Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Status gizi merupakan status kesehatan yang dihasilkan oleh


keseimbangan antara kebutuhan dan masukan gizi, jika masukan gizi untuk ibu
hamil dari makanan tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi
defisiensi zat gizi. Masalah gizi yang sering ditemui pada ibu hamil adalah
masalah Kurang Energi Kronik (KEK) (Marlenywati, 2010). KEK merupakan
keadaan dimana ibu mengalami malnutrisi yang disebabkan kekurangan satu
atau lebih zat gizi makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu dan janin (Nisa et al.
2018).

Berdasarkan sumber data laporan rutin tahun 2020 menunjukkan


persentase ibu hamil dengan risiko KEK sebesar 9,70%, sementara target tahun
2020 adalah 16% sehingga kinerja yang dihasilkan adalah 164,95%. Kondisi
tersebut menggambarkan bahwa pencapaian target ibu hamil KEK telah
melampaui target Renstra Kemenkes tahun 2020. Jika kondisi tersebut
dibandingkan dengan ambang batas kesehatan masyarakat menurut World
Health Organizatio (WHO) pada tahun 2010 untuk ibu hamil dengan risiko KEK,
maka Indonesia masuk pada Negara yang memiliki masalah kesehatan
masyarakat kategori sedang (10–19%) (Kemenkes RI, 2020). Walaupun
persentase ibu hamil KEK di Indonesia masuk dalam kategori sedang tetapi
harus menjadi perhatian agar tidak berkepanjangan dan meningkat kembali. DKI
Jakarta adalah Provinsi dengan persentase ibu hamil KEK yang paling rendah
yaitu 4% dan Provinsi dengan ibu hamil KEK tertinggi adalah Nusa Tenggara
Timur sebesar 24,3%, sedangkan ibu hamil KEK di Provinsi Sulawesi Barat
berada di urutan ke 8 dari 34 Provinsi dengan persentase 14,7% (Kemenkes RI,
2020). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Sarjo ibu
hamil KEK pada tahun 2018 sebanyak 37,5% kemudian meningkat menjadi
48,8% pada tahun 2020 (Puskesmas Sarjo, 2020).

Tercapainya kualitas hidup yang baik bagi keluarga dan masyarakat


sangat ditentukan oleh kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil adalah salah satu
kelompok yang rawan akan masalah gizi. WHO melaporkan bahwa pada tahun
2013 prevalensi KEK pada kehamilan secara global 35-75% dimana secara
bermakna tinggi pada trimester III. WHO juga mencatat 40% kematian ibu di
Negara berkembang berkaitan dengan KEK. Ibu hamil KEK dapat diketahui
dengan mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA) dengan cut off point <23,5 cm.
Ibu hamil yang menderita gizi kurang seperti KEK mempunyai risiko kesakitan
yang lebih besar oleh karena itu kurang gizi pada ibu hamil harus dihindari
sehingga ibu hamil merupakan kelompok sasaran yang perlu mendapat
perhatian khusus (WHO, 2012).

Dampak KEK terhadap proses persalinan di antaranya akan berisiko


terjadinya persalinan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), dan
persalinan dengan operasi cenderung meningkat (Agria et al. 2012). Dampak
KEK terhadap janin di antaranya berisiko terjadinya proses pertumbuhan janin
terhambat, keguguran atau abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan), Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) (Waryana, 2010).

Ada banyak faktor penyebab KEK pada ibu hamil, termasuk dikarenakan
pantangan makanan (Chahyanto and Wulansari, 2018). Pantangan makanan
adalah suatu larangan dalam mengonsumsi makanan tertentu dikarenakan
adanya pengertian yang salah yang dapat menimbulkan beberapa ancaman
atau sanksi bagi orang yang mengonsumsinya. Berdasarkan studi pendahuluan
melalui wawancara singkat dengan tenaga kesehatan yang dilakukan di
Puskesmas Sarjo maupun dirumah-rumah masyarakat, ibu hamil mayoritas
bersuku Mandar, Bugis dan Kaili yang memiliki kepercayaan-kepercayaan
tentang makanan dan kebiasaan makan yang sudah turun-temurun dilakukan
dan yang paling banyak yaitu kelompok makanan lauk hewani seperti cumi dan
gurita yang dipercaya dapat membuat plasenta lengket, kepiting membuat anak
susah keluar, serta larangan memakan buah durian dan nanas (Ashriady et al.
2019). Penelitian yang dilakukan oleh (Mukaddas, 2018) menyatakan bahwa
ada hubungan pantangan makanan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di
Puskesmas Anggaberi dengan hasil p-value = 0,000. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Hamidi, 2020) bahwa ada hubungan pantangan
makanan dengan kejadian KEK pada ibu hamil dengan nilai p-value = 0,002.
Khususnya jika makanan yang dijadikan pantangan yaitu makan dengan tinggi
akan zat gizinya.

Selama kehamilan terjadi kenaikan volume darah yang akan


meningkatkan kebutuhan zat besi (Supariasa, 2012). Kebutuhan zat besi pada
kehamilan tidak dapat dipenuhi hanya dari makanan saja walaupun makanan
yang dimakan mengandung zat besi yang banyak dan absorpsinya tinggi. Oleh
karena itu, pemenuhan kecukupan zat gizi dianjurkan dipenuhi melalui konsumsi
tablet tambah darah (TTD) (Fanny and Mustamin, 2012). Kepatuhan dalam
konsumsi TTD akan mampu mencukupi kebutuhan zat besi pada ibu hamil
(Wubie et al. 2020). Jika kebutuhan zat besi ibu hamil terpenuhi, hal ini akan
memengaruhi proses metabolisme yang ada didalam tubuh Ibu hamil. Sel darah
merah dalam tubuh mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat
oksigen dalam darah, sistem pertahanan tubuh dan menyuplai zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Apabila ibu hamil mengalami kekurangan sel darah
merah, hal ini akan memengaruhi proses metabolisme zat gizi dan berpengaruh
terhadap suplai zat gizi untuk tubuh sehingga akan meningkatkan risiko
terjadinya KEK pada ibu hamil (Shiferaw and Husein 2019). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh (Mardiatun et al. 2016), tentang Hubungan
Riwayat Ante Natal Care (ANC) dan Tingkat Konsumsi Fe (Zat Besi) dengan
Kejadian KEK Ibu Hamil di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan di Daerah
Istimewa Yogyakarta, hasil yang didapatkan ada hubungan yang signifikan
antara tingkat kepatuhan konsumsi TTD dengan kejadian KEK pada ibu hamil di
NTB dengan nilai p-value = 0,000. Sedangkan di DIJ juga terdapat hubungan
yang signifikan dengan nilai p-value = 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat konsumsi TTD dengan risiko kejadian KEK di
NTB dan di DIJ.

Pengetahuan yang dimiliki seorang ibu juga akan memengaruhi perilaku


ibu termasuk dalam pengambilan keputusan. Pengetahuan yang baik tentang
gizi makanan, membuat seseorang akan meningkatkan jumlah asupan dan tipe
makanan yang dikonsumsi. Ibu hamil yang memiliki pengetahuan yang baik
akan mengonsumsi makanan yang mengandung gizi adekuat untuk janinnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Dafiu, 2017) di wilayah Kerja
Puskesmas Umbulharjo I dan Puskesmas Gedongtengen tahun 2017 dengan
nilai p-value = 0,001 yang berarti ada hubungan yang signifikan terhadap
pengetahuan ibu hamil tentang gizi kehamilan dengan kejadian KEK pada ibu
hamil. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Aulia et al. 2020) dengan
hasil pengetahuan gizi p-value = 0.000 juga menyatakan ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan gizi dengan kejadian KEK pada ibu hamil.

Hal tersebut menjadi perhatian tersendiri bagi peneliti mengingat gizi ibu
hamil dapat memengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin. Sehingga peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Pantangan Makanan,
Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah dan Pengetahuan Gizi dengan
Kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas
Sarjo”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah pantangan makanan berhubungan dengan kejadian KEK pada ibu


hamil diwilayah Puskesmas Sarjo?

2. Apakah kepatuhan konsumsi tablet tambah darah berhubungan dengan


kejadian KEK pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Sarjo?

3. Apakah pengetahuan gizi berhubungan dengan kejadian KEK pada ibu hamil
di wilayah Puskesmas Sarjo?
C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana hubungan pantangan makanan,


kepatuhan konsumsi TTD dan pengetahuan gizi dengan kejadian KEK pada
ibu hamil di wilayah Puskesmas Sarjo.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui hubungan pantangan makanan dengan kejadian KEK pada


ibu hamil di wilayah Puskesmas Sarjo.

b. Mengetahui hubungan kepatuhan konsumsi TTD dengan kejadian KEK


pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Sarjo.

c. Mengetahui hubungan pengetahuan gizi dengan kejadian KEK pada ibu


hamil di wilayah Puskesmas Sarjo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu


pengetahuan khususnya di bidang gizi dan digunakan untuk
mengembangkan keilmuan khususnya sebagai bahan untuk memperluas
hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi ibu hamil

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ibu hamil


tentang KEK dalam kehamilan sehingga dapat melakukan upaya
pencegahan dan meminimalisir agar tidak berkelanjutan.
b. Bagi petugas di Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai


faktor risiko kejadian KEK pada ibu hamil sehingga petugas kesehatan di
Puskesmas dapat terus memberikan pengetahuan mengenai pentingnya
gizi kehamilan untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber


rujukan dalam penyusunan penelitian selanjutnya terutama yang
berhubungan dengan KEK pada kehamilan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Kehamilan

1. Kehamilan

Kehamilan merupakan masa kehidupan yang sangat penting, dimana


pada masa itu ibu harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk
menyambut kelahiran bayinya. Kualitas bayi yang dilahirkan sangat
tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil. Karena ibu
yang sehat akan melahirkan bayi yang sehat (Jessie, 2018). Kebutuhan gizi
pada ibu hamil lebih tinggi dibandingkan sebelum hamil dengan tambahan
energi serta zat–zat gizi lain untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu,
pertumbuhan dan perkembangan janin, serta mempersiapkan energi untuk
menghadapi persalinan (Winarsih, 2018).

Kebutuhan asupan gizi berbeda pada tiap trimester. Trimester I


peningkatan kebutuhan terjadi secara minimal, kemudian pada trimester II
dan III kebutuhan asupan terus meningkat secara konstan sampai pada
kelahiran (Jessie, 2018). WHO melaporkan bahwa tahun 2013 prevalensi
KEK pada kehamilan secara global 35-75% dimana secara bermakna tinggi
pada trimester III dibandingkan dengan trimester I dan II kehamilan (WHO,
2012). Trimester III janin sudah mencapai 6 bulan, hal ini dapat dilihat dari
kenaikan berat badan ibu yang semakin cepat ketika memasuki trimester III
kehamilan. Selain itu, pertumbuhan otak janin selama kehamilan juga sangat
dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu. Pertumbuhan sel otak dimulai sejak
berusia 20 minggu atau 5 bulan, jika terjadi kekurangan gizi pada ibu, maka
jumlah sel otak yang terbentuk juga tidak dapat mencapai jumlah yang
seharusnya. Gangguan pertumbuhan sel otak akibat kurang gizi akan
menyebabkan terganggunya pertumbuhan mental pada masa kanak-kanak
seperti, kemampuan sosial anak berkurang, kemampuan verbal anak tidak
begitu baik, anak juga kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Hal tersebut dapat memengaruhi Intelligence Quotients (IQ) anak, sehingga
dapat menyebabkan rendahnya daya konsentrasi atau pemusatan pikiran
(Moehji, 2013).

2. Kebutuhan Gizi pada Masa Kehamilan

Saat hamil asupan gizi yang diperlukan lebih banyak, karena selain
untuk memenuhi kebutuhan tubuh juga untuk diberikan kepada janin. Oleh
karena itu ibu hamil memerlukan angka kecukupan gizi (AKG) yang lebih
tinggi dibandingkan wanita yang sedang tidak hamil (Waryana, 2010).

Adapun kebutuhan gizi yang penting selama kehamilan menurut


(Mann and Truswell, 2012) sbb :
a. Energi
Ibu hamil membutuhkan makanan bergizi berkualitas tinggi untuk
memastikan agar kebutuhan ekstra akan beberapa nutrien yang esensial
dapat diperoleh.
b. Protein
Protein tambahan dibutuhkan selama kehamilan sehingga tersedia
untuk sintetis jaringan tubuh janin, plasenta, dan ibu. Pertumbuhan ibu
dan janin lebih cepat dalam bulan kedua kehamilan dan terus meningkat
hingga saat sebelum aterm.
c. Folat
Kebutuhan folat meningkat dalam 12 minggu pertama dan pemberian
suplemen direkomendasikan sebelum pembuahan dan pada awal
kehamilan. Meningkatkan asupan folat makanan juga direkomendasikan
selama kehamilan untuk menghindari anemia megaloblastik pada
kehamilan akhir atau masa nifas.
d. Kalsium
Sekitar dua pertiga kalsium dalam tubuh janin ditimbun selama 10
minggu terakhir kehamilan, sebagian besar kalsium terdapat dalam
kerangka janin. Perubahan metabolisme kalsium ibu yang meliputi
peningkatan absorbsi kalsium dari makanan terjadi pada awal kehamilan
untuk memfasilitasi peningkatan kebutuhan janin ini.
e. Zat Besi
Absorpsi besi meningkat ketika kehamilan berlanjut, kecepatan
absorbsi sekitar 7% pada kehamilan 12 minggu hingga 66% pada 36
minggu. Defisiensi besi menyebabkan anemia defisiensi besi yang dapat
meningkatkan risiko melahirkan prematur, BBLR dan kematian prenatal.
f. Zink
Zink diperlukan untuk sintesis DNA dan RNA. Defisiensi zink ibu
dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan, kelahiran prematur, serta
abnormalitas janin dan komplikasi kelahiran pada ibu.
g. Yodium
Defisiensi yodium selama kehamilan merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang utama di banyak daerah di dunia. Kretinisme yang
disebabkan oleh kekurangan yodium yang parah selama perkembangan
janin, ditandai dengan retardasi mental maupun fisik. Jutaan bayi lahir
setiap tahun dengan risiko gangguan mental karena makanan yang
kekurangan yodium
h. Vitamin A, D, dan C
Defisiensi vitamin A berhubungan dengan kebutaan, gangguan fungsi
imun dan peningkatan morbiditas serta kematian karena campak dan
penyakit menular lainnya. Populasi yang berisiko mengalami defisiensi
vitamin D adalah mereka yang jarang terpapar sinar matahari.
Ketidakcukupan vitamin D selama kehamilan berhubungan dengan
penambahan berat badan ibu yang rendah dan bukti gangguan
homeostatis kerangka pada bayi. Janin mengumpulkan vitamin C dengan
mengorbankan simpanan ibu dan vitamin C dalam sirkulasi. Oleh karena
itu direkomendasikan agar asupan makanan yang kaya akan vitamin C
ditingkatkan.
B. Tinjauan Umum Kurang Energi Kronik (KEK) Ibu Hamil

1. Pengertian

Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil menandakan bahwa


ibu dalam keadaan malnutrisi yang disebabkan kekurangan satu atau lebih
zat gizi makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu dan janin (Nisa et al. 2018).
Penyebab utama terjadinya KEK pada ibu hamil yaitu sejak sebelum hamil
ibu sudah mengalami kekurangan energi, kehamilan menyebabkan
meningkatnya metabolisme energi pada ibu hamil, oleh karena itu kebutuhan
energi dan zat gizi lainnya meningkat selama hamil. Peningkatan energi dan
zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,
pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan
metabolisme tubuh ibu (Waryana, 2010).

2. Etiologi

Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa


jenis zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh
kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang,
mutunya rendah atau keduanya serta zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin
gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh (Helena, 2013).

Dampak KEK terhadap ibu hamil diantaranya meningkatkan risiko


terjadinya anemia, pendarahan, dan terkena penyakit infeksi (Irianto, 2014).
Dampak KEK terhadap proses persalinan diantaranya akan berisiko
terjadinya persalinan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), dan
persalinan dengan operasi cenderung meningkat (Agria et al. 2012). Dampak
(KEK) terhadap janin diantaranya berisiko terjadinya proses pertumbuhan
janin terhambat, keguguran atau abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal,
cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intrapartum (mati dalam
kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Waryana, 2010).

3. Lingkar Lengan Atas

Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) yang dilakukan pada ibu


hamil adalah salah satu cara deteksi dini mengetahui kelompok berisiko
KEK. Pengukuran LiLA dapat dilakukan oleh masyarakat awam karena
pengukurannya sangat mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja
(Supariasa, 2012).

a. Tujuan

Berikut beberapa tujuan pengukuran LiLA menurut (Supariasa, 2012)


yang mencakup masalah Wanita Usia Subur (WUS) baik ibu hamil
maupun calon ibu dan masyarakat umum sbb :

1) Mengetahui risiko KEK pada ibu hamil maupun calon ibu untuk
menapis wanita yang berisiko melahirkan BBLR.

2) Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih


berperan dalam penanggulangan KEK.

3) Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan


tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.

4) Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan


gizi WUS yang menderita KEK.

5) Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS


yang menderita KEK.

b. Ambang Batas

Pengukuran menggunakan pita LiLA dengan ketelitian 0,1 cm dan


ambang batas LiLA dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm.
Apabila kurang dari 23,5 cm, artinya wanita tersebut mempunyai risiko
KEK.

c. Cara Pengukuran LiLA


Menurut (Supariasa, 2012) dalam buku Penilaian Status Gizi
pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri
(kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan). Lengan harus dalam posisi
bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau
kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau
sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata. Gambar pita
LiLA dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan Urutan pengukuran LiLA dapat
dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.1 Pita LiLA (Almatsier 2011)

Menentukan titik tengah antara Lingkarkan dan masukkan


pangkal bahu dan ujung siku ujung pita di lubang yang ada
dengan pita LILA pada pita LILA. Baca
menurut tanda panah

Gambar 2.2 Pengukuran LiLA (Depkes RI, 2007)


C. Faktor-Faktor Penyebab KEK Pada Ibu Hamil

1. Faktor Makanan

a. Pantangan Makanan

Pantangan makanan adalah suatu larangan untuk tidak mengonsumsi


jenis makanan tertentu, karena terdapat ancaman bahaya terhadap
barang siapa yang melanggarnya. Dalam ancaman bahaya ini terdapat
kesan magis, yaitu adanya kekuatan super power yang berbau mistis yang
akan menghukum orang-orang yang melanggar pantangan makan
tersebut. Pantangan makanan merupakan sesuatu yang diwariskan dari
leluhur melalui orang tua terus ke generasi-generasi di bawahnya.
Berbagai pantangan makanan pada mulanya dimaksudkan untuk
melindungi kesehatan anak-anak dan ibu, tetapi tujuan ini bahkan ada
yang berakibat sebaliknya, yaitu merugikan kondisi gizi dan kesehatan
bagi yang menjalankan (Khasanah, 2011).

Menurut (Gadegbeku et al. 2013), pantangan makanan dibagi


menjadi 2 yaitu permanen dan sementara. Pantangan makanan permanen
merupakan larangan oleh suatu kelompok tertentu, misalnya agama Islam
yang melarang umatnya untuk mengonsumsi daging babi. Sedangkan
pantangan makanan sementara merupakan makanan yang dihindari
hanya untuk jangka waktu tertentu misalnya pada perempuan ketika hamil
dan menyusui.

Dari sudut ilmu gizi menurut Kadir (2016) pantangan makanan


dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
1) Kelompok pertama, pantangan makanan yang tidak berdasarkan
agama (kepercayaan), jenis pantangan ini sebaiknya ditiadakan jika
dapat merugikan kesehatan.
2) Kelompok kedua, pantangan makanan yang berdasarkan agama
(kepercayaan), haram menurut agama yang menjelaskan bahwa
pantangan yang secara mutlak tidak boleh dipersoalkan lagi dan
harus diterima tanpa adanya perdebatan.
3) Kelompok ketiga, pantangan makanan yang jelas dampaknya bagi
kesehatan dan kondisi gizi, poin ini sebaiknya harus diteliti atau
dilakukan observasi secara terus-menerus untuk melihat akibatnya
dalam jangka waktu yang panjang.
Untuk mengetahui berbagai jenis pantangan makanan yang
ada di Sulawei Barat, dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 2.1 Pantangan Makanan di Desa Karampuang, Mamuju
Sulawesi Barat
No Pantangan Makanan Alasan
1. Larangan makan cumi Plasenta lengket
dan gurita
2. Larangan makan jeruk Ketuban merembes
3. Tidak makan buah nanas Korengan pada anak (gatal-gatal)
4. Tidak makan udang dan Bayinya susah lahir, menempel
kepiting
5. Larangan makan ikan Banyak darah, perdarahan saat
cakalang melahirkan
6. Larangan makan telur Anaknya akan mengalami luka
7. Tidak makan pisang Bayinya akan sakit perut
8. Larangan minum es Anaknya besar sehingga susah
lahir
9. Larangan makan cabe Kulitnya lingkau (melepuh)
(pedis)
10. Tidak makan durian Anak panas, kulitnya melepuh jika
anaknya lahir
Sumber : (Ashriady et al. 2019)

b. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu


seseorang terhadap suatu objek dari indera yang dimilikinya
(Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan
menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek
yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap
objek tertentu (Wawan and Dewi, 2010).

Pengetahuan sangat penting dalam membentuk perilaku setiap


individu, termasuk perilaku kesehatan individu tersebut. Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan bertahan lama dibandingkan dengan
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan mengenai
gizi dan kesehatan akan berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan.
Semakin luas pengetahuan ibu hamil mengenai gizi dan kesehatan, maka
semakin beragam pula jenis makanan yang dikonsumsi sehingga dapat
memenuhi kecukupan gizi dan mempertahankan kesehatan ibu hamil dan
juga janinnya (Kemenkes RI, 2013). Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Aulia et al. (2020) di wilayah Puskesmas Tapung bahwa
terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dengan kejadian KEK pada
ibu hamil , berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di dapatkan nilai p-
value = 0.000 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan gizi dengan kejadian KEK pada ibu hamil.

2. Faktor Sosial Ekonomi

a. Pendapatan Keluarga

Pendapatan merupakan hal utama yang berpengaruh terhadap


kualitas menu. Pendapatan yang rendah menyebabkan daya beli yang
rendah pula, sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang
diperlukan, keadaan ini sangat berbahaya untuk kesehatan keluarga dan
akhirnya dapat berakibat buruk terhadap keadaan gizi ibu hamil
(Setyaningrum and Handayani, 2020). Menurut penelitiaan yang dilakukan
oleh (Setyaningrum and Handayani, 2020) tentang Hubungan
pengetahuan, status pekerjaan dan pendapatan keluarga dengan kejadian
KEK pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Pelaihari Kabupaten Tanah
Laut tahun 2020 dengan nilai p-value = 0,031 < 0,05 artinya ada
hubungan yang signifikan antara Pendapatan Keluarga dengan kejadian
KEK di wilayah Kerja Puskesmas Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Tahun
2020.

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu perbuatan atau sesuatu yang dilakukan untuk


mencari nafkah guna untuk kehidupan. Ibu yang sedang hamil harus
mengurangi beban kerja yang terlalu berat karena akan memberikan
dampak kurang baik terhadap kehamilannya (Supariasa, 2012). Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rafiani et al. 2020) tentang
hubungan usia dan status pekerjaan dengan kejadian KEK pada ibu hamil
di Puskesmas Sei Mesa Kota Banjarmasin tahun 2020 nilai p-value = 0,31
< 0,05 artinya ada hubungan yang signifikan antara Pendapatan Keluarga
dengan kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) di wilayah Kerja Puskesmas
Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Tahun 2020.

c. Pendidikan

Pendidikan merupakan hal utama dalam peningkatan sumber daya


manusia. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat
memengaruhi kualitas dan kuantitas makanan, karena tingkat pendidikan
yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki
tentang gizi khususnya konsumsi makanan lebih baik. Dalam kepentingan
gizi keluarga, pendidikan amat diperlukan agar seseorang lebih tanggap
terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan bisa mengambil
tindakan yang tepat (Puli et al. 2014). Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Syakur et al. (2020) dengan nilai p-value = 0,000 < 0,05
yang berarti pendidikan berhubungan signifikan dengan kejadian KEK
pada ibu hamil.

d. Status Pernikahan

Remaja atau ibu hamil di luar nikah menghadapi berbagai masalah


psikologis sehingga ada yang berusaha menggugurkan kandungan. Hal ini
dapat meningkatkan kejadian keguguran, persalinan prematur, BBLR,
anemia kehamilan, KEK, kematian ibu yang tinggi, dan yang lain
(Soetjiningsih, 2016).

e. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga juga dapat memengaruhi pola konsumsi.


Status gizi dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga. Semakin besar
jumlah anggota keluarga, maka semakin besar proporsi pengeluaran
keluarga untuk makanan dll, demikian pula sebaliknya. Jumlah anggota
keluarga yang besar tanpa diimbangi pendapatan mengakibatkan
pendistribusian pangan dalam keluarga tidak merata. Pangan yang
tersedia untuk satu keluarga besar mungkin hanya cukup untuk keluarga
yang besarnya setengah dari keluarga tersebut sehingga ketika tidak
terpenuhi akan dapat menyebabkan masalah gizi terutama pada ibu hamil
(Anggraini, 2013).

3. Dukungan Fasilitas Kesehatan

a. Kepatuhan Konsumsi TTD

Tablet Tambah Darah (TTD) adalah suplemen gizi yang mengandung


senyawa zat besi yang setara dengan 60 mg besi elemental dan 400 mcg
asam folat. TTD merupakan suplemen yang mengandung zat besi dan
folat yang diberikan kepada ibu hamil untuk mencegah anemia gizi besi
selama masa kehamilan yang berfungsi sebagai pembentuk Hemoglobin
(Hb) dalam darah (Kemenkes RI, 2015).

TTD pada masa kehamilan digunakan untuk mencukupi kebutuhan


zat besi dalam tubuh. Penambahan zat besi melalui makanan dan/atau
TTD mampu mencegah berkurangnya HB karena hemodilusi
(pengenceran). Selain kandungan besinya, TTD juga mengandung folat,
dimana asam folat berperan untuk mencegah cacat tabung saraf pada
janin, sehingga kebutuhannya harus ditingkatkan hingga 0,4-0,5 mg per
hari. Asam folat bermanfaat untuk perkembangan tulang, dan mencegah
bayi mengalami kelainan (Proverawati and Asfuah S, 2009).

Hal yang perlu diperhatikan tentang TTD (Sulistyoningsih, 2011) :


1) Minum TTD dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu, kopi
karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga
manfaatnya menjadi berkurang.
2) Kadang dapat terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti
perut terasa tidak enak, mual, susah buang air besar dan tinja
berwarna hitam.
3) Untuk mengurangi efek samping, minum TTD setelah makan malam
menjelang tidur. Lebih baik minum TTD disertai makan buah-buahan
seperti pisang, pepaya, jeruk dan lain-lain.
4) TTD tidak menyebabkan tekanan darah tinggi atau kebanyakan
darah.
5) Simpan TTD di tempat kering, terhindar dari sinar matahari langsung,
jauhkan dari jangkauan anak-anak. Setelah dibuka harus ditutup
rapat. TTD yang berubah warna jangan diminum (warna asli warna
merah).
TTD dapat diberikan dalam keadaan perut kosong (1 jam sebelum
makan) karena mengonsumsi TTD bersama makanan dapat mengurangi
munculnya keluhan dan jumlah zat besi yang diserap tidak akan
maksimal. Keluhan yang biasa terjadi saat mengonsumsi TTD yaitu
saluran pencernaan berupa rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah, sulit
buang air besar (konstipasi), serta tinja menjadi hitam (Proverawati and
Asfuah S, 2009). Menurut (Susiloningtyas, 2012) apabila terjadi konstipasi
setelah mengonsumsi TTD, ibu hamil dapat mengatasinya dengan
meningkatkan konsumsi air putih dan makanan yang mengandung serat.
Sedangkan untuk mengurangi terjadinya mual setelah mengonsumsi TTD
yaitu dengan mengurangi dosisnya menjadi 2 x 1/2 tablet per hari.
Petugas kesehatan juga menyarankan untuk mengonsumsi TTD di malam
hari sebelum tidur untuk menghindari keluhan mual setelah mengonsumi
TTD (Susiloningtyas, 2012). Di Indonesia, program pemerintah
mengharuskan ibu hamil untuk mengonsumsi TTD 1 tablet dalam sehari
dan minimal 90 tablet selama kehamilan (Kemenkes RI, 2019).

4. Faktor Ibu

a. Umur Ibu Hamil

Umur ibu sangat memengaruhi keadaan status gizi ibu hamil, karena
semakin muda dan semakin tua usia seorang ibu yang sedang hamil akan
berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan (Irianto, 2014).

Kehamilan pada remaja meningkatkan risiko KEK, karena terjadi


kompetisi makanan antara ibu dan janin, sedangkan untuk umur tua perlu
energi yang besar juga karena fungsi organ yang melemah dan
diharuskan untuk bekerja maksimal, maka memerlukan tambahan energi
yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung
(Arisman, 2010). Umur yang beresiko melahirkan bayi kecil adalah <20
tahun dan >35 tahun, ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun tidak
hanya dapat meningkatkan risiko KEK namun juga berpengaruh pada
banyak masalah kesehatan ibu lainnya (Stephanie and Kartika, 2016).

b. Jarak Kehamilan

Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2


tahun. Penelitian menunjukan bahwa keluarga dapat mengatur jarak
antara kelahiran lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas
hidup lebih baik dan kondisi anak lebih sehat dibanding anak dengan jarak
kelahiran dibawah 2 tahun. Jarak melahirkan terlalu dekat akan
menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah juga akan merugikan
kesehatan ibu. ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan
keadaan setelah melahirkan anaknya (Nofita and Darmawati, 2016).

c. Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang


wanita, semakin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan
melahirkan akan makin banyak kehilangan cadangan zat gizi sehingga ibu
akan kekurangan zat gizi, serta jarak kehamilan yang terlalu dekat
menyebabkan ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki
tubuh setelah melahirkan (Arisman, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh
(Suryani et al. 2021) tentang Faktor-Faktor yang Memengaruhi Terjadinya
Kekurangan Energi Kronik pada Ibu Hamil dengan nilai p-value = 0,000
(0,05) ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian KEK
pada ibu hamil.

d. Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh agen


biologi (seperti virus, bacteria dan parasit), bukan disebabkan faktor fisik
(seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan). Ibu hamil yang sedang
sakit, terutama mengalami penyakit infeksi, akan membuat metabolisme
tubuhnya meningkat, sehingga tubuh akan membutuhkan energi lebih
yang diperoleh dari makanan. Karena ibu yang sakit dan kondisi tubuh
lemah biasanya dipengaruhi oleh nafsu makan yang menurun sehingga
asupan makanan yang seharusnya diberikan tidak dapat tercukupi
sehingga menyebabkan penurunan berat badan (Renjani and Misra,
2017). Penelitian Sintia et al. (2021) tentang Determinan Kejadian KEK
Pada Ibu Hamil Di wilayah kerja Puskesmas Siak Hulu Iii Kabupaten
Kampar menyatakan ada hubungan signifikan antara penyakit infeksi
dengan kejadian KEK pada ibu hamil p-value = 0,003 (≤ 0,05).

D. Hubungan Faktor yang Memengaruhi Kejadian Kurang Energi Kronik


(KEK)

1. Pantangan Makanan dengan Kejadian KEK

Kehamilan membuat ibu hamil rentan terhadap kekurangan gizi


karena kenaikan fisiologis permintaan zat gizi yang mungkin tidak cukup
dipenuhi oleh asupan makanan dengan demikian, membatasi makan karena
pantangan makanan yang berkaitan dengan kehamilan dan mitos serius
dapat memengaruhi kesehatan ibu serta janin (Kavle and Landry, 2018).
Misalnya ibu hamil dilarang makan daging dan ikan, padahal daging dan ikan
justru sangat diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil dan
janin. Berbagai pantangan tersebut justru akan menyebabkan ibu hamil
kekurangan gizi seperti anemia dan KEK yang justru dapat menyebabkan ibu
hamil mengalami perdarahan pada saat persalinan dan bayi yang dilahirkan
akan BBLR (Khasanah, 2011). Pantangan makanan biasanya lebih sering
ditemukan pada masyarakat di pedesaan dengan pendidikan kurang
daripada di antara masyarakat perkotaan dengan pendidikan tinggi
(Vasilevski and Carolan-Olah, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh (Mukaddas, 2018) menyatakan bahwa


ada hubungan pantangan makanan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di
Puskesmas Anggaberi dengan hasil p-value = 0,000). Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Hamidi, 2020) menyatakan bahwa ada
hubungan pantangan makanan dengan kejadian KEK pada ibu hamil dengan
nilai p-value =0,002 (p ≤ 0,05). Khususnya jika makanan yang dijadikan
pantangan yaitu makan dengan tinggi akan zat gizinya.

2. TTD dengan Kejadian KEK

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi. Hal ini


menyebabkan kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga meningkat selama
kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ
kandungan, serta perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu sehingga
kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan
janin tidak tumbuh sempurna (Lipoeto and Nindrea, 2020). Selama
kehamilan, tubuh memerlukan lebih banyak darah untuk mendukung
pertumbuhan bayi dan proses persalinan (Elhassan et al. 2010), jika tidak
mendapat cukup zat besi atau gizi lainnya, tubuh tidak akan dapat
menghasilkan jumlah sel darah merah yang dibutuhkan untuk membuat
darah tambahan (Kedir et al. 2013). Di Indonesia, program pemerintah
mengharuskan ibu hamil untuk mengonsumsi TTD 1 tablet dalam sehari dan
minimal 90 tablet selama kehamilan (Kemenkes RI, 2019).

Proses zat besi Fe untuk menjadi hemoglobin adalah melalui


perubahan Ferro menjadi Ferri. Hb mengikat oksigen menjadi
oksihemoglobin. Perpaduan oksigen dan glukosa akan menghasilkan ATP
(Adenosin Trifosfat) sebagai energi yang beredar. Apabila asupan zat besi
Fe menurun akan menyebabkan hemoglobin juga akan menurun sehingga
ikatan oksigen akan menurun dan ATP yang dihasilkan lebih sedikit. Ibu
hamil dan bayi membutuhkan ATP atau energi yang tinggi untuk proses
metabolisme maupun untuk pertumbuhan, apabila tidak tersedia maka tubuh
akan menggunakan cadangan makanan melalui proses katabolisme dan
apabila berlangsung lama akan menyebabkan KEK (Guyton and Hall, 2002).
Jadi, tidak patuh dalam mengonsumsi TTD, asupan zat besi yang kurang
ditambah kondisi kehamilan akan meningkatkan metabolisme dan kebutuhan
gizi pada ibu dan bayi, apabila tidak terpenuhi akan meningkatkan risiko
kejadian KEK.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Mardiatun et al. 2016),


tentang Hubungan Riwayat Antenatal Care (ANC) dan Tingkat Konsumsi Fe
(Zat Besi) dengan Kejadian KEK Ibu Hamil di Provinsi Nusa Tenggara Barat
dan di Daerah Istimewa Yogyakarta, hasil yang didapatkan ada hubungan
yang signifikan antara tingkat kepatuhan konsumsi TTD dengan kejadian
KEK pada ibu hamil di NTB dengan nilai p-value = 0,000 < 0,05. Sedangkan
di DIJ juga terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai p-value = 0,000
<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat
konsumsi TTD dengan risiko kejadian KEK di NTB dan di DIJ.

3. Pengetahuan Gizi dengan Kejadian KEK

Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang ibu hamil akan memengaruhi


pengambilan keputusan dan juga akan berpengaruh pada perilaku ibu hamil
tersebut. Ibu hamil dengan pengetahuan gizi yang baik kemungkinan akan
memberikan gizi yang cukup untuk janin yang dikandungnya. Walaupun
dalam keadaan atau kondisi yang demikian jika seorang ibu hamil memiliki
pengetahuan yang baik maka ia akan berupaya untuk memenuhi kebutuhan
gizinya dan juga janin yang dikandungnya (Nofia, 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Dafiu, 2017) di wilayah


Kerja Puskesmas Umbulharjo I dan Puskesmas Gedongtengen tahun 2017
dengan nilai p-value = 0,001 <0,05 yang berarti ada hubungan yang
signifikan terhadap pengetahuan ibu hamil tentang gizi kehamilan dengan
kejadian KEK pada ibu hamil. Penelitian yang dilakukan oleh (Aulia et al.
2020) dengan hasil analisis pengetahuan gizi dengan p-value = 0.000 juga
menyatakan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan
kejadian KEK pada ibu hamil.
E. Kerangka Teori

Faktor makanan Penatalaksanaan KEK pada


Ibu hamil
Pembatasan makanan Perubahan gaya hidup
(pantang makan) Penyesuaian aktivitas fisik
Pengetahuan gizi ibu hamil Pengatuan jarak kehamilan
Konsumsi makanan dan
suplemen
Faktor sosial ekonomi Memperbaiki kualitas dan
kuantitas makanan
Suplemen TTD, asam folat,
Pendapatan keluarga kalsium, zinc
Pekerjaan, Pencegahan dan
Pendidikan, pengobatan penyakit
Status pernikahan Penyuluhan gizi dan
Jumlah anggota keluarga konseling
KEK pada
Ibu hamil
Dukungan fasilitas kesehatan

Dampak KEK pada Ibu


Kepatuhan minum Iron and hamil:
Folid Acid (IFA) atau tablet Anemia
tambah darah Perdarahan
BB ibu stagnan
Rentan terinfeksi penyakit
Faktor Ibu Persalinan sulit dan lama
Persalinan prematur
Usia ibu hamil Abortus
Jarak kehamilan BBLR
Paritas Kematian bayi
Penyakit infeksi

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Sumber : (Lipoeto and Nindrea, 2020); Shiferaw and Husein, 2019; Wubie et al, 2020

= Variabel yang diteliti


= Variabel yang tidak diteliti
= Diteliti
= Tidak diteliti
F. Kerangka Konsep

Pantang makan
Kurang Energi Kronik
Tablet Tambah Darah
(KEK)

Pengetahuan Gizi

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

Keterangan :
= Variabel Dependen (Terikat)

= Variabel Independen (Bebas)

B. Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Ada hubungan pantangan makanan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di
wilayah Puskesmas Sarjo.

2. Ada hubungan TTD dengan kejadian KEK pada ibu hamil di wilayah
Puskesmas Sarjo.

3. Ada hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan kejadian KEK pada ibu hamil
di wilayah Puskesmas Sarjo.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif, dengan menggunakan


jenis penelitian Observasional dengan desain cross sectional. Desain cross
sectional adalah suatu rancangan penelitian observasional yang dilakukan untuk
mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen dimana
pengukurnya dilakukan pada satu saat (serentak) (Indra 2019).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Puskesmas Sarjo, Kabupaten


Pasangkayu, Provinsi Sulawesi Barat pada bulan Desember-Januari tahun
2021-2022 mencakup tahap persiapan hingga pelaporan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti


tersebut (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
ibu hamil usia kehamilan trimester II dan III yang memeriksakan
kehamilannya di Puskesmas Sarjo berjumlah 101 orang.

2. Sampel

Sampel adalah subjek atau objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Agar karakteristik sampel tidak
menyimpang dari populasi yang diinginkan, maka harus diketahui kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi. Ciri-ciri yang harus dimiliki oleh anggota populasi
sebagai sampel merupakan kriteria inklusi.

a. Kriteria inklusi
- Ibu hamil trimester II dan III usia kehamilan (14-40 minggu)

- Ibu hamil yang berdomisili di Kecamatan Sarjo

b. Kriteria eksklusi

- Ibu hamil menderita penyakit atau sedang sakit saat dilakukan penelitian

- Ibu hamil yang menolak menjadi responden

- Ibu yang pindah rumah pada waktu pengambilan data

c. Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin yaitu :

N
n= 2
1+ N e
Keterangan : n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e = batas toleransi 5% (0.05)

101
n=
1+ 101 x (0.05)2

101
n=
1+ 0,25

101
n=
1,25
n = 80,8

n = 81

Untuk antisipasi drop out maka ditambah 10% dari sampel sehingga
jumlah sampel menjadi 89 ibu hamil trimester II dan III.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi atau nilainya
menentukan variabel lain (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel bebas atau independen adalah Pantangan Makanan,
Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah dan Pengetahuan Gizi.

b. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah yang nilainya ditentukan oleh variabel


lainnya (Nursalam, 2013). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kejadian KEK pada ibu hamil.

2. Definisi Operasional

Untuk mengetahui definisi operasional dalam penelitian ini, dapat dilihat


pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


No Variabel Defenisi Kriteria Cara Skala
Operasional Objektif Pengukuran Data
1 KEK pada Terjadi tidaknya 1. KEK, jika Pengukuran Ordinal
Ibu Hamil keadaan dimana LiLA Lingkar
ibu hamil < 23,5 cm Lengan Atas
menderita (KEK) 2. Tidak KEK, menggunakan
yang dapat jika LiLA ≥ Pita LiLA
diketahui dengan 23,5 cm
mengukur LiLA (Kemenkes
(Furqi et al. 2016) RI 2015)
2 Pantangan Adanya 1. Ada, jika Kuesioner Ordinal
Makanan kepercayaan ibu melakukan dan
hamil untuk tidak pantangan Food
mengonsumsi makanan Frequency
makanan tertentu 2. Tidak ada, Questionnair
karena dianggap jika tidak es SQ
merugikan untuk melakukan Lampiran 2
janin atau pantangan
kehamilannya, makanan
dengan alasan (Hidayati,
mistis, khususnya 2011)
jika makanan
yang dijadikan
pantangan itu
makanan yang zat
gizi nya tinggi
(Alifka, 2020)
3 Kepatuhan Ketaatan ibu 1. Tidak patuh, Wawancara Ordinal
Konsumsi dalam jika ibu dan
TTD mengonsumsi mengonsumsi Kuesioner
TTD selama < 90 tablet Lampiran 2
masa 2. Patuh, jika ibu
kehamilannya mengonsumsi
(Manuaba, 2010) ≥ 90 tablet
(Depkes RI,
2008)
4 Pengetahuan Kemampuan ibu 1. Kurang baik, Kuesioner Ordinal
Gizi hamil menjawab jika skor yang Lampiran 2
segala sesuatu diperoleh
yang diketahui responden
mengenai gizi dengan benar
yang dibutuhkan ≤ 50%
dalam 2. Baik, jika skor
kehamilannya yang
(Dafiu, 2017) diperoleh
. responden
dengan benar
> 50%
(Budiman and
Riyanto,
2013)

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan


menggunakan data primer dan data sekunder sbb :

a. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari
objek yang diteliti (Siyoto and Sodik, 2015). Adapun data primer yang
diperoleh antara lain :

1) Data karakteristik responden meliputi nama, umur, alamat, pendidikan


terakhir, usia kehamilan dan LiLA

2) Data pantangan makanan dihasilkan dengan menyebarkan kuesioner,


dimana kuesioner dalam penelitian ini diadopsi dari penelitian
sebelumnya, kemudian untuk kuesioner SQ-FFQ untuk melihat asupan
gizi ibu hamil untuk jenis makanan yang paling banyak dipantang. Data
kepatuhan konsumsi TTD, pengetahuan gizi juga diperoleh dari hasil
menyebarkan kuesioner, yang juga diadopsi dari penelitian
sebelumnya.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain atau pihak lain
yang tidak bisa diperoleh secara langsung dari responden (Siyoto and
Sodik, 2015). Data diambil dari jurnal serta Instansi Kesehatan seperti
data yang diperoleh dari Puskesmas Sarjo serta dari Dinas Kesehatan
antara lain :

1) Ibu hamil trimester II dan III

2) Data prevalensi ibu hamil yang mengalami KEK

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang


telah disediakan penulis dan nantinya akan disebarkan pada masyarakat
yang berada di wilayah Puskesmas Sarjo dengan langkah-langkah sbb :

a. Mengajukan surat permohonan izin kepada Universitas Tadulako untuk


melakukan penelitian

b. Meminta izin kepada Kepala Puskesmas Sarjo untuk melakukan


penelitian.

c. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti menemui para calon


responden.

d. Peneliti akan memberikan informasi secara lisan dan tulisan tentang


manfaat dan etika penelitian serta menjamin kerahasiaan responden.

e. Jika calon responden bersedia menjadi responden, maka peneliti meminta


calon responden menandatangani surat persetujuan menjadi responden
yang diberikan peneliti. (Lampiran 1)

f. Bagi calon responden yang menandatangani lembar persetujuan, peneliti


menyerahkan kuesioner sambil menjelaskan cara pengisian. Apabila
responden tidak bisa baca tulis, maka peneliti akan membacakan
pertanyaan kuesioner dan membantu mengisikan jawaban responden.

g. Setelah kuesioner diisi, peneliti langsung mengumpulkan untuk memeriksa


kelengkapannya dan bila belum lengkap, responden diminta untuk
melengkapinya saat itu juga.

h. Peneliti melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) kepada


responden

i. Mengajukan surat kepada Puskesmas Sarjo telah melaksanakan


penelitian

j. Peneliti mengolah dan menganalisa data yang telah didapatkan dari


responden.

F. Pengolahan Data

Menurut (Notoatmodjo, 2012) berikut proses pengolahan data menggunakan


program komputer melalui tahapan-tahapan berikut :

1. Penyuntingan (Editing)

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian


formulir atau kuesioner. Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan atau
pemeriksaan kembali terhadap kuesioner yang diisi oleh responden.

2. Pengkodean (Coding)

Setela melakukan editing selanjutnya dilakukan pengkodean (coding),


yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan. Pengkodean ini akan memudahkan dalam pengolahan data dan
juga mempercepat pada saat memasukkan data. Pemberian kode yaitu kode
1 (satu) bila jawaban salah dan kode 2 (dua) bila jawaban benar.

3. Memasukkan Data (Entry Data)

Entry data yaitu jawaban-jawaban dari masing-masing responden


yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program
atau “software” komputer.

4. Pembersihan Data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, kemudian dilakukan
perbaikan.

G. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendapat gambaran pada masing-


masing variabel dalam bentuk distribusi frekuensi yaitu variabel usia
kehamilan, usia ibu, pendidikan terakhir, jumlah anggota keluarga sebagai
karakteristik ibu hamil. Variabel independen yaitu Pantangan Makanan,
Kepatuhan Konsumsi TTD, Pengetahuan Gizi dan variabel dependen yaitu
kejadian KEK pada Ibu Hamil dalam bentuk jumlah dan persentase.
2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel independen yaitu


Pantangan Makanan, Kepatuhan Konsumsi TTD dan Pengetahuan Gizi
dengan variabel dependen yaitu Kejadian KEK pada Ibu Hamil yang diduga
berhubungan atau berkorelasi. Dalam analisis data ini dilakukan pengujian
data statistik yaitu uji chi square, dengan derajat kepercayaan yang
digunakan yaitu 95% (p-value < 0,05). Dari hasil uji statistik akan diperoleh p-
value yaitu :

a. Jika p-value ≤ 0,05 hipotesis nol ditolak artinya terdapat hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen

b. Jika p-value > 0,05 hipotesis nol diterima artinya tidak terdapat hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen.

Anda mungkin juga menyukai