Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM DAN

PENAMBAHAN TEPUNG WORTEL TERHADAP


DAYA TERIMA MI BASAH
1
Tri Kusuma Agung P., 2 Ima Karimah, & 3 Yona Yunita Alviona
1,2,3
Jurusan Gizi Poltekes Kemenkes Tasikmalaya
tri.kusuma.agung@dosen.poltekkestasikmalaya.ac.id

Abstrak
Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh variasi substitusi tepung terigu dengan tepung
sorgum, dan pengaruh variasi penambahan tepung wortel pada pembuatan mi basah
terhadap daya terima konsumen. Jenis penelitian adalah eksperimen murni. Tahapan
pertama memberikan variasi perlakuan substitusi tepung sorgum A (20%), B (30%), C (40%),
dan D(50%). Tahapan kedua memberikan variasi perlakuan penambahan tepung wortel A
atau kontrol (0%), B (10%), C (20%), D (30%), dan E (40%). Sifat fisik dinilai dengan
membandingkan mi hasil subtitusi tepung sorgum dengan mi yang ada di pasaran. Sifat
organoleptik dinilai dengan menggunakan uji hedonik melibatkan 46 panelis konsumen.
Analisis statistik menggunakan uji Kruskal Walllis, dilanjutkan dengan uji Mann Whitney.
Formula substitusi tepung sorgum yang terbaik adalah sebesar 40% menghasilkan sifat fisik
yang hampir sama dengan mi di pasaran. Penambahan tepung wortel 10% merupakan
perlakuan yang paling disukai oleh konsumen. Penambahan tepung sorghum yang semakin
tinggi menyebabkan warna mi menjadi putih agak gelap dan muncul bintik hitam, aroma khas
mi, rasa sedikit sepat, dan tekstur kurang kenyal dan mudah putus. Penambahan tepung
wortel yang semakin tinggi menyebabkan warna mi menjadi kemerahan, aroma mi menjadi
khas wortel, rasa menjadi agak sepat, tekstur menjadi kurang kenyal.

Kata kunci: sorgum, wortel, daya terima, mi basah

Abstract
The aim of this research is to know the effect of wheat flour substitution with sorghum flour,
and the effect of carrot starch addition to wet noodle production on consumer acceptance.
This is a pure experiment research. The first stage gives variation of sorghum flour
substitution A (20%), B (30%), C (40%), and D (50%). The second stage gives variation of
carrot starch A or control treatment (0%), B (10%), C (20%), D (30%), and E (40%). Physical
properties were assessed by comparing noodles produced by substitution of sorghum flour
with noodles on the market. The organoleptic properties were assessed using a hedonic test
involving 46 consumer panelists. Statistical analysis using Kruskal Walllis test, followed by
Mann Whitney test. The best substitution formula of sorghum flour is 40% yielding physical
properties similar to noodles on the market. The addition of 10% carrot flour is the most
preferred treatment by consumers. The higher substitution of sorghum flour causes the color
of the noodles to be slightly darker white and dark spots appear, the typical aroma of
noodles, slightly bitter taste, less elastic texture and easy to break. The higher addition of
carrot flour causes the color to become reddish, the aroma of noodles becomes typical of
carrots, the taste becomes slightly bitter, the texture becomes less elastic.

Keywords: Sorghum, Carrots, Consumer acceptance, Wet noodles

PENDAHULUAN menjadi 5,3 juta ton (BPS, 2014). Salah


Kebutuhan tepung terigu di Indonesia satu bahan pangan lokal di wilayah
semakin meningkat setiap tahunnya, Priangan Timur yang berpotensi sebagai
konsumsi terigu pada tahun 2013 substitusi terigu adalah sorgum, yang
meningkat 3,3 % dari tahun sebelumnya dibudidayakan di Desa Cimerak,
Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. METODE PENELITIAN
Ditinjau dari kandungan gizinya, per 100 Tepung sorgum didapatkan dari petani
gram sorgum memiliki kandungan energi dan pengrajin sorgum di Kecamatan
sebesar 332 kkal, protein 11 gram, lemak Cimerak, Kabupaten Pangandaran,
3,3 gram, dan karbohidrat 73 gram. Provinsi Jawa Barat. Tepung terigu
Tepung sorgum memiliki potensi untuk menggunakan tepung dengan kandungan
dikembangkan menjadi berbagai produk protein tinggi merk Cakra Kembar. Wortel
pangan, salah satunya adalah produk mi segar dibeli dari Pasar Cikurubuk Kota
(Fitriani, 2016). Menurut World Instant Tasikmalaya dengan kondisi baik, bersih,
Noodles Association (WINA) (2015), tidak terdapat luka dan kotoran. Alat utama
konsumsi mi di Indonesia tercatat sebagai yang digunakan adalah alat cetakan mi.
yang terbesar kedua di dunia setelah Panelis yang dilibatkan merupakan panelis
Korea yaitu sebesar 51,9%. konsumen dengan jumlah 46 orang.
Mi basah merupakan mi yang cara Penelitian ini merupakan penelitian
pembuatannya cukup mudah dengan alat- eksperimen murni. Pembuatan mi basah
alat yang digunakan sederhana, selain itu dilakukan dalam dua tahapan, tahap
sebagian besar diproduksi oleh industri pertama dilakukan pembuatan mi basah
kecil dan menengah. Mi basah juga dapat dengan variasi perlakuan substitusi tepung
dicampur dengan bahan-bahan alami terigu dengan tepung sorgum menurut
lainnya ke dalam adonan untuk Suarni (2004) yang dimodifikasi, terdiri dari
menghasilkan warna yang menarik perlakuan A (80% : 20%), B (70% : 30%),
diantaranya seperti umbi ungu, buah bit, C (60% : 40%), dan D (50% : 50%).
dan wortel. Menurut hasil penelitian Suarni Prosedur pembuatan mi basah dilakukan
(2004), tepung sorgum dapat menurut penelitian Astawan (2006), dimulai
mensubstitusi tepung terigu pada dengan pencampuran formula tepung
pembuatan mi sebesar 15-20%. terigu dan tepung sorgum dengan semua
Mi identik dengan bahan makanan bahan, adonan yang terbentuk diuleni
sumber energi yang cepat dicerna dan sampai kalis selama ± 25 menit,
dirubah menjadi gula darah, wortel dapat pembentukan lembaran mi dengan
digunakan untuk meningkatkan kadar serat ketebalan 1,5 – 2 mm, pencetakan,
karena memiliki kandungan serat yang perebusan selama 2 menit, dan
tinggi, yaitu 4 g per 100 g bahan serta pendinginan. Pemilihan perlakuan terbaik
memperlambat waktu penyerapan ditentukan dengan melihat sifat fisik yang
karbohidrat. Jawa Barat termasuk salah terbentuk, terdiri dari warna, aroma, rasa,
satu daerah penghasil wortel terbanyak kekenyalan, kekuatan lembaran mi.
yaitu ±125.645 ton. Wortel dapat Perlakuan dengan komposisi terbaik akan
dioptimalkan pemanfaatannya dengan digunakan pada tahap selanjutnya.
diolah menjadi tepung wortel. Lestario, dkk, Pada tahap kedua dilakukan
(2010). Perlu dilakukan optimasi pembuatan mi basah dengan variasi
penambahan tepung wortel pada mi basah penambahan tepung wortel. Tahapan
dari formula tepung terigu dan tepung pembuatan tepung wortel dimulai dengan
sorgum untuk mengetahui pengaruhnya pencucian, pengupasan kulit dan di sawut,
terhadap sifat fisik dan organoleptik. pengeringan dengan sinar matahari,
Pembuatan mi basah dengan substitusi penepungan, pengayakan 85 mesh.
tepung sorgum dan penambahan tepung Variasi penambahan dilakukan dengan
wortel diharapkan dapat menjadi menggunakan rancangan acak kelompok
diversifikasi pangan pengganti terigu. (RAK). Terdapat 5 perlakuan penambahan
yaitu A (0%), B (10%), C (20%), D (30%),
dan E (40%). Pembuatan mi dilakukan
menurut penelitian Astawan (2006). Hasil menjadi lebih tua atau putih gelap,
organoleptic terbaik meliputi pengujian penambahan 40% terbentuk warna putih
warna, aroma, rasa, dan tekstur gelap dengan sedikit bintik bintik hitam,
didapatkan dari uji hedonic (Setyaningsih sedangkan penambahan 50% bintik bintik
dkk, 2010) dengan 7 skala (1 = sangat hitam semakin banyak.Aroma yang tercium
tidak suka, 2 = tidak suka, 3 agak tidak pada setiap perlakuan masih relatif
suka, 4 = netral, 5 = agak suka, 6 = suka, 7 dominan muncul aroma terigu. Rasa pada
= sangat suka). Hasil uji hedonic dianalisis penambahan 20% dan 30% mi masih
menggunakan uji Kruskal Wallis dengan α terasa gurih, penambahan 40% sedikit
= 5% dan dilanjutkan dengan uji Mann muncul rasa sepat, sedangkan
Whitney. penambahan 50% rasa sepat yang muncul
semakin kuat. Tekstur pada penambahan
HASIL PENELITIAN 20% - 40% masih terasa kenyal,
1. Sifat Fisik sedangkan penambahan 50% relatif
Hasil pengamatan sifat fisik mi basah kurang kenyal. Kekuatan lembaran mi
disajikan pada Tabel 1. pada penambahan 20% - 40% tidak mudah
putus pada saat dan setelah direbus,
Tabel 1. Sifat Fisik Mi Basah sedangkan penambahan 50%
Perlakuan Hasil menyebabkan mi menjadi mudah putus.
A (80% Warna putih, aroma khas
tepung terigu mi/terigu, rasa khas mi dan 2. Sifat Organoleptik
: 20% gurih, tekstur kenyal serta
tepung lembaran tidak mudah putus Tabel 2. Sifat Organoleptik Mi Basah
sorgum) pada saat direbus
Perlakuan Warna Aroma Rasa Tekstur

B (70% Warna putih agak gelap, A 5,09 4,10 4,40 4,80


tepung terigu aroma khas mi/terigu, rasa B 4,78
a
4,43
a
3,80
a
4,70
a

: 30% khas mi dan gurih, tekstur b b b a


tepung kenyal dan lembaran tidak C 4,00 4,00 3,50 4,20
b b b b
sorgum) cepat putus pada saat D 3,60 4,00 3,30 3,90
direbus E 3,20
b
3,80 3,30
b
3,30
b b

C (60% Warna putih agak gelap& *Notasi huruf yang berbeda menunjukkan
tepung terigu sedikit bintik hitam, aroma perbedaan signifikan
: 40% khas mi/terigu, rasa khas mi
tepung dan sedikit sepat, tekstur
Hasil uji statistic disajikan pada Tabel
sorgum) kenyal dan lembaran tidak
cepat putus pada saat 2. menunjukkan bahwa perlakuan B
direbus (tepung wortel 10%) merupakan perlakuan
D (50% Warna putih agak yang paling mendekati perlakuan A
tepung terigu gelap&bintik hitam semakin (control). Warna, arom, rasa, dan tekstur
: 50% banyak, aroma khas perlakuan B paling disukai oleh panelis
tepung mi/terigu, rasa khas mi dan dibandingkan perlakuan lainnya. Panelis
sorgum) sepat semakin kuat, tekstur menyebutkan bahwa perlakuan C, D, dan
kurang kenyal dan lembaran
E memiliki tingkat uji hedonic yang kurang
mudah putus pada saat
disukai jika dibandingkan dengan kontrol.
direbus
Warna mi basah yang terbentuk cenderung
lebih gelap, aroma yang muncul menjadi
Pengujian sifat fisik dilakukan dengan
khas aroma wortel, rasa lebih sepat, dan
melihat warna, aroma, rasa, kekenyalan,
tekstur kurang kenyal. Analisis statistic
dan kekuatan lembaran mi yang terbentuk.
menunjukkan tidak terdapat beda nyata
Penambahan tepung sorgum yang
antara perlakuan A dan B, kecuali pada
semakin tinggi menyebabkan warna mi
tekstur perlakuan C, hal ini menunjukkan
tekstur atau kekenyalan mi pada memberikan aroma khas wortel, dan
penambahan tepung wortel 20% masih menyebabkan mi yang terbentuk memiliki
disukai oleh panelis. aroma yang berbeda dengan mi basah
yang ada di pasaran. Penambahan diatas
PEMBAHASAN 10% juga menyebabkan warna tepung
Variasi perlakuan substitusi tepung menjadi lebih gelap yang disebabkan
sorgum yang memiliki sifat fisik terbaik adanya oksidasi beta karoten dalam wortel
adalah sebanyak 40% hal ini disebabkan pada saat pengolahan dengan pemanasan
warna, aroma, rasa, kekenyalan dan (Lestario, dkk, 2010). Selain itu rasa mi
kekuatan lembaran mi merupakan yang muncul menjadi lebih dominan rasa
komponen yang disukai oleh konsumen wortel jika dibandingkan dengan tepung
pada umumnya. Penambahan % tepung terigu atau sorgum.
sorgum menyebabkan warna mi menjadi Penambahan tepung wortel 10% dan
timbul bintik – bintik hitam yang 20% secara statistic masih dapat diterima
disebabkan oleh oksidasi tannin dalam panelis, penambahan di atas kedua
kandungan sorgum. Penambahan yang perlakuan tersebut menyebabkan tekstur
semakin tinggi menyebabkan bintik – bintik mi yang terbentuk menjadi tidak kenyal dan
menjadi lebih banyak dan semakin tidak mudah patah. Wortel merupakan sayuran
mendekati warna mi yang ada di pasaran. sumber serat tidak larut, sehingga
Kandungan tannin juga menyebabkan rasa penambahan wortel menyebabkan
mi menjadi lebih sepat (Suarni dan kandungan serat meningkat dan
Singgih, 2002). Aroma yang muncul masih menyebabkan adonan yang terbentuk
dominan terigu dikarenakan tepung menjadi lebih keras dan rapuh (Riyanto
sorgum cenderung tidak memiliki aroma dkk, 2014).
khas.
Substitusi tepung sorgum juga KESIMPULAN
menyebabkan mi menjadi kurang kenyal Substitusi tepung terigu dengan
dan mudah putus, meskipun sudah tepung sorgum mempengaruhi sifat fisik mi
ditambahkan air dan telur dalam proses basah. Warna menjadi putih gelap, aroma
pengkalisan adonan. Hal ini dapat masih dominan terigu, rasa menjadi lebih
disebabkan oleh adanya kandungan serat sepat, tekstur kurang kenyal dan mi mudah
dalam tepung sorgum. Serat akan mengisi putus. Perlakuan substitusi yang masih
ruang ikatan matriks antar bahan, sehingga dapat diterima panelis adalah sebesar
menyebabkan produk cenderung lebih 40%. Penambahan tepung wortel pada
keras dan rapuh. Substitusi menyebabkan formula 60% tepung terigu dan 40%
kandungan protein gluten yang bersumber tepung sorgum mempengaruhi sifat
pada tepung terigu menjadi berkurang. organoleptic mi basah. Penambahan
Gluten berperan membentuk ikatan yang tepung wortel yang semakin tinggi
kuat antar bahan adonan, menyebabkan warna semakin menjadi
mengembangkan adonan, dan membentuk kemerahan, aroma yang muncul khas
tekstur yang padat dan kenyal (Riyanto wortel, rasa lebih sepat dan tekstur kurang
dkk, 2014; Ratnaningsih dkk, 2010). kenyal. Perlakuan penambahan yang
Penambahan tepung wortel 10% masih dapat diterima panelis sebesar 10%.
adalah perlakuan yang paling disukai oleh
konsumen baik secara hedonic maupun DAFTAR PUSTAKA
secara statistik. Penambahan tepung Astawan, M., (2006). Membuat Mi dan
wortel lebih dari 10% menyebabkan mi Bihun, Jakarta: Penebar Swadaya.
menjadi berubah aroma, karena wortel BPS, (2014). Distribusi Perdagangan
memiliki komponen isocumarin yang Komoditi Tepung Terigu Indonesia.
Fitriani, & Rosmauli J., (2016). Substitusi Jurnal Teknobiologi. p. 1-22. http://e-
Tepung Sorgum terhadap Elongasi journal.uajy.ac.id/6503/1/JURNAL%20
dan Daya Terima Mie Basah Dengan BL01132.pdf [Diakses 22 Juni 2017]
Volume Airyang Proporsional. Skripsi, Setyaningsih, D., Anton A. dan Maya P.S.,
Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas (2010). Analisis Sensori untuk Industri
Muhammadiyah Surakarta. Pangan dan Agro, Bogor: IPB Press.
Lestario, L.N., Niken, I. dan Lusiawati, D., Suarni, (2004). Pemanfaatan Tepung
(2010). Fortifikasi Mie dengan Tepung Sorgum untuk Produk Olahan,
Wortel: Prosiding Seminar Nasonal Makasar: Pustaka Balai Penelitian
Sains Dan Pendidikan Sains UKSW. Tanaman Sereala Depatremen
p.40-50. Jawa Tengah: Universitas Pertanian. http://pustaka.litbang.
Kristen Satya Wacana. pertanian.go.id [Diakses 30
Ratnaningsih, A., W. Permana, dan N. November 2016]
Richana., (2010). Pembuatan Tepung Suarni dan Singgih, S., (2002).
Komposit dari Jagung, Ubikayu, Karakteristik dan Sifat Fisik dan
Ubijalar, dan Terigu (Lokal dan Impor) Komposisi Kimia Beberapa Varietas
untuk Produk Mi.Prosiding Pekan Biji Sorgum. Jurnal Stigma. Vol 10 (2),
Serealia Nasional ISBN : 978-979- p. 127-130.
8940-29-3. http://balitsereal.litbang. WINA, (2015). Global Demand of Instant
pertanian.go.id Diakses 22 Juni 2017 Noodles.https://instantnoodles.org/en/
Riyanto, C., Lorensia, M. E. P., F. Sinung, common_en/pdf/EN_MARKET_VOLU
P., (2014). Kualitas Mi Basah dengan ME_3LG_A4_2016.pdf. [Diakses 20
Kombinasi Edamame (Glycine max Desember 2016]
(L.) Merrill) dan Bekatul Beras Merah.

Anda mungkin juga menyukai