhadap sifat fisiko kimia dan sensoris tepung ubi jalar kuning. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap 6 perlakuan dan 3 ulangan. Faktor yang diteliti
dalam penelitian ini adalah pre-treatment dalam pengolahan tepung ubi jalar kuning yaitu
pencacahan; pencacahan dan pengukusan; pemarutan; pemarutan dan pengukusan;
pemarutan dan peragian; pemarutan, pengukusan dan peragian. Parameter yang diuji dalam
penelitian ini adalah sifat kimia meliputi kadar air dan kadar abu, sifat fisik meliputi densitas
kamba, wettability, dan daya serap air, sedangkan sifat sensoris meliputi uji tekstur, aroma
dan warna. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA dilanjutkan dengan uji BNT pada
taraf α 5%. Metode pengolahan dengan pencacahan yang dilanjutkan dengan pengeringan
memberikan tepung ubi jalar kuning dengan respon sensoris terbaik (suka untuk tekstur,
aroma dan warna) dengan karakteristik fisiko-kimia untuk kadar air, kadar abu, densitas
kamba, wettability dan daya sertap air berturut-turu 5,16%, 3,08%, 0,61 g.mL-1, 58,33 detik
dan 1,70 g.
Kata kunci: ubi jalar kuning, tepung, proses pengolahan

ABSTRACT
Yellow sweet potato besides having high carbohydrate also has high antioxidant.
Yellow sweet potatoes can be processed into flour as a recommended alternative because it
is durable to store, easy to mix, enriched with nutrients and is practical. The purpose of this
study was to determine the effect of processing methods on the physicochemical and sensory
properties of yellow sweet potato flour. This study used a Completely Randomized Design
with 6 treatments and 3 replications. The factors studied in this study were pre-treatment in
the processing of yellow sweet potato flour, namely cutting into small pieces, cutting into
small pieces and steaming, grating, grating and steaming, grating and fermentation, grating,
steaming and fermentation. The parameters tested in this study were chemical properties
including water content and ash content, physical properties include kamba density,
wettability, and water absorption, while sensory properties include tests of texture, aroma
and color. The data obtained were analysed by ANOVA followed by LSD test at α level of
5%. The method of processing with cutting into small pieces followed by drying gives yellow
sweet potato flour with the best sensory response (like for texture, aroma and color) with
physico-chemical characteristics for water content, ash content, kamba density, wettability
and water absorption capacity for 16.00%, 3.08%, 0.61 g.mL-1, 58.33 seconds and 1.70 g.
Keywords: Sweet potato, flour, processing

86
Journal of Tropical AgriFood 2019, 1(2): 86-92 p-ISSN 2685-3590
Artikel Riset e-ISSN 2685-3604

PENDAHULUAN Rancangan Percobaan dan Analisa Data


Penelitian ini merupakan penelitian
Pemanfaatan pangan lokal sangat
faktor tunggal menggunakan Rancangan
penting dilakukan guna meningkatkan nilai
Acak Lengkap 6 perlakuan dan 3 ulangan.
ekonomi. Pemanfaatan bahan pangna lokal ini
Faktor yang diteliti dalam penelitian ini
dapat dibuat dalam bentuk tepung dan diolah
adalah pre-treatment dalam pengolahan
dalam bentuk bahan pangan lain seperti kue,
tepung ubi jalar kuning yaitu pencacahan,
beras analog, mie dan sebagainya (Saragih et
pencacahan dan pengukusan, pemarutan,
al., 2019). Ubi jalar merupakan tanaman yang
pemarutan dan pengukusan, pemarutan dan
sangat familiar bagi kita, banyak ditemukan di
peragian, pemarutan pengukusan dan
pasar dengan harga relatif murah. Kita
peragian.
mengenal ada beberapa jenis ubi jalar seperti
Parameter yang diuji dalam penelitian
jalar putih, merah, ungu, kuning atau orange.
ini adalah sifat kimia meliputi kadar air dan
Kelebihan dari ubi jalar yang berwarna yaitu
kadar abu (Sudarmadji et al., 2010), sifat fisik
mengandung antioksidan. Zat gizi lain yang
meliputi densitas kamba (Muchtadi dan
banyak terdapat dalam ubi jalar adalah
Sugiono, 1992), wettability (Park et al., 2001),
provitamin A, vitamin C, vitamin B6
dan daya serap air (Oldele, 2007), sedangkan
(piridoksin) yang berperan penting dalam
sifat sensoris meliputi uji tekstur, aroma dan
kekebalan tubuh. Ubi jalar kuning merupakan
warna (Setyaningsih et al., 2010).
jenis ubi jalar yang warna daging umbinya
Data yang diperoleh dianalisis dengan
kuning, kuning muda atau putih kekuning-
ANOVA. Bila terdapat perbedaan nyata pada
kuningan. Keunggulan dari ubi jalar kuning
taraf α 5% pada sidik ragam maka dilakukan
ini adalah mengandung betakaroten yang
uji lanjut Beda Nyata Terkecil pada taraf α
tinggi (Juanda dan Cahyono, 2000).
5%.
Selama ini masyarakat mengganggap
ubi jalar merupakan bahan pangan dalam Prosedur Penelitian
situasi darurat, bahkan disebut sebagai Proses pembuatan tepung ubi jalar
makanan masyarakat kelas bawah. Padahal kuning meliputi pencucian ubi jalar dan
potensi ekonomi ubi jalar cukup tinggi, antara kemudian dikupas kulitnya, kemudian
lain sebagai bahan pangan yang efisien pada ditimbang sebanyak 500 g. Selanjutya
masa mendatang, bahan pakan ternak, dan dilakukan pencucian dengan air mengalir. Ubi
bahan baku berbagai industri. Sedangkan jalar bersih kemudian dipotong 4-7 bagian
menurut Cahyono (2004), di beberapa negara dengan ketebalan ±3 cm kemudian ubi jalar
maju, misalnya Jepang, Taiwan, Korea, Cina, tersebut diolah dengan 6 metode pre-
dan Amerika, penggunaan ubi jalar sebagai treatment yaitu pencacahan (T1), pencacahan-
bahan pangan sudah dilakukan secara optimal. pengukusan (T2), pemarutan (T3),
Ubi jalar diolah menjadi berbagai produk pemarutan-pengukusan (T4), pemarutan-
makanan, misalnya mie instant, saos, kremes, peragian (T5), pemarutan-pengukusan-
keripik, kue, roti, sirup, makanan bayi, dan peragian (T6), dilanjutkan dengan
manisan. pengeringan dengan oven pada 70 oC selama
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 18 jam, penghalusan dengan blender
mengetahui pengaruh metode pengolahan (sebutkan merek, tipe dan negara produsen)
terhadap karakteristik fisiko kimia dan dan pengayakan dengan ayakan 80 mesh.
sensoris tepung ubi jalar kuning. Bentuk pre-treatment yang dilakukan
adalah (1) Pencacahan T1), ubi jalar bersih
BAHAN DAN METODE dicacah; Pencacahan dan pengukusan (T2),
ubi jalar dicacah kemudian dikukus dengan air
Bahan
200 ml pada suhu100oC selama 10 menit;
Bahan yang digunakan
Pemarutan (T3), ubi jalar bersih diparut;
dalampembuatan tepung ubi jalar kuning
Pemarutan dan Pengukusan (T4), ubi jalar
terdiri dari ubi jalar kuning varietas kalasan
diparut kemudian dikukus dengan dengan air
yang diperoleh dari pasar Segiri Samarinda,
200 ml pada suhu 100oC selama 10 menit;
ragi tape NKL, air, serta bahan kimia untuk
Pemarutan-peragian (T5), ubi jalar bersih
analisis.

87
Kristoporus L, Saragih B Pengaruh Pre-Treatment dalam Proses Pengolahan Tepung Ubi Jalar
DOI: http://dx.doi.org/10.35941/jtaf.1.2.2019.2916.86-92

diparut kemudian di simpan dalam loyang, kuning dengan metode pengolahan


selanjutnya ditaburi dengan ragi tape pencacahan dan pengukusan (T2) memiliki
sebanyak 5 g dan ditutupi dengan daun pisang. kadar abu yang lebih tinggi bila dibandingkan
Kemudian disimpan dalam suhu ruang selama dengan tepung ubi jalar kuning dengan
24 jam; Pemarutan-pengukusan-peragian metode pengolahan yang lainya yaitu 3,52%.
(T6), ubi jalar diparut kemudian dikukus Hal ini diduga pada saat proses pengukusan
dengan air 200 ml pada suhu100oC selama 10 menggunakan air dengan kandungan mineral
menit. Selanjutnya ubi jalar kukus tersebut yang cukuptinggi, sehingga dengan proses
disimpan dalam loyang kemudian ditaburi tersebut menyebabkan mineral yang terdapat
dengan ragi tape sebanyak 5 g dan ditutupi dalam air masuk ke dalam jaringan sel.
dengan daun pisang. Kemudian disimpan Kadar abu tersebut menunjukkan
dalam suhu ruang selama 24 jam. bahwa proses pengolahan bahan pangan
Ubi jalar yang telah melalui pre- tersebut baik atau tidak. Kadar abu tepung ubi
treatment kemudian dikeringkan di dalam jalar tertinggi pada penelitian ini yaitu 3,52%
oven dengan suhu maksimum 70oC selama18 dan kadar abu terendah yaitu pada perlakuan
jam. pemarutan dan peragian (T5) dengan nilai
HASIL DAN PEMBAHASAN 2,80%. Hal ini dikarenakan perlakuan
pemarutan dan peragian (T5) menggunakan
Sifat Fisikokimia
proses fermentasi sehingga kadar amilosa
Kadar air, kadar abu, densits kamba,
dengan hemilosa berubah menjadi gula
wettability dan daya serap air tepung ubi jalar
sederhana. Menurut Antarlina (2004) kadar
kuning dengan berbagai metode pengolahan
abu tepung ubi jalar maksimal 2,13%.
memberikan pengaruh nyata terhadap kadar
Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar abu
air tepung ubi jalar yang dihasilkan (Gambar
dari tepung ubi jalar kuning yang diperoleh
1).
sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia
Kadar Air 01-3751-2000 tentang standar tepungyang
Kadar air tepung ubi jalar kuning yang ditetapkan. Komponen bahan anorganik
diperoleh dengan pre-treatment pemarutan, didalam suatu bahan sangat bervariasi baik
pengukusan dan peragian (T6) memiliki nilai jenis maupun jumlahnya.Kandungan bahan
tertinggi yaitu 6,78%, sedangkan perlakuan anorganik yang terdapat didalam suatu bahan
pencacahan (T1) menghasilkan tepung diantaranya kalsium, kalium, fosfor, besi,
dengan kadar air terendah yaitu 5,16%. Hal ini magnesium dan lain-lain (Wibowo dan
diduga pada saat proses pengukusan, pati Fitriyani, 2012).
yang terdapat dalam bahan mengalami
Densitas Kamba
pembengkakan sehingga menyebabkan
Hasil rata-rata densitas kamba tepung
kemampuan menyerap air sangat besar.
ubi jalar kuning yang dihasilkan dengan
Apabila dikeringkan membutuhkan waktu
perlakuan pencacahan dan pengukusan (T2),
yang lama dan air yang terdapat dalam bahan
menunjukkan nilai yang lebih tinggi. Hal ini
tidak keluar karena adanya air yang terikat
diduga kandungan air dalam tepung ubi jalar
akibat pengukusan/pemanasan.
dengan metode pengolahan menggunakan
Berdasarkan standar mutu tepung ubi
proses pengukusan lebih tinggi. Sehinga
jalar, kadar air tepung ubi jalar kuning yang
dengan kadar air yang tinggi akan
berkisar antara 3,75% -8,94% telah memenuhi
menyebabkan berat dari bahan yang diukur
Standar Nasional Indonesia 01-3751-2000
lebih besar dalam volume wadah yang sama
tentang standar tepung terigu yang kadar air
dan menyebabkan densitas kamba meningkat
maksimumnya 14% dan untuk SNI 01-3451-
ataupun lebih besar. Densitas kamba adalah
1994 tentang standar tepung tapioka kadar air
perbandingan bobot bahan dengan volume
maksimumnya 17%.
yangditempatinya, termasuk ruang kosong di
Kadar Abu antara butiran bahan (Syarief dan Anies,
Hasil rata-rata kadar abu tepung ubi 2008).
jalar kuning dengan berbagai metode Selain itu menurut Winata (2004),
pengolahan menunjukkan tepung ubi jalar densitas kamba dipengaruhi oleh ukuran

88
Journal of Tropical AgriFood 2019, 1(2): 86-92 p-ISSN 2685-3590
Artikel Riset e-ISSN 2685-3604

partikel, sifat bahan, komposisi bahan dan molekul-molekul pati, protein, lemak dan
mungkin pula dipengaruhi oleh degradasi lain-lain saat diberi perlakuan pemasakan
molekul-molekul dalam bahan akibat adanya awal sehingga molekul-molekul tersebut
pengolahan. Jadi kenaikan densitas kamba menempati ruangan yang lebih sempit.
mungkin disebabkan adanya degradasi
8 a a a
ab

Wettability (detik)
b b 160
6 c
120
Kadar Air (%)

4 80 b
c
2 40 d e f
0
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Perlakuan Perlakuan

8
3 ab a
Kadar Abu (%)

Daya Serap Air (g)
6 bc cd
2 d d
bc a b b b
4 c
2 1

0 0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Perlakuan Perlakuan

1 Gambar 1. Kadar air, kadar abu, densitas


a a
kamba, wettability dan daya serap tepung
Densitas Kamba (g/ml)

0,75 b
bc d cd ubi jalar kuning pada pengolahan yang
0,5 berbeda. Huruf yang sama pada grafik batang
yang sama menunjukan berbeda tidak nyata
0,25 pada taraf α 5%, T1 (pencacahan), T2
(pencacahan dan pengukusan), T3 (pemarutan),
0 T4 (pemarutan dan pengukusan), T5 (pemarutan
T1 T2 T3 T4 T5 T6 dan peragian), T6 (pemarutan pengukusan dan
Perlakuan peragian).

pemarutan, pengukusan kemudian dilanjutkan


Wettability
dengan peragian (T6) memiliki kandungan air
Hasil rata-rata Wettability (waktu
yang paling tinggi sehingga waktu basahnya
basah) dari tepung ubi jalar dengan perlakuan
lebih cepat dari perlakuan lainnya. Nilai
T5 lebih tinggi yaitu 159 detik, dan waktu
wettabilitydapat berguna dalam proses
basah dari tepung ubi jalar terendah yaitu 3
pembuatan adonan. Tepung dengan
detik pada perlakuan pemarutan, pengukusan
wettability yang cepat cendrung mudah
kemudian dilanjutkan dengan peragian (T6).
dibasahi dengan air dan merupakan indikasi
Hal ini disebabkan karena pada perlakuan
dicampurnya tepung tersebut dalam
pemarutan dan peragian (T5) lambat untuk
pembuatan adonan. Wettability juga
menyerap air sehingga waktu yang
dipengaruhi oleh ukuran dan tekstur, tepung
dibutuhkan lebih lama dibandingkan dengan
perlakuan lainnya, sedangkan pada perlakuan

89
Kristoporus L, Saragih B Pengaruh Pre-Treatment dalam Proses Pengolahan Tepung Ubi Jalar
DOI: http://dx.doi.org/10.35941/jtaf.1.2.2019.2916.86-92

yang lebih halus cenderung memiliki Penghilangan komponen penimbul warna,


wettability lebih cepat (Agustin et al., 2019). seperti pigmen karotenoid dan protein yang
dapat menyebabkan warna coklat ketika
Daya Serap Air
pemanasan. Dampaknya adalah warna tepung
Hasil rata-rata daya serap air tepung ubi
yang dihasilkan agak kuning coklat jika
jalar dengan daya serap air tertinggi pada
dibandingkan dengan warna tepung yang
perlakuan pemarutan dan pengukusan (T4)
lainya.
yaitu sebesar 2,53 g. Sedangkan yangterendah
pada pengolahan tepung ubi jalar kuning pada 5

Skala Hedonik Warna
pelakuan pencacahan (T1) yaitu 1,70 g. Hal 4 a a a a
ini diduga karena kadar air yang terdapat b
dalam bahan mempengaruhi kemampuan 3 c
tepung untuk menyerap air dan juga diduga 2
dipengaruhi oleh peningkatan kandungan pati
terhadap nilai daya serap air terkait dengan 1
peranan komposisi amilosa-amilopektin di 0
dalam pati. Daya serap air merupakan salah T1 T2 T3 T4 T5 T6
satu sifat yang dapat mempengaruhi hasil dari Perlakuan
pembuatan suatu produk makanan dari
tepung. Daya serap sangat bergantung dari
komposisi, tekstur produk yang akan 5
dihasilkan (Suarni 2009). Skala Hedonik Aroma 4 ab a
ab bc ab
Organoleptik 3 c
Hasil analisis sidik ragam untuk uji
2
organoleptik warna, aroma dan tekstur
menujukan bahwa perlakuan dengan berbagai 1
metode pengolahan berpengaruh nyata 0
terhadap tepung ubi jalar yang dihasilkan T1 T2 T3 T4 T5 T6
(Gambar 2). Perlakuan
Warna
Hasil rata-rata uji hedonik warna 5
Skala Hedonik Tekstur

tepung ubi jalar dengan berbagai metode


pengolahan dengan tingkat kesukaan panelis 4
b b
a
yang tertinggi pada perlakuan pencacahan 3 c c
(T1) menunjukkan nilai 3,30 yang berarti d
suka, dan sedangkan yang terendah pada 2
sempel tepung ubi jalar kuning pada 1
perlakuan pemarutan, pengukusan dan
dilanjutkan dengan peragian (T6) dengan nilai 0
2,34 yang berarti agak suka. Penyebab T1 T2 T3 T4 T5 T6
kurangnya penerimaan panelis terhadap Perlakuan
warna tepung ubi jalar kuning yang
menggunakan metode pengolahan T6 Gambar 2. Skala hedonik warna, aroma dan
(pemarutan, pengukusan, kemudian dilakukan tekstur tepung ubi jalar kuning dari proses
peragian) diduga adanya reaksi pencoklatan pengolahan yang berbeda. Keterangan: Huruf
non enzimatis yang berupa reaksi maillard yang sama pada grafik batang yang sama
selama proses pengukusan yang menunjukan berbeda tidak nyata pada taraf α 5%,
menggunakan panas dan dehidrasi T1 (pencacahan), T2 (pencacahan dan
(penghilangan sebagian besar air), dan juga pengukusan), T3 (pemarutan), T4 (pemarutan dan
pengukusan), T5 (pemarutan dan peragian), T6
selama fermentasi banyak komponen pigmen
(pemarutan pengukusan dan peragian).Skala
karotenoid yang hilang, sehingga hedonik: 1-5 untuk sangat tidak suka, tidak suka,
mempengaruhi warna dari tepung tersebut. agak suka, suka, sangat suka.

90
Journal of Tropical AgriFood 2019, 1(2): 86-92 p-ISSN 2685-3590
Artikel Riset e-ISSN 2685-3604

Warna yang terdapat dalam bahan kandungan pati yang terkandung pada ubi
pangan akan mempengaruhi warna pada jalar tersebut mengalami pemecahan menjadi
produk pangan yang akan dibuat, warna gula-gula sederhana. Varietas dan umur panen
kuning pada ubi jalar kuning dapat digunakan juga mempengaruhi mutu tepung dari produk
sebagai bahan tambahan pewarna makanan lokal (Saragih, 2013).
(Richana dan Widaningrum, 2009). Selain
proses pengolahan pada tepung bonggol KESIMPULAN
pisang dengan usia panen yang berbeda juga
Metode pre treatment dalam
menghasilkan warna tepung yang berbeda
pengolahan tepung ubi jalar kuning
(Saragih, 2013).
memberikan pengaruh nyata terhadap
Aroma karakteristik fisiko kimia dan organoleptik
Hasil rata-rata uji hedonik aroma tepung ubi jalar kuning yang dihasilkan,
tepung ubi jalar dengan berbagai metode diantaranya kadar air, kadar abu, densitas
pengolahan dengan tingkat kesukaan panelis kamba, wettabiliti, daya serap air, dan nilai uji
yang tertinggi pada perlakuan pemarutan (T3) organoleptik tekstur, warna, dan aroma
menunjukkan nilai 3,35 yang berarti suka, dan tepung ubi jalar kuning. Metode pre treatment
sedangkan yang terendah pada sampel tepung dalam pengolahan tepung ubi jalar kuning
ubi jalar kuning pada perlakuan pemarutan, yang menghasilkan tepung dengan kualitas
pengukusan dan dilanjutkan dengan peragian terbaik yaitu pada perlakuan pencacahan, hal
(T6) dengan nilai 2,36 yang berarti agak suka. ini ditunjukan dengan kadar air yang lebih
Hal ini diduga aroma dari tepung ubi jalar rendah yaitu 5,16%, dan juga ditunjukan pada
dengan proses terfermentasi cenderung uji sensoris tepung ubi jalar tersebut. Tepung
beraroma asam. Karena semakin banyak ubi jalar yang dihasilkan memenuhi Standar
aktivitas mikroorganisme dalam bermetabolit Nasional Indonesia 01-3751-2000 tentang
menghasilkan asam-asam organik. standar tepung.
Menurut De Mann (2007), dalam
industri pangan pengujian aroma atau bau DAFTAR PUSTAKA
dianggap penting karena cepat dapat
Agustin, N.D, Saragih, B., Sulistyo, P., 2019.
memberikan hasil penilaian terhadap produk
Pengaruh lama blansir terhadap
terkait diterima atau tidaknya suatu produk.
karakteristik fisikokimia dan sensoris
Timbulnya aroma atau bau ini karena zat bau
tepung kentang udara (Dioscorea
tersebut bersifat volatile (mudah menguap),
bulbifera L.). Journal of Tropical
sedikit larut air dan lemak.
AgriFood 1(1), 29-35.
Tekstur
Antarlina, S.S., 2004. Kandungan Gizi, Mutu
Hasil rata-rata uji hedonik tekstur
Tepung Ubi Jalar serta Produk
tepung ubi jalar dengan berbagai metode
Olahannya. Laporan Bulanan. Balai
pengolahan dengan tingkat kesukaan panelis
Penelitian Tanaman Pangan. Malang.
yang tertinggi pada perlakuan pemarutan dan
peragian (T5) menunjukkan nilai 3,46 yang Cahyono, Mursid, M., 2004. Studi Pembuatan
berarti suka, dan sedangkan yang terendah Permen Ubi Jalar Susu sebagai
pada sampel tepung ubi jalar kuning pada Alternative Diversifikasi Pengolahan.
perlakuan pemarutan, pengukusan dan [Skripsi]. Jurusan TPHP, FTP, UGM
dilanjutkan dengan peragian (T6) dengan nilai Yogyakarta.
1,79 yang berarti tidak suka. De Mann, J.M.. 2007. Principle of Food
Hal ini dikarenakan tekstur dengan Chemistry. TheAvi Pub Co. Inc.,
perlakuan pengukusan kemudian dilanjutkan Westport. Connecticut.
dengan proses fermentasi memiliki tekstur
yang lebih lengket dibandingkan dengan Juanda, D., Cahyono, B., 2000. Ubi Jalar
perlakuan yang lain. Diduga tekstur lengket Budidayadan Analisis Usaha Tani.
ini disebabkan karena adanya kandungan pati Kanisius, Yogyakarta.
yang terdapat pada ubi jalar pada saat proses
pengukusan dan proses fermentasi,

91
Kristoporus L, Saragih B Pengaruh Pre-Treatment dalam Proses Pengolahan Tepung Ubi Jalar
DOI: http://dx.doi.org/10.35941/jtaf.1.2.2019.2916.86-92

Muchtadi, R.T., Muhammad, S., Ayustaning- Setyaningsih, D., Apriantono, A., Sari, M.P.,
warno, F., 2009. Ilmu Pengetahuan 2010. Analisis Sensori untuk Industri
Bahan Pangan. Penerbit Alfabeta, Pangan dan Agro. IPB Press, Bogor.
Bandung.
Suarni, 2009. Prospek pemanfaatan tepung
Oladele, A.K., Aina J.O., 2007. Chemical jagung untuk kue kering (cookies).
composition and function properties of Jurnal Litbang Pertanian 28(2), 63-71.
flour produced from two varieties of
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi. 2010.
tigernut (Cyperus esculentus). African
Analisis Bahan Makanan dan
Journal of Biotecnology 6(21), 2473-
Pertanian. Liberty Yogyakarta Bekerja
2476.
Sama dengan Pusat Antar Universitas
Park, D.J., Ku, K.H., 2001. Improve Pangan dan Gizi Universitas Gajah
disperbillity of green tea powder by Mada, Yogyakarta.
microparticulaton and formulation.
Syarief, R., Anies, I., 2008. Pengetahuan
Journal Food Science 66(6), 793-798.
Bahan untuk Industri Pertanian.
Richana, N., Widaningrum, 2009. Pengguna- Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
an tepung dan pasta dari beberapa
Wibowo, L., Fitriyani, E., 2012. Pengolahan
varietas ubi jalar sebagai bahan baku
rumput laut (Eucheuma cottoni)
mi. Jurnal Pascapanen 6(1), 43-53.
menjadi serbuk minuman instan.
Saragih, B., 2013. Analisis mutu tepung Vokasi 8(2), 101-109.
bonggol pisang dari berbagai varietas
Winata, A.Y., 2004. Karakterisasi tepung
dan umur panen yang berbeda. Jurnal
sukun (Artocarpus altilis) pramasak
TIBBS Teknologi Industri Boga dan
hasil pengeringan drum serta
Busana. 9(1), 22-29.
aplikasinya untuk substitusi tepung
Saragih, B., Sari, D.N. Rahmadi, A. 2019. The terigu pada pembuatan roti manis.
effect of steaming duration on nutrition [Skripsi]. Fakultas Teknologi
composition, glycemic index and load Pertanian, IPB, Bogor.
of analog rice from natural products
East Kalimantan. International Journal
of Recent Scientific Research 10 (02F),
31072-31075, DOI: http://dx.doi.org/
10.24327/ijrsr.2019.1002.3186

92

Anda mungkin juga menyukai