Anda di halaman 1dari 10

Karakteristik Fisikokimia Dan Sensoris Flakes Berbahan Baku Tepung

Jagung (Zea mays L), Tepung Pisang Goroho (Musa acuminafe,sp) dan
Tepung Kacang Hijau (Phaseolus radiates)

Meini Ekawati Papunas1)


Gregoria S. S. Djarkasi2), dan Judith S. C, Moningka2)
1).
Mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Unsrat
2).
Dosen Ilmu dan Teknologi Pangan Unsrat

meinipapunas@yahoo.com

ABSTRACT

Diversification program conducted by utilizing local food through improved processing


technology to produce food products. In North Sulawesi, banana goroho a typical local
food, corn is a commodity Manado yellow, and green beans are a source of protein. This
study aims to determine the formulation flakes with corn flour mixture ratio, goroho
banana flour and green bean flour consumers receive. And analyzing the physicochemical
properties and sensory flakes. This research was conducted at the Laboratory of Food
science for 3 months. This study uses a completely randomized design with treatment
concentration ratio mixing cornmeal, flour goroho bananas, green beans and flour.
Mixing corn flour 60%, 35% goroho banana flour, mung bean flour 5% is the best
formulation of fisikomia properties and sensory properties. With endurance time
crispness in milk for 4 minutes 47 seconds and the chemical composition of the water
content of 1.7%, 1.55% ash, 6.59% protein, 3.38% fat, 80.1% carbohydrate. Organoleptic
test results show that the resulting flakes can be accepted by consumers of the parameters
of taste, flavor, color, and crispness.

ABSTRAK

Program diversifikasi pangan dilakukan dengan memanfaatkan pangan lokal melalui


peningkatan teknologi pengolahan dengan menghasilkan produk pangan. Di Sulawesi
Utara, pisang goroho merupakan pangan lokal yang khas, jagung manado kuning
merupakan komoditi unggulan, dan kacang hijau merupakan sumber protein. Penelitian
ini bertujuan untuk menentukan formulasi flakes dengan perbandingan campuran tepung
jagung, tepung pisang goroho, dan tepung kacang hijau yang diterima konsumen. Serta
menganalisis sifat fisikokimia dan sensoris flakes. Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium Ilmu Pangan selama 3 bulan. Penelitian ini menggunakan metode
Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan perbandingan konsentrasi pencampuran
tepung jagung, tepung pisang goroho, dan tepung kacang hijau. Pencampuran tepung
jagung 60%, tepung pisang goroho 35%, tepung kacang hijau 5% merupakan formulasi
yang terbaik dari sifat fisikomia serta sifat sensorisnya. Dengan waktu ketahanan
kerenyahan dalam susu selama 4 menit 47 detik dan komposisi kimia yaitu kadar air
1,7%, abu 1,55%, protein 6,59%, lemak 3,38%, karbohidrat 80,1%. Hasil uji
organoleptik menunjukkan flakes yang dihasilkan dapat diterima konsumen dari
parameter rasa, aroma, warna, dan kerenyahan.
dan dapat diolah atau ditambahkan pada
PENDAHULUAN jenis makanan lainnya (Damardjati dkk.
2000). Tepung jagung memiliki
Indonesia memiliki sumber kandungan pati 72-73% dengan ukuran
pangan lokal yang melimpah dan granula pati yang yang cukup besar,
beranekaragam jenis yang sangat yaitu berkisar 1-20 µm (Suarni, 2008) .
berpotensi untuk dikembangkan. Pada jagung varietas manado kuning
Berbagai upaya menunjang program kadar patinya 64-67% (Layuk, 2006).
ketahanan pangan nasional dilakukan Tepung jagung juga mengandung
untuk memaksimalkan produksi dan protein (8-11%). Tepung jagung
konsumsi bahan pangan lokal sumber memiliki tekstur agak kasar dan
karbohidrat non beras dan non terigu kandungan gluten relatif rendah (< 1%).
yang menjadi prioritas pemerintah Kandungan gizi tepung jagung tidak
terutama dalam bidang diversifikasi. kalah dengan terigu, bahkan jagung
Diversifikasi pangan dilakukan dengan memiliki keunggulan karena tepung
memperhatikan sumber daya lokal jagung merupakan pangan fungsional
melalui peningkatan teknologi seperti serat pangan, unsur Fe, dan beta-
pengolahan dan produk pangan serta karoten yang merupakan pro vitamin A
peningkatan kesadaran masyarakat (Suarni, 2008). Menurut Bressani (1990)
untuk mengkonsumsi anekaragam dalam Suarni (2008), tipe jagung dataran
pangan dengan gizi seimbang. rendah mengandung serat pangan
Pangan lokal yang dapat 12,79%. Olahan kue kering tidak
dimanfaatkan dapat berupa umbi- memerlukan pengembangan volume
umbian, kacang-kacangan dan biji- seperti kue basah dan roti-rotian, tetapi
bijian, serta tanaman hortikultura harus renyah, tidak cepat menyerap air,
lainnya seperti pisang. Pisang goroho tidak keras dan tidak mudah hancur.
(Musa acuminafe,sp) merupakan Sifat-sifat tersebut sesuai dengan sifat
tanaman yang khas dari daerah Sulawesi fisikokimia dan fungsional tepung
Utara yang sangat digemari. Pisang jagung.
goroho mengandung senyawa polifenol Flakes merupakan makanan
yang mempunyai sifat antioksidan. sereal siap santap yang umumnya
Berdasarkan hasil penelitian dikonsumsi dengan susu. Awalnya,
Suryanto,dkk. (2010), pisang goroho flakes dibuat dari biji jagung utuh yang
memiliki kandungan fitokimia fenolik dikenal dengan nama corn flakes.
yang bisa berperan sebagai antioksidan Namun, pada saat ini telah
dengan kandungan total antioksidan 1,83 dikembangkan inovasi dalam
mmol/100g. Oleh karena itu, pengolahan flakes. Flakes merupakan
penganekaragaman pangan dengan salah satu bentuk dari produk pangan
memanfaatkan pisang goroho perlu yang menggunakan bahan pangan
dilakukan. Beberapa penilitian telah serealia seperti beras, gandum atau
dilakukan dalam pemanfaatan pisang jagung dan umbi-umbian. Flakes
goroho, seperti dalam penelitian digolongkan kedalam jenis makanan
Sayangbati (2012) yang membuat sereal siap santap yang telah dan
biskuit berbahan baku tepung pisang direkayasa menurut jenis dan bentuknya
goroho dan Djarkasi dkk.(2010) yang dan merupakan makanan siap saji yang
mengkaji penggunaan tepung pisang praktis (Anggara dkk, 2011). Inovasi
goroho sebagai subtitusi dalam dalam pengolahan flakes dilakukan
pembuatan roti tawar. Ini menunjukkan untuk meningkatkan nilai nutrisi.
bahwa tepung pisang goroho dapat Beberapa penelitian dalam pembuatan
digunakan dalam pembuatan kue kering. flakes telah dilakukan seperti dalam
Jagung dalam bentuk tepung penelitian Dina Rahayuning (2004) yang
lebih tahan lama, praktis, dapat menentukkan formulasi Flakes berbahan
diperkaya dengan zat gizi (fortifikasi), baku tepung ubi jalar, kecambah kedele,
wheat germ sebagai produk sarapan A= Tepung jagung 60% + tepung pisang
fungsional untuk anak-anak, juga goroho 35% + tepung kacang hijau 5%.
penelitian dari Suarni (2009) yang B= Tepung jagung 55% + tepung pisang
membuat makanan ringan (flakes) goroho 40% + tepung kacang hijau 5%.
berbasis jagung dan kacang hijau C= Tepung jagung 50% + tepung pisang
sebagai sumber protein untuk perbaikan goroho 45% + tepung kacang hijau 5%.
gizi anak usia tumbuh. D= Tepung jagung 45% + tepung pisang
Kacang hijau (Phaseolus goroho 50% + tepung kacang hijau 5%.
radiates) merupakan bahan pangan E= Tepung jagung 40% + tepung pisang
nabati yang tinggi protein. Hasil goroho 55% + tepung kacang hijau 5%.
penelitian Astawan, 2009 yang Untuk masing-masing perlakuan
dilaporkan Sari, 2012, kacang hijau dilakukan sebanyak 3 kali ulangan.
mengandung 20-25% protein. Dengan
kadar pati yang tinggi yakni 80,89% Prosedur Penelitian
pada tepung pisang goroho, dan Prosedur Kerja
ditambahkan dengan tepung kacang
hijau maka flakes dengan subtitusi Pembuatan Tepung Pisang Goroho
tepung pisang goroho dan tepung kacang Buah pisang diblansir dengan
hijau sangat baik di konsumsi karena uap panas selama 5 menit kemudian
kaya energi dan protein dikupas. Selanjutnya daging pisang
diiris menggunakan slicer dengan
METODOLOGI PENELITIAN ketebalan 0,1 cm. Setelah itu irisan
daging pisang diletakkan di atas wadah
Tempat dan Waktu dan keringkan dengan menggunakan
Penelitian ini dilaksanakan di cahaya matahari dan dilanjutkan dengan
Laboratorium Pengolahan dan Analisis menggunakan oven. Irisan pisang yang
Pangan Jurusan Teknologi Pertanian sudah kering kemudian dihaluskan
Universitas Sam Ratulangi Manado dengan menggunakan grinder. Bubuk
selama 2 bulan. daging pisang yang telah dihaluskan
kemudian diayak.
Bahan dan Bahan
Pembuatan Tepung Jagung
Bahan- bahan yang di gunakan (Ambarsari, 2006)
adalah pisang goroho putih dengan
tingkat kematangan 80%, jagung Biji jagung kering dibersihkan
varietas manado kuning, kacang hijau dari kotoran kemudian keringkan
kering , gula, garam dan air. dengan sinar matahari selama 2-3 hari.
Alat yang diguanakan adalah Jagung di giling dengan menggunakan
timbangan, pisau stainless steel, slicer, greender dan diayak dengan ayakan
oven, penggilingan mie, grinder, ayakan, berukuran 60 mesh
loyang, sendok, wadah plastik, dan alat
analisis kimia lainnya. Pembuatan Tepung Kacang Hijau
(Anonimous, 2009)
Metode Penelitian Proses pembuatan tepung
kacang hijau di mulai dari
Metode yang digunakkan dalam pemilihan/sortasi, pilih kacang hijau
penelitian ini adalah metode Rancangan yang berkualitas baik. Kacang hijau
Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 5 yang digunakan adalah kacang hijau
perlakuan dengan formulasi yang telah dikupas. Kemudian kacang
perbandingan tepung pisang hijau digiling sampai halus dan hasil
goroho,tepung jagung dan tepung gilingan tersebut diayak untuk
kacang hijau, yaitu : mendapatkan tekstur tepung yang baik.
Variabel Pengamatan lebih besar dari 0,02 gram). Setelah itu
Flakes yang dihasilkan diamati dilakukan perhitungan dengan rumus:
dari sifat fisik yaitu analisa warna Kadar air (%) = W1-W2 X 100%
(HunterLab ColorFlax EZ W1
spectrophotometer) dan ketahanan
kerenyahan dalam susu, sifat kimia Kadar Abu (cara kering), Sudarmadji
seperti kadar air (Sudarmadji dkk., dkk, 1984.
1984), kadar abu (cara kering), Sampel ditimbang sebanyak 2g
sudarmadji dkk., 1984, analisis protein dimasukkan ke dalam kurs
(Cara Semi- Mikro- Kjeldhal yang di porselen,kemudian masukkan ke dalam
modifikasi), analisis lemak (metode tanur,lalu dipijarkan dalam muffle
soxhlet) , total Karbohidrat (by sampai diperoleh abu berwarna keputih-
difference) dan Sifat Sensoris yaitu uji putihan. Setelah dingin keluarkan kurs
organoleptik. porselen dari tanur,lalu masukkan
porselen ke dalam eksikator dan
Prosedur Analisa dinginkan dinginkan, timbang berat abu
Analisa warna (HunterLab ColorFlax setelah dingin.
EZ spectrophotometer) Kadar Abu = Berat Abu X 100%
Analisis warna dilakukan Berat Awal
dengan menggunakan alat hunterlab
colorFlax EZ spectrophotometer. Analisis protein (Cara Semi- Mikro-
Pengujian warna dilakukan dengan Kjeldhal yang di modifikasi)
system warna Hunter yang terdapat pada Sampel yang telah dihaluskan
alat tersebut. ditimbang sebanyak 1 gram dan
dimasukkan kedalam tabung kjeldahl.
Ketahanan kerenyahan dalam susu Tambahkan 3.75 g K2S2O4 dan 0,175 g
Pengujian ini dilakukan untuk HgO. Tambahkan pula 10 ml H2SO4.
menentukkan ketahanan flakes saat Kemudian panaskan semua bahan dalam
disajikan dengan susu cair dalam labu Kjeldahl hingga mendidih dan
keadaan masih cukup renyah saat cairan menjadi jernih. Dilakukan lagi
dikonsumsi. Penentuan ketahanan pemanasan tambahan lebih kurang 30
dilakukan dengan cara menuangkan 1,5 menit. Setelah dingin tambahkan 140 ml
gr flakes kedalam mangkok kemudian aquades dan secara perlahan-lahan
dituangkan susu cair dengan suhu susu masukkan 35 ml larutan NaOH 35%.
29ºC sebanyak 70 ml. Waktu flakes Labu kjeldahl kemudian dipasang pada
untuk dapat bertahan mengapung di alat destilasi, destilat ditampung dalam
permukaan hingga tekstur tidak cukup erlenmeyer yang berisi 25 ml larutan
renyah dihitung sebagai waktu jenuh asam borat (asam borat 25%) dan
ketahanan dalam susu. 4-5 tetes indikator metal merah. Hasil
destilasi dititrasi dengan 0.02 N HCL.
Kadar Air (Sudarmadji dkk, 1984)
ml HCL X N HCL
Sampel ditimbang sebanyak 1-2 N= X14,008X f
ml larutan contoh
gram dengan cawan yang diketahui
beratnya kemudian keringkan dalam f = faktor pengenceran, dalam contoh
oven selama 3 jam dengan suhu 105ºC. petunjuk ini besarnya f = 10.
Kemudian sampel didinginkan dalam
eksikator selama 10 menit dan Analisis Kadar Lemak metode
ditimbang. Panaskan lagi dalam oven Soxhlet
selama 30 menit, dinginkan dalam Sampel yang telah dihaluskan
eksikator dan ditimbang. Perlakuan ini ditimbang sebanyak 2 g, masukkan ke
diulangi sampai tercapai berat konstan dalam selongsong kertas yang di alasi
(selisih penimbangan berturut-turut tidak dengan kapas; sumbat selongsong kertas
berisi contoh sampel tersebut dengan
kapas keringkan dalam oven pada suhu berkisar antara 4 menit 47 detik – 1
tidak lebih dari 80ºC selama 1 jam, menit 20 detik. Data dapat dilihat pada
kemudian masukkan ke dalam alat tabel 3.
soxhlet yang telah diberi labu lemak Tabel 3. Waktu Rata-Rata Ketahanan
yang berisi batu didih yang telah Kerenyahan Flakes Dalam Susu
dikeringkan dan telah diketahui N Perlakuan Menit:detik Notasi
bobotnya.Kemudian ekstrak lemak o
dengan heksan/pelarut lemak lainnya 1 A 4:47 a
selama 6 jam.Sulingkan heksan & 2 B 3:06 b
keringkan ekstrak lemak dalam oven 3 C 2:26 c
pengering pada suhu 105ºC, dinginkan 4 D d
1:25
dalam eksikator lalu timbang, ulangi
5 E 1:20 d
perlakuan ini hingga tercapai bobot
tetap. BNT 5% = 0.02 (*) Notasi yang berbeda
Lemak = W – W1 x 100 % menunjukkan adanya perbedaan yang
W2 nyata
Menurut Suarni (2008) granula
Total Karbohidrat (by difference) pati yang berukuran besar memiliki
Perhitungan kadar karbohidrat ketahanan yang lebih besar terhadap
dilakukan menggunakan metode by perlakuan panas dan air di bandingkan
difference yaitu pengurangan 100 % granula pati yang berukuran lebih kecil.
dengan jumlah dari hasil empat Bentuk granula merupakan ciri khas
komponenyaitu kadar air, protein, lemak masing-masing pati. Pati jagung
dan abu. Perhitungannya sebagai memiliki ukuran granula yang cukup
berikut: besar dan tidak homogen, yaitu berkisar
Karbohidrat = 100% - (% air + 1-20 µm (Suarni, 2008). Menurut
%lemak + %protein + %abu ) Eggleston (1992) dalam sebuah karya
tulis IPB mengatakan ukuran granula
Uji organoleptik pati pisang plantain beragam mulai dari
Uji organoleptik merupakan uji 7.8 – 61.3 µm. Data ini menunjukkan
dengan mengguankan indera manusia bahwa ukuran granula pati tepung
sebagai instrumennnya. Uji penerimaan jagung lebih besar dibandingkan pati
yang dilakukan adalah uji hedonic. tepung pisang goroho. Hal inilah yang
Panelis yang dipilih adalah mahasiswa menyebabkan flakes yang dibuat dengan
sampel disajikan sesuai dengan cara konsentrasi tepung jagung yang lebih
konsumsi makanan sereal sarapan pada tinggi dapat lebih bertahan lama dalam
umumnya, yaitu disajikan dengan susu susu. Selain itu kandungan karbohidrat
cair. Sampel disajikan pada tiga puluh juga menentukkan ketahanan
orang panelis. Panelis memberikan nilai kerenyahan dalam susu. Pati dan serat
dalam bentuk angka sesuai tingkat termasuk dalam karbohidrat bahan
klesukaan. Skala hedonik yang pangan. Pati merupakan penyusun utama
digunakan adalah 1 sampai 5 dimana karbohidrat pada tepung jagung yaitu
angka 3 sebagai rasa netral. Parameter sekitar 70% (Anonimous,2008),
yang diuji adalah rasa, aroma, warna dan sedangkan pada tepung pisang sebagian
kerenyahan besar karbohidrat adalah serat. Sifat dari
serat dan pati terhadap air berbeda,
HASIL DAN PEMBAHASAN dimana pati lebih tahan terhadap air,
sedangkan serat bersifat menyerap air.
Sehingga flakes yang dibuat dengan
Tingkat Ketahanan Kernyahan konsentrasi tepung pisang goroho lebih
Dalam Susu mudah menyerap air sehingga lebih
Tingkat ketahahanan cepat hancur dalam susu.
kerenyahan flakes yang dihasilkan
Analisis Warna nilai L,a, dan b. data dapat dilihat pada
Dari hasil penelitian tabel 4.
menggunakan Color Flax, didapatkan

Tabel 4. Nilai Pegukuran Warna Flakes


Perlakuan Warna
L a* b*
Nilai Notasi Nilai Notasi Nilai Notasi
A
64.42 a 5.73 a 28.88 a
B
62.57 b 4.90 b 26.56 b
C 61.25 c 4.79 b 24.00 c
D
61.16 c 4,97 b 24.79 c
E 61.06 c 4.70 b 23.59 c
BNT 5% Nilai L = 2,23, Nilai a* = 0,38 dan Nilai b* = 1,1
+b*
Pada tabel 4 menunjukkan Yellow
60

tingkat kecerahan berkisar 61,06 - 64,42.


Nilai ini menunjukkan tingkat kecerahan
flakes termasuk cukup cerah. Nilai a
+a*
sebagai parameter warna merah berkisar -a*
Green
-60
60
Red

4,70 – 5,73 dan nilai b sebagai


parameter wana kuning berkisar 23,59 –
28,88. Hal ini menunjukkan warna -60

flakes berada pada kisaran warna -b*


Blue

kuning-kemerahan.
Flakes yang dihasilkan dengan Gambar 12. Tingkat nilai L, a* dan b*
nilai a+ berkisar 4,70 – 6,63 dan nilai b*
Kadar Air
dengan kisaran 23,59 – 28,88 berada
pada posisi kuning kemerahan, dapat Kadar air flakes yang dihasilkan
dilihat pada gambar 12. Dengan tingkat berkisar antara 0,9 – 1,7 %. Data dapat
kecerahan berkisar 61,06 - 64,42, dilihat pada tabel 5.
menujukkan produk yang dihasilkan
berwarna kuning cerah dan agak sedikit
kemerahan. Sehingga hasil uji Tabel 5. Nilai Rata-Rata Kadar Air
organoleptik terhadap warna flakes
mneunjukkan hasil netral sampai suka. No Perlakuan Rata- Notasi*
Perbedaan yang nyata pada flakes Rata
dengan perlakuan kosentrasi tepung 1 A 1.7 a
jagung, tepung pisang goroho dan 2 B
tepung kacang hijau, dimana semakin 1.3 a
tinggi konsentrasi tepung jagung 3 C 1.3 a
semakin tinggi nilai L,a* dan b*, yang 4 D 0.8 b
artinya semakin kuning flakes yang 5 E 0.9 b
dihasilkan. Hal ini disebabkan BNT 5% = 0.78 (*) Notasi yang berbeda
kandungan karotein yang terdapat pada menunjukkan adanya perbedaan yang
tepung jagung. nyata
Pada proses pembuatan flakes
digunakan suhu pemanggangan 125ºC
dengan waktu pemanggangan 30 menit,
namun pada perlakuan dengan
konsentrasi tepung jagung yang tinggi mineral flakes yang dihasilkan pada
sebelum 30 menit atau dengan waktu 20 setiap perlakuan relativ sama. Kadar
menit flakes telah matang. Parameter abu fakes yang dihasilkan memenuhi
yang digunakan untuk menentukkan standart mutu corn flakes yaitu kadar
flakes telah matang dilihat dari warna abu maksimal 1.9%.
flakes yang telah berwarna kuning
kecoklatan (kuning kemerahan). Protein
Varietas jagung yang digunakan untuk Kadar protein flakes yang
membuat tepung jagung adalah varietas dihasilkan berkisar antara 6,86 – 5,7%.
Manado Kuning, sehingga menghasilkan Data dapat dilihat pada tabel 7.
tepung jagung yang berwarna Tabel 7. Nilai Rata-Rata Protein Flakes
kekuningan. Sehingga dalam proses No Perlakuan Rata- Notasi
pemanggangan perlakuan yang Rata
menggunakan konsentrasi tepung jagung 1 A 6,86 a
yang tinggi akan lebih cepat berubah 2 B 6,59 a
warna menjadi kuning kecoklatan 3 C 5,96 b
(kuning kemerahan) sehingga waktu 4 D 5,74 b
pemanggangan menjadi lebih singkat 5 E 5,97 b
dari pada perlakuan yang konsentrasi
BNT 5% = 0.27 (*) Notasi yang berbeda
tepung jagungnya lebih rendah. Hal
menunjukkan adanya perbedaan yang
inilah yang menyebabkan pada
nyata
perlakuan dengan konsentrasi tepung
Hasil penelitian menunjukkan
jagung yang tinggi menghasilkan flakes
kadar protein semakin meningkat pada
dengan kadar air yang lebih tinggi pula.
perlakuan dengan konsentrasi tepung
Kadar air flakes yang dihasilkan
jagung yang lebih tinggi. Hal ini
memenuhi syarat mutu corn flakes yaitu
disebabkan bahan baku yang digunakan
3,35%.
memiliki kandungan protein yang
berbeda, dimana pada tepung jagung
Kadar Abu
memiliki kandungan protein yang lebih
Kadar abu flakes yang
tinggi yaitu 11,02% (Suarni, 2008)
dihasilkan berkisar antara 1,55 – 1,73%.
sedangkan pada tepung pisang goroho
Data dapat dilihat pada tabel 6.
mengandung protein 2,89% (Sondakh,
Tabel 6. Nilai Rata-Rata Kadar Abu 1990). Kadar protein flakes yang
Flakes dihasilkan memenuhi standar mutu corn
No Perlakuan Rata-Rata flakes yaitu 6,25%.
1 A 1.55
Lemak
2 B 1.73
Kadar lemak flakes yang dihasilkan
3 C 1.71 berkisar antara 2,58-3,62%. Data dapat
4 D 1.73 dilihat pada tabel 8.
5 E 1.68
Abu Kadar abu dari suatu bahan Tabel 8. Nilai Rata-Rata Lemak Flakes
pangan menunjukkan residu bahan No Perlakuan Rata-Rata Notasi
anorganik yang tersisa setelah suatu
1 A 3.38 a
bahan dibakar sampai bebas karbon.
Penentuan kadar abu bertujuan untuk 2 B 3.62 a
mengetahui banayaknya kandungan 3 C 2.6 b
mineral yang terdapat pada produk 4 D 2.74 b
flakes yang dihasilkan. Filakes yang 5 E 2.58 b
dihasilkan mengandung kadar abu yang BNT 5% = 0.25 (*) Notasi yang berbeda
bereda tidak nyata pada setiap menunjukkan adanya perbedaan yang
perlakuannya, ini menunjukkan kadar nyata
Hasil penelitian menunjukkan aroma, dan kerenyahan flakes dengan
semakin banyak tepung jagung yang kriteria 1. Sangat tidak suka, 2. Tidak
digunakan maka kadar lemak flakes suka, 3. Netral, 4. Suka, 5. Sangat suka.
yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini
disebabkan karena tepung jagung Rasa
memiliki kadar lemak 3,38% (Suarni, Hasil pengujian organoleptik
2008) dan pada tepung goroho memiliki terhadap rasa diperoleh data dengan
kadar lemak 0,67% (Sondakh, 1990). rata-rata berkisar 3,55 - 4,1
Sumber lemak utama pada jagung (dikategorikan suka). Data dapat dilihat
terdapat pada bagian lembaga yaitu pada tabel 10.
sekitar 33,2%. Tabel 10. Nilai Rata-Rata Rasa Flakes
No Perlakuan Rata-Rata
Total Karbohidrat 1 A 3.55
Karbohidrat flakes yang 2 B 3.6
dihasilkan berkisar antara 80,1-88,78%. 3 C 4.1
Data dapat dilihat pada tabel 9. 4 D 4.05
Tabel 9. Nilai Rata-Rata Total
5 E 3.65
Karbohidrat flakes
Masyarakat Sulawesi utara telah
No Perlakuan Rata-Rata Notasi
lama mengkonsumsi pisang goroho
1 A 88,56 a dengan berbagai macam bentuk olahan
2 B 88,78 a dan merupakan pisang khas Sulawesi
3 C 88.73 a uatara. Begitu pula dengan jagung
4 D 87,63 a manado kuning yang merupakan
5 E 80,1 b varietas endemik Sulawesi Utara. Hal
BNT 5% = 3.0 (*) Notasi yang berbeda inilah yang menyebabkan rasa dari
menunjukkan adanya perbedaan yang flakes terasa tidak asing dilidah panelis,
nyata sehingga tidak namapak perbedaan yang
Tepung jagung terdiri dari 50- nyata pada setiap perlakuan.
80% karbohidrat (David dkk, 2000),
sedangkan tepung pisang mengandung Kerenyahan
70-80% karbohidrat. Hasil penelitian Hasil pengujian organoleptik
semakin banyak konsentrasi tepung terhadap kerenyahan diperoleh data
pisang goroho, semakin meningkat dengan rata-rata berkisar 3,7 – 3,8
persentasi karbohidrat flakes. Pati (dikategorikan suka). Data dapat dilihat
merupakan bagian dari karbohidrat, pada pada tabel 11. Pemakaian tepung jagung
tepung jagung kuning yang digunakan sebagai salah satu bahan utama dalam
sebagai bahan baku dalam pembuatan pembuatan flakes menghasilkan produk
flakes mengandung pati 64-67% dengan tekstur yang renyah (Muchtadi
sedangkan kandungan pati dalam tepung dkk., 1988 dalam Apriani N. R. 2009).
pisang goroho adalah 80,89%. Hal inilah
yang menyebabkan persentasi Tabel 11. Nilai Rata-Rata Kerenyahan
karbohidrat meningkat pada penggunaan Flakes
konsentrasi tepung pisang goroho yang No Perlakuan Rata-Rata
lebih tinggi. Kadar karbohidrat flakes 1 A 3,7
yang dihasilkan memenuhi standar mutu 2 B 3.75
corn flakes yaitu 87,56.
3 C 3,7
Uji Organoleptik 4 D 3,8
Uji organoleptik dilakukan oleh 5 E 3,7
20 orang panelis menggunakan metode
hedonik, yaitu mengukur berdasarkan
tingkat kesukaan terhadap rasa, warna,
Aroma Tabel 13. Nilai Rata-Rata Warna Flakes
Hasil pengujian organoleptik No Perlakuan Rata-Rata
terhadap aroma diperoleh data dengan 1 A 3.4
rata-rata berkisar 3,1 – 3,7 2 B 3.5
(dikategorikan suka). Data dapat dilihat 3 C 3.7
pada tabel 12.
4 D 3.8
Tabel 12. Nilai Rata-Rata Aroma Flakes 5 E 3.3
No Perlakuan Rata-Rata Berdasarkan hasil analisis warna
1 A menggunakan ColorFlax menunjukkan
3.4
2 B flakes yang dihasilkan berada pada
3.1 posisi warna kuning kemerahan yang
3 C 3.6 agak cerah. Ini menunjukkan warna
4 D 3.7 flakes yang dihasilkan cukup bagus,
5 E 3.7 sehingga panelis menyukai warna dari
Flakes yang dihasilkan tidak ada flakes yang dihasilkan.
perbedaan yang nyata atas perlakuan
yang diberikan terhadap aroma flakes. KESIMPULAN DAN SARAN
Hal ini menunjukkan flakes yang
dihasilkan memiliki aroma yang enak Kesimpulan
dan tidak menghasilkan aroma yang Dari hasil penelitian ini dapat
menyimpang. disimpulkan bahwa campuran tepung
jagung 60%, tepung pisang goroho 35%,
Aroma tepung kacang hijau 5% adalah yang
Hasil pengujian organoleptik terbaik, berdasarkan pada waktu
terhadap aroma diperoleh data dengan ketahanan kerenyahan kerenyahan
rata-rata berkisar 3,1 – 3,7 selama 4 menit 47 detik, kadar air 1,7%,
(dikategorikan suka). Data dapat dilihat abu 1,55%, protein 6,59%, 88,56%.
pada tabel 12. Hasil analisis sensoris menunjukkan
Tabel 12. Nilai Rata-Rata Aroma Flakes tingkat kesukaan panelis terhadap rasa,
No Perlakuan Rata-Rata aroma, wana, dan kerenyahan berada
1 A 3.4 pada kriteria suka. Flakes yang
2 B 3.1 dihasilkan kandungan proteinnya rata-
3 C 3.6 rata sama seperti standar mutu corn
4 D 3.7 flakes.
5 E 3.7 Saran
Dalam mengembangkan produk
Hasil analisis sidik ragam
flakes yang kaya protein, persentasi
menunjukkan bahwa flakes yang
pencampuran tepung kacang hijau lebih
dihasilkan tidak ada perbedaan yang
tinggi lagi. Karena dengan persentasi
nyata atas perlakuan yang diberikan
pencampuran tepung kacang hijau
terhadap aroma flakes. Hal ini
sebesar 5% belum meningkatkan
menunjukkan flakes yang dihasilkan
protein.
memiliki aroma yang enak dan tidak
menghasilkan aroma yang menyimpang.
DAFTAR PUSTAKA
Warna
Anonimous, 2008. Pembuatan Tepung
Hasil pengujian organoleptik
Jagung. Balai Pengkajian
terhadap warna diperoleh data dengan
Teknologi Pertanian. Jawa
rata-rata berkisar 3,3 – 3,8
Tengah.
(dikategorikan suka). Data dapat dilihat
tada tabel 13. Ambarsari Indrie, 2006. Pembuatan
Tepung Jagung. BPTP Jawa
Tengah
Anggara I., Caesaria C., Anelindha Y., Sudarmadji S., Haryono B., Suhardi.,
Muhamad A., Rizky S., Hashina 1984. Prosedur Analisa Untuk
L., Trias A., Retna P., Mardiati, Bahan Makanan Dan Pertanian.
Zahryanti D., 2011. Sereal Liberty. Yogyakarta.
Dengan Bahan Dasar
Suryanto E., Momuat L., Taroreh M.,
Djarkasi S., Sumual M., Lalujan L., Wehantouw F,. Kojong N,. Untu
Kapahang K., 2010. Kajian S,. Tampa’I R,. Potensi
Penggunaan Tepung Pisang Fitokimia Dari Pisang Goroho
Goroho (Musa paradisiacal (Musa sapien, sp.). Seminar
forma typical) Sebagai Bahan Nasional Potensi Pangan
Suptitusi Dalam Pembuatan Roti Tradisional Dalam Rangka
Tawar. Jurnal Teknologi Peningkatan Daya Saing
Pertanian. 5 (2) :1-7 Nasional. Prosiding. 2010. Hal.
1.
Layuk P, 2006. Pengolahan Jagung.
BPTP Sulawesi Utara.

Rahayuning D, 2004. Formulasi Flakes


Triple Mixed Ubi Jalar-
Kecambah Kedelai- Wheat
Germ Sebagai Produk Sarapan
Fungsional Untuk Anak-Anak.
Skripsi Fakultas Teknologi
Pertanian IPB.

Sayangbati F., Nuraly E., Mandey L.,


Lelemboto M., 2012.
Karakterisrik Fisikokimia
Biskuit Berbahan Baku Tepung
Pisang Goroho (Musa
acuminate,sp). Skripsi Fakultas
Pertanian. Unsrat. Manado.

Sondakh E. P., 1990. Kandungan Pati


Pada Beberapa Varietas Pisang.
Skripsi Jurusan Teknologi
Pertanian Unsrat. Manado.

Suarni, 2008. Prospek Pemanfaatan


Tepung Jagung Untuk
Pembuatan Kue Kering
(Cookies). Jurnal Litbang
Pertanian 28 (2).

Suarni, 2009. Produk Makanan Ringan


(Flakes) Berbasis Jagung Dan
Kacang Hijau Sebagai Sumber
Protein Untuk Perbaikan Gizi
Anak Usia Tumbuh. Prosiding
Seminar Nasional Serealia 2009.
304.

Anda mungkin juga menyukai