Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 9, No. 1, Juni 2020, pp.

7-15
ISSN 2303 – 1093

Diversifikasi Pembuatan Bakso Daging Ayam dengan penambahan


Ubi Jalar (Ipomoea batatas L)

Diversification of Chicken Meatballs Making with Sweet Potato


(Ipomoea batatas L) addition
I.R. Aprita1*, Irhami2, C. Anwar1, & R. Salima3
1
Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Politeknik Indonesia
2
Program Studi Agroindustri Politeknik Indonesia Venezuela
3
Program Studi Pengelolaan Perkebunan Politeknik Indonesia Venezuela
Jl. Bandara Sultan Iskandar Muda Km 12 Kabupaten Aceh Besar, Indonesia
*corresponding email: ikarezvaniaprita@gmail.com

ABSTRAK
Bakso merupakan produk makanan yang berbentuk bulatan yang diperoleh dari campuran
daging ternak (kadar daging tidak kurang dari 50% dari total adonan) dengan proses pencampuran
daging, pembuatan adonan, pembuatan bakso dan pencetakan bakso. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana pengaruh penambahan ubi jalar kuning dapat meningkatkan kualitas
bakso daging ayam yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 3 faktor penambahan ubi jalar 65, 75, dan 85% dan setiap perlakuan dilakukan 6 kali ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ubi jalar kuning berpengaruh nyata terhadap nilai
beta karoten dan rasa. Bakso dengan penambahan ubi jalar kuning 65% berdasarkan uji organoleptik
memiliki kualitas terbaik berdasarkan warna yaitu 3,25 (tingkat penerimaan agak suka), rasa 3,43
(tingkat penerimaan agak suka), tekstur 3,20 (tingkat penerimaan agak suka) dan pada konsentrasi
75% memiliki kualitas terbaik hanya pada aroma yaitu 3,2 (tingkat penerimaan agak suka).
Kata kunci: Bakso, Beta Karoten, Daging Ayam, Ubi Jalar Kuning

ABSTRACT
Meatballs are food products in the form of spheres obtained from a mixture of livestock meat
(meat content not less than 50% of the total mixture) with the process of meat grinding, doung making,
meatballs making and meatballs printing. The purpose of this study was to determine how the effect
yellow sweet potato addition improved the quality of meatballs chicken. This study used a Completely
Randomized Design (CRD) with three levels of yellow sweet potato 65, 75 and 85% and six
replications. The results showed that the addition of yellow sweet potato significantly influenced the
value of beta-carotene and flavor. Meatballs with the addition of 65% yellow sweet potato based on
organoleptic test obtained the best quality based on color ie 3.25 (acceptance level rather like), taste
3.43 (acceptance level rather like), texture 3.20 (acceptance level rather like) and at the
concentration of 75% obtained the best quality only at the aroma that is 3.2 (acceptance level rather
like).
Keywords: Chicken Meat, Beta Carotene, Meatballs, Yellow Sweet Potato
______________________________________________________________________________

7
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 9, No.1, 2020, pp. 7-15 I.R. Aprita et al

PENDAHULUAN ungu. Dengan adanya pigmen warna


Daging ayam merupakan salah satu hasil kuning/jingga dan ungu serta kandungan
ternak yang tidak dapat dipisahkan dari senyawa fenol yang berkhasiat bagi kesehatan
kehidupan manusia. Pengolahan dan karena dapat berfungsi sebagai antioksidan, juga
pengawetan daging bertujuan untuk menempatkan posisi penting ubi jalar sebagai
memperpanjang daya simpan dan untuk pangan fungsional. (Ginting et al., 2011).
meningkatkan cita rasa yang sesuai dengan Pada penelitian ini jenis ubi jalar yang
selera konsumen serta dapat mempertahankan digunakan adalah ubi jalar kuning, karena ubi
nilai gizinya sehingga diharapkan dapat jalar kuning diketahui banyak mengandung zat
memperluas rantai pemasaran daging olahan gizi yaitu beta karoten yang cukup tinggi, selain
tersebut. Salah satu cara pengolahan dan itu ubi jalar kuning juga lebih mudah didapatkan
pengawetan daging yaitu dendeng (Soeparno, dibandingkan dengan varietas lainnya. Beta
2005). karoten dalam ubi jalar kuning dapat berperan
Bakso merupakan produk olahan daging sebagai antioksidan yang melindungi sel dari
yang sudah dikenal luas dan disukai oleh kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas.
masyarakat Indonesia sebagai makanan yang Oleh karena itu, penggunaan ubi jalar kuning
dianggap murah dan disukai oleh semua lapisan dalam produk pangan akan memberikan
masyarakat baik anak-anak, remaja, maupun tambahan asupan gizi beta karoten bagi tubuh
orang tua. Ditinjau dari aspek gizi, bakso (Fawwaz, 2010).
merupakan makanan yang mempunyai Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
kandungan protein hewani, mineral, dan vitamin mengetahui pengaruh penambahan ubi jalar
yang tinggi (Usmiati, 2010). Definisi dari kuning pada konsentrasi yang berbeda terhadap
Standar Nasional Indonesia menyebutkan bahwa produk bakso yang dihasilkan. Penelitian ini
bakso daging ayam merupakan makanan diharapkan dapat memberikan informasi kepada
berbentuk bulatan atau lainnya yang diperoleh masyarakat mengenai proses pembuatan bakso,
dari campuran daging ternak (kadar daging tidak dan ubi jalar dapat menjadi salah satu alternatif
kurang dari 50%), pati, serealia, sayuran, umbi- pengganti tepung dalam proses pembuatan
umbian dan sebagainya dengan atau tanpa bakso.
penambahan makanan yang diizinkan (BSN,
2008). BAHAN DAN METODE
Umbi-umbian yang dapat digunakan pada
pembuatan bakso seperti ubi jalar. Ubi jalar Materi Penelitian
merupakan salah satu bahan pangan jenis umbi- Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
umbian yang banyak ditemukan di Indonesia. Pengolahan Hasil Ternak, Politeknik
Ubi jalar juga jenis umbi-umbian yang memiliki Indonesia Venezuela. Analisis beta karoten
banyak keunggulan, seperti karbohidrat yang dan kadar abu dilakukan di Laboratorium
tinggi, sumber energi serta mengandung vitamin Analisis Pangan, Fakultas Pertanian
dan mineral (Setyawan, 2015). Ubi jalar juga Universitas Syiah Kuala. Analisis organoleptik
mengandung pigmen warna kuning/jingga dan dilakukan di Laboratorium Organoleptik

8
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 9, No.1, 2020, pp. 7-15 I.R. Aprita et al

Politeknik Indonesia Venezuela. Penelitian mengapung. Bakso yang telah ditriskan siap
dilaksanakan pada bulan Juli 2019. untuk dianalisis (analisis kadar abu, beta
Alat yang digunakan dalam penelitian ini karoten, dan organoleptik yang meliputi
adalah dandang pengukus, saringan, sendok warna, rasa, aroma dan tekstur.)
makan, kompor gas, sarung tangan, baskom,
mesin penggiling daging, pisau, timbangan, Analisa Data
talenan, tusuk gigi, kemasan plastik. Alat yang Data yang diperoleh dianalisis
digunakan untuk analisis kadar abu yaitu menggunakan sidik ragam (anova) guna
cawan porselin, tanur,timbangan analitik, mengetahui pengaruh perlakuan. Apabila
desikator dan alat untuk analisis beta karoten perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan
yaitu timbangan analitik, hot plate, cuvette, uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT).
labu ukur, pipet ukur, dan spektrophotometri.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah daging ayam, ubi jalar kuning,bawang
putih,lada, garam, es batu, isooctane, dan Kadar Abu
aquades.
Kadar abu merupakan campuran dari
Metode Penelitian komponen anorganik atau mineral yang
terdapat pada suatu bahan pangan. Penentuan
Rancangan percobaan yang dipakai pada
kadar abu total dapat digunakan untuk
penelitian ini adalah Rancangan Acak
berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan
Lengkap (RAL) dengan 3 jenis perlakuan dan
baik atau tidaknya suatu pengolahan,
6 ulangan. Perlakuan yang diujikan sebagai
mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan
berikut:
sebagai penentu parameter nilai gizi suatu
A = 65% Ubi jalar kuning dari 250 g daging
bahan makanan(Sudarmadji & Slamet, 2010).
ayam
B = 75% Ubi kalar juning dari 250 g daging Tabel 1. Penambahan tiga level ubi jalar kuning
ayam (Ipomoea batatas L) terhadap kadar abu
C = 85% Ubi jalar kuning dari 250 g daging bakso ayam
ayam
Konsentrasi Ubi
Kadar Abu (%)
Prosedur Kerja Jalar Kuning
A = 65% 2.05 ± 0.51tn
Daging ayam sebanyak 250 g persampel B = 75% 1.52 ± 0.74tn
dicuci hingga bersih, dipotong kecil-kecil lalu C = 85% 1.69 ± 0.43tn
Keterangan: tn = berpengaruh tidak nyata
digiling hingga daging halus. Selanjutnya
ditambahkan dengan lada 3 g, bawang putih 3 Hasil analisis uji kadar abu pada
g, garam 3 g dan es batu secukupnya. Setelah pembuatan bakso daging ayam dengan
itu ubi jalar kuning ditambahkan merujuk pada substitusi ubi jalar kuning pada tiga
perlakuan. Bakso dicetak sesuai ukuran dan konsentrasi yang berbeda berkisar antara
direbus dengan air mendidih (100 °C) hingga 0,53%-2,78% dengan nilai rata-rata 1,76%.

9
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 9, No.1, 2020, pp. 7-15 I.R. Aprita et al

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa banyak kandungan beta karoten yang terdapat
faktor penambahan konsentrasi ubi jalar pada suatu produk (Heryanto, 2009).
kuning tidak berpengaruh nyata (P>0,05) Hasil analisis uji beta karoten pada
terhadap kadar abu bakso yang dihasilkan. pembuatan bakso daging ayam dengan
Nilai kadar abu tertinggi pada produk bakso substitusi ubi jalar kuning pada konsentrasi
terdapat pada perlakuan 65% yaitu 2,05% dan yang berbeda (65%, 75%, 85%) berkisar antara
nilai terendah terdapat pada perlakuan 75% 0,09 mg-0,15mg dengan nilai rata-rata 0,13
yaitu 1,52%. mg. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
Selain itu, rendahnya kadar abu diduga bahwa faktor penambahan konsentrasi ubi
terkait dengan proses pengolahan tepung. jalar kuning berpengaruh sangat nyata
Proses pengolahan tepung dilakukan melalui (P<0,01) terhadap nilai beta karoten bakso
tahapan pencucian dan perendaman dengan yang dihasilkan.
air. Pencucian tersebut dapat menyebabkan
larutnya mineral ubi jalar dalam air (Liur et al.,
2013). Kadar abu bakso yang dihasilkan pada
penelitian ini telah memenuhi standar yang
telah ditetapkan. Adapun syarat mutu bakso
daging untuk kadar abu berdasarkan SNI 01-
3818-1995 maksimal adalah 3%.

Beta karoten
Karotenoid merupakan pigmen alami
tumbuhan yang menghasilkan warna merah, Gambar 1. Penambahan tiga level ubi jalar
kuning, orange, dan hijau tua pada buah dan (Ipomoea batatas L) terhadap analisis
sayuran. Warna-warna terlihat pada buah dan beta karoten bakso daging ayam (nilai
sayuran disebabkan oleh adanya ikatan dari yang diikuti huruf yang sama
karotenoid yang menyerap cahaya, semakin menunjukkan perbedaan yang tidak
banyak ikatan ganda terkonjugasi, maka makin nyata BNT 0.01= 0.12).
pekat warna pada karotenoid tersebut yang
Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai beta
mengarah ke warna merah. Beta karoten
karoten tertinggi diperoleh pada penambahan
merupakan salah satu bentuk sederhana dari
ubi jalar kuning 85% yaitu 0,15 mg tidak
karotenoid, dimana merupakan pigmen warna
berbeda nyata dengan perlakuan 75% yaitu
orange yang dapat ditemukan dalam buah dan
0,14 mg, tetapi berbeda nyata dengan
sayuran. Beta karoten bisa berikatan dengan
konsentrasi ubi jalar 65% yaitu 0,11 mg.
klorofil maupun pada buah dan sayuran yang
sedangkan, nilai terendah terdapat pada
akan menyerap cahaya dalam spektrum cahaya
perlakuan konsentrasi 65% yaitu 0,11 mg yang
orange atau merah dan akan menimbulkan
memberikan perbedaan nyata pada kedua
warna hijau, ungu atau biru. Analisis beta
perlakuan lainnya yaitu 75% dan 85%. Hal ini
karoten digunakan untuk mengetahui seberapa

10
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 9, No.1, 2020, pp. 7-15 I.R. Aprita et al

disebabkan karena semakin banyak untuk menghirup aroma suatu makanan atau
penggunaan ubi jalar kuning maka semakin produk yang dihasilkan (Antara &Wartini,
tinggi nilai beta karoten yang diperoleh. Ubi 2014).
jalar mengandung beta karoten yang tinggi Hasil analisis uji organoleptik aroma
yaitu sebanyak 86-90% (Ginting et al., 2013). pada pembuatan bakso daging ayam dengan
Menurut Manirza (2011), secara umum substitusi ubi jalar kuning pada konsentrasi
kandungan beta karoten bernilai tinggi pada yang berbeda (65%, 75%, 85%) berkisar antara
ubi jalar kuning dan mengandung vitamin A 2,92-3,40 (tingkat penerimaan agak suka)
yang sangat bagus dibutuhkan oleh tubuh dengan nilai rata-rata 3,17. Hasil analisis sidik
sehingga produk bakso yang dihasilkan baik ragam menunjukkan bahwa faktor
dan sehat untuk dikonsumsi. penambahan konsentrasi ubi jalar kuning tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap
Analisis Organoleptik organoleptik aroma bakso yang dihasilkan.
Pengujian organoleptik adalah pengujian
Tabel 2. Penambahan tiga level ubi jalar kuning
yang didasarkan pada proses penginderaan.
(Ipomoea batatas L) terhadap aroma
Bagian organ tubuh yang berperan dalam
bakso ayam
pengindraan adalah mata, telinga, indra
pencicip, indra pembau dan indra peraba Konsentrasi Ubi
Aroma
terhadap suatu produk. Untuk melaksanakan Jalar Kuning
penelitian organoleptik diperlukan panelis. A = 65% 3.15 ± 0.20tn
B = 75% 3.20 ± 0.16tn
Adapun panelis yang digunakan pada uji C = 85% 3.14 ± 0.13tn
organoleptik sebanyak 25 panelis, kemudian Keterangan: tn = berpengaruh tidak nyata

panelismenilai produk bakso yang meliputi


Nilai aroma tertinggi terdapat pada
warna, rasa, tekstur, dan aroma (Zulidar,
perlakuan75% yaitu 3,20 (tingkat penerimaan
2011).
agak suka) dan nilai terendah terdapat pada
Tujuan dari uji organoleptik berkaitan
perlakuan 85% yaitu 3,14 (tingkat penerimaan
dengan selera seseorang, karena setiap orang
agak suka). Hal ini disebabkan karena semakin
memiliki kecenderungan selera tertentu dan
banyak penambahan ubi jalar kuning pada
penilaian berbeda terhadap suatu produk yang
pembuatan bakso, maka aroma yang
dirasakan. Oleh karena itu, untuk mengetahui
dihasilkan pada produk tersebut tidak memiliki
produk yang dihasilkan apakah berhasil atau
aroma khas bakso sehingga tingkat
tidak yaitu melalui uji organoleptik dengan
penerimaan panelis terhadap aroma bakso
menggunakan beberapa panelis (Soekarto,
yang dihasilkan semakin menurun.
1985).
Aroma khas bakso telah lama dikenal
Aroma oleh banyak masyarakat. Hal ini dikarenakan
daging yang ditambahkan dan bahan yang
Aroma merupakan uji yang dilakukan
digunakan seperti rempah-rempah, bawang
dengan menggunakan indera pembau terhadap
putih dan bahan lainnya. Namun, penambahan
suatu produk. Uji ini menggunakan hidung

11
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 9, No.1, 2020, pp. 7-15 I.R. Aprita et al

ubi jalar kuning pada penelitian disebabkan karena semakin banyak


mengakibatkan aroma bakso yang dihasilkan penambahan ubi jalar kuning pada produk
menjadi menjadi berkurang akibat bakso maka semakin menurun tingkat
penambahan ubi jalar kuning. penerimaan panelis terhadap warna yang
dihasilkan.
Warna Warna bakso biasanya berwarna putih
Warna merupakan atribut organoleptik kecoklatan. Pada penelitian ini warna bakso
pertama yang dilihat oleh seseorang dalam yang dihasilkan coklat muda. Semakin banyak
melihat suatu produk. Warna produk yang unik penambahan konsentrasi ubi jalar kuning maka
akan lebih menarik perhatian orang yang warna yang dihasilkan semakin berkurang,
melihatnya. Oleh karena itu, produk yang kita karena didalam pembuatan bakso telah
hasilkan harus dibuat semenarik mungkin agar dicampurkan dengan bahan-bahan lainnya
membuat orang yang melihatnya tertarik akan sehingga dapat mempengaruhi warna bakso
produk yang dihasilkan (Susiwi, 2009). daging ayam yang dihasilkan (Mulyani, 2009).
Hasil analisis uji organoleptik warna
pada pembuatan bakso daging ayam dengan Rasa
substitusi ubi jalar kuning pada konsentrasi Rasa merupakan pengujian organoleptik
yang berbeda (65%, 75%, 85%) berkisar antara yang digunakan oleh indra pencicip/perasa
3,04-3,40 (tingkat penerimaan agak suka) seperti (pahit, manis, asin, asam dan pedas).
dengan nilai rata-rata 3,20. Hasil analisis sidik Rasa pada suatu produk yang akan
ragam menunjukkan bahwa faktor mempengaruhi penerimaan panelis enak atau
penambahan konsentrasi ubi jalar kuning tidak tidaknya produk yang dibuat. Jika produk yang
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap dibuat tidak dilakukan organoleptik maka
organoleptik warna bakso yang dihasilkan. produk yang dihasilkan tidak diketahui apakah
memiliki rasa atau tidak, oleh karena itu perlu
Tabel 3. Penambahan tiga level ubi jalar adanya pengujian organoleptik salah satunya
kuning (Ipomoea batatas L) terhadap yaitu organoleptik rasa (Setyaningsih et al.,
warna bakso ayam 2010).
Konsentrasi Ubi Hasil analisis uji organoleptik rasa pada
Warna
Jalar Kuning pembuatan bakso daging ayam dengan
A = 65% 3.25 ± 0.08tn substitusi ubi jalar kuning pada konsentrasi
B = 75% 3.24 ± 0.15tn
C = 85% 3.12 ± 0.14tn yang berbeda (65%, 75%, 85%) berkisar antara
Keterangan: tn = berpengaruh tidak nyata 2,44-3,56 (tingkat penerimaan tidak suka
hingga suka) dengan nilai rata-rata 3,14. Hasil
Nilai organoleptik warna tertinggi
analisis sidik ragam menunjukkan bahwa
terdapat pada perlakuan 65% yaitu 3,25
faktor penambahan konsentrasi ubi jalar
(tingkat penerimaan agak suka) dan nilai
kuning berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
terendah terdapat pada perlakuan 85% yaitu
terhadap organoleptik rasa bakso yang
3,12 (tingkat penerimaan agak suka). Hal ini
dihasilkan.

12
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 9, No.1, 2020, pp. 7-15 I.R. Aprita et al

Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai Gambar diatas memeperlihatkan bahwa


organoleptik rasa tertinggi diperoleh pada panelis lebih menyukai bakso dengan
penambahan ubi jalar kuning 65% yaitu 3,43 penggunaan konsentrasi ubi jalar 65% karena
(tingkat penerimaan agak suka) yang berbeda masih terdapat rasa khas daging dan bumbu
nyata dengan perlakuan 75% yaitu 3,11 lainnya, sedangkan pada konsentrasi ubi jalar
(tingkat penerimaan agak suka) tetapi tidak 85%, rasa khas daging ayam yang terdapat
berbeda nyata dengan perlakuan 85% yaitu pada bakso telah tertutupi akibat pengaruh
2,90 (tingkat penerimaan agak suka). penambahan tingginya konsentrasi ubi jalar
Sedangkan, nilai terendah terdapat pada kuning yang ditambahkan. Umumnya bakso
perlakuan konsentrasi 85% yaitu 2,90 (tingkat dikenal dengan rasa khas daging dan bumbu
penerimaan agak suka) yang tidak yang digunakan.
memberikan perbedaan nyata pada kedua
perlakuan lainnya yaitu 65% dan 75%. Tekstur
Hal ini disebabkan karena semakin Tekstur merupakan salah satu parameter
banyak penambahan ubi jalar kuning maka yang sangat menentukan suatu produk yang
semakin menurun tingkat kesukaan panelis kita buat berhasil atau tidak, karena jika
terhadap rasa bakso ayam yang dihasilkan, produk kita hancur tanpa ada bentuk apapun
tetapi bakso dengan penambahan ubi jalar konsumen tidak menerima dan tidak tertarik
kuning merupakan salah satu diversifikasi terhadap produk yang kita miliki. Tekstur juga
produk dari ubi jalar kuning yang memiliki merupakan ciri suatu bahan yang terlihat
berbagai manfaat terutama yang berhubungan fisiknya meliputi bentuk, ukuran, dan lainnya
dengan kesehatan. yang membuat seseorang menilai apakah
tekstur yang diperoleh pada produk tersebut
baik atau tidak. Oleh karena itu perlu
digunakan uji organoleptik tekstur terhadap
suatu produk (Midayanto & Yuwono, 2014).
Hasil analisis uji organoleptik tekstur
pada pembuatan bakso daging ayam dengan
substitusi ubi jalar kuning pada konsentrasi
yang berbeda (65%, 75%, 85%) berkisar antara
2,72-3,84 (tingkat penerimaan agak suka
hingga suka) dengan nilai rata-rata
Gambar 2. Penambahan tiga level ubi jalar
keseluruhan 3,10. Hasil analisis sidik ragam
(Ipomoea batatas L) terhadap rasa
menunjukkan bahwa faktor penambahan
bakso daging ayam (nilai yang diikuti
konsentrasi ubi jalar kuning tidak berpengaruh
huruf yang sama menunjukkan
nyata (P>0,05) terhadap organoleptik tekstur
perbedaan yang tidak nyata BNT
bakso yang dihasilkan.
0.01=2.42).

13
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 9, No.1, 2020, pp. 7-15 I.R. Aprita et al

Tabel 4. Penambahan tiga level ubi jalar terendah terdapat pada perlakuan 65% (0,11
kuning (Ipomoea batatas L) terhadap mg). Produk bakso dengan penerimaan
tekstur bakso ayam
tertinggi diperoleh pada perlakuan
Konsentrasi Ubi penambahan ubi jalar kuning 65% yaitu aroma
Tekstur
Jalar Kuning
A = 65% 3.20 ± 0.32tn (3,10), warna (3,25), rasa (3,43), tekstur (3,20)
B = 75% 3.15 ± 0.20tn dengan tingkat penerimaan agak suka, dan
C = 85% 2.96 ± 0.21tn
Keterangan: tn = berpengaruh tidak nyata penerimaan aroma tertinggi terdapat pada
perlakuan penambahan ubi jalar kuning 75%
Nilai tertinggi organoleptik tekstur
terdapat pada perlakuan 65% yaitu 3,20 yaitu 3,20 dengan tingkat penerimaan agak
(tingkat penerimaan agak suka) dan nilai suka.
terendah terdapat pada perlakuan 85% yaitu
2,96 (tingkat penerimaan agak suka). Hal ini
DAFTAR PUSTAKA
disebabkan karena semakin banyak
penambahan ubi jalar kuning maka semakin Antara. N. & Wartini M. 2014. Aroma and
menurun tingkat kesukaan panelis terhadap Flavor Compounds. Tropical Plant
tekstur bakso yang dihasillkan. Curriculum Project. Udayana
University. Denpasar Bali.
Tekstur pada bakso terkenal akan Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 01-
kekenyalannya, karena ada penambahan 3818-2008. Bakso Daging. BSN.
tepung pada pembuatan bakso. Tekstur bakso Jakarta.
pada penelitian ini tidak kenyal karena tidak Badan Standar Nasional. 1995. Bakso
Daging Ayam. (SNI 01-3751-1995).
menggunakan tepung tapioka, sehingga BadanStandar Nasional. Jakarta.
semakin tinggi konsentrasi yang digunakan Fawwaz. 2010. Aneka Cemilan Ubi Jalar dan
maka semakin tidak disukai oleh panelis. Olahannya. Agromedia Pustaka.Jakarta.
Ginting. E., Utomo J.S., Yulifianti R., Jusuf
M. 2011. Potensi ubi jalar kuning
KESIMPULAN sebagai pangan fungsional. Iptek
tanaman pangan 6 (1): 116-138.
Hasil penelitian pembuatan bakso Ginting.E., Utomo J.S., Yulifianti R. 2013.
dengan menggunakan substitusi ubi jalar Aneka Produk Olahan Kacang dan
Umbi. Balai Penelitian Tanaman
kuning dengan konsentrasi yang berbeda Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian.
menunjukkan perlakuan terbaik yaitu Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Kementerian Pertanian. 48
perlakuan konsentrasi 65 %. Analisis kadar hlm. Jakarta.
abu tertinggi terdapat pada perlakuan 65% Heryanto. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. UI .
Jakarta.
(2,05%) dan terendah pada perlakuan 75% Liur, I.J., Musfiroh A.F., Mailoa M.,
(1,52%). Analisis beta karoten tertinggi Bremeer R., Bintoro V.P., Kusrahayu.
2013. Potensi penerapan tepung ubi jalar
terdapat pada perlakuan 85% (0,15 mg) dan dalam pembuatan bakso sapi. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan 2(1) : 40-42.

14
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 9, No.1, 2020, pp. 7-15 I.R. Aprita et al

Manirza, 2011. Pengantar Teknologi Pangan.


Jurusan Biologi FMIPA. UNS.
Surakarta.
Mulyani. 2009.Penilaian Organoleptik
Pengembangan Teknologi Pangan.
Fakultas Peternakan Universitas
Samratulangi. Manado.
Midayanto. D., & Yuwono S. 2014.
Penentuan atribut mutu tekstur pada
suatu bahan pangan. Jurnal Pangan dan
Agroindustri. Gramedia Pustaka.
Jakarta.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging.
Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Setyawan. 2015. Budidaya Umbi-umbian
Padat Nutrisi. Yogyakarta. Pustaka Baru
Press.
Sudarmadji & Slamet. 2010. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty
Yogyakarta. Yogyakarta.
Soekarto S.T. 1985. Penilaian Organoleptik
Untuk Industri dan Hasil Pertanian.
Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Susiwi. S. 2009. Penilaian Organoleptik.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung.
Setyaningsih, D, Apriyantono A., Sari MP.
2010. Analisa Sensori Industri Pangan
dan Agro. IPB Press. Bogor.
Usmiati, S. 2010. Pengawetan Daging segar
dan Olahan. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Kampus Penelitian Pertanian. Bogor.
Zulidar. 2011. Penilaian Organoleptik.
Departemen Industri Pertanian. Bogor.

15

Anda mungkin juga menyukai