Dosen Pengampu :
Dr. Maria Poppy H.,MSc.
Disusun Oleh :
Diar Laula Hoerudin(1021211005)
Amelia safitri (1021211002)
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima
tahun) yang diakibatkan kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek
untuk usia nya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada
masa awal setelah bayi lahir. Akan tetapi, kondisi stunting baru Nampak setelah
bayi berusia 2 tahun. Stunting yang dialmi anak disebabkan oleh tidak terpaparnya
periode 1000 hari pertama kehidupanmendapat perhatian khusus karena menjadi
penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di
masa depan. Stunting dapat disebebkan tidak melalui masa emas yang dimulai
1000 hari pertama. Kehidupan yang merupakan pembentukan tumbuh kembang
awal pada 1000 hari pertama. Pada masa tersebut nutrisi yang diterima oleh bayi
saat didalam kandungan dan menerima ASI memiliki jangka Panjang terhadap
kehidupan saat dewasa. Hal ini dapat terlampaui maka akan terhindar dari
terjadinya stunting pada anak-anak dan status gizi yang kurang (depkes,2015)
1.2 Etiologi
Beberapa fakta dan informasi yan ada menunjukkan bahwa hanya 22,8% anak
dari anak usia 0-6 bulan yang mengusu ekslusif dan hanya 36,6% anak usia 7-23
bulan yang menerima makanan pendamping ASI (MPASI), yang sesuai dengan
praktik-praktik yang direkomendasikan tentang pangturan waktu, frekuensi dan
kualitas.
MPASI diberikan atau mulai diperkenalkan katika balita berusia diatas 6
bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi MPASI
juga dapat mencakupi kebutuhan gizi bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh
ASI serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan system imunologis
anak terhadap makanan dan minuman. Oleh karena itu masyarakat dan petugas
perlu memahami penting nya ASI eksklusif dan praktik-praktik pemberian
makanan bayi dari anak yang tepat serta memberikan dukungan kepada para ibu.
1.4 Epidemiologi
Gejala dan tanda-tanda stunting yaitu berat badan tidak naik cenderung
menurun, terlambatnya perkembangan tubuh, mudah terkena penyakit infeksi,
kemampuan kognitifnya lemah, mudah lelah, wajah tampak lebih muda dari anak
seusia nya, pada usia 8-10 tahun menjadi lebih pendiam. Stunting adalah tinggi
badan yang kurang menurut umur (<-2SD),ditandai dengan terlambatnya
pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan
yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunting merupakan kekurangan gizi
kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator
jangka panjang untuk gizi kurang pada anak. Stunting dapat di diagnosis melalui
indeks antropometrik tinggi badan menurut umur yang mencerminkan
pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi
kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau
kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai
potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit.Stunting
yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka
kematian, kemampuan kognitif dan perkembangan motorik yang rendah serta
fungsi tubuh yang tidak seimbang.
1.6 Diagnosis
Stunting sendiri akan mulai nampak ketika bayi berusia dua tahun (TNP2K,
2017). Stunting didefinisikan sebagai keadaan dimana status gizi pada anak
menurut TB/U mempunyai hasil Zscore - 3,0 SD s/d < -2,0 SD (pendek) dan
Zscore <-3,0 SD (sangat pendek). Hasil pengukuran Skor Simpang Baku (Z-
score) didapatkan dengan mengurangi Nilai Individual Subjek (NIS) dengan Nilai
Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, setelah itu
hasilnya akan dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujuk (NSBR). Jika tinggi
badan lebih kecil dari nilai median, maka NSBR didapatkan dengan cara
mengurangi median dengan – 1 SD. Jika tinggi badan lebih besar dari pada
median, maka NSBR didapatkan dengan cara mengurangi + 1 SD dengan median,
berikut ini rumus yang bisa digunakan :
Z-Score = (NIS-NMBR)/NSBR
Keterangan :
Pencegahan infeksi bisa dilakukan dengan cara melakukan pola hidup bersih
dan sehat serta pemberian imunisasi dasar, kemudian pastikan mendapat kan
makanan yang mengandung protein hewani, karbohidat, sayur dan buah serta
kacang-kacangan, selain itu orang tua perlu memberikan stimulasi karena pada
anak berupa kegiatan bermain, dan pembatasan penggunaan media merangsang
kemampuan motorik kasar, motorik halus dan kemampuan anak bersosialisasi.
1.8 Patofisiologi
Terjadinya stunting pada balita seringkali tidak disadari, dan setelah dua tahun
baru terlihat ternyata balita tersebut pendek. Masalah gizi yang kronis pada balita
disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat
ornag tua/keluarga tidak tahu atau belum sadar untuk memberikan makanan yang
sesuai dengan kebutuhan gizi anak nya.
1.9 Komplikasi
Komplikasi stunting biasanya disebabkan oleh infeksi yang menyertai.
Konsekuensi jangka pendek dari stunting adalah peningkatan morbiditas anak,
penurunan fungsi kognitif, pemkembangan motoric dan Bahasa, serta
berdampak pada ekonomi dengan meningkatkan pengeluaran dibidang
Kesehatan. Konsekuensi jangka panjang stunting adalah risiko obesitas dan
komorbid lain seperti diabetes, penurunan kesehatan reproduksi, penurunan
potensi belajar, serta penurunan kapasitas kerja dan prokdutivitas.
1.10 Prognosis
Stunting yang terjadi di intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan
masih dapat memiliki prognosis yang baik. Bila stunting baru diterapi di atas
usia 2 tahun, tinggi badan atau perbaikan pertumbuhan linear mungkin dapat
dicapai, namun perbaikan dampak stunting seperti fungsi kognitif dan sistem
imun belum tentu dapat diperbaiki.
Stunting yang diterapi pada usia setelah masa pertengahan kanak-kanak
dan setelah pubertas biasanya tidak responsif terhadap terapi. Anak
perempuan yang stunting berisiko mengalami maternal stunting saat ia hamil
sehingga akan meningkatkan risiko mortalitas perinatal dan neonatal.
1.11 Pathway
1.12 Istilah-istilah
- SD : sangat pendek
- PB : Panjang badan