PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status gizi kurus atau wasting adalah salah satu masalah gizi yang
kerap dijumpai pada balita, dimana berat badan balita tidak sesuai dengan
tinggi badannya. Wasting sangat rentan terjadi pada balita usia 1-5 tahun
karena pada usia ini anak sudah tidak lagi mendapatkan ASI Eksklusif
(Riskesdas) 2018 prevalensi kasus gizi kurus dan sangat kurus pada balita
sebesar 10,2 %, data ini mengalami penurunan dari hasil Riskesdas 2013
yang sebelumnya yaitu sebesar 12,1%. Hasil Riskesdas 2018 belum bisa
pada Kabupaten Bima dan terendah pada Kota Mataram. Data ini melebihi
data nasional pada sumber yang sama yaitu Riskesdas 2018 Nasional, dan
12%. Melihat data-data di atas dimana hasil Riskesdas 2018 dan PSG
1
2
Wasting pada balita, maka perlu adanya upaya untuk mengurangi kasus
adalah faktor asupan (Putri dkk, 2013). Asupan ini dapat dipenuhi dari
dipenuhi dengan makanan antara waktu makan utama atau biasa disebut
kudapan dan cemilan (snack). Cemilan adalah salah satu makanan yang
digemari oleh anak-anak. Selain itu, bentuk snack bar mudah dan praktis
pangan lokal. Formulasi snack bar ini kemudian akan memiliki kandungan
energi dan protein yang cukup tinggi sehingga diharapakan dapat menjadi
Balita.
bar tepung pisang dan tepung kacang hijau dengan penambahan serbuk
pisang dan tepung kacang hijau 80% : 20% serta tepung torbangun 1 gram
3
per takaran saji. Pada penelitian lainnya yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Wiranata (2017) yang meneliti formulasi nutrimat bar tepung kacang
perbandingan tepung kacang kedelai dan tepung kacang merah yaitu 25%
: 75%.
kacang hijau, dan tepung daun torbangun menghasilkan snack bar dengan
kandungan protein yang masih rendah, dan warna snack bar yang
dihasikan juga kurang menarik. Pada formulasi snack bar (Wiranata, 2017)
tepung kacang kedelai dan tepung kacang merah menghasilkan snack bar
yang memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan warna snack bar
Alternatif pangan lokal untuk formulasi snack bar yang baru yaitu
dengan bahan pisang ambon, kacang hijau, dan kacang merah diperoleh
bar yang baru ini diharapkan menghasilkan snack bar dengan kandungan
energi dan protein yang cukup tinggi, serta dapat menghasilkan warna
didasari oleh rasa kacang merah yang lebih bisa diterima daripada kacang
kedelai dan kandungan proteinnya yang cukup tinggi. Kacang merah Jika
otot dan mengatur sistem imun (Fernandez, 2014 dalam Justisia, 2016).
gizinya tinggi, mudah didapat, dan relatif murah. Jenis pisang ini dapat
sekitar 31% per 100 g buahnya, sehingga dapat menjadi alternatif sumber
kandungan protein yang cukup tinggi antara lain adalah kacang hijau dan
kacang merah. Kandungan protein dalam 100 g kacang hijau dan kacang
selingan pagi dan selingan sore. Anak balita dengan kondisi wasting tidak
beresiko mengalami obesitas akibat kandungan energi dari sanck bar yang
nilai gizi, dan daya terima snack bar sebagai alternatif jajanan selingan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Terhadap Sifat Organoleptik, Kandungan Zat Gizi dan Daya Terima Snack
2. Tujuan Khusus
D. Hipotesis
E. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
dan ibu balita pada khusunya, yaitu Pemanfaatan produk snack bar