Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN HASIL KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG

ANEMIA PADA REMAJA DI MA PONPES AL-KAMAL


BUAYAN, KEBUMEN

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga

Disusun Oleh :
1. Retno Tristanti 202106002
2. Siti Maesaroh 202106002
3. Nickhen Sindyana S 202106002
4. Reni Komariyah 202106002

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022
LAPORAN HASIL KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG
ANEMIA PADA REMAJA DI MA PONPES AL-KAMAL
BUAYAN, KEBUMEN

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga

Disusun Oleh :
1. Retno Tristanti 202106002
2. Siti Maesaroh 202106002
3. Nickhen Sindyana S 202106002
4. Reni Komariyah 202106002

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan tentang Anemia pada Remaja di MA Ponpes Al-
Kamal Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen guna untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga yang telah dilaksanakan
pada :
Hari/tanggal : Kamis, 14 April 2022
Pukul : 09.00 s/d selesai

Gombong, 14 April 2022

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Ketua Panitia

Umi Laelatul Qomar Retno Tristanti


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya Laporan hasil kegiatan penyuluhan tentang Anemia pada Remaja
di MA Ponpes Al- Kamal Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen ini dapat
terselesaikan. Selama proses penyusunan laporan ini, penulis banyak
mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, perkenankan penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Ibu Hj. Herniyatun, M.Kep, Sp.Mat selaku Ketua Universitas
Muhammadiyah Gombong.
2. Ibu Dyah Puji Astuti, S.ST., M.P.H selaku Ketua Program Studi Sarjana
Kebidanan Universitas Muhammadiyah Gombong.
3. Ibu Umi Laelatul Qomar selaku dosen pengampu Mata Kuliah Kesehatan
Perempuan dan Perencanaan Keluarga
4. Ibu Lutfia Uli Na’mah selaku dosen pengampu Mata Kuliah Kesehatan
Perempuan dan Perencanaan Keluarga
5. Dr. Azam Syukur Rahmatullah, S.K.I.,M.S.S.,M.A.,C.PNLP selaku pimpinan
Ponpes Al-Kamal kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen yang telah
memberikan izin terlaksananya acara penyuluhan ini
6. Siswa dan siswi MA Ponpes Al- Kamal yang telah berpartisipasi dalam acara
penyuluhan ini.
7. Semua teman-teman S1 Kebidanan angkatan 2021, yang telah membantu
penulis dalam penyusunan makalah ini
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini
Semoga Allah Subhanahuwata’ala, senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah yang tidak berkesudahan dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.

Gombong, April 2022

Penulis
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan
memasuki masa dewasa dan masa yang penting dalam perjalanan kehidupan
manusia. Golongan umur ini penting karena menjadi jembatan antara masa
kanak-kanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung
jawab. (Kusmiran, 2012). Salah satu masalah kesehatan pada remaja yaitu
anemia yang merupakan masalah gizi yang perlu mendapat perhatian khusus.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut
telah menunjukkan kecukupan gizi didapatkan dari kesesuaian antara (jumlah
dan jenis) makanan yang dikonsumsi, dengan kebutuhan fungsi tubuh
sehingga bermanfaat bagi terpeliharanya fungsi tubuh secara optimal
(Sibagarian, 2010).
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia
terutama Negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia
menderita anemia. Anemia banyak terjadi pada remaja dan ibu hamil. Anemia
pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut .World Health
Organization (WHO 2013), prevelensi anemia dunia berkisar 40-88 %. Jumlah
usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebanyak 26,2% yaitu terdiri dari
50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (Choiriya,2015). Menurut data hasil
Reskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7% dengan
penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita
berumur 1524 tahun (Kemenkes RI,2014). Data Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita
sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri
usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%. Wanita
mempunyai resiko terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja putri.
(Choiriya,2015) Anemia Gizi adalah kekurangan kadar hemoglobin dalam
darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
pembentukan Hb tersebut. Remaja putri adalah masa peralihan dari anak
menjadi dewasa , ditandai dengan perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik
ditandai dengan berfungsinya alat reproduksi seperti menstruasi (umur 10-19
th). Wanita usia subur adalah wanita pada masa atau perode dimana dapat
mengalami proses reproduksi. Ditandai masih mengalami menstruasi (umur
15-45 th) (Dinkes Indragiri hulu, 2016). Remaja putri sering menderita anemia
karena masa remaja masa pertumbuhan yang sangat membutuhkan zat gizi
lebih tinggi.Selain itu remaja juga mengalami menstruasi setiap bulan dan
kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi setiap
hari.sementara jumlah makanan yang dimakan lebih sedikit dari pada laki-laki
karena factor ingin langsing (mody image) dan juga kebiasaan makan yang
salah seperti mengkonsumsi jajanan ataupun makan kecil sebagaipenganti
makanan pokok.
Faktor lain yang dapat menyebabkan anemia adalah asupan zat gisi
yang tidak adekuat yaitu kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat
mengganggu penyerapan zat besi seperti teh atau kopi yang bersamaan waktu
makan, dan kurangnya pengetahuan tentang anemia, sikap yang tidak
mendukung, pendidikan ibu maupun tingkat sosial ekonomi keluaraga.
Menuurut Amalia (2015) mengatakan peran petugas kesehatan juga
mempengaruhi Dampak dari anemia pada remaja putri antara lain, meurunkan
daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunkanya aktivitas
dan prestasi belajar di samping itu remaja yang mengalami anemia kebugaran
juga menurun, sehingga menhambat prestasi olahraga dan produksivitasnya,
selain itu masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat,
kekurangan zat besi pada masa ini merupakan tidak tercapainya tinggi badan
yang optimal. Selain itu anemia yang terjadi pada remaja putri merupakan
resiko terjadinya gangguan fungsi tubuh dan mental, sehingga dapat terjadi
gangguan pada saat persalinan, bayi lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram (BBLR) (Proverawati, 2011).
B. Analisa Situasi
Siswa dan siswi MA Ponpes Al-Kamal, Buayan, Kebumen adalah sekelompok
remaja yang pengetahuan tentang Anemia masih kurang sehingga perlu
dilakukan penyuluhan tentang Anemia.
C. Permasalahan Mitra
Kurangnya pengetahuan santriwan dan santriwati tentang Anemia pada remaja
D. Solusi Yang Di Tawarkan
1. Tujuan Pembinaan
Untuk meningkatkan pengetahuan santriwan dan santriwati tentang
Anemia pada remaja
2. Aspek yang di tangani
Komponen kognitif Siswa dan siswi MA Ponpes Al-Kamal tentang
Anemia sebagai dasar perubahan komponen afektif dan psikomotoriknya.
3. Tempat Pelaksanaan
MA Ponpes Al-Kamal, Kecamatan Buayan , Kabupaten Kebumen
4. Waktu pelaksanaan
Rabu, 14 April 2022
5. Sasaran
Siswa dan siswi MA Ponpes Al-Kamal, Buayan, Kebumen.
6. Metode Pelaksanaan
Ceramah dan diskusi partisipatif
7. Evaluasi
Dilakukan dengan cara tes lisan mengenai beberapa pertanyaan tentang
Anemia.
E. Target Luaran
Pengetahuan Siswa dan siswi MA Ponpes Al- Kamal tentang Anemia
meningkat dan dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
F. Penutup
Dengan terselenggaranya kegiatan penyuluhan kesehatan tentang Anemia
pada remaja ini diharapkan pengetahuan siswa dan siswi MA Ponpes Al-
Kamal tentang Anemia semakin meningkat.
LAMPIRAN
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Pokok Bahasan : Anemia pada Remaja


Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Penyebab, Tanda dan Gejala, Pencegahan,
Penatalaksanaan Anemia
Hari/Tanggal : Kamis, 14 April 2022
Waktu/jam : 09.00 WIB s/d selesai
Sasaran : Siswa dan siswi MA Ponpes Al-Kamal, Buayan,
Kebumen
Tempat : MA Ponpes Al-Kamal, Buayan, Kebumen

A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan diharapkan peserta mengetahui
tentang Anemia
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK )
Setelah di berikan penyuluhan kesehatan diharapkan peserta dapat :
a. Menyebutkan pengertian Anemia
b. Menyebutkan penyebab Anemia
c. Menyebutkan tanda gejala Anemia
d. Menyebutkan pencegahan Anemia
e. Menyebutkan Penatalaksanaan Anemia
B. Pokok Materi
1. Pengertian Anemia
2. Penyebab Anemia
3. Tanda gejala Anemia
4. Pencegahan Anemia
5. Penatalaksanaan Anemia
C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

D. Media
1. Leaflet
2. Video Pembelajaran

E. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 Pembukaan  Memberi salam -Menjawab
10 menit  Memperkenalkan diri salam

 Menyampaikan tujuan -Mendengarkan

 Menyampaikan kontrak -Menjawab

waktu
 Menyampaikan pokok
materi
 Melakukan apersepsi
2 Pelaksanaan  Menjelaskan tentang -Memperhatikan
30 menit pengertian Anemia -Bertanya
 Menjelaskan tentang -Memperhatikan
penyebab Anemia
 Menjelaskan tentang tanda
dan gejala Anemia
 Menjelaskan pencegahan
Anemia
 Menjelaskan
Penatalaksanaan Anemia
 Memberi kesempatan pada
peserta untuk bertanya
 Menjawab pertanyaan
3 Penutup  Melakukan evaluasi - Menjawab
2 menit  Menyampaikan kesimpulan - Memperhatikan

 Mengucapkan salam -Membalas

penutup salam

F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Satuan acara penyuluhan telah siap sebelum penyuluhan dimulai  V
b. Tempat dan media telah siap sebelum penyuluhan dimulai
c. Penyaji materi telah siap memberikan penyuluhan
d. Waktu dan tempat sesuai yang telah di tentukan

2. Evaluasi Proses
a. Pelaksana penyuluhan berperan sesuai dengan perannya
b. Penyuluhan berlangsung sesuai dengan jadwal dan waktu yang telah di
tentukan
c. Adanya tanya jawab/diskusi
d. Media dapat digunakan secara efektif
e. Peserta dapat menerima materi penyuluhan yang di sampaikan

3. Evaluasi Hasil
No Pertanyaan Jawaban Peserta B S

1 Sebutkan Pengertian Anemia

2 Sebutkan Penyebab Anemia

3 Sebutkan Tanda dan Gejala


Anemia
4 Sebutkan Pencegahan Anemia

5 Sebutkan Penatalaksanaan
Anemia

Standar evaluasi
a. Baik : 4-5 pertanyaan terjawab benar
b. Cukup : 3 pertanyaan terjawab benar
c. Kurang : 1-2 Pertanyaan terjawab benar

G. Setting Tempat

A A A A

U U U U

I I I I
Pelaksana
D D D D
Penyuluhan
I I I I

E E E E

N N N N
H. Daftar Pustaka
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan nasional riset
kesehatan dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013 Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2013
Dinas Kesehatan kota Banjarbaru seksi Kesehatan Dasar. Laporan
pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan anemia pada
remaja putri dinas kesehatan kota Banjarbaru tahun 2015
Banjarbaru: Dinas Kesehatan Pemerintahan Kota Banjarbaru;
2015.
Departemen Kesehatan Pusat data dan Informasi. Glosarium: Data dan
informasi kesehatan Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 2016.
Smeltzer SC, Bare BG, Hinkle JL, Cheever KH. Brunner & Suddarth's:
Textbook of medical-surgical nursing. 12th ed. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins; 2016.
Oehadian A. Continuing medical education. Pendekatan klinis dan
diagnosis anemia. 2012; 39(6): p. 407-412.
World Health Organization. The global prevalence of anaemia in 2011
Geneva: World Health Organization; 2015.
Badan Pusat Statistik kota Banjarbaru. Kota banjarbaru dalam angka
(banjarbaru municipality in figures) 2016 Banjarbaru: BPS kota
Banjarbaru; 2016.
Djafar F. Jurnal pendidikan islam. Pengaruh kondisi sosial ekonomi
orang tua terhadap motivasi belajar anak. 2014; 2(1): p. 1-13.
LAMPIRAN 2. TINJAUAN TEORI

A. Masa Remaja
1. Pengertian
Masa remaja merupakan bagian dari fase perkembangan dalam
kehidupan seorang individu. Masa yang merupakan periode transisi dari
masa anak ke dewasa ini ditandai dengan percepatan perkembangan fisik,
mental, emosional, sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa
kehidupan. WHO mendefinisikan remaja merupakan anak usia 10 – 19
tahun. Undang-Undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak
mengatakan remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun
dan belum menikah. Menurut Undang-Undang Perburuhan, remaja adalah
anak yang telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan
mempunyai tempat tinggal sendiri.

2. Klasifikasi Remaja
Perkembangan remaja dalam perjalananya dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase
remaja awal , fase pertengahan , dan fase akhir
a. Remaja awal (10-14 tahun)
Remaja pada masa ini mengalami pertumbuhan fisik dan seksual
dengan cepat. Pikiran difokuskan pada keberadaanya dan pada
kelompok sebaya. Identitas terutama difokuskan pada perubahan fisik
dan perhatian pada keadaan normal. 9 Perilaku seksual remaja pada
masa ini lebih bersifat menyelidiki, dan tidak membedakan. Sehingga
kontak fisik dengan teman sebaya adalah normal. Remaja pada masa
ini berusaha untuk tidak bergantung pada orang lain. Rasa penasaran
yang tinggi atas diri sendiri menyebabkan remaja membutuhkan
privasi.
b. Remaja pertengahan (15-17 tahun)
Remaja pada fase ini mengalami masa sukar baik untuk dirinya
sendiri maupun orang dewasa yang berinteraksi dengan dirinya. Proses
kognitif remaja pada masa ini lebih rumit. Melalui pemikiran
oprasional formal, remaja pertengahan mulai bereksperimen dengan
ide, memikirkan apa yang dapat dibuat dengan barang barang yang
ada, mengembangkan wawasan, dan merefleksikan perasaan kepada
orang lain. Remaja pada fase ini berfokus pada masalah identitas yang
tidak terbatas pada aspek fisik tubuh. Remaja pada fase ini mulai
bereksperimen secara seksual, ikut serta dalam perilaku beresiko, dan
mulai mengembangkan pekerjaan diluar rumah. Sebagai akibat dari
eksperimen beresiko, remaja pada fase ini dapat mengalami kehamilan
yang tidak diinginkan, kecanduan obat, dan kecelakaan kendaraan
bermotor. Usaha remaja fase pertengahan untuk tidak bergantung,
menguji batas kemampuan, dan keperluan otonomi mencapai
maksimal mengakibatkan berbagai permasalahan yang dengan orang
tua, guru, maupun figur yang lain.
c. Remaja akhir (18-21 tahun )
Remaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional
formal penuh, termasuk pemikiran mengenai masa depan baik itu
pendidikan, kejuruan, dan seksual. Remaja akhir biasanya lebih
berkomitmen pada pasangan seksualnya daripada remaja pertengahan.
Kecemasan karena perpisahan yang tidak tuntas dari fase sebelumnya
dapat muncul pada fase ini ketika mengalami perpisahan fisik dengan
keluarganya. Dalam perjalanan kehidupanya, remaja tidak akan lepas
dari berbagai macam konflik dalam perkembanganya. Setiap tingkatan
memiliki konflik sesuai dengan kondisi perkembangan remaja pada
saat itu. Konflik yang sering dihadapi oleh remaja semakin kompleks
seiring dengan perubahan yang mereka alami pada berbagai dimensi
kehidupan dalam diri mereka yaitu dimensi biologis, dimensi kognitif,
dimensi moral dan dimensi psikologis.
B. Anemia
1. Pengertian
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin
hemotokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang
dipatok untuk perorangan (Arisman, 2014). Anemia sebagai keadaan
bahwa level hemoglobin rendah karena kondisi patologis. Defisiensi
Fe merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi bukanlah satu-
satunya penyebab anemia (Ani, 2016). Menurut Nursalam (2014),
anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan
kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah dalam
tubuh manusia. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah
disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada
tubuh, penurunan kerja fisik dan penurunan daya tahan tubuh.
Penyebab anemia bermacam-macam diantaranya adalah anemia
defisiensi zat besi (Ani, 2016).
Menurut Soekirman (2012), anemia gizi besi adalah suatu
keadaan penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah
hemoglobin darah menurun di bawah normal. Sebelum terjadi anemia
gizi besi, diawali lebih dahulu dengan keadaan kurang gizi besi
(KGB). Apabila cadangan besi dalam hati menurun tetapi belum parah
dan jumlah hemoglobin masih normal, maka seseorang dikatakan
mengalami kurang gizi beis saja (tidak disertai anemia gizi besi).
Keadaan kurang gizi besi yang berlanjut dan semakin parah akan
mengakibatkan anemia gizi besi, tubuh tidak akan lagi mempunyai
cukup zat besi untuk membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam
sel-sel darah yang baru (Arisman, 2014).
2. Klasifikasi anemia Menurut Prawirohardjo (2015), macam-macam
anemia adalah sebagai berikut :
a. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh
kurangnya mineral fe. Kekurangan ini dapat disebabkan karena
kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan
absorbsi atau terpantau banyaknya besi keluar dari tubuh, misalnya
pada pendarahan.
b. Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh
defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12,
anemia ini sering ditemukan pada wanita yang jarang
mengonsumsi sayuran hijau segar atau makanan dengan protein
hewani tinggi.
c. Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena
penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari
pembuatannya.
d. Anemia hipoplastik dan aplastik adalah anemia yang disebabkan
karena sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel
darah yang baru (Prawirohardjo, 2015).
3. Etiologi anemia
Pada sepertiga kasus anemia dipicu oleh obat atau zat kimia lain,
infeksi, radiasi, leukimia dan gangguan imunologis. Etiologi anemia
Menurut Soekarti (2011) penyebab terjadinya anemia adalah:
a. Pada umumnya masyarakat indonesia (termasuk remaja putri) lebih
banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat
besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga
kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.
b. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi
asupan makanan.
c. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diereksi,
khususnya melalui feses (tinja).
d. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, sehingga kehilangan zat
besi + 1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak
daripada pria. Menurut Handayani dan Haribowo (2018),
Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut ini:
a. Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang
dapat dibawa oleh darah ke jaringan.
b. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia. Menurut Ani
(2016), anemia gizi besi dapat terjadi karena:
1) Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak
mencukupi kebutuhan.
2) Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah: makanan
yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati dan ayam)
3) Makanan nabti (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya: sayuran
hijau tua, yang walaupun kaya akan zat besi, namun hanya
sedikit yang bisa diserap baik oleh usus.
4. Faktor-faktor terjadinya anemia pada remaja putri
Banyak faktor medis yang dapat menyebabkan anemia, diantaranya
meliputi:
a. Menstruasi
Salah satu faktor pemicu anemia adalah kondisi siklus menstruasi
yang tidak normal. Kehilangan banyak darah saat menstruasi
diduga dapat menyebabkan anemia (Merryana dan Bambang,
2013). Hampir semua wanita pernah mengalami pendarahan
berlebihan saat menstruasi, bahkan sebagian wanita harus
mengalami hal ini setiap datang bulan. Tiap wanita mempunyai
siklus menstruasi yang berlainan, normalnya dalam satu siklus
kurang lebih setiap 28 hari, bisa berfluktuasi 7 hari dan total
kehilangan darah antara 60 sampai 250 mm. Menstruasi dikatakan
tidak normal saat seorang wanita mengalami menstruasi dengan
jangka waktu panjang. Pada umumnya wanita hanya mengalami
menstruasi satu kali dalam sebulan, tetapi pada beberapa kasus, ada
yang mengalami hingga dua kali menstruasi setiap bulan. Kondisi
inilah yang dikatakan menstruasi tidak normal yang menyebabkan
anemia (Merryana dan Bambang, 2013).
b. Status Gizi
Anemia disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga
kebutuhan besi untuk eritropoesis tidak cukup yang ditandai
dengan gambaran sel darah merah yang hipokrom mikrositik,
kadar besi serum dan saturasi (jenuh) transferin menurun, akan
berperan penting mengikat besi total (TIBC) meninggi dan
cadangan besi dalam sumsum tulang dan tempat lain sangat kurang
atau tidak ada sama sekali (Gultom, 2013 dalam Rumpiati,Ella &
Mustafidah, 2010). Fase remaja yang ditandai dengan kematangan
fisiologis seperti pembesaran jaringan sampai organ tubuh
membuat remaja memerlukan kebutuhan nutrisi yang spesial(Tim
Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010 dalam Pramitya
&Valentina, 2013).
Menurut Thompson (2017) dalam Arumsari (2018), status
gizi berkorelasi positif dengan konsentrasi hemoglobin, artinya
semakin buruk status gizi seseorang maka semakin rendah kadar
Hb didalam darah. Penelitian Permaesih (2005), menyatakan ada
hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan anemia, remaja putri
dengan Indeks Massa Tubuh kurus memiliki resiko 1,4 kali
menderita anemia dibandingkan dengan remaja putri dengan IMT
normal. Berdasarkan penelitian di Meksiko diketahui bahwa
defisiensi besi juga dapat terjadi 2-4 kali pada wanita dan anak-
anak obesitas. Hal ini dikarenakan adanya peningkatakan produksi
hepcidin yang dapat menghambat penyerapan zat besi (Capeda et
al., 2011), sementara di India menujukkan prevalensi anemia
banyak terjadi pada remaja putri kekurangan berat badan sebesar
34,21 %. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi mengenai diet
yang tepat dan kebiasaan remaja putri melewatkan waktu makan
demi tubuh yang ideal (Shamim et al., 2014) Asupan energi pada
remaja sangat mempengaruhi pertumbuhaan tubuh, jika asupan
tidak kuat dapat menyebabkan seluruh fungsional remaja ikut
menderita antara lain, derajat metabolisme yang buruk, tingkat
efektifitas, tampilan fisik,dan kematangan seksual. Usia remaja
merupakan usia dimana terdapat perubahan-perubahan hormonal
dimana perubahan struktur fisik dan psikologis mengalami
perubahan drastis. Masalah gizi yang utama yang dialami oleh para
remaja diantaranya yaitu anemia defisiensi zat besi, kelebihan berat
badan/obesitas dan kekurangan zat gizi. Hal ini berkaitan dengan
meningkatnya konsumsi makanan olahan yang nilai gizinya
kurang, namun memiliki banyak kalori sebagai faktor pemicu
obesitas pada usia remaja. Konsumsi jenis-jenis junk food
merupakan penyebab para remaja rentan sekali kekurangan zat
gizi(Istiany & Rusilanti, 2013).
Kebiasaan makan saat remaja dapat mempengaruhi
kesehatan pada masa kehidupan berikutnya (setelah dewasa dan
berusia lanjut). Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan mereka
mengalami anemia yang menyebabkan keletihan, sulit konsentrasi
sehingga remajapada usia bekerja menjadi kurang produktif.
Remaja membutuhkan lebih banyak zat besi terutama para wanita,
karena setiap bulanya mengalami haid yang berdampak kurangnya
asupan zat besi dalam darah sebagai pemicu anemia (Istiany &
Rusilanti, 2013). Salah satu cara untuk menentukan status gizi
dengan membandingkan Berat Badan dan Tinggi Badan.
IMT = Berat Badan (kg) TB2 (dalam meter).
Untuk Perempuan : a. Kurus : < 17 kg/m2 b. Normal : 17 - 23 kg/
m2 c. Kegemukan : 23 - 27 kg/m2 d. Obesitas : > 27 kg/m2
(Departemen Kesehatan RI 2003)
5. Tanda dan gejala anemia
Menurut Proverawati (2011), tanda-tanda anemia pada remaja putri
adalah:
a. Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L).
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan
telapak tangan menjadi pucat.
Menurut Aulia (2012), tanda-tanda anemia pada remaja putri
adalah:
a. Mudah lelah.
b. Kulit pucat.
c. Sering gemetar.
d. Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L).
e. Sering pusing dan mata berkunang-kunang.
f. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah dan
telapak tangan tampak pucat.
g. Anemia yang parah (kurang dari 6 gr%) dapat menyebabkan
nyeri.
6. Dampak anemia bagi remaja
Menurut Merryana dan Bambang (2013), dampak anemia bagi remaja
adalah:
a. Menurunnya kesehatan reproduksi.
b. Terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan.
c. Menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar.
d. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai
optimal.
e. Menurunkan fisik olahraga serta tingkat kebugaran. 6)
Mengakibatkan muka pucat.
7. Pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri
Pencegahan Menurut Almatzier (2013), cara mencegah dan mengobati
anemia adalah:
a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.
b. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan
makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati dan telur) dan bahan
makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan,
tempe).
c. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung
vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk
dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat
besi dalam usus.
d. Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum
Tablet Tambah Darah (TTD). Tablet tambah darah adalah tablet
besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg ferro sulfat atau
60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Wanita dan remaja
putri perlu minum tablet tambah darah karena wanita mengalami
haid sehingga memerlukan zat besi untuk mengganti darah yang
hilang. Tablet tambah darah mampu mengobati penderita anemia,
meningkatkan kemampuan belajar, kemampuan bekerja dan
kualitas sumber daya manusia serta generasi penerus. Anjuran
minum yaitu minumlah satu tablet tambah darah seminggu sekali
dan dianjurkan minum satu tablet setiap hari selama haid.
Minumlah tablet tambah darah dengan air putih, jangan minum
dengan teh, susu atau kopi karena dapat menurunkan penyerapan
zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang.
e. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia
seperti: kecacingan, malaria, dan penyakit TBC.
DAFTAR HADIR PESERTA
DOKUMENTASI
Sesi Tanya Jawab

Anda mungkin juga menyukai