240210160076
3B
1.106 kg
2.870 kg
Singkon Khas Sangat
x 100% Putih
g singkong halus
=
38.54%
0.174 𝑘𝑔
4B 𝑥 100% =
1.55 𝑘𝑔
5B 1.187 𝑘𝑔
𝑥100
3 𝑘𝑔 Putih Khas Sangat
Beras
= 39.67% kecokelatan beras halus
Tepung dan pati merupakan dua produk yang berbeda cara pengolahan dan
pemanfaatannya. Pada pembuatan tepung, seluruh komponen yang terkandung di
dalamnya dipertahankan keberadaannya, kecuali air sehingga tepung bisa jadi tidak
murni hanya mengandung pati, karena tercampur dengan serat, protein dan
Fajar Abhirama A. I.
240210160076
pada tepung dimana umbi-umbian terutama Ubi Kayu dapat mengandung asam
Sianida dimana dalam SNI 01-3451-1994 disebutkan batasan maksimalnya sebesar
40 mg/kg dimana dibuktikan dengan adanya perbedaan warna yang menjadi biru
gelap. Tak hanya itu, umbi-umbian merupakan komoditas yang rawan rusak dimana
disebutkan oleh Widowati (2009) bahwa umbi merupakan komoditas yang mudah
mengalami pencoklatan setelah dikupas. Hal ini disebabkan oksidasi dengan udara
sehingga terbentuk reaksi pencoklatan oleh pengaruh enzim yang terdapat di dalam
bahan pangan tersebut (browning enzymatic). Pencoklatan karena enzim merupakan
reaksi antara oksigen dan suatu senyawa phenol yang dikatalisis oleh polyphenol
oksidase.
Selanjutnya, pengecilan ukuran dapat dilakukan agar mempermudah proses
pengeringan kadar air nantinya, karena dengan luas permukaan yang lebih kecil akan
mempermudah proses penguapan air dari bahan. Hal tersebut sesuai dengan Afrianti,
Leni H. (2008), yang mengtakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pengeringan adalah suhu, luas permukaan, kecepatan pergerakan udara, dan tekanan
atmosfir. Selain itu menurut Muchtadi, et al. (1988) adanya penyeragaman ukuran
bertujuan untuk konsistensi struktur yang homogen dalam menghasilkan tekstur akhir
pada produk lebih diinginkan karena dalam pelaksanaannya operator dapat
mengendalikan kondisi-kondisi yang dapat dikendalikan. Setelah itu dilakukan
pengeringan. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengeringan
secara langsung dibawah sinar matahari dan pengeringan menggunakan alat
(Muharam 1992). Untuk pengeringan dengan menggunakan alat, digunakan suhu
sekitar 40oC – 60oC dengan alas alumunium sebagai konduktor dalam proses
pengeringan dimana penggunaan suhu tinggi mengakibatkan tepung akan menjendal
dan mengeras sehingga hasil akhir tidak dapat memuaskan (Hendrasty, 2003).
Peralatan pengeringan yang digunakan adalah oven cabinet dimana oven jenis ini
mengalirkan sirkulasi udara dimana bertujuan untuk mempercepat pengeringan dan
dengan digunakannya listrik sebagai instrumen maka mempermudah pengaturan suhu
secara komputerisasi.
Fajar Abhirama A. I.
240210160076
aroma yang lebih kuat dan rasa yang manis dibandingkan dengan pisang plaintain
yang harus diolah atau dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi (Gilbert, 2009).
Pada sampel tepung ubi jalar, didapatkan hasil bahwa rendemen dari tepung ubi
jalar sebesar 24,53%. Hasil ini sesuai dengan range data hasil dari penelitian yang
dilakukan di Filipina, berdasarkan Woolfe (1992) yang diacu dalam Hal (2000)
menyebutkan rendemen penepungan ubi jalar di Filipina yaitu 12%-37%. Warna,
aroma, dan tekstur dari tepung ubi jalar dari hasil pengamatan berturut-turut adalah
putih kekuningan, beraroma khas ubi, dan memiliki tekstur yang sangat halus..
Perbedaan penilaian warna, aroma, dan tekstur dapat disebabkan karena varietas ubi
jalar namun hasil tersebut sudah sesuai dengan tepung berbahan dasar ubi jalar.
Pada sampel tepung singkong, didapatkan hasil bahwa rendemen dari tepung
singkong sebesar 38,54%%. Hasil ini tidak sesuai dengan rendemen tepung singkong
yang seharusnya, karena menurut Fauzi, et al (2012), rendemen tepung singkong atau
tapioka berkisar antara 19-24%. Tinggi atau rendahnya rendemen pada suatu produk
juga ditentukan oleh bahan baku yang digunakan, menurut Direktorat Pengolahan
Hasil Pertanian (2012), bahwa Varietas singkong yang digunakan dalam pembuatan
tepung dan pati singkong dapat berasal dari semua varietas. Faktor pengolahan juga
sangat berpengaruh pada rendemen yang dihasilkan, misalnya pada saat pemerasaan
yang dilakukan kurang optimal. Demikan pula pada proses penggilingan, biasanya
pada proses ini apabila tidak ditangani dengan baik maka banyak tepung yang
terbuang karena ukuran butiran yang kecil dan halus sehingga mudah keluar akibat
tiupan udara melalui celah-celah yang terdapat pada sepanjang aliran tepung sampai
pada kemasan. Warna, aroma, dan tekstur dari tepung singkong dari hasil pengamatan
berturut-turut adalah putih pucat, beraroma khas singkong, dan memiliki tekstur yang
sangat halus.. Perbedaan penilaian warna, aroma, dan tekstur dari yang seharusnya
dapat disebabkan karena varietas singkong dan penilaian setiap individu.
Pada sampel tepung sukun, didapatkan hasil bahwa rendemen dari tepung ubi
jalar sebesar 11,25%. Hasil ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian Masita S, et al
(2014) yang menyebutkan bahwa hasil rendemen dari tepung sukun sebesar 17,09%.
Hasil dari pengamatan kami yang kurang ini dapat disebabkan karena pada kadar pati
Fajar Abhirama A. I.
240210160076
Karakteristik Kenampakan
Kel Sampel Rende Gambar
Warna Aroma Tekstur
men
6B 0.012 𝑘𝑔
𝑥100%
1,578 𝑘𝑔 Putih Khas Sangat
Pisang
= kecokelatan pisang Halus
0.76%
7B 0.2673 𝑘𝑔
𝑥100% Sangat
Ubi 2.5 𝑘𝑔 Khas ubi
Putih halus dan
Jalar = jalar
kesat
10.69%
8B 0.636 𝑘𝑔
𝑥100%
3.75 𝑘𝑔
=
Singkon Khas Sangat
16.96% Putih
g singkong Halus
9B 0.02 𝑘𝑔
𝑥 100%
Cokelat
1.730 𝑘𝑔 Khas Sangat
Sukun muda
= Sukun Halus
kehijauan
1.156%
10B 0.440 𝑘𝑔
𝑥100%
2.25 𝑘𝑔 Putih bersih Khas Sangat
Beras
= beras Halus
19.55%
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)
Pati
Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa, dan terdiri atas amilosa
dan amilopektin (Jacobs dan Delcour 1998). Pati terdiri dari butiran-butiran kecil
yang disebut granula. Winarno (2002), menyatakan bahwa granula pati mempunyai
sifat merefleksikan cahaya terpolarisasi, sehingga di bawah mikroskop terlihat kristal
hitam putih. Sifat inilah yang disebut birefringent. Pada saat granula mulai pecah,
sifat birefringent ini akan menghilang.Pengolahan Pati memiliki pengolahan yang
serupa dengan tepung namun batas perbedaannya dalam pengolahannya terdapat pada
fase ekstraksi dimana pati diekstrak bagian yang memiliki banyak kandungan
polisakarida sehingga jika proses pembuatannya dilakukan dengan baik, pati yang
dihasilkan akan berwarna putih bersih (Moorthy, 2004). Pati dapat diperoleh dari biji-
Fajar Abhirama A. I.
240210160076
bijian, umbi-umbian, sayuran, maupun buah-buahan. Sumber alami pati antara lain
adalah jagung, labu, kentang, ubi jalar, pisang, barley, gandul, beras, sagu, amaranth,
ubi kayu, ganyong, dan sorgum.
Pada proses sortasi fungsinya sama seperti tepung begitupun saat pengecilan
ukuran. Dimana hal ini dikarenakan ukuran partikel yang kecil mempermudah dalam
pengeringan karena area yang dihasilkan lebih besar dan ketebalan yang seragam.
Selain itu menurut Muchtadi, et al. (1988) adanya penyeragaman ukuran bertujuan
untuk konsistensi struktur yang homogen dalam menghasilkan tekstur akhir pada
produk lebih diinginkan karena dalam pelaksanaannya operator dapat mengendalikan
kondisi-kondisi yang dapat dikendalikan. Selanjutnya dilakukan ekstraksi. Proses
ekstraksi pada pati dilakukan selama 24 jam, hal ini bertujuan untuk memisahkan
antara pati dan zat lainnya dimana ketika dilakukan pengendapan, granula pati akan
mengendap pada dasar wadah dan akan membentuk pasta (Mustafa 2016).
Menurut Suprapti (2005) dalam bukunya Teknologi Pengolahan Pangan Tepung
Tapioka dijelaskan bahwa volume pencucian tepung sebanyak 4-6 kali, dimana pada
praktikum ini digunakan 4 kali yang tujuannya untuk meningkatkan derajat keputihan
agar menciptakan pati yang lebih putih. Selain pencucian, kualitas air juga
mempengaruhi dimana cemaran dan kandungan yang terlarut dalam air
mempengaruhi produk akhir.Proses Pencucian atau leaching adalah proses pemisahan
komponen pelarut dari bahan pangan (Fellows, 2000). Prinsip yang digunakan
adalah, ketika suatu bahan pangan mengalami kontak dengan suatu cairan, beberapa
unsurnya akan terlarut menjadi tingkatan yang lebih tinggi atau rendah. Tingkatan
pemutusan (degree of dissolution) dari masing-masing unsur ketika kontak dengan
cairan menyebabkan terbentuknya ekstrak atau leachate/percolate yang dapat
digunakan untuk bermacam-macam tujuan (Sloot, et. al., 1997).
Setelah itu dilakukan pengeringan dimana digunakan suhu sekitar 40oC – 60oC
dengan alas alumunium sebagai konduktor dalam proses pengeringan dimana
penggunaan suhu tinggi mengakibatkan tepung akan menjendal dan mengeras
sehingga hasil akhir tidak dapat memuaskan (Hendrasty, 2003). Peralatan
pengeringan yang digunakan adalah oven cabinet dimana oven jenis ini mengalirkan
Fajar Abhirama A. I.
240210160076
Pada sampel pati pisang, didapatkan hasil bahwa rendemen dari pati pisang
sebesar 0,76%. Kadar total pati pada pisang matang menurut Zhang et al (2005),
hanya berkisar 1 – 2 %, sementara kadar pati pada pisang mentah berkisar antara 20 –
23 %. Maka hasil yang didapatkan dari hasil pengamatan sudah sesuai dengan
seharusnya. Perbedaan nilai kadar total pati antar varietas yang didapatkan dapat
dipengaruhi oleh proses ekstraksi yang dilakukan (Pelissari et al. 2012). Warna,
aroma, dan tekstur dari pati pisang dari hasil pengamatan berturut-turut adalah putih
kecokelatan, beraroma khss pisang, dan bertekstur sangat halus. Perbedaan penilaian
warna, aroma, dan tekstur dapat disebabkan karena varietas pisang namun hasil
tersebut sudah sesuai dengan pati pisang biasanya.
Pada sampel pati ubi jalar, didapatkan hasil bahwa rendemen dari pati ubi jalar
sebesar 10,69%. Rendemen pati berdasarkan SNI 01 - 4493 - 1998 tentang ubi jalar
yaitu sebesar 25% sehingga hasil yang didapatkan yaitu 10,69% sudah sesuai dan
dapat dibilang sangat rendah. Perbedaan nilai kadar total pati antar varietas yang
didapatkan dapat dipengaruhi oleh proses ekstraksi yang dilakukan (Pelissari et al.
2012). Warna, aroma, dan tekstur dari pati ubi jalar dari hasil pengamatan berturut-
turut adalah putih, beraroma khas ubi jalar, dan bertekstur sangat halus. Perbedaan
penilaian warna, aroma, dan tekstur dapat disebabkan karena varietas ubi jalar namun
hasil tersebut sudah sesuai dengan pati ubi jalar.
Pada sampel pati singkong, didapatkan hasil bahwa rendemen dari pati singkong
sebesar 10,69%. Hal ini dibawah hasil penelitian yang dilakukan Apriyadi (2009),
yang menurutnya rendemen pati singkong yang didapat dengan pengeringan
menggunakan oven berkisar antara 22-54%. Perbedaan nilai kadar total pati antar
varietas yang didapatkan dapat dipengaruhi oleh proses ekstraksi yang dilakukan
(Pelissari et al. 2012). Warna, aroma, dan tekstur dari pati singkong dari hasil
pengamatan berturut-turut adalah putih, beraroma khas singkong, dan bertekstur
sangat halus. Hal ini dikarenakan kandungan pati yang tinggi dalam pati ubi dimana
menurut Moorthy (2004) pati merupakan senyawa polisakarida yang berwarna putih
cerah. Tidak adanya bau dikarenakan kandungan dalam tapioka tidak mengandung
Fajar Abhirama A. I.
240210160076
volatil dimana tidak menimbulkan aroma. Ukuran dari tapioka dalam praktikum ini
adalah lolos 100mesh dimana membuat pati bertekstur sangat halus.
Pada sampel pati sukun, didapatkan hasil bahwa rendemen dari pati sukun
sebesar 1,156%. Alasan pati sukun memiliki rendemen pati yang sedikit dikarenakan
menurut Winata (2001) disebutkan bahwa kandunga pati pada sukun hanya 13,5%
dimana membuat rendemen patinya hanya sedikit. Perbedaan nilai kadar total pati
antar varietas yang didapatkan dapat dipengaruhi oleh proses ekstraksi yang
dilakukan (Pelissari et al. 2012). Warna, aroma, dan tekstur dari pati sukun dari hasil
pengamatan berturut-turut adalah cokelat muda kehijauan, beraroma khas sukun, dan
bertekstur sangat halus. Perbedaan penilaian warna, aroma, dan tekstur dapat
disebabkan karena varietas sukun.
Pada sampel pati beras, didapatkan hasil bahwa rendemen dari pati beras sebesar
19,55%. Perbedaan nilai kadar total pati antar varietas yang didapatkan dapat
dipengaruhi oleh proses ekstraksi yang dilakukan (Pelissari et al. 2012). Warna,
aroma, dan tekstur dari pati beras dari hasil pengamatan berturut-turut adalah putih,
beraroma khas beras, dan bertekstur sangat halus. Perbedaan penilaian warna, aroma,
dan tekstur dapat disebabkan karena varietas beras yang digunakan.
Fajar Abhirama A. I.
240210160076
DAFTAR PUSTAKA
Hal, M. van. 2000. Quality of Sweetpotato Flour during Pprocessing and Storage.
Food Rev. Int. 16 (1): 1-37.
Martunis. 2012. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap Kuantitas dan
Kualitas Pati Kentang Varietas Granola. Jurnal. Fakultas Pertanian, Universitas
Syiah Kuala
Moorthy SN. 2004. Tropical Source of Starch. Di dalam Eliasson AC (ed). 2004.
Boca Raton: Starch in Food : Structure, Function, and Application. CRC Press.
Muharam, S., 1992. Studi Karakteristik Fisiko Kimia dan Fungsional Tepung
Singkong (Manihot esculenta crantz) dengan Modifikasi Pengukusan,
Penyangraian, dan Penambahan GMS, serta Aplikasinya dalam Pembuatan
Roti tawar. Skripsi. IPB-Press, Bogor.