PENDAHULUAN
sebagai sumber serat dan vitamin. Produk makanan sarapan siap santap merupakan salah satu
produk pangan yang sangat digemari oleh masyarakat.
Pemanfaatan buah pisang (Musa paradisiaca), selama ini belum optimal masih terbatas
sebagai buah konsumsi segar dan olahan tradisional. Pisang mentah tua, berpotensial sebagai
sumber karbohidrat pati, dan berpeluang untuk dikembangkan terutama sebagai bahan
pembuatan tepung dan produk olahannya. Salah satu alternatif bentuk pengolahan pangan
yang dapat meningkatkan penerimaan dan keawetan pisang dan praktis penyajian, yaitu
dengan diolah menjadi flakes pisang. Pisang merupakan salah satu tanaman buah yang
mempunyai prospek yang cukup cerah, dimana setiap orang gemar mengkonsumsi buah
pisang. Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan
juga karbohidrat. Pisang dapat dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang, dan tepung
pisang. Pisang merupakan bahan pangan yang memiliki karbohidrat dan serat yang tinggi
sehingga baik untuk dikonsumsi saat sarapan pagi.
Labu kuning (Cucurbita maschata) merupakan salah satu komoditas pertanian yang kaya
akan pro vitamin A, 180 SI dan beberapa, kalsium, fosfor, besi selain karbohidrat dan protein
(Hendrasty, 2003). Labu kuning merupakan sumber gizi yang potensial untuk dikembangkan
sebagai bahan alternatif pangan.
I.2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menentukan formulasi tepung pisang dan labu kuning yang optimal terhadap tekstur
flakes pisang.
2. Menentukan formula flakes yang paling disukai konsumen.
I.3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi inovasi sereal sarapan atau flakes yang
tidak hanya memiliki kadar karbohidrat yang tinggi tetapi juga memiliki serat dan vitamin A
yang baik.
II.
Tinjauan Pustaka
Sereal sarapan atau yang biasa disebuat dengan flakes merupakan makanan siap santap yang
biasanya dikonsumsi dengan menggunakan susu. Awalnya, flakes dibuat dari biji jagung utuh
yang dikenal dengan nama corn flakes. Namun, pada saat ini telah dikembangkan inovasi
dalam pengolahan flakes. Flakes merupakan salah satu bentuk dari produk pangan yang
menggunakan bahan pangan serealia seperti beras, gandum atau jagung dan umbi-umbian.
Flakes digolongkan kedalam jenis makanan sereal siap santap yang telah dan direkayasa
menurut jenis dan bentuknya dan merupakan makanan siap saji yang praktis (Anggara dkk,
2011). Inovasi dalam pengolahan flakes dilakukan untuk meningkatkan nilai nutrisi.
Beberapa penelitian dalam pembuatan flakes telah dilakukan seperti dalam penelitian Dina
Rahayuning (2004) yang menentukkan formulasi Flakes berbahan baku tepung ubi jalar,
kecambah kedele, wheat germ sebagai produk sarapan fungsional untuk anak-anak, juga
penelitian dari Suarni (2009) yang membuat makanan ringan (flakes) berbasis jagung dan
kacang hijau sebagai sumber protein untuk perbaikan gizi anak usia tumbuh.
Flakes merupakan makanan sereal siap santap yang pada yang pada proses pembuatannya
membutuhkan bahan karbohidrat pati tinggi. Pensubstitusian bahan karbohidrat pati
membantu kesempurnaan proses gelatinisasi, sehingga produk dapat mengembang dan
memudahkan pembuatan serpihan dari adonan. Sementara tepung labu kuning sendiri
memiliki kandungan pati dan protein yang tidak terlalu tinggi, sehingga dapat mempengaruhi
proses pembuatan dan karakteristik flakes. Pisang berpotensi dijadikan sebagai bahan baku
sumber pati karena kandungan patinya yang tinggi, sekitar 30% dan tepung pisang memiliki
kadar pati sekitar 85%.
Pisang adalah nama umum yang di berikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar
memanjang dari suku Musacea. Pisang yang telah lama dikenal masyarakat merupakan buah
yang tidak mengenal musim. Kandungan gizi buah pisang dapat dikatakan lengkap yaitu
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Sifatnya mudah dicerna, karbohidratnya
dapat berperan sebagai cadangan energi, mengefektifkan penyerapan kalsium serta
kandungan kaliumnya dapat berfungsi untuk menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh,
menurunkan tekanan darah, serta membantu pengiriman oksigen ke otak. Dengan demikian
buah pisang cocok dikonsumsi olahragawan (Merawati, 2012)
Menurut Suhartono (2011), menyebutkan bahwa pisang kepok (Musa acuminate L)
merupakan produk yang cukup baik dalam pengembangan sumber pangan lokal karena
pisang tumbuh di sembarang tempat sehingga produksi buahnya selalu tersedia, kulit buah
kuning kemerahan dengan bintik-bintik coklat.
Nilai energi pisang sekitar 136 kalori untuk setiap 100 gram, yang secara keseluruhan berasal
dari karbohidrat. Nilai energi pisang dua kali lipat lebih tinggi dari pada apel, apel dengan
berat sama (100 gram) hanya mengandung 54 kalori.
Karbohidrat pisang hanya menyediakan energi sedikit lebih lambat dibandingkan dengan gula
pasir dan sirup, tetapi lebih cepat dari nasi, biskuit, dan sejenis roti. Oleh sebab itu, banyak
atlet saat jeda atau istirahat mengonsumsi pisang sebagai cadangan energi.
Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah tersedia dalam waktu
singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat
pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia secara bertahap,
sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat. Karbohidrat pisang
merupakan cadangan energi yang sangat baik digunakan dan dapat secara cepat tersedia bagi
tubuh. Gula pisang merupakan gula buah, yaitu terdiri dari fruktosa yang mempunyai indek
glikemik lebih rendah dibandingkan dengan glukosa, sehingga cukup baik sebagai
penyimpanan energi karena sedikit lebih lambat dimetabolisme.
Pisang kepok (Musa paradisiacal formatypica) merupakan produk yang cukup perspektif
dalam pengembangan sumber pangan lokal karena pisang dapat tumbuh di sembarang tempat
sehingga produksi buahnya selalu tersedia, namun cepat rusak setelah lepas panen karena
melalui proses klimaterik yaitu proses kematangan, untuk mengatasi untuk mengatasi
kerusakan tersebut maka dapat diolah menjadi tepung.
Tepung pisang adalah salah satu cara pengawetan pisang dalam bentuk olahan. Cara
membuatnya mudah, sehingga dapat diterapkan di daerah perkotaan maupun pedesaan. Pada
dasarnya, semua jenis pisang dapat diolah menjadi tepung pisang, asal tingkat ketuaanya
cukup. Tetapi, sifat tepung pisang yang dihasilkan tidak sama untuk masing-masing jenis
pisang. Pisang yang paling baik menghasilkan tepung pisang adalah pisang kepok. Tepung
pisang yang dihasilkannya mempunyai warna yang lebih putih dibandingkan dengan yang
dibuat dari pisang jenis lain. Kelemahannya adalah aroma pisangnya kurang kuat. Tepung
pisang mempunyai rasa dan bau yang khas sehingga dapat digunakan pada pengolahan
berbagai jenis makanan yang mengggunakan tepung (tepung beras, terigu) di dalamnya.
III.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan.
Penelitian pendahuluan meliputi proses pembuatan tepung pisang dan tepung labu kuning,
sedangkan tahap lanjutan yaitu pembuatan flakes dengan berbagai macam proporsi
penambahan tepung pisang dan tepung labu kuning.
1. Pembuatan Tepung Pisang
Pilih pisang yang sudah tua dan masih mentah. Pisang disisir, kemudian diblancing (kukus)
selama 10 menit, untuk memudahkan pengupasan dan mengurangi pencoklatan. Kemudian
buah pisang dikupas bersih. Daging buah dirajang tipis dan dilakukan pengeringan, bisa
dengan dijemur atau dioven dengan suhu 60C selama 20 jam jika sudah kering ditandai
dengan mudah dipatahkan. Potongan pisang yang sudah kering digiling atau ditumbuk
kemudian diayak 80 mesh.
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan antara lain:
1. Penilaian organoleptik meliputi warna, rasa, aroma, kerenyahan, dan penerimaan
keseluruhan
2. Pengamatan kimia meliputi kadar air, kadar serat kasar, kadar pati, kadar karoten
DAFTAR PUSTAKA
Anggara I., Caesaria C., Anelindha Y., Muhamad A., Rizky S., Hashina L., Trias A., Retna P.,
Mardiati, Zahryanti D., 2011. Sereal Dengan Bahan Dasar Singkong. Fakultas
Farmasi, Universitas Padjajaran. Bandung
Hendrasty, H. K. 2003. Tepung Labu Kuning. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Merawati, D, B. Wibiwotomo, A. Sulaeman, B. Setiawan. 2012. Uji Organoleptik Biskuit
Dan Flake Campuran Tepung Pisang Dengan Kurma Sebagai Suplemen Bagi
Olahragawan. Jurnal Tibbs (Teknologi Industri Boga Dan Busana) Vol. 3 No. 1
Maret 2012 :7-13
Papunas. M.E, Gregoria S. S. Djarkasi, Dan Judith S. C, Moningka. Karakteristik Fisikokimia
Dan Sensoris Flakes Berbahan Baku Tepung Jagung (Zea Mays L), Tepung Pisang
Goroho (Musa Acuminafe,Sp) Dan Tepung Kacang Hijau (Phaseolus Radiates).
Program Studi Ilmu Dan Teknologi Pangan Unsrat.
Purnamasari, I. K, W. D. R. Putri, 2015. Pengaruh Penambahan Tepung Labu Kuning Dan
Natrium Bikarbonat Terhadap Karakteristik Flake Talas. Jurnal Pangan Dan
Agroindustri Vol. 3 No 4 P.1375-1385, September 2015.
Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian, FTP Universitas Brawijaya. Malang
Rahayuning D, 2004. Formulasi Flakes Triple Mixed Ubi Jalar- Kecambah Kedelai- Wheat
Germ Sebagai Produk Sarapan Fungsional Untuk Anak-Anak. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
Suarni, 2008. Prospek Pemanfaatan Tepung Jagung Untuk Pembuatan Kue Kering (Cookies).
Jurnal Litbang Pertanian 28.