Anda di halaman 1dari 10

KARAKTERISTIK MI BASAH DENGAN SUBSTITUSI

EKSTRAK DAUN BAYAM (Amaranthus. Spp)

Ferip Serbianto Lase1) Tri Rahayuni 2) dan Suko Priyono 2)


Mahasiswa1) danDosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura2)
E-mail : feripserbianto_lase@yahoo.co.id

ABSTRAK

Sayur bayam merupakan jenis sayuran yang memiliki kandungan gizi seperti protein,
karbohidrat, vitamin A, B dan C. komoditi pangan masih belum banyak
dimanfaatkan dan berbasis pangan lokal adalah bayam. Mi basah merupakan mi
berbahan dasar terigu, untuk melengkapi kandungan gizi perlu ditambahkan daun
bayam hijau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi mi basah dengan
substitusi ekstrak daun bayam yang menghasilkan sifat fisikokimia dan sensori
terbaik. Desain penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 1
(satu) faktoryaitu formulasi tepung terigu dan daun bayam yang terdiri dari 6 taraf
(100% : 0%; 95% : 5%; 90% : 10%; 85% : 15%; 80% : 20%; dan 75% : 25%).
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 (empat) kali. Parameter yang
dianalisis adalah kadar air, kadar abu, uji sensoris dan penentuan perlakuan terbaik.
Analisis data untuk karakteristik fisik dan kimia menggunakan F ANOVA dan uji
Beda Nyata Jujur (BNJ) (α=5%). Hasil penelitian menunjukkan substitusi ekstrak
daun bayam terbaik adalah perlakuan tepung terigu 75% dan ekstrak daun bayam
25% mempunyai karakteristik fisikokimia sebagai berikut: kadar air 56,26%, kadar
abu 2,49% dan nilai sensori terbaik yaitu warna 4,30 (suka), tekstur 3,96 (suka) dan
rasa 3,90 (suka).

Kata Kunci : Substitusi, mi basah, bayam

1
CHARACTERIZATION OF WET NOODLES WITH SPINACH LEAVES
(Amaranthus spp.) EXTRACT SUBSTITUTION

Ferip Serbianto Lase1) Tri Rahayuni 2) and Suko Priyono 2)


Student1) and Lecturer of Agriculture Faculty Tanjungpura University2)
E-mail : feripserbianto_lase@yahoo.co.id

ABSTRACT

Spinach is a vegetable that contain nutrients like protein, carbohydrate, vitamin A,B
and C. Spinach is one of local based food commodity that not widely utilized. Wet
noodles is a wheat flour-based noodle that need a nutrition complement, which is
from spinach. The goal of this research is which produce find out the wet noodle
formulation with spinach leaves extract substitution on physicochemical and the best
sensory parameter. This research using randomized group design with 1 factor that is
wheat flour and spinach formulation with 6 treatments (100:0 ; 95:5 ; 90:10 ; 85:15 ;
80:20 and 75:25). Each treatment replicated 4 times. The analyzed parameters were
moisture content, ash content, sensory test and the best treatment determination. Data
analysis for physic and chemical characterization were using Analysis of Variance
(ANOVA) and Tukey test 5%. The results showed the best spinach leaves extract
substitutionwas 75% wheat flour and 25% spinach leaves extract, which has
physicochemical character that is moisture content 56,27%, ash content 2,49% and
the best sensory value that is colour 4,30 (like), texture 3,96 (like) and taste 3,90
(like).

Keywords: Substitution, wet noodle, spinach

PENDAHULUAN untuk memperbaiki status gizi pada


manusia, yang dapat dilakukan dengan
Penganekaragamanpangan mencari bahan makanan baru atau
merupakan salah satu upaya yang tepat dengan melakukan inovasi pada bahan

2
pangan yang sudah ada menjadi Indonesia sangat mudah diperoleh
produk yang beragam. Diversifikasi dengan harga yang sangat terjangkau.
pangan di Indonesia menjadi masalah Tanaman ini dibudidayakan karena
penting bagi masyarakat maupun daun-daunnya diperlukan manusia
pemerintah (Suyastiri, 2008). Selain karena mengandung zat besi, memiliki
untuk mempertahankan ketahanan kandungan serat yang tinggi sehingga
pangan, diversifikasi pangan berperan baik bagi pencernaan. Kandungan
juga dalam meningkatkan gizi pangan vitamin di dalam bayam dapat berguna
dan nilai tambah dari berbagai sebagai antioksidan (Mirakusuma,
komoditi. Mengingat kekayaan 2006). Warna hijau tua pada bayam
Indonesia akan komoditi-komoditi adalah petunjuk bahwa bayam banyak
pangan, maka perlu dikembangkan mengandung zat besi dan karotin
produksi makanan dari sumber-sumber (Mahayani, dkk., 2014).
yang belum banyak dimanfaatkan dan Program peningkatkan
nutrisinya cukup baik. Salah satu jenis diversifikasi pangan, maka perlu
olahan pangan yang digemari oleh adanya penganekaragaman produk
masyarakat adalah mi basah. olahan pangan. Salah satu
Mi basah merupakan mi alternatifnya adalah dengan
berbahan dasar terigu. Mi basah yang pembuatan mi basah berbasis bahan
terbuat dari terigu mengandalkan pangan lokal. Berdasarkan hal-hal
protein gluten dalam pembentukan diatas maka dilakukan penelitian
visko-elastis (Hu dkk., 2007). Mi tentang “Karakteristik Mi Basah
basah mengandung karbohidrat yang dengan Substitusi Ekstrak Daun
cukup tinggi, tetapi miskin akan Bayam (Amaranthus. Spp)”.
kandungan gizi lainnya, untuk METODE PENELITIAN
melengkapi kandungan gizi perlu
ditambahkan daun bayam hijau. Bahan dan Alat
Menurut BSN (2015) dan Winarno Bahan yang digunakan dalam
(2010) bahwa kadar air mi basah penelitian ini adalah tepung terigu
matang maksimal 60% - 65%. cakra kembar, tepung kanji, daun
Sehingga daya tahan simpan mi basah bayam segar, air, telur ayam, dan
matang relatif singkat pada suhu 20- garam.
25° C selama berlangsung 40 jam. Alat yang digunakan dalam
Daun bayam bukan merupakan penelitian ini adalah baskom, sendok,
makanan pokok melainkan hanya pisau, piring, pencetakan mi, kuali,
sebagai pelengkap. Meskipun talenan, saringan mi, mangkok, gelas,
demikian, sayur tidak dapat diabaikan blender, dan timbangan.
begitu saja karena semua orang Pelaksanaan Penelitian
memerlukan sayur pada makanan Daun bayam di hancurkan
sehari-hari. Menurut Ridwan (1997) menggunakan blender dengan
Bayam sebagai salah satu jenis penambahan air dan mendapatkan jus
sayuran yang banyak tumbuh di bayam. Penambahan bahan (Tepung

3
terigu, tepung kanji, telur, garam) dan m5=75 % tepung terigu + 25 % daun
jus daun bayam serta dicampur hingga bayam.
membentuk adonan mi kemudian Analisis Data
dilakukan pengkalisan.Penipisan
Data hasil pengamatan
adonan dan pembentukan lembaran
organoleptik dianalisis dengan metode
mi. Penipisan dilakukan berulang-
deskriptif kuantitatif yang
ulang sampai tipis. Lembaran mi yang
menampilkan gambar atau data rata-
sudah jadi selanjutnya dicetak menjadi
rata 4 kali ulangan. Data hasil
untaian mi.Perebusan mi berlangsung
pengamatan variabel sifat fisikokimia
selama 2 menit dan dilakukan
penelitian dianalisis secara statistik
penirisan mi basah.Mi kemudian
dengan uji F (ANOVA) pada taraf 5
dianalisis proksimat, dan uji
%. Jika perlakuan berpengaruh nyata
organoleptik (Warna, tekstur, dan
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
rasa).
Jujur (BNJ) padataraf 5%. Untuk
Tabel 1. Komposisi Tepung Terigu mengetahui perlakuan terbaik
dan Daun Bayam dianalisis menggunakan metode De
Perlaku Tepun Daun Air Telu Gara Tepung
an g Baya (ml r m Kanji Garmo.
Terig m ) Aya (g) (Tapiok
u
Cakra
(%) m
(g)
a) (g)
HASIL DAN PEMBAHASAN
(%)
m0 100 0 50 35 4 2,50 Kadar Air
m1 95 5 50 35 4 2,50
m2 90 10 50 35 4 2,50
Kadar air sangat berpengaruh
m3 85 15 50 35 4 2,50 terhadap mutu bahan pangan karena
m4 80 20 50 35 4 2,50 dapat mempengaruhi cita rasa, tekstur,
m5 75 25 50 35 4 2,50
aroma dan keawetan dari bahan
Rancangan Penelitian pangan tersebut. Hal ini merupakan
Rancangan yang digunakan salah satu sebab mengapa dalam
dalam penelitian ini adalah Rancangan pengolahan pangan, air tersebut sering
Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dikeluarkan atau dikurangi dengan
dari satu faktor yaitu formulasi tepung cara penguapan dan pengentalan atau
terigu dan daun bayam (M) dengan 6 pengeringan. Pengurangan kandungan
taraf perlakuan diulang sebanyak 4 air dalam bahan pangan tersebut
kali : bertujuan agar bahan pangan lebih
m0=100% tepungterigu awet dan tahan lama (Sudarmadji,
m1=95 % tepung terigu + 5 % daun 1997). Menurut Charley (1982), kadar
bayam air suatu produk sangat penting
m2=90 % tepung terigu + 10 % daun dikendalikan, karena akan menentukan
bayam daya tahan atau keawetan produk yang
m3=85 % tepung terigu + 15 % daun
bersangkutan pada waktu
bayam
penyimpanan.
m4=80 % tepung terigu + 20 % daun
bayam Berdasarkan penelitian, mi
basah yang dihasilkan mengandung
kadar air sebesar 53,681% - 56,269%.

4
Hasil data tabel menunjukkan tepung terigu 90% : 10% ekstrak daun
substitusi ekstrak daun bayam tidak bayam, nilai rata-rata kadar air 53,681.
berpengaruh nyata terhadap kadar air Sedangkan kadar air tertinggi terdapat
mi basah. Sehingga tidak dilanjutkan perlakuan tepung terigu 85% : 15%
dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). ekstrak daun bayam, nilai rata-rata
Nilai rata-rata kadar air mi basah kadar air 56,269. Menurut BSN (2015)
dengan substitusi ekstrak daun bayam dan Winarno (2010) bahwa kadar air
dapat dilihat pada tabel 2. mi basah matang maksimal 60% -
Tabel 2. Kadar Air Mi Basah dengan 65%. Oleh karena itu, kadar air mi
Substitusi Ekstrak Daun Bayam. dalam penelitian masih memenuhi
Perbandingan Kadar air (%) standart Badan Standarisasi Nasional
Tepung Terigu : (BSN).
Ekstrak daun bayam
(%)
100 : 0 56,182 ± 1,389 Kadar Abu
95 : 5 55,494 ± 2,615 Kadar abu merupakan salah
90 : 10 53,681 ± 2,319 satu dari beberapa jenis analisa yang
85 : 15 56,269 ± 2,210
perlu dilakukan pada pembuatan mi
80 : 20 55,906 ± 0,402
75 : 25 55,329 ± 2,556 basah. Analisa kadar abu digunakan
untuk mengetahui mutu suatu bahan
Kadar air merupakan pangan, dimana residu anorganik yang
parameter yang merujuk pada jumlah dihasilkan saat pembakaran suatu
air bebas yang berada pada bahan bahan pangan sebagai parameternya
pangan. Kadar air dapat (Irawati, 2008). Selain itu, kadar abu
mempengaruhi masa simpan dan bertujuan untuk mengetahui baik dan
tekstur suatu produk pangan. Mi basah atau tidaknya pengelolaan,
mempunyai masa simpan yang relatif menentukan parameter nilai gizi
singkat karena mempunyai kadar air makanan, serta memperkirakan
yang cukup tinggi. Kadar air aktivitas bahan yang digunakan dan
merupakan komponen terpenting jenis bahan yang digunakan (Legowo
dalam suatu bahan makanan, karena et.al., 2005).
kadar air mempunyai pengaruh Hasil dari data tabel
terhadap kelembaban suatu bahan, menunjukkan bahwa substitusi ekstrak
bahan yang terlalu lembab merupakan daun bayam tidak berpengaruh nyata
tempat tumbuh yang baik bagi pada kadar abu mi basah. Sehingga
mikroba sehingga akan mempengaruhi tidak dilanjutkan dengan uji Beda
keawetan bahan. Nyata Jujur (BNJ). Nilai kadar abu mi
Tabel 2 diperoleh rata-rata basah menunjukkan kadar abu mi
kadar air dengan kisaran nilai basah berkisar antara 1,727% -
53,681% - 56,269%. Hal ini dapat 2,494%.Hal ini dapat terjadi karena
terjadi karena kadar air pada bayam kandungan mineral dalam bayam yang
juga tinggi yaitu 86,9 g, sehingga cukup tinggi, sehingga semakin
kadar air terendah terdapat perlakuan banyak ekstrak daun bayam yang

5
disubstitusikan maka kadar abu yang Uji hedonik adalah uji tingkat
dihasilkan juga semakin tinggi. Nilai kesukaan. Uji hedonik pada penelitian
kadar abu mi basah secara lengkap ini dilakukan terhadap 30 orang
disajikan pada tabel 3. panelis. Panelis diminta tanggapan
Tabel 3. Kadar Abu Mi Basah dengan pribadinya tentang kesukaan atau
Substitusi Ekstrak Daun Bayam. sebaliknya ( ketidaksukaan ).
Perbandingan Kadar Abu (%) Skala hedonik dapat diubah
Tepung Terigu : menjadi skala numerik dengan angka
Ekstrak Daun Bayam
(%)
mutu menurut tingkat kesukaan. Data
100 : 0 2,119 ± 0,486 skala numerik dilakukan analisis data
95 : 5 1,727 ± 0,137 secara non parametrik. Mi basah yang
90 : 10 1,755 ± 0,716 dihasilkan dianalisis karakteristik
85 : 15 2,132 ± 0,352
sensorinya meliputi warna, tekstur,
80 : 20 2,266 ± 0,143
75 : 25 2,494 ± 1,032 dan rasa. Pada penelitian ini
digunakan lima skala hedonik yang
Abu merupakan suatu sisa zat menunjukkan tingkat kesukaannya
organik hasil dari pembakaran dari yaitu 1 (Sangat tidak suka), 2 (Tidak
suatu bahan organik. Kandungan abu suka), 3 (Agak suka), 4 (Suka), dan 5
bahan pangan dan komposisinya (Sangat suka). Hasil pengujian
tergantung pada macam bahan dan karakteristik hedonik mi basah
cara pengabuannya. Kadar abu ada substitusi ekstrak daun bayam
hubungannya dengan mineral suatu disajikan pada tabel 4.
bahan. Kadar abu pada suatu bahan Tabel 4. Hasil uji Hedonik Mi Basah
pangan menunjukkan terdapatnya dengan Substitusi Ekstrak Daun
kandungan mineral anorganik pada Bayam.
bahan pangan tersebut. Kadar abu
merupakan material yang tertinggal
bila bahan makanan dipijarkan dan
dibakar pada suhu sekitar 500°C -
800°C (Sundari et al., 2015). Menurut
SNI 01-2987 (1992) kadar abu mi Perbandingan Warna Rasa Tekstur
basah maksimal adalah 3% sedangkan Tepung
Terigu :
menurut Sudarmadji dkk (1996) Ekstrak Daun
adalah maksimal 2%. Dengan Bayam (%)
demikian, kadar abu yang terdapat 100 : 0 3,06 3,30 3,46
dalam mi basah yang diberikan 95 : 5 3,06 3,30 3,33
90 : 10 3,63 3,56 3,46
substitusi ekstrak daun bayam sudah 85 : 15 3,63 3,76 3,96
memenuhi Standart Nasional 80 : 20 4,13 3,90 3,90
Indonesia (SNI). 75 : 25 4,30 3,90 3,83

Hasil analisis data pada tabel 4


Pengujian Sensori
Menunjukkan rata-rata nilai terhadap

6
warna mi basah yaitu 3,06 - 4,30 mendapat skor rata-rata 3,63 (agak
( agak suka sampai suka ), rata-rata suka), perlakauan 85% : 15%
nilai terhadap tekstur berkisar antara mendapat skor rata-rata 3,63 (agak
3,33 - 3,96 ( agak suka sampai suka ), suka), perlakuan 80% : 20% mendapat
dan rata-rata nilai terhadap rasa skor rata-rata 4,13 (suka), dan
berkisar antara 3,30 - 3,90 ( agak suka perlakuan 75% : 25% mendapat nilai
sampai suka ). skor rata-rata 4,30 (suka). Nilai
Warna tertinggi terhadap warna dimiliki oleh
Warna merupakan suatu sifat perlakuan 75% : 25% substitusi
bahan yang berasal dari penyebaran ekstrak daun bayam dengan nilai 4,30
spektrum sinar, begitu juga dengan (suka), sedangkan nilai rata-rata
kilap dari bahan yang dipengaruhi oleh terendah terdapat pada perlakuan
sinar pantul. Warna bukan merupakan 100% : 0% dengan nilai 3,06 (agak
suatu zat, melainkan sensasi sensoris suka) dan perlakuan 95% : 5% dengan
karena adanya rangsangan dari nilai 3,06 (agak suka). Substitusi
seberkas energi radiasi yang jatuh ke ekstrak daun bayam akan
indra penglihatan atau mata (Kartika mempengaruhi tingkat kesukaan
dkk, 1988). Menurut Fennema (1985), terhadap warna. Karena, warna yang
warna adalah atribut kualitas yang terdapat di dalam daun bayam dapat
paling penting. Bersama-sama dengan disukai panelis dengan perlakuan
kekenyalan dan rasa, warna berperan seiring dengan semakin penambahan.
dalam penentuan tingkat penerimaan Rasa
suatu makanan. Rasa merupakan faktor penting
Warna mempunyai peran dan akan penerimaan suatu produk pangan
arti yang sangat penting pada olahan kepada konsumen. Menurut
komoditas pangan, karena Setiawan dan Japarianto (2012),
mempengaruhi penerimaan konsumen terdapat beberapa faktor yang
terhadap komoditas tersebut. mempengaruhi kualitas dari makanan,
Walaupun suatu produk bernilai gizi salah satunya ialah rasa. Lidah
tinggi, rasa enak, dan kekenyalan baik, manusia ialah sebagai titik perasa dari
namun jika warna kurang menarik makanan, memiliki kemampuan dalam
maka produk tersebut kurang diminati. mendeteksi rasa dari makanan, seperti
Menurut Kartika dkk (1988), warna manis, asam, asin, dan pahit. Dalam
merupakan salah satu profil visual beberapa produk pangan tertentu,
yang menjadi kesan pertama empat rasa makanan ini biasa didapati
konsumen dalam menilai bahan pula (penggabungan), dan ini
makanan. menjadikannya menjadi unik dan
Hasil tabel 4 menunjukkan menarik untuk dinikmati. Hal ini
perlakuan 100% : 0% mendapat skor didukung Winarno (2004), bahwa rasa
rata-rata 3,06 (agak suka), perlakuan secara umum, dibedakan menjadi rasa
95% : 5% mendapat skor rata-rata 3,06 manis, asam, pahit, dan asin.
(agak suka), perlakuan 90% : 10%

7
Hasil analisis pada tabel 4 Penentuan Perlakuan Terbaik (De
menunjukkan nilai rasa pada Garmo)
perlakuan 100% : 0% mendapat skor Penentuan perlakuan terbaik
rata-rata 3,30 (agak suka), perlakuan pada hasil penelitian ini dilakukan
95% : 5% mendapat skor rata-rata 3,30 dengan menggunakan metode De
(agak suka), perlakuan 90% : 10% Garmo dkk (1984). Berdasarkan
mendapat skor rata-rata 3,56 (agak perhitungan indeks efektivitas
suka), perlakuan 85% : 15% mendapat perlakuan terbaik ditunjukkan dengan
skor rata-rata 3,76 (agak suka), Nilai Hasil (NH) tertinggi dapat dilihat
perlakuan 80% : 20% mendapat skor pada tabel 5.
rata-rata 3,90 (suka), dan perlakuan Tabel 5. Nilai Hasil (NH) Mi Basah
75% : 25% mendapat skor rata-rata dengan Substitusi Ekstrak Daun
3,90 (suka). Semakin tinggi substitusi Bayam.
ekstrak daun bayam yang ditambahkan Perbandingan Nilai Hasil (NH)
maka akan mempengaruhi tingkat Tepung Terigu :
Ekstrak Daun Bayam
kesukaan dari panelis tersebut. (%)
100 : 0 0,121
Tekstur 95 : 5 0,202
Gluten pada tepung terigu akan 90 : 10 0,577
85 : 15 0,561
mempengaruhi kekenyalan mi basah.
80 : 20 0,689
Semakin tinggi protein maka kadar 75 : 25 0,696
gluten pada tepung terigu atau mi
basah juga semakin tinggi sehingga Berdasarkan Tabel 5 masing-
menghasilkan kekenyalan mi basah masing efektivitas perlakuan adalah
yang bagus, yaitu dengan elastisitas sebagai berikut: perlakuan 100% : 0%
yang tinggi. Tabel 4 menunjukkan mendapatkan NH 0,121; perlakuan
nilai tekstur pada perlakuan 100% : 95% : 5% mendapatkan NH 0,202;
0% mendapat skor rata-rata 3,46 (agak perlakuan 90% : 10% mendapatkan
suka), perlakuan 95% : 5% mendapat NH 0,577; perlakuan 85% : 15%
skor rata-rata 3,33 (agak suka), mendapatkan NH 0,561; perlakuan
perlakuan 90% : 10% mendapat skor 80% : 20% mendapatkan NH 0,689;
rata-rata 3,46 (agak suka), perlakuan dan perlakuan 75% : 25%
85% : 15% mendapat skor rata-rata mendapatkan NH 0,696. Nilai hasil
3,96 (suka), perlakuan 80% : 20% terbaik dimiliki oleh perlakuan 75% :
mendapat skor rata-rata 3,90 (suka), 25% sedangkan nilai hasil terendah
dan perlakuan 75% : 25% mendapat dimiliki oleh perlakuan 100% : 0%,
skor rata-rata 3,83 (agak suka). dengan demikian mi basah dengan
Substitusi ekstrak daun bayam dapat substitusi ekstrak daun bayam
diterima panelis tingkat kesukaan dihasilkan dalam penelitian ini
terhadap tekstur maupun kontrol. perlakuan 75% : 25% yang terbaik.
KESIMPULAN

8
Berdasarkan hasil penelitian Irawati. 2008. Modul Pengujian Mutu
dapat disimpulkan bahwa substitusi 1. PDPPTK VEDCA. Cianjur.
ekstrak daun bayam dalam pengolahan
Kartika, Bambang; Pudji Hastuti; dan
mi basah memberikan tidak Wahyu Supartono. 1988.
berpengaruh nyata terhadap kadar air Pedoman Uji Inderawi Bahan
dan kadar abu. Adapun dengan kisaran Pangan. PAU Pangan dan Gizi
nilai kadar air 53,681% - 56,269% dan UGM. Yogyakarta.
kadar abu 1,727% - 2,494%.
Legowo, A. M., Nurwantoro, dan
Formulasi terbaik adalah penelitian
Sutaryo. 2005. Analisis Pangan.
yang terdapat pada perlakuan Semarang: Badan Penerbit
substitusi 25% ekstrak daun bayam. Universitas Diponegoro.
Hipotesis pada penelitian ini ditolak,
karena dugaan sebelumnya perlakuan Mahayani, dkk., 2014. Pengaruh
terbaik terdapat pada perlakuan Penambahan Bayam terhadap
Kualitas Mi Basah. Jurnal
substitusi 10% ekstrak daun bayam.
Agroknow, 2(1).
SARAN
Pembuatan menggunakan Mirakusuma, S. 2006. Buah dan Sayur
substitusi ekstrak daun bayam 5% dan untuk Terapi. Penebar Swadaya.
10% untuk menghasilkan mi basah Jakarta.
yang tepat secara visual.
Pasune, F., Nuzrina, R., dan Fadhilla,
DAFTAR PUSTAKA R. Penambahan Tepung Sorgum
Badan Standarisasi Nasional. 2015. (Sorgum Bicolor L Moench) dan
SNI 2987-2015 Tentang Mi Daun Bayam Merah
Basah. Jakarta: BSN. (Alternanthera Amoena Voss)
pada Mi Basah untuk
Frahma, S. dan Sri, H. Substitusi Buah Pencegahan Anemia Gizi Besi.
Sukun (Artocapus altilis Forst)
dalam Pembuatan Mi Basah Ridwan, M. 1997. Mengelola Bayam
Berbahan Dasar Tepung Gaplek Menjadi Produk Olahan.
Berprotein. Agrobis. No. 104. Jawa Pos.
Surabaya.
Fennema, R. O. 1985. Food Chemistry
second edition. Revised and Setiawan, Margaretha Fiani dan Edwin
Expanded. Academic Press, Japarianto. 2012. Analisa
New York. Pengaruh Food Quality dan
Brand Image Terhadap
Hu, X.Z. Wei, Y.M. Wang, C. dan Keputusan Pembelian Roti
Kovacs, M.I.P. 2007. Kecik Toko Roti Ganep’s di
Quantitative Assesment Of Kota Solo. Surabaya: Jurnal
Protein Fraction Of Chinese Manajemen Pemasaran, 1(1), 1-
Wheat Flours and Their 6.
Contribution To White Salted
Noodle Quality. Food Research Sudarmadji, S., Bambang Haryono,
International. 40. 1-6. dan Suhardi. (1997). Analisis

9
Bahan Makanan dan Pertanian.
Liberty, Yogyakarta.

Sudarmadji, Slamet; Suhardi; dan


Bambang Haryono. 1996.
Analisis Bahan Makanan.
Liberty, Yogyakarta.

SNI., 1992. Standart Nasional


Indonesia 01-2987 tentang Mi
Basah.

Winarno F. G. 2004. Kimia Pangan


dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

10

Anda mungkin juga menyukai