Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN

KANKER KOLORECTAL
MOHAMMAD ARIFIN NOOR
ASKEP KANKER KOLORECTAL
Secara epidemiologis
Menurut American Cancer Society, kanker kolorektal
(KKR) adalah kanker ketiga terbanyak dan merupakan
kanker penyebab kematian kedua terbanyak pada pria
dan wanita di Amerika Serikat. Telah diprediksi bahwa
pada tahun 2016 ada 95.270 kasus baru kanker kolon
dan 39.220 kasus baru kanker rectum.

Secara keseluruhan risiko untuk mendapatkan kanker


kolorektal adalah 1 dari 20 orang (5%) (Kemenkes 2017)
Statistik Kanker Indonesia menurut Globocan
2018
Perbandingan angka kejadian dan kematian
kanker
http://dhar
mais.co.id/p
age/137/Has
il

Informasi
prevalensi
anda bs
searching
karsinoma dari kolon yang terjadi dari 714
sampel, ternyata bahwa 15% terdapat di kolon
ascendens, 10% di kolon desendens, 16% di
transversum, sedang 58% terdapat di rektum
atau regtosigmoid (Sujono, 2013)
ANATOMI FISIOLOGI
• Intestinum crassum (usus besar)  caecum, appendix
vermiformiis, colon , rectum dan canalis analis

• Colon ascendens panjangnya kurang lebih 15 cm, dan terbentang


dari caecum sampai ke permukaan visceral dari lobus kanan
hepar untuk membelok ke kiri pada flexura coli dextra untuk
beralih menjadi colon transversum (Widjaja, 2009).
• Pendarahan colon ascendens dan flexura coli dextra terjadi
melalui arteri ileocolica dan arteri colica dextra, cabang arteri
mesenterica superior. Vena ileocolica dan vena colica dextra,
anak cabang mesenterika superior, mengalirkan balik darah dari
colon ascendens (Moore, 2002).
• Colon transversum merupakan bagian usus besar
yang paling besar dan paling dapat bergerak
bebas karena bergantung pada mesocolon, yang
ikut membentuk omentum majus. Panjangnya
antara 45-50 cm (Widjaja, 2009).
• Pendarahan colon transversum terutama terjadi
melalui arteria colica media, cabang arteria
mesenterica superior, tetapi memperoleh juga
darah melalui arteri colica dextra dan arteri
colica sinistra. Penyaluran balik darah dari colon
transversum terjadi melalui vena mesenterica
superior (Moore, 2002).
• Colon descendens panjangnya kurang lebih 25 cm
(Widjaja, 2009). Colon descendens melintas
retroperitoneal dari flexura coli sinistra ke fossa
iliaca sinistra dan disini beralih menjadi colon
sigmoideum (Moore, 2002).

• Colon sigmoideum disebut juga colon pelvinum


(Moore, 2002). Panjangnya kurang lebih 40 cm
dan berbentuk lengkungan huruf S. (Widjaja,
2009). Rectum adalah bagian akhir intestinum
crassum yang terfiksasi. Ke arah kaudal rectum
beralih menjadi canalis analis (Moore, 2002).
• Fungsi utama kolon adalah absorbsi air dan
elektrolit dari kimus untuk membentuk feses
yang padat dan penimbunan bahan feses
sampai dapat dikeluarkan (Guyton, 2008)
• kolon mengubah 1000-2000 mL kimus isotonik
yang masuk setiap hari dari ileum menjadi
tinja semipadat dengan volume sekitar 200-
250mL (Ganong, 2008)
Etiologi dan Faktor Predisposisi

• Usia  usia setelah 50 tahun


• Polip Kolon
• Inflamantory Bowel Desease :
(Ulserasif Kolitis); Penyakit Crhon’s
• Riwayat Keluarga :
Individu yang memiliki riwayat keluarga dengan
Hereditary Non-Polyposis Colorectal Cancer
(HNPCC)
Individu yang didiagnosis secara klinis menderita
Familial Adenomatous Polyposis (FAP)
Penyakit Crhon’s
Etiologi dan Faktor Predisposisi
• Diabetes tipe 2
• Pola Makan (Kebiasaan makan )  rendah
serat
• Kurang aktivitas
• Merokok
• Obesitas
• Konsumsi Alkohol
STADIUM
Klasifikasi pentahapan kanker digunakan untuk
menentukan luas atau ekstensi kanker dan nilai prognostik
pasien. Sistem yang paling banyak digunakan adalah sistem
TNM. Sistem ini dibuat oleh American Joint Committee on
Cancer (AJCC) dan International Union for Cancer Control
(UICC). TNM mengklasifikasi ekstensi tumor primer (T),
kelenjar getah bening regional (N) dan metastasis jauh (M),
sehingga staging akan dinilai berdasarkan T, N dan M.
Klasifikasi TNM yang terbaru adalah TNM edisi ke 7 dan
mulai digunakan pada 1 Januari 2010
Tumor
primer

Kelenjar
Getah
Bening
Metastase

Stadium
Ca
Colorectal
MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang paling menonjol adalah perubahan
kebiasaan defekasi dan dapat juga mencakup
anemia yang tidak diketahui penyebabnya,
anoreksia, penurunan berat badan, dan
keletihan
Colon kanan Colon kiri Rectal/ rectosigmoid
• Nyeri dangkal abdomen. • Obstruksi (Nyeri • Evakuasi feses yang
• anemia abdomen dan kram, tidak lengkap setelah
• melena (feses hitam, penipisan feses, defekasi.
seperti ter) konstipasi dan distensi ). • Konstipasi dan diare
• dyspepsia • Adanya darah segar bergantian.
• nyeri diatas umbilicus dalam feses. • Feses berdarah.
• anorexia, nausea, • Tenesmus (perasaan • Perubahan kebiasaan
vomiting buang air besar yang defekasi.
• rasa tdk nyaman diperut hilang timbul) • Perubahan BB
kanan bawah
• teraba masa pada
palpasi

(Smeltzer & Bare, 2005)

Gejala carsinoma colon : Nyeri biasanya menyebar di area umbilicus atau area
perianal
Gambaran Kolon kanan Kolon kiri Rektum
Klinis
Aspek klinis Kolitis Obstruksi Proktitis
       
Nyeri Karena penyusupan Karena obstruksi Karena tenesmi
       
     
Defekasi Diare /diare berkala Konstipasi progresif Tenesmi terus-menerus
       
      Tidak/jarang
Obstruksi Jarang Hampir selalu  
      Makroskopik
Darah pada feses Okul Okul /makroskopik  
        
Feses Normal/diare Normal Perub bentuk
       
Dispepsi Sering Jarang Jarang
       
Memburuknya keadaan Hampir selalu Lambat Lambat
umum      
        
   
Anemia Hampir selalu Lambat Lambat
 
PENGKAJIAN
• Aktivitas/istirahat
Gejala:
• Kelemahan, kelelahan/keletihan
• Perubahan pola istirahat/tidur malam hari;
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat
malam hari.
• Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan
karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
• Tanda: Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan
darah.
Integritas ego:
Gejala:
• Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara
mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda
pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
• Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi
cacat, pembedahan)
• Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa,
tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan
kontrol, depresi.
• Tanda: Menyangkal, menarik diri, marah.
Eliminasi:
Gejala: Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada
defekasi
Tanda:
• Perubahan bising usus, distensi abdomen
• Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah

Makanan/cairan:
Gejala:
 Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak,
pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)
 Anoreksia, mual, muntah
 Intoleransi makanan
Tanda: Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala: Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai
berat tergantung proses penyakit

Keamanan:
Gejala: Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
• Tanda: Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia

Interaksi sosial
Gejala:
• Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
• Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan
perubahan status kesehatan.
Penyuluhan/pembelajaran:
• Riwayat kanker dalam keluarga
• Masalah metastase penyakit dan gejala-
gejalanya
• Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan
sitostatika.
• Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas
sehari-hari
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Barium Enema
• Endoskopi (Sigmoidoscopy atau colonoskopy)
• Biopsi
• Tes Guiaiac  mendeteksi bekuan darahdi
dalam feses
• CEA (Carcinoembryonic antigen) Biomarker
PENATALAKSANAAN
• Terapi Radiasi dan Kemoterapi  dpt
meningkatkan survival klien dengan ca colon
(Black & Hawk, 2009)
Obat-obatan kemoterapi : fluorouracil (5-FU),
oxaliplatin (Eloxatin), irinotecan (Camptosar),
dan capecitabine (Xeloda) (Black & Hawks, 2009;
Dahlia, 2013)
PENATALAKSANAAN
Pembedahan
1. Kolostomi : Kolostomi Permanen dan
Kolostomi temporer
2. Hemikolektomi
3. Low Anterior resection
4. Abdominoperineal resection
Hemikolektomi
Hemikolektomi kanan dilakukan jika terdapat
tumor pada sekum, kolon asenden atau kolon
tranversum kanan yakni dilakukan ileotransverse
anastomosis. Hemikolektomi kiri yakni reseksi
dari kolon transversum kiri, kolon desenden,
kolon sigmoid dan bagian atas rektum (Dahlia,
2013).
Low Anterior resection & Ultra Anterior Resection

Pembedahan ini dilakukan jika tumor berada


pada rektosigmoid dan bagian atas rektum
sehingga dilakukan End-to-end anastomosis
stapler
Abdominoperineal resection

Abdominoperineal resection dengan end


colostomy biasanya dilakukan pada klien dengan
kanker rektum. Kolon yang terkena dan rektum
dipotong dan anus ditutup. Kolon yang dipotong
dikeluarkan melalui insisi di perut dan rektum
dikeluarkan melalui insisi perineum (Black &
Hawks, 2009).
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
• Pre-Operatif
Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
Kriteria Evaluasi :
• Menyatakan nyeri hilang atau terkontrol.
• Menunjukkan nyeri hilang, mampu tidur/istirahat
dengan tepat.
• Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi
dan kenyamanan umum sesuai indikasi situasi
pasien.
Tindakan / intervensi Rasional
Tentukan riwayat nyeri mis : lokasi nyeri, frekuensi, Memberikan data dasar adanya nyeri
durasi, dan intesitas (skala 0-10) dan tindakan
penghilang yang digunakan
Evaluasi / sadari terapi tertentu misal : pembedahan, Ketidaknyamanan rentang luas adalah umum.
radiasi, kemoterapi, bioterapi. Ajarkan pasien apa yang
diharapkan
Berikan tindakan kenyamanan dasar mis : reposisi, Meningkatkan relaksasi dan kembali menfokuskan
gosokan punggung dan aktivitas hiburan mis : musik perhatian
atau televisi.
Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif
(mis: tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi dan meningkatkan rasa kontrol
tertawa, musik dan sentuhan terapeutik.
Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan pasien Rencana terorganisasi mengembangkan kesempatan
dan dokter kontrol nyeri
Berikan analgesik sesuai indikasi. Berikan hanya untuk Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker, meskipun
analgesik dalam sehari. Ubah dari analgesik kerja respon individual berbeda.
pendek menjadi kerja panjang bila diindikasikan
Perubahan Nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh
Kriteria evaluasi:
• Mendemontrasikan berat badan stabil,
penambahan berat badan progresif ke arah
tujuan dengan normalisasi nilai lab dan bebas
tanda malnutrisi
• Pengungkapan pemahaman pengaruh
individual pada masukan adekuat
• Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk
merangsang nafsu makan / peningkatan
masukan diet
Tindakan / intervensi Rasional
Pantau masukan makanan setiap hari, biarkan pasien menyimpan Mengidenifikasi kekuatan / defisiensi nutrisi
buku harian tentang makanan sesuai indikasi
Ukur tinggi, berat badan dan ketebalan lipatan kulit trisep. Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein kalori,
Pastikan jumlah penurunan berat badan saat ini. Timbang berat khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometrik
badan setiap hari atau sesuai indikasi kurang dari normal
Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan.
dengan masukan cairan adekuat. Dorong penggunaan suplemen Suplemen dapat memainkan peran penting dalam
atau makan sering / lebih sedikit yang dibagi-bagi selama sehari. mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat.
Nilai diet sebelumnya dan segera setelah pengobatan mis : Keefektifan penilaian diet sangat individual dalam penghilangan
makanan bening, cairan dingin, krekers kering, roti panggang, mual pascaterapi. Pasien harus mencoba untuk menemukan
minuman berkarbonat. Berikan cairan 1 jam sebelum atau 1 jam solusi / kombinasi terbaik.
setelah makan.
Kontrol faktor lingkungan (mis : bau kuat / tidak sedap atau Dapat mentriger respon mual atau muntah
kebisingan. Hindari terlalu manis, berlemak atau makanan pedas
Dorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan Dapat mencegah awitan atau menurunkan beratnya mual,
imajinasi, latihan selang sebelum makan. penurunan anoreksia dan menungkinkan pasien meningkatkan
masukan oral
Identifikasi pasien yang mengalami mual / muntah yang Mual atau muntah psikogenik terjadi sebelum kemoterapi mulai
diantisipasi secara umum tidak berespon terhadap obat antiemetik.
Perubahan lingkungan pengobatan atau rutinitas klien pada hari
pengobatan mungkin efektif
Tindakan / intervensi Rasional
Berikan obat sesuai indikasi Kebanyakan antiemetik bekerja untuk
Fenotiazin mis : proklorperazin (Compazine), mempengaruhi stimulasi pusat muntah sejati dan
tietilperazin (Torecan),; antidopaminergik mis : kemoreseptor mentriger agen zona juga
metoklorpramid (Reglan), ondansetron (Zofran); bertindak secara perifer untuk menghambat
antihistamins mis : difenhidramin (Benadryl) peristaltik balik.
   
Kortikosteroid mis : deksametazon (Decadron), Terapi kombinasi seringkali lebih efektif
kanabisoid mis : 9-tetrahidrokanabinol; daripada agen tunggal
benzodiazepin mis : diazepam (Valium)  
   
Vit A, D, E dan B6 Mencegah kekurangan karena penurunan
  absorpsi
Antasid Meminimalkan iritasi lambung
Rujuk pada ahli diet Memberikan rencana diet terapi khusus untuk
memenuhi kebutuhan individu.
Post-Operatif
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan :Tak adanya sfingter
stoma, Karakter/aliran feses dan flatus dari
stoma, Luka post operasi laparotomi
• Kriteria Evaluasi :
• Mempertahankan Integritas kulit.
• Mengidentifikasi faktor resiko individu.
• Menunjukkan perilaku/teknik peningkatan
penyembuhan/mencegah kerusakan kulit.
Tindakan / intervensi Rasional

Mandiri :
Lihat stoma/area kulit peristomal pada tiap penggatian kantong. Memantau proses penyembuhan/keefektifan alat dan
Bersihkan dengan air dan keringkan. Catat iritasi, kemerahan mengidentifikasi masalah pada area. Mempertahankan
(warna gelap, kebiru-biruan). kebersihan/mengeringkan area untuk membantu pencegahan
  kerusakan kulit. Identifikasi dini nekrosis stoma/iskemia atau
  infeksi jamur memberikan intervensi tepat waktu untuk
  mencegah komplikasi serius.
   
Ukur stoma secara periodik, mis,, tiap perubahan kantong selama Sesuai dengan penyembuhan edema pascaoperasi (selama 6
6 minggu pertama. Kemudian sekali sebulan selama 6 bulan. minggu pertama) ukuran kantong yang dipakai harus tepat
(setiap hari) sehingga feses terkumpul sesuai aliran dari ostomi dan kontak
  dengan kulit dicegah.
   
Kosongkan, irigasi dan bersihkan kantong ostomi dengan rutin. Penggantian kantong yang sering mengiritasi kulit dan harus
  dihindari.
 
Sokong kulit sekitar bila mengangkat kantong dengan perlahan. Mencegah iritasi jaringan/kerusakan sehubungan dengan
  “penarikan” kantong.
 
Selidiki keluhan rasa terbakar/gatal/melepuh disekitar stoma. Indikasi kebocoran feses dengan iritasi periostomal, atau
  kemungkinan infeksi kandida yang memerlukan intervensi.
 
Melakukan perawatan luka post operasi laparotomi Meningkatkan proses penyembuhan, mencegah terjadinya
  infeksi dan keruskaan kulit yang lebih.
 Kolaborasi :   
Memberikan obat untuk mengatasi adanya infeksi Untuk mengatasi infeksi.
 Cefixime 2x200 mg, PO
 
 Fluconazole 1x100 mg, PO
 
 
SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai