Abstrak
Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh variasi substitusi tepung terigu dengan tepung
sorgum, dan pengaruh variasi penambahan tepung wortel pada pembuatan mi basah
terhadap daya terima konsumen. Jenis penelitian adalah eksperimen murni. Tahapan
pertama memberikan variasi perlakuan substitusi tepung sorgum A (20%), B (30%), C (40%),
dan D(50%). Tahapan kedua memberikan variasi perlakuan penambahan tepung wortel A
atau kontrol (0%), B (10%), C (20%), D (30%), dan E (40%). Sifat fisik dinilai dengan
membandingkan mi hasil subtitusi tepung sorgum dengan mi yang ada di pasaran. Sifat
organoleptik dinilai dengan menggunakan uji hedonik melibatkan 46 panelis konsumen.
Analisis statistik menggunakan uji Kruskal Walllis, dilanjutkan dengan uji Mann Whitney.
Formula substitusi tepung sorgum yang terbaik adalah sebesar 40% menghasilkan sifat fisik
yang hampir sama dengan mi di pasaran. Penambahan tepung wortel 10% merupakan
perlakuan yang paling disukai oleh konsumen. Penambahan tepung sorghum yang semakin
tinggi menyebabkan warna mi menjadi putih agak gelap dan muncul bintik hitam, aroma khas
mi, rasa sedikit sepat, dan tekstur kurang kenyal dan mudah putus. Penambahan tepung
wortel yang semakin tinggi menyebabkan warna mi menjadi kemerahan, aroma mi menjadi
khas wortel, rasa menjadi agak sepat, tekstur menjadi kurang kenyal.
Abstract
The aim of this research is to know the effect of wheat flour substitution with sorghum flour,
and the effect of carrot starch addition to wet noodle production on consumer acceptance.
This is a pure experiment research. The first stage gives variation of sorghum flour
substitution A (20%), B (30%), C (40%), and D (50%). The second stage gives variation of
carrot starch A or control treatment (0%), B (10%), C (20%), D (30%), and E (40%). Physical
properties were assessed by comparing noodles produced by substitution of sorghum flour
with noodles on the market. The organoleptic properties were assessed using a hedonic test
involving 46 consumer panelists. Statistical analysis using Kruskal Walllis test, followed by
Mann Whitney test. The best substitution formula of sorghum flour is 40% yielding physical
properties similar to noodles on the market. The addition of 10% carrot flour is the most
preferred treatment by consumers. The higher substitution of sorghum flour causes the color
of the noodles to be slightly darker white and dark spots appear, the typical aroma of
noodles, slightly bitter taste, less elastic texture and easy to break. The higher addition of
carrot flour causes the color to become reddish, the aroma of noodles becomes typical of
carrots, the taste becomes slightly bitter, the texture becomes less elastic.
C (60% Warna putih agak gelap& *Notasi huruf yang berbeda menunjukkan
tepung terigu sedikit bintik hitam, aroma perbedaan signifikan
: 40% khas mi/terigu, rasa khas mi
tepung dan sedikit sepat, tekstur
Hasil uji statistic disajikan pada Tabel
sorgum) kenyal dan lembaran tidak
cepat putus pada saat 2. menunjukkan bahwa perlakuan B
direbus (tepung wortel 10%) merupakan perlakuan
D (50% Warna putih agak yang paling mendekati perlakuan A
tepung terigu gelap&bintik hitam semakin (control). Warna, arom, rasa, dan tekstur
: 50% banyak, aroma khas perlakuan B paling disukai oleh panelis
tepung mi/terigu, rasa khas mi dan dibandingkan perlakuan lainnya. Panelis
sorgum) sepat semakin kuat, tekstur menyebutkan bahwa perlakuan C, D, dan
kurang kenyal dan lembaran
E memiliki tingkat uji hedonic yang kurang
mudah putus pada saat
disukai jika dibandingkan dengan kontrol.
direbus
Warna mi basah yang terbentuk cenderung
lebih gelap, aroma yang muncul menjadi
Pengujian sifat fisik dilakukan dengan
khas aroma wortel, rasa lebih sepat, dan
melihat warna, aroma, rasa, kekenyalan,
tekstur kurang kenyal. Analisis statistic
dan kekuatan lembaran mi yang terbentuk.
menunjukkan tidak terdapat beda nyata
Penambahan tepung sorgum yang
antara perlakuan A dan B, kecuali pada
semakin tinggi menyebabkan warna mi
tekstur perlakuan C, hal ini menunjukkan
tekstur atau kekenyalan mi pada memberikan aroma khas wortel, dan
penambahan tepung wortel 20% masih menyebabkan mi yang terbentuk memiliki
disukai oleh panelis. aroma yang berbeda dengan mi basah
yang ada di pasaran. Penambahan diatas
PEMBAHASAN 10% juga menyebabkan warna tepung
Variasi perlakuan substitusi tepung menjadi lebih gelap yang disebabkan
sorgum yang memiliki sifat fisik terbaik adanya oksidasi beta karoten dalam wortel
adalah sebanyak 40% hal ini disebabkan pada saat pengolahan dengan pemanasan
warna, aroma, rasa, kekenyalan dan (Lestario, dkk, 2010). Selain itu rasa mi
kekuatan lembaran mi merupakan yang muncul menjadi lebih dominan rasa
komponen yang disukai oleh konsumen wortel jika dibandingkan dengan tepung
pada umumnya. Penambahan % tepung terigu atau sorgum.
sorgum menyebabkan warna mi menjadi Penambahan tepung wortel 10% dan
timbul bintik – bintik hitam yang 20% secara statistic masih dapat diterima
disebabkan oleh oksidasi tannin dalam panelis, penambahan di atas kedua
kandungan sorgum. Penambahan yang perlakuan tersebut menyebabkan tekstur
semakin tinggi menyebabkan bintik – bintik mi yang terbentuk menjadi tidak kenyal dan
menjadi lebih banyak dan semakin tidak mudah patah. Wortel merupakan sayuran
mendekati warna mi yang ada di pasaran. sumber serat tidak larut, sehingga
Kandungan tannin juga menyebabkan rasa penambahan wortel menyebabkan
mi menjadi lebih sepat (Suarni dan kandungan serat meningkat dan
Singgih, 2002). Aroma yang muncul masih menyebabkan adonan yang terbentuk
dominan terigu dikarenakan tepung menjadi lebih keras dan rapuh (Riyanto
sorgum cenderung tidak memiliki aroma dkk, 2014).
khas.
Substitusi tepung sorgum juga KESIMPULAN
menyebabkan mi menjadi kurang kenyal Substitusi tepung terigu dengan
dan mudah putus, meskipun sudah tepung sorgum mempengaruhi sifat fisik mi
ditambahkan air dan telur dalam proses basah. Warna menjadi putih gelap, aroma
pengkalisan adonan. Hal ini dapat masih dominan terigu, rasa menjadi lebih
disebabkan oleh adanya kandungan serat sepat, tekstur kurang kenyal dan mi mudah
dalam tepung sorgum. Serat akan mengisi putus. Perlakuan substitusi yang masih
ruang ikatan matriks antar bahan, sehingga dapat diterima panelis adalah sebesar
menyebabkan produk cenderung lebih 40%. Penambahan tepung wortel pada
keras dan rapuh. Substitusi menyebabkan formula 60% tepung terigu dan 40%
kandungan protein gluten yang bersumber tepung sorgum mempengaruhi sifat
pada tepung terigu menjadi berkurang. organoleptic mi basah. Penambahan
Gluten berperan membentuk ikatan yang tepung wortel yang semakin tinggi
kuat antar bahan adonan, menyebabkan warna semakin menjadi
mengembangkan adonan, dan membentuk kemerahan, aroma yang muncul khas
tekstur yang padat dan kenyal (Riyanto wortel, rasa lebih sepat dan tekstur kurang
dkk, 2014; Ratnaningsih dkk, 2010). kenyal. Perlakuan penambahan yang
Penambahan tepung wortel 10% masih dapat diterima panelis sebesar 10%.
adalah perlakuan yang paling disukai oleh
konsumen baik secara hedonic maupun DAFTAR PUSTAKA
secara statistik. Penambahan tepung Astawan, M., (2006). Membuat Mi dan
wortel lebih dari 10% menyebabkan mi Bihun, Jakarta: Penebar Swadaya.
menjadi berubah aroma, karena wortel BPS, (2014). Distribusi Perdagangan
memiliki komponen isocumarin yang Komoditi Tepung Terigu Indonesia.
Fitriani, & Rosmauli J., (2016). Substitusi Jurnal Teknobiologi. p. 1-22. http://e-
Tepung Sorgum terhadap Elongasi journal.uajy.ac.id/6503/1/JURNAL%20
dan Daya Terima Mie Basah Dengan BL01132.pdf [Diakses 22 Juni 2017]
Volume Airyang Proporsional. Skripsi, Setyaningsih, D., Anton A. dan Maya P.S.,
Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas (2010). Analisis Sensori untuk Industri
Muhammadiyah Surakarta. Pangan dan Agro, Bogor: IPB Press.
Lestario, L.N., Niken, I. dan Lusiawati, D., Suarni, (2004). Pemanfaatan Tepung
(2010). Fortifikasi Mie dengan Tepung Sorgum untuk Produk Olahan,
Wortel: Prosiding Seminar Nasonal Makasar: Pustaka Balai Penelitian
Sains Dan Pendidikan Sains UKSW. Tanaman Sereala Depatremen
p.40-50. Jawa Tengah: Universitas Pertanian. http://pustaka.litbang.
Kristen Satya Wacana. pertanian.go.id [Diakses 30
Ratnaningsih, A., W. Permana, dan N. November 2016]
Richana., (2010). Pembuatan Tepung Suarni dan Singgih, S., (2002).
Komposit dari Jagung, Ubikayu, Karakteristik dan Sifat Fisik dan
Ubijalar, dan Terigu (Lokal dan Impor) Komposisi Kimia Beberapa Varietas
untuk Produk Mi.Prosiding Pekan Biji Sorgum. Jurnal Stigma. Vol 10 (2),
Serealia Nasional ISBN : 978-979- p. 127-130.
8940-29-3. http://balitsereal.litbang. WINA, (2015). Global Demand of Instant
pertanian.go.id Diakses 22 Juni 2017 Noodles.https://instantnoodles.org/en/
Riyanto, C., Lorensia, M. E. P., F. Sinung, common_en/pdf/EN_MARKET_VOLU
P., (2014). Kualitas Mi Basah dengan ME_3LG_A4_2016.pdf. [Diakses 20
Kombinasi Edamame (Glycine max Desember 2016]
(L.) Merrill) dan Bekatul Beras Merah.