Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN


TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA, KACANG-
KACANGAN DAN HASIL PERKEBUNAN
MIE BASAH
(Infectum Noodle)

Oleh:
Nama : Melisa Citra Pemula
NRP : 113020015
Kelompok : A
Meja : 1 (satu)
Tanggal Praktikum : 22 April 2014
Asisten : Faizal S.H.

LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN


JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2014
I PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan

Percobaan, dan (3) Prinsip percobaan.

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan dunia industri pengolahan makanan yang maju pesat saat

ini diperlukan mekanisme-mekanisme yang lebih sederhana tetapi mempunyai

kemampuan yang lebih baik. Mie adalah salah satu jenis makanan yang mudah

didapatkan dimana mana, tetapi pengolahan mi masih menjadi suatu kesulitan bagi

industri rumah tangga dan rumah makan. Kesulitan yang dialami terletak pada saat

mengolah adonan berbentuk gumpalan-gumpalan menjadi lembaran kontinu.

Pengolahan adonan berbentuk gumpalan-gumpalan menjadi lembaran kontinu dapat

dilakukan dengan cara pengerolan atau dengan menggunakan gaya tekan pada

adonan mie (Hermanto, 2003).

Mie basah adalah jenis mie yang mengalami proses perebusan setelah tahap

pemotongan dan sebelum dipasarkan. Kadar airnya dapat mencapai 52% sehingga

daya tahan simpannya relatif singkat (40 jam pada suhu kamar). Diindonesia. Mie

basah dikenal sebagai mie kuning atau mie baso (Astawan, 2006).

Mie merupakan salah satu jenis makanan yang paling populer di Asia khususnya

di Asia Timur dan Asia Tenggara. Menurut catatan sejarah, mie pertama kali dibuat

di daratan Cina sekitar 2000 tahun yang lalu pada masa pemerintahan dinasti Han.
Dari Cina, mie berkembang dan menyebar ke Jepang, Korea, Taiwan dan negara-

negara di Asia Tenggara bahkan meluas sampai kebenua Eropa (Sutomo, 2006).

Secara umum mie dapat digolongkan menjadi dua, mie kering dan mie basah.

Baik yang dalam kemasan Polietilen maupun dalam kemasan polysteren yang

dikenal juga sebagai sterofoam. Pada umumnya mie basah adalah mie yang belum di

masak kandungan airnya cukup tinggi dan cepat basi, jenis mie ini biasanya hanya

tahan 1 hari (Sutomo, 2006).

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan percobaan dari pembuatan mie adalah untuk diversifikasi produk pangan

tepung, untuk menambah nilai ekonomis, dan untuk mengetahui cara pembuatan mie

basah.

1.3 Prinsip Percobaan


Prinsip percobaan dari pembuatan mie adalah gluten dari senyawa gliadin dan

gluten yang dapat membentuk jaringan adonan lebih elastis dan mudah dibentuk.
II BAHAN,ALAT, DAN METODE PERCOBAAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Bahan Percobaan yang Digunakan, (2) Alat

Percobaan yang Digunakan, dan (3) Metode Percobaan.

2.1 Bahan Percobaan yang Digunakan


Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan mie basah adalah tepung cakra,

wortel, telur, garam, soda kue, minyak nabati, tapioka, dan air.

2.2 Alat Percobaan yang Digunakan


Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah kompor, timbangan,

baskom, pisau, piring, sendok, plastik sampel, panci dan alat pembentuk untaian mie.
2.3 Metode Percobaan

1.Tepung Cakra 2.Penimbangan bahan 3. Pencampuran hingga


kalis

6.Perebusan T= 70-100oC 5. Pembuatan 4. Penipisan dan


t== 10 menit Untaian Pembaluran

7. Penirisan Air 8. Glazing (Minyak Nabati) 9. Mie Basah

Gambar 1. Alur Proses Pemgolahan Mie Basah


Terigu

Gambar 2. Metode Pengolahan Mie Basah


III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengamatan, dan (2) Pembahasan.

3.1 Hasil Pengamatan


Berdasarkan pengamatan terhadap mie basah pada pengolahan serealia dan

kacang-kacangan yang telah dilakukan maka diperoleh hasil pengamatan yang dapat

dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Hasil Pengamatan Mie Basah


No Analisa Hasil Pengamatan
1 Nama Produk Mie Basah
2 Basis 182 gram
Bahan Utama
3
Terigu Cakra 63,77% 251,89 gram
Bahan Tambahan
4.1. Soda Kue 0,51% 2 gram
4.2. Garam 0,64% 2,528 gram
4
4.3. Telur 12,75% 50,36 gram
4.4. Air 9,56% 37,762 gram
5.5. Wortel 12,75% 50,36 gram
5 Berat Produk 157,95 gram
6 % Produk 86,8 %
Organoleptik
7.1. Warna Kuning
7.2. Tekstur halus
7
7.3. Aroma Khas tepung
7.4. Rasa Tepung sedikit asin
7.5. Penampakan menarik

8 Gambar Produk

(Sumber : Kelompok A, Meja 1, 2014)


3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan ini dapat diambil kesimpulan bahwa dari tepung

cakra seberat 251,89 gram dengan basis 395 gram diperoleh produk mie basah

seberat 157,95 gram dengan persentasi produk sebesar 86,8 %. Hasil organoleptik

dari mie basah tersebut yaitu warna kuning, tekstur halus, aroma khas tepung, rasa

tepung sedikit manis, kenampakan menarik.

Tepung Jenis tepung terigu yang biasa digunakan dalam pembuatan olahan

tepung terigu :

 Tepung berprotein tinggi (bread flour): tepung terigu yang mengandung kadar

protein tinggi, antara 11%-13%, digunakan sebagai bahan pembuat roti, mi,

pasta, dan donat.

 Tepung berprotein sedang/serbaguna (all purpose flour): tepung terigu yang

mengandung kadar protein sedang, sekitar 8%-10%, digunakan sebagai bahan

pembuat kue cake.

 Tepung berprotein rendah (pastry flour): mengandung protein sekitar 6%-8%,

umumnya digunakan untuk membuat kue yang renyah, seperti biskuit atau kulit

gorengan ataupun keripik (Anonim, 2013).

Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dengan karbohidrat (akan

mengembang), melarutakn garam, dan membentuk sifat kenyal gluten. Air yang

digunakan sebaiknya memiliki pH anatara 6-9. Makin tinggi pH air maka mie yang

dihasilkan tidak mudah patah karena absorpsi air meningkat dengan meningkatnya

pH. Selain pH air yang digunakan harus air yang memenuhi persyaratan sebagai air
minum, diantaranya tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Jumlah air yang

ditambahkan pada umumnya sekitar 28-38% dari campuran bahan yang akan

digunakan. Jika lebih dari 38% adonan akan menjadi sangat lengket dan jika kurang

dari 28% adonan akan menjadi rapuh sehingga sulit dicetak (Astawan, 2006).

Penyerapan air dan keasaman dari adonan merupakan faktor paling penting

dalam proses pembuatan mie. Bila air yang diserap oleh adonan terlalu sedikit maka

struktur adonan akan terlalu porus, sedangkan apabila penyerapan air terlalu banyak

maka adonan menjadi lembek. Pati dapat menyerap air dingin sampai 30 % tanpa

merusak struktur pati dan apabila dipanaskan daya serapnya akan mencapai 60 %

(Winarno, 1992).

Garam dapur berfungsi umtuk pemberi rasa, memperkuat tekstur mie,

meningkatkan fleksibilitas dan elasitas mie, seta untuk mengikat air. Selain itu,

garam dapat menghambat aktivitas enzim protease dan amylase sehingga pasta tidak

bersifat lengket dan tidak mengembang secara berlebih (Astawan, 2006).

Soda kue berfungsi untuk pengembang dan membuat tekstur kenyal yang lebih

banyak digunakan sekarang ini adalah soda kue dengan aktivitas lambat, yang

mengandung Ca (HPO4).H2O dan Na2SO4.Al2(SO4)3. Garam Ca (HPO4).H2O tidak

begitu larut dalam air dingin sehingga kecepatan pelepasan CO 2 juga rendah.

Sebaliknya garam Na2SO4.Al2(SO4)3 yang bukan asam harus bereaksi terlebih dahulu

dengan air panas untuk bisa menghasilkan asam. Kemudian asam dengan NaHCO 3

akan menghasilkan CO2 (Winarno, 1992).


Secara umum penambahan telur dimaksudkan untuk meningkatkan mutu protein

mie dan menciptakan adonan yang lebih liat sehingga tidak terputus-putus. Kuning

telur dipakai sebagai pengemulsi karena dalam kuning telur terdapat lechitin. Selain

sebagai pengemulsi, lechitin juga dapat mempercepat hidrasi air pada tepung dan

untuk mengembangkan adonan. Penambahan kuning telur juga akan memberikan

warna yang seragam (Astawan, 2006).

Tepung tapioka berfungsi sebagai bahan tambahan yang dengan tujuan agar

membentuk adonan menjadi kalis dan memudahkan dalam proses pencetakan

menjadi mie sehingga adonan tdak mudah patah atau putus-putus pada saat

pencetakan dan perebusan.

Fungsi-fungsi perlakuan pada setiap proses adalah :

1.Pencampuran hingga kalis

Tahap pencampuran bertujuan agar hidrasi tepung dengan air berlangsung secara

merata dan menarik serat-serat gluten. Untuk mendapatkan adonan yang baik harus

diperhatikan jumlah penambahan air (28 – 38 %), waktu pengadukan (15 – 25

menit), dan suhu adonan (24 – 40°C). Pada saat pencampuran ditambahkan Tepung

terigu merupakan bahan dasar pembuatan mie.. Tepung terigu berfungsi membentuk

struktur mie, sumber protein dan karbohidrat. Kandungan protein utama tepung

terigu yang berperan dalam pembuatan mie adalah gluten. Gluten dapat dibentuk dari

gliadin (prolamin dalam gandum) dan glutenin. Protein dalam tepung terigu untuk

pembuatan mie harus dalam jumlah yang cukup tinggi supaya mie menjadi elastis
dan tahan terhadap penarikan sewaktu proses produksinya. Bahan- bahan lain yang

digunakan antara lain air, garam, bahan pengembang, zat warna, bumbu dan telur,

bahan yang kedua adalah Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dan ka

rbohidrat, melarutkan garam, dan membentuk sifat kenyal gluten. Pati dan gluten

akan mengembang dengan adanya air. Air yang digunakan sebaiknya memiliki pH

antara 6 – 9, hal ini disebabkan absorpsi air makin meningkat dengan naiknya pH.

Makin banyak air yang diserap, mie menjadi tidak mudah patah. Jumlah air yang

optimum membentuk pasta yang baik. Bahan ketiga adalah Garam berperan dalam

memberi rasa, memperkuat tekstur mie, meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas

mieserta mengikat air. Garam dapat menghambat aktivitas enzim protease dan

amilase sehingga pasta tidak bersifat lengket dan tidak mengembang secara

berlebihan. Bahan ke empat telur, Putih telur akan menghasilkan suatu lapisan yang

tipis dan kuat pada permukaan mie. Lapisan tersebut cukup efektif untuk mencegah

penyerapan minyak sewaktu digoeng dan kekeruhan saus mie sewaktu pemasakan.

Lesitin pada kuning telur merupakan pengemulsi yang baik, dapat mempercepat

hidrasi air pada terigu, dan bersifat mengembangkan adonan. Dan yang terakhir soda

kue dalam pembuatan mie basah ini tidak hanya berguna sebagai pengembang saja.

Adanya soda kue dalam adonan mie membuat mie dapat terapung ketika direbus

dalam air. Terapungnya mie basah ketika direbus merupakan indikator bahwa mie

basah sudah matang.

2.Proses roll press (pembentukan lembaran)


Bertujuan untuk menghaluskan serat-serat gluten dan membuat lembaran adonan.

Pasta yang dipress sebaiknya tidak bersuhu rendah yaitu kurang dari 25 oC, karena

pada suhu tersebut menyebabkan lembaran pasta pecah-pecah dan kasar. Mutu

lembaran pasta yang demikian akan menghasilkan mie yang mudah patah. Tebal

akhir pasta sekitar 1,2 – 2 mm. Di akhir proses pembentukan lembaran.

3.Pembuatan untaian

Pembuatan untaian ini berfungsi untuk membentuk mie sesuai dengan ukuran

yang di inginkan pada proses ini di tambahankan tepung tapioca agar mie tidak

lengket.

4.Proses perebusan

Bertujuan untuk mematangkan mie.

5.Penirisan

Bertujuan agar mie tidak terlalu mengadung banyak air setelah proses perebusan.

6.Glazing

Bertujuan untuk agar tidak lengket, mie lebih awet dan agar mengkilat sehingga

menambah daya tarik dari konsumen

7.Penimbangan

Dilakukan untuk mendapatkan presentase produk mie yang telah dibuat atau

diolah

Perubahan fisika yang terjadi adalah dimana bahan dasarnya yaitu terigu yang

memiliki sifat halus berubah menjadi padatan setelah proses pembuatan yang
dicampur dengan bahan-bahan tmabahan. Perubahan kimia yang terjadi di mie

adalah.sumber protein dan karbohidrat. Kandungan protein utama tepung terigu yang

berperan dalam pembuatan mie adalah gluten. Gluten dapat dibentuk dari gliadin

(prolamin dalam gandum) dan glutenin. Protein dalam tepung terigu untuk

pembuatan mie harus dalam jumlah yang cukup tinggi supaya mie menjadi elastis

dan tahan terhadap penarikan sewaktu proses produksinya.

Faktor –faktor yang harus di perhatikan dalam pembuatan mie :

Faktor yang harus diperhatikan dalam membuat adonan dalam pembuatan mie

yang baik adalah, jumlah air yang ditambahakan, lama pengadukan, dan suhunya.

Pada awal pencampuran terdapat pemecahan lapisan tipis air dan tepung. Semakin

lama semua bagian tepung terbasahi, oleh air dan menjadi gumpalan-gumpalan

adonan. Adonan air tersebut juga merupakan serat-serta gluten tertarik, disusun

bersilang dan terbungkus dalam pati, sehingga adonan menjadi lunak, harus serta

elastis (Soraya, 2011).

Terdapat 3 (tiga) titik kritis yang perlu dikontrol (CCP) yaitu pada saat

pencetakan, perendaman dan pengemasan. Sedangkan tahapan yang termasuk titik

yang perlu dikontrol (CP) ada 4 (empat) tahap yaitu tahap pembentukan biang,

pencampuran dan pengadukan adonan mi, pemasakan dan penirisan.(Anonim, 2010).

Minya nabati atau minyak sayur bertujuan sebagai bahan tambahan yang di

tambahkan saat perebusan mie atau di baluri setelah mie di rebus dengan tujuan agar

mie tidak saling menempel atau lengket antara mie yang satu dengan mie yang lain.
Pengistirahatan adonan (first proofing) Setelah dicapai perkembangan optimal

gluten pada proses pencampuran dengan di tandai adonan telah kalis, pengistirahatan

adonan dilakukan untuk menyeimbangkan suhu pada saat adonan dalam proses

pengadukan dengan suhu ruang pada saat di lakukan penipisan adonan dan untuk

dilaukan pencetakan jadi mie.

Fungsi dari glazzing mie dengan minyak nabati adalah agar mie tidak saling

menempel, lengket, tidak bertekstur lembek dan membuat mie lebih mengkilat.

Beberapa perubahan selama terjadinya gelatinisasi dapat diamati, bila suspensi

pati dalam air dipanaskan. Mula-mula suspensi pati yang keruh seperti susu tiba-tiba

mulai menjadi jernih pada suhu tertentu, tergantung jenis pati yang digunakan.

Terjadinya translusi larutan pati tersebut biasanya diikuti pembengkakan

granula.Bila energi kinetik molekul-molekul air menjadi lebih kuat daripada daya

tarik menarik antar molekul pati di dalam granula, air dapat masuk ke dalam butir-

butir pati.Hal inilah yang menyebabkan membengkaknya granula tersebut

(Winarno, 1992).

Beberapa faktor saat menentukan kualitas mie yaitu faktor sensorik seperti

warna, rasa rasa, dan tekstur, sifat fisikokimia dan mikrobiologis (Bahk et al. 2007).

Faktor mikrobiologis meliputi konsentrasi bakteri aerobik total, bakteri coliform dan

Escherichia coli.

Perbedaan antara mie instant, mie kering dan mie basah adalah proses

pengolahan. Mie Instan adalah mie yang telah mengalami proses gelatinisasi,
sehingga untuk menghidangkannya cukup dengan di rebus dengan air mendidih, Mie

instan biasanya mengacu pada produk-produk yang dikukus dan digoreng dalam

minyak (stemed & deep fried). Mie instan juga dikenal dengan nama ramen. Mie ini

dibuat dengan penambahan beberapa proses setelah menjadi mie segar. Tahap-tahap

tersebut yaitu pengukusan, pembentukan dan pengeringan. Kadar air mie instan

umunya mencapai 5-8% sehingga memiliki daya simpan yang relatif lama

(Ahmad, 2010).

Dilihat dari SNI mie basah yang dihasilkan dalam percobaan termasuk dalam

standar dilihat dari keadaannya yang normal dan tidak ditambahkan bahan tambahan

makanan yang tidak sesuai standar. Tetapi dilihat dari cemaran logam dan cemaran

mikroba hasil percobaan harus dilakukan pengujian lebih lanjut.

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-2897-1992) definisi mie basah

adalah produk makanan yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa

penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diijinkan,

berbentuk khas mie yang tidak dikeringkan (Standar Nasional Indonesia, 1992).
IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan, dan (3) Saran.

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan ini dapat diambil kesimpulan bahwa dari tepung

cakra seberat 251,89 gram dengan basis 395 gram diperoleh produk mie basah

seberat 157,95 gram dengan persentasi produk sebesar 86,8 %. Hasil organoleptik

dari mie basah tersebut yaitu warna kuning, tekstur halus, aroma khas tepung, rasa

tepung sedikit manis, kenampakan menarik.

4.2 Saran

Sebaiknya pada saat dilakukannya pencampuran adonan mie sebaiknya

dilakukan dengan baik agar mie memiliki tekstur yang kenyal, elastis dan tidak

mudah patah. Serta pada proses pembuatan mie harus dihitung terlebih dahulu

bahan-bahan yang akan dicampurkan dengan benar sehingga mie yang dihasilkan

akan memiliki kualitas baik.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, (2010), Proses Pembuatan Mie, http://lordbroken.wordpress.com

/2010/06/23/proses pembuatan-mie/, akses 27/04/2013.

Astawan, M., (2006), Membuat Mie dan Bihun, Penerbit Penebar Swadaya,

Jakarta.

Kartasapoetra, 2009. Teknologi Pengolahan Ubi Kayu, http://pengolahan ubi

kayu.com. Akses 27/04/ 2013.

Marliani, L., (2013), Ubi Kayu, http://id.wikipedia.org/wiki/Ketela_pohon.com,

akses 27/04/2013.

Suismono, (1995), Kajian Teknologi Pembuatan Tepung Ubi Jalar dan

Manfaatnya Untuk Produk Ekstrusi Mie Basah. Tesis. Program

Pascasarjana IPB. Bogor.

Standar Nasional Indonesia (SNI 01-2897-1992), Mie Basah.

Sutomo, Budi, (2006), Sejarah dan Aneka Jenis Mie, http: //budiboga.

blogspot.com, akses 27/04/2013.

Winarno F.G., (1992), Kerusakan Bahan Pangan dan Cara Pencegahannya, edisi

ke-4, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.


LAMPIRAN PERHITUNGAN

Perhitungan Formulasi

Diketahui :

Basis = 395 gram

W Produk = 157,95 gram

1. Terigu cakra kembar = 67,77% x 395 = 251,89 gram

2. Garam = 0,64% x 395 = 2,528 gram

3. Telur = 12,75% x 395 = 50,36 gram

4. Air = 9,56% x 395 = 37,762 gram

5. Soda Kue = 0,51% x 395 = 2 gram

6. Wortel = 12,75% x 395 = 50,36 gram

% Produk = 157,95 x 100%


395

= 86,8%
LAMPIRAN DISKUSI MODUL

1. Jelaskan mengenai perbedaan mie basah, mie kering dan mie instant !

Jawab:

Mie basah adalah mie yang mengalami proses perebusan air mendidih setelah

tahap pemotongan dan sebelum dipasarkan. Kadar airnya dapat mencapai 52%

sehingga daya simpannyarelatif singkat (40 jam pada suhu kamar). Di Indonesia, mie

basah lebih dikenal dengan istilah mie kuning atau mie bakso.

Mie kering adalah mie mentah yang dikeringkan dengan kadar air antara 8-10%.

Pengeringan umumnya dilakukan dengan penjemuran di bawah sinar matahari atau

dengan menggunakan oven. Karena sifat kering inilah maka mie mempunyai daya

simpan yang relatif panjang dan dalam penanganannya cukup mudah. Mie kering

juga ditambahkan dengan telor segar atau tepung telor, sehingga dipasaran mie ini

juga dikenal dengan istilah mie telor.

Mie Instan adalah mie yang telah mengalami proses gelatinisasi, sehingga untuk

menghidangkannya cukup dengan di rebus dengan air mendidih, Mie instan biasanya

mengacu pada produk-produk yang dikukus dan digoreng dalam minyak

(stemed & deep fried).

Mie instan juga dikenal dengan nama ramen. Mie ini dibuat dengan

penambahan beberapa proses setelah menjadi mie segar. Tahap-tahap tersebut yaitu

pengukusan, pembentukan dan pengeringan. Kadar air mie instan umunya mencapai

5-8% sehingga memiliki daya simpan yang relatif lama


2. Jelaskan fungís dari bahan-bahan berikut ini dalam pembuatan mie:

a. Terigu

b. Telur

c. Garam

d. Soda kue

e. STPP

f. Air KI

g. Tapioka

h. Minyak sayur

Jawab :

a. Terigu merupakan bahan utama dalam pembuatan mie, sampai saat ini tidak

ada bahan lain yang biasa digunakan untuk menggantikan gandum sebagai

bahan dasar pembuatan terigu, karena gandum adalah satu-satunya jenis biji-

bijian yang mengandung gluten, yaitu protein yang tidak larut dalam

air,mempunyai sifat elastis seperti karet dan kerangka pembuatan mie.

b. Telur berfungsi meningkatkan mutu protein mie dan menciptakan adonan

yang lebih liat sehingga tidak terputus-putus. Kuning telur dipakai sebagai

pengemulsi karena dalam kuning telur terdapat lechitin. Selain sebagai

pengemulsi, lechitin juga dapat mempercepat hidrasi air pada tepung dan
untuk mengembangkan adonan. Penambahan kuning telur juga akan

memberikan warna yang seragam.

c. Garam berfungsi umtuk pemberi rasa, memperkuat tekstur mie,

meningkatkan fleksibilitas dan elasitas mie, seta untuk mengikat air. Selain

itu, garam dapat menghambat aktivitas enzim protease dan amylase sehingga

pasta tidak bersifat lengket dan tidak mengembang secara berlebih.

d. Soda kue berfungsi mengembangkan dan membuat tekstur kenyal dan untuk

menghasilkan asam.

e. STPP berfungsi sebagai bahan tambahan yang berfungsi sebagai pengental,

pembentuk gel, dan pembentuk lapisan tipis selain itu juga berfungsi sebagi

pembentuk suspensi, pengemulsi, pemantap emulsi.

f. Air KI berfungsi untuk mempercepat pengikatan gluten,meningkatkan

elastisitas dan flexibilitas meningkan kehalusan texstur dan meningkatkan

sifat kenyal.

g. Tapioka berfungsi agar tidak lengket pengolah makanan karena tidak mudah

menggumpal, memiliki daya perekat yang tinggi sehingga pemakaianya

dapat dihemat, tidak mudah pecah atau rusak, daan suhu gelatinisasinya

rendah.

h. Minyak sayur berfungsi agar tidak legket, membuat mie mengkilat dan media

penghantar panas. Disamping itu penambahan minyak goreng yang memiliki

kandungan lemak juga berfungsi untuk menambah kolestrol serta


memperbaiki takstur dan cita rasa dari bahan pangan. Adanya karotenoid

menyebabkan warna kuning kemerahan. Karotenoid sangat larut dalam

minyak dan merupakan hidro karbon dengan banyak ikatan tidak jenuh. Bila

minyak dihidrogenasi maka akan terjadi hidrogenasi karotenoid dan warna

merah akan berkurang selain itu perlakuan pemanasan juga akan mengurangi

warna pigmen karotenoid tidak stabil pada suhu tinggi.

Anda mungkin juga menyukai