Anda di halaman 1dari 28

KERANGKA ACUAN KERJA/ TOR (TERM OF REFERENCE)

RSU SEMBIRING DELITUA TAHUN 2019

Program - Pelatihan Excellent Services


: - Pelatihan Perawatan Luka
- Pelatihan BTCLS
- Pelatihan Pemasangan Infus
- Pelatihan Pembuatan Asuhan Keperawatan
- Pelatihan EWS
- Pelatihan Asesment Pasien
- Pelatihan Asfiksia Neonatorum
- Pelatihan NGT
- Pelatihan Umbilikal Kateter Pada Bayi
- Pelatihan Emergency Nurshing Intermediate Level (ENIL)
- Pelatihan Emergency Nurshing Intermediate Level (ENIL)
II.
Kegiatan - Pelatihan Excellent Services
: - Pelatihan Perawatan Luka
- Pelatihan BTCLS
- Pelatihan Pemasangan Infus
- Pelatihan Pembuatan Asuhan Keperawatan
- Pelatihan EWS
- Pelatihan Asesment Pasien
- Pelatihan Asfiksia Neonatorum
- Pelatihan NGT
- Pelatihan Umbilikal Kateter Pada Bayi
- Pelatihan Emergency Nurshing Intermediate Level (ENIL)
- Pelatihan Emergency Nurshing Intermediate Level (ENIL)
II.
Keluaran (Output) Mampu mengenali dan melakukan Excellent Services,
: Perawatan Luka, BTCLS, Pemasangan Infus, Pembuatan
Asuhan Keperawatan, EWS, Asesment Pasien, Asfiksia
Neonatorum, NGT, Umbilikal Kateter Pada Bayi, Emergency
Nurshing Intermediate Level (ENIL), Emergency Nurshing
Intermediate Level (ENIL) II.
Alokasi Dana Rp. 890.450.000

1. Latar Belakang
Upaya Pertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai satu sistem
yang terpadu dan tidak terpecah-pecah, mulai dari fase pra Rumah Sakit, fase Rumah Sakit
dan fase rehabilitasi. Hal ini karena kualitas hidup penderita pasca cedera akan sangat
bergantung pada apa yang telah dia dapatkan pada periode Pra Rumah Sakit, bukan hanya
tergantung pada bantuan di fasilitas pelayanan kesehatan saja. Pada penanganan korban
bencana khususnya gempa yang pernah terjadi, tidak sedikit korban meninggal ataupun cacat
karena terlambatnya penanganan korban ataupun kesalahan dalam menolong korban seperti
dalam mengangkut korban ataupun mengevakuasi dari lokasi kejadian. Jika di tempat
pertama kali kejadian, penderita mendapatkan bantuan yang optimal sesuai kebutuhannya
maka resiko kematian dan kecacatan dapat dihindari. Bisa diilustrasikan dengan penderita
dengan kegagalan pernapasan dan jantung kurang dari 4-6 menit dapat diselamatkan dari
kerusakan otak yang ireversibel. Syok karena kehilangan darah dapat dicegah jika sumber
perdarahan diatasi, dan kelumpuhan dapat dihindari jika upaya evakuasi & tranportasi cedera
spinal dilakukan dengan benar. Oleh karena itu orang awam yang menjadi first responder
harus menguasai lima kemampuan dasar yaitu : (1) menguasai cara meminta bantuan
pertolongan, (2) menguasai teknik bantuan hidup dasar (resusitasi jantung paru), (3)
menguasai teknik menghentikan perdarahan, (4) menguasai teknik memasang balut-bidai,
dan (5) menguasai teknik evakuasi dan tranportasi.
Kejadian gawat darurat sendiri biasanya berlangsung dengan cepat dan tiba-tiba sehingga
sulit memprediksi kapan terjadinya. Langkah terbaik untuk situasi ini adalah waspada dan
melakukan upaya kongkrit untuk mengantisipasinya. Tercapainya kualitas hidup penderita
pada akhir bantuan harus tetap menjadi tujuan dari seluruh rangkai pertolongan yang
diberikan. Jadi prinsip dan tujuan dilakukannya Pertolongan pertama pada Penderita Gawat
Darurat adalah : menyelamatkan kehidupan, mencegah keadaan menjadi lebih buruk dan
mempercepat kesembuhan.
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya pasien eklamsia adalah dengan meningkatkan
pengetahuan terhadap pengertian, tanda gejal, pencegahan dan penanganan.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk meningkatkan kapasitas penanganan kegawat
daruratan yang terjadi di lingkungan RSU Sembiring Delitua dimana kejadiannya bisa saja
terjadi secara tiba-tiba, karyawan yang sebagian merupakan profesional dalam bidang
kesehatan, perlu adanya sebuah pelatihan mengenai pertolongan pertama. Dengan pelatihan
ini diharapkan peserta dapat melakukan penanganan pertama pada korban, sehingga resiko
kematian dan cedera yang lebih parah dapat berkurang.

2. Dasar Hukum
- Undang- undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
- Undang- undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
- Undang- undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
- KepMenaker No : Kep.186/MEN/1999.
- Undang- undang No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

3. Gambaran Umum Kegiatan


- Pemaparan EXcellencet Servis
Pelayanan yang memuaskan atau pelayanan prima akan membuat pelanggan
bertahan dan tidak kabur ke pesaing produk sejenis. Perusahaan wajib melayani
pelanggan dengan baik agar merasa puas, setia, jadi bagian dari kesuksesan
perusahaan. Yaitu:
1% Meninggal Dunia.
- 3% Pindah Alamat.
- 5% mencoba alternatif lain.
- 9% pindah ke competitor
- 14% tidak puas dengan produk/jasa.
- Perawatan Luka
Luka pasti akan menimbulkan rasa sakit, namun berat-ringannya berbeda-beda,
tergantung kepada lokasi, jenis, dan keparahan luka. Luka yang dalam atau luas
membutuhkan perawatan luka di rumah sakit atau klinik. Sedangkan luka yang ringan,
dapat diatasi melalui perawatan luka secara mandiri di rumah.
Jenis-Jenis Luka
Meskipun memiliki prinsip dasar yang sama, langkah-langkah perawatan luka dapat
berbeda, tergantung pada jenis lukanya. Berikut ini adalah jenis-jenis luka yang umum
ditemui, berikut penjelasannya:
1. Luka koyak atau avulsi
Evulsi adalah robeknya sebagian atau seluruh kulit dan jaringan di bawahnya. Luka
robek ini bisa terjadi karena tembakan, ledakan, kecelakaan berat, atau perkelahian.
Darah yang keluar akibat luka jenis ini biasanya cepat dan banyak, sehingga perlu
penanganan medis segera.
2. Luka tusuk
Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dan panjang, seperti pisau, jarum, atau
paku. Meski umumnya tidak menyebabkan darah banyak keluar, luka jenis ini dapat
menembus kulit hingga melukai organ dalam. Selain itu, luka tusuk juga dapat
menyebabkan tetanus. Jika Anda tertusuk benda yang kotor, misalnya paku berkarat,
disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Dokter akan melakukan
perawatan luka untuk mencegah infeksi, dan memberikan vaksinasi tetanus bila
diperlukan.
3. Luka robek atau laserasi
Luka robek bisa berupa luka gores ringan, bisa juga berupa luka yang dalam
dengan bentuk tidak teratur. Luka ini sering ditemukan pada kecelakaan saat
berkendara atau kerja, misalnya akibat mesin. Kedaruratan penanganan luka ini,
tergantung kepada berat-ringannya perdarahan dan bagian tubuh yang terkena.
4. Luka sayat atau insisi
Benda yang pipih dan tajam, seperti silet, pecahan kaca, pisau, atau bahkan
kertas. Selain itu, luka sayat juga bisa disebakan oleh prosedur pembedahan. Sama
seperti luka robek, kedaruratan penanganan luka ini tergantung kepada kondisi
perdarahan dan lokasi luka.
5. Luka baret atau abrasi
Abrasi terjadi ketika kulit bergesekan atau menggores permukaan kasar atau
keras, misalnya jalanan beraspal atau semen. Meski tidak menimbulkan banyak
perdarahan, luka jenis ini perlu dibersihkan dengan baik untuk menghindari infeksi.
Cara Merawat Luka dengan Benar
Luka dan lecet ringan biasanya tidak membutuhkan pertolongan dari dokter.
Cukup dengan beberapa langkah perawatan luka berikut ini, kulit akan sembuh seperti
sedia kala. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah cuci tangan terlebih dahulu
sebelum melakukan perawatan luka, untuk menghindari infeksi. Setelah itu, baru
lakukan beberapa hal berikut ini:
1. Perdarahan pada goresan dan luka ringan biasanya akan berhenti sendiri. Jika tidak,
beri tekanan lembut pada luka dengan kain yang bersih. Posisikan luka menghadap
ke atas.
2. Bilas luka dengan air bersih dan mengalir. Sekitar luka boleh dibersihkan dengan
sabun, tapi tidak pada lukanya, untuk menghindari iritasi.
3. Jika masih ada kotoran atau benda yang tertancap pada luka setelah dibersihkan,
gunakan pinset steril (yang telah dibersihkan dengan alkohol) untuk mencabutnya.
Jika masih ada yang tertancap, pergilah ke dokter agar dapat dilakukan
pembersihan luka secara menyeluruh, guna mengurangi risiko infeksi dan tetanus.
4. Tidak perlu menggunakan cairan hidrogen peroksida, obat merah, atau larutan
antiseptik yang mengandung iodine, karena dapat menimbulkan iritasi pada luka.
5. Oleskan krim atau salep antibiotik untuk membantu menjaga permukaan kulit tetap
lembap. Obat ini memang tidak membuat luka cepat sembuh, tapi bisa mencegah
infeksi sehingga proses penyembuhan luka dapat berjalan dengan baik. Namun jika
muncul ruam pada kulit, segera hentikan penggunan salep.
6. Perban luka untuk menjaganya tetap bersih dan terhindar dari bakteri. Jika luka atau
goresannya kecil, tidak perlu diperban.
- BTCLS
Manfaat Pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLF)
1. Bekal dalam penanganan pasien gawat darurat trauma dan kardiovaskular
Tentu sebagai seorang perawat, kamu harus bisa bertindak cepat dan juga teliti ya,
guys! Karena perannya yang vital dalam melakukan penyelamatan kepada pasien, kamu
harus menguasai skills penanganan pasien dengan sangat sigap.Untuk membekali perawat
agar dapat memahami dan mampu melakukan penanganan pasien dengan
kegawatdaruratan trauma dan kardiovaskular, pelatihan BTCLS sangat diperlukan untuk
memberikan kamu bekal pengetahuan dan juga skills penanganan tersebut, Quipperian!
2. Salah satu modal melamar kerja di RS idaman
Kamu pasti ingin bekerja di rumah sakit atau lembaga kesehatan yang sesuai
dengan idaman kamu kan, Quipperian? Nah, bagi kamu mahasiswa tingkat akhir ataupun
fresh graduate, pelatihan BTCLS bisa menjadi bekal persiapan sebelum bekerja di rumah
sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Lembaga pelayanan kesehatan atau rumah
sakit tentu akan memprioritaskan calon perawat yang memiliki sertifikasi BTCLS.
3. Bekal dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Berlakunya kebijakan ekonomi negara-negara di ASEAN pada tahun 2015 lalu
memang memberikan pengaruh yang besar dalam segala bidang, Quipperian! Salah
satunya adalah bidang keperawatan.
- Pemasangan Infus
Penatalaksanaannya
1.Mencuci tangan
2.Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
3.Mengisi selang infus
4.Membuka plastic infus set dengan benar
5.Tetap melindungi ujung selang steril
6.Menggantungkan infus set dengan cairan infus dengan posisi cairan infus mengarah
keatas
7.Menggantung cairan infus di standar cairan infus
8.Mengisi cairan infus set dengan cara menekan (tapi jangan sampai terendam)
9.Mengisi selang infus dengan cairan yang benar
10.Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan kesterilan
11.Cek adanya udara dalam selang
12.Pakai sarung tangan bila perlu
13.Memilih posisi yang tepat untuk memasang infus
14.Meletakkan perlak dan pengalas
15.Memilih vena yang tepat dan benar
16.Memasang tourniquet
17.Deninfeksi vena dengan alcohol dari atas kebawah dengan sekali hapus
18.Buka abocath apakah ada kerusakan atau tidak
19.Menusukan abocath pada vena yang telah dipilih
20.Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam abocath
21.Tourniquet di cabut
22.Menyambungkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu dikeluarkan
cairannya sedikit, dan sambil dibiarkan menetes sedikit
23.Memberikan plester pada ujung abocath tapi tidak menyentuh area penusukan untuk
fiksasi
24.Membalut dengan kassa betadinsteril dan menutupnya dengan kassa steril kering
25.Memberi plester dengar benar dan mempertahankan keamanan abocath agar tidak
tercabut
26.Mengatur cairan tetesan infus sesuai kebutuhan pasien
27.Alat-alat di bereskan dan perhatikan bagaimana respon pasien
28.Perawat kembali cuci tangan
29.Catat tindakan yang dilakukan .
Evaluasi Perhatikan kelancaran infus, dan perhatikan juga respon klien terhadap
pemberian tindakan.
- Pembuatan Asuhan Keperawatan
Tahapan Proses Keperawatan
Tahap-tahapan dalam melakukan dan pengkajian pada proses keperawatan ini adalah
lima yaitu :
1. Pengkajian Keperawatan.
Yang dimaksud dengan pengertian definisi Pengkajian adalah upaya mengumpulkan
data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah
kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan. Tahapan pengkajian keperawatan ini mencakup tiga
kegiatan, yaitu Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan Masalah kesehatan
serta keperawatan.
a. Pengumpulan Data. Tujuan dari pengumpulan data ini adalah untuk mendapatkan
data dan informasi mengenai masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang ada
pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi
masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta faktor
lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah dianalisis.
Jenis data antara lain :
 Data Objektif. Data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan
pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit.
 Data subjekif. Data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari
keluarga pasien / saksi lain misalnya : kepala pusing, nyeri dan mual.
Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :
 Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
 Pola koping sebelumnya dan sekarang
 Fungsi status sebelumnya dan sekarang
 Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
 Resiko untuk masalah potensial
 Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
b. Analisa Data. Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan
berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.
c. Perumusan Masalah. Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa
masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan
Asuhan Keperawatan (Masalah Keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih
memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosa keperawatan sesuai dengan
prioritas.
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan segera. Penting mencakup
kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan Segera
mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus
segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian.
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow,
yaitu : keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan,
persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
2. Diagnosa Keperawatan
Yang dimaksud engan manka arti definisi Diagnosa Keperawatan adalah
merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau
resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas
dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000).
Perumusan Diagnosa Keperawatan meliputi dari hal sebagai berikut :
 Aktual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang
ditemukan.
 Resiko : Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak dilakukan
intervensi.
 Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan
masalah keperawatan kemungkinan.
 Wellness : Keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau masyarakat
dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
 Syndrom : diagnose yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan actual dan
resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi
tertentu.
3. Rencana Keperawatan
Berikut beberapa hal yang terkait dengan pembuatan rencana keperawatan yaitu :
 Yang dimaksud dengan pengertian dan definisi rencana keperawatan adalah semua
tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status
kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan
(Gordon,1994).
 Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi
sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan
yang diberikan.
 Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi
kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil,
semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas
tinggi dan konsisten.
4. Implementasi Keperawatan
Yang dimaksud dengan pengertian dan definisi implementasi keperawatan adalah :
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing
orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun Tahapan Implementasi Keperawatan
adalah sebagai berikut :
1. Tahap 1 : Persiapan. Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk
mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.
2. Tahap 2 : Intervensi. Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan
dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen,
dependen, dan interdependen.
3. Tahap 3 : Dokumentasi. Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh
pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
5.Evaluasi Keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara
proses dengan pedoman / rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat
dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan
sebelumnya.
- EWS
Ada 6 tanda kardinal yang di tilai dalam EWS
1. APVU respon
2. tekanan darah
3. nadi
4. suhu
5. respirasi
6. oksigenasi
EWS juga di artikan sebagai metode monitoring untuk mendeteksi perubahan
kondisi pasien secara dini setiap tanda ardinal mempunya skor masing-masing, EWS di
dasarkan jumlah total setiap sekor tanda cardinal. Bagaimana prosedurnya:
1. Perawat mengisikan identitas pasien, tanggal, dan jam observasi
2. Perawat melakukan hand hyginene
3. Perawat mengucapkan salam kepada pasien
4. Perawat menjelaskan bahwa akan dilakukan pengukuran keadaan umum pasien
5. Perawat menilai tingkat kesadaran pasien dengan ketentuan : a. Tuliskan nilai 0 (nol)
bila pasien dalam keadaan sadar b. Tuliskan angka 3 (tiga) bila pasien dalam keadaan
Alert (A), Verbal (V) bila pasien berespon terhadap rangsnng verbal, atau Pain (P)
bila pasien berespon terhadap rangsang nyeri
6. Perawat mengukur tekanan darah pasien : a. Tuliskan angka 0 (nol) bila nilai tekanan
darah sistolik berada pada area wama putih yaitu bila nilai 1 l0-230 b. Tuliskan ane*a
1 (satu) bila nilai tekanan darah sistolik berada pada area wama biru yaitu bila nilai I
00- I I0 c. Tuliskan aneka 2 (dua\ bila nilai tekanan darah srstolik berada pada area
wama orange yaitu bila nilai 90-100 d. Tuliskan angka 3 (tiga) bila nilai tekanan
darah sistolik berada pada area warna merah yaitu bila nilai <80 atau > 230
7. Perawat menghitung frekuensi nadi pasien dan mengisikan nilai score sesuai warna
nilai nadi a. Tuliskan angka 0 (nol) bila nilai nadi berada pada area warna putih yaitu
bila nilai 50 - 90 b. Tuliskan angka 1 (satu) bila nilai nadi berada pada area wama biru
yaitu bila nilai 90-l l0 atau 40-50 c. Tuliskan angka 2 (dua) bila nilai nadi berada pada
area wama orange yaitu bila nilai I l0-130 d. Tuliskan angka 3 (tiga) bila nilai nadi
berada pada area wama merah yaitu bila nilai <40 atau > 130
8. Perawat menghitung frekuensi nafas pasien dan mengisikan nilai score sesuai wama
nilai nafas a. Tuliskan angka 0 (nol) bila nilai frekuensi nafas berada pada area warna
putih yaitu bila nilai 12-20 b. Tuliskan angka 1 (satu) bila nilai frekuensi nafas berada
pada area warna biru yaitu bila nilai 9-l I c. Tuliskan angka 2 (dua) bila nilai frekuensi
nafas berada pada area wama orange yaitu bila rilai 2l-24 d. Tuliskan angka 3 (tiga)
bila nitai fiekuensi nafas berada pada area warna merah yaitu bila nilai > 25 atau < 8
9. Perawat mengukur suhu pasien dan mengisikan nilai score sesuai warna nilai suhu a.
Tuliskan angka 0 (nol) bila nilai suhu berada pada area wama putih yaitu bila nilai
360 - 370 b. Tuliskan angka I (satu) bila nilai suhu berada pada area wama biru yaitu
bila nilai 380 atau < 350 c. Tuliskan angka 2 (dua) bila nilai suhu berada pada area
wama orange yaitu bila nilai > 390
10. Perawat menambahkan nilai 2 bila pasien rnendapatkan terapi oksigen
11. Perawat menjumlahkan nilai yang didapat dan mengisikannya di kolom jumlah score
12. Perawat menilai zona wama sesuai dengan kondisi pasien : a. Zona putih bila total
score 0 (nol) b. Zona biru bila total score I - 4 c. Zona orange bila total score 5 (lima)
atau 3 (tiga) dalam satu pararmeter d. Zona merah bila total skor > 7
12. Perawat melakukan pengkajian nyeri dan mengisikannya di score nyeri
13. Perawat mengisikan intake pasien
14. Perawat mengisikan output urine pasien
15. Perawat mengisikan frekuensi observasi sesuai dengan zona wama yang didapat dari
total score EWS : a. Zona putih : minimal setiap 12 jam sekali b. Zona bim : minimal
setiap 4 - 6 jam sekali c. Zona orange : setiap jam sekali d. Zona merah : monitoring
tanda-tanda vital
16. Perawat menigisikan rencana tindak lanjut sesuai dengan zona wzuna yang didapat
dari total score EWS : a. Znna putih: lanjutkan observasi / monitoring secara rutin b.
Zona biru :
17. perawat pelaksana menginformasikan kepada ketua tim untuk melakukan asesmen
selanjutrrya dan membuat keputusan apakah akan meningkatkan fiekuensi
observasi/monitoring atau perbaikan asuhan yang dibutuhkan oleh pasien c. Zona
orange : - Ketua tim (perawat) segera memberikan informasi tentang kondisi pasien
kepada dokterjaga atau DPJP - Dokter jaga atau DPJP melakukan asesmen sesuai
kompetensinya dan menetukan kondisi pasien apakah dalam penyakit akut - Dokter
jaga atau DPJP menf apkan fasilitas monitoring yang lebih canggih d. Zona merah : -
Ketua tim (perawat) melaporkan kepada tim code blue - Tim code blue melakukan
asesmen segera - Stabilisasi oleh tim code blue dan pasien di rujuk ke lntermediate
Care atau lntensive Care Perawat membubuhkan paraf dan nama jelas Perawat
melakukan monitoring sesuai dengan score EWS.
- Asesment Pasien
Tujuan asesmen pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan tentang
kebutuhan asuhan, pengobatan pasien yang harus segera dilakukan dan pengobatan
berkelanjutan untuk emergensi, elektif atau pelayanan terencana, bahkan ketika kondisi
pasien berubah. Proses asesmen pasien adalah proses yang terus menerus dan dinamis
yang digunakan pada sebagian besar unit kerja rawat inap dan rawat jalan. Asuhan pasien
di rumah sakit diberikan dan dilaksanakan berdasarkan konsep Pelayanan berfokus pada
pasien (Patient/Person Centered Care). Pola ini dipayungi oleh konsep WHO:
Conceptual framework integrated peoplecentred health services. (WHO global strategy
on integrated people-centred health services 2016-2026, July 2015). Penerapan konsep
pelayanan berfokus pada pasien adalah dalam bentuk Asuhan Pasien Terintegrasi yang
bersifat integrasi horizontal dan vertikal dengan elemen:
 Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagai ketua tim asuhan /Clinical
Leader
 Profesional Pemberi Asuhan bekerja sebagai tim intra- dan inter-disiplin dengan
kolaborasi interprofesional, dibantu antara lain dengan Panduan Praktik Klinis (PPK),
Panduan Asuhan PPA lainnya, Alur Klinis/Clinical Pathway terintegrasi, Algoritme,
Protokol, Prosedur, Standing Order dan CPPT (Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi)
 Manajer Pelayanan Pasien/ Case Manager
 Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga.
Asesmen pasien terdiri atas 3 proses utama dengan metode IAR:
 Mengumpulkan informasi dari data keadaan fisik, psikologis, sosial, kultur, spiritual
dan riwayat kesehatan pasien (I – informasi dikumpulkan).
 Analisis informasi dan data, termasuk hasil laboratorium dan radiologi diagnostik
imajing untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan pasien. (A – analisis
data dan informasi)
 Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang telah
diidentifikasi. (R – rencana disusun).
Asesmen harus memperhatikan kondisi pasien, umur, kebutuhan kesehatan, dan
permintaan atau preferensinya. Kegiatan asesmen pasien dapat bervariasi sesuai dengan
tempat pelayanan. Asesmen ulang harus dilakukan selama asuhan, pengobatan dan
pelayanan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien. Asesmen ulang adalah penting untuk
memahami respons pasien terhadap pemberian asuhan, pengobatan dan pelayanan, serta
juga penting untuk menetapkan apakah keputusan asuhan memadai dan efektif. Proses-
proses ini paling efektif dilaksanakan bila berbagai profesional kesehatan yang
bertanggung jawab atas pasien bekerja sama.
- Asfiksia Neonatorum
Asfiksia Neonatorum adalah suatu kondisi yang terjadi ketika bayi tidak
mendapatkan cukup oksigen selama proses kelahiran. Hal ini dapat berakibat fatal. Nama
lain untuk kondisi ini adalah asfiksia perinatal, hipoksia-iskemik ensefalopati, dan asfiksia
bayi baru lahir.Asfiksia neonatorum merupakan penyebab utama dari kerusakan otak dan
kematian pada bayi di seluruh dunia. Diperkirakan 900.000 bayi meninggal setiap tahun di
seluruh dunia karena asfiksia neonatorum, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
sebagian besar kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat dari kondisi ini sangat penting untuk menyelamatkan bayi dan
meminimalkan komplikasi.
Gejala Asfiksia Neonatorum
Bisa jadi bayi tidak mengalami gejala asfiksia neonatorum dengan segera.
Terdengarnya denyut jantung janin yang terlalu tinggi atau rendah dapat menjadi indikator
sebelum persalinan. Baca: Denyut Jantung Janin Normal Apabila hal ini segera terjadi,
maka bayi akan mengalami gejala asfiksia segera setelah lahir sebagai berikut:
 kulit tampak pucat atau kebiruan (sianosis)
 kesulitan bernafas, yang dapat menyebabkan gejala sepertigt;napasan cuping hidung
atau pernapasan perut
 detak jantung yang lambat
 otot lemah
Lamanya waktu bayi kekurangan oksigen mempengaruhi keparahan gejala.
Semakin lama bayi tidak mendapatkan oksigen, semakin besar kemungkinan mereka
mengalami gejala yang berat. Gejala asfiksia berat bisa menunjukkan gangguan, cedera
atau kegagalan pada:
 paru-paru
 jantung
 otak
 ginjal
Penyebab asfiksia neonatorum
Semua hal yang mempengaruhi kemampuan bayi untuk mengambil oksigen dapat
menjadi penyebab asfiksia neonatorum. Selama persalinan dan melahirkan, dokter harus
hati-hati mengelola kadar oksigen bagi ibu dan bayi untuk mengurangi risiko ini. Asfiksia
neonatorum dapat terjadi jika salah satu atau lebih dari kondisi berikut terjadi:
 sumbatan pada saluran napas bayi.
 Bayi memiliki anemia, yang berarti sel-sel darah tidak membawa cukup oksigen.
 persalinan yang berlangsung terlalu lama atau sulit.
 ibu tidak mendapatkan cukup oksigen sebelum atau selama persalinan.
 Tekanan darah ibu terlalu tinggi atau rendah selama persalinan.
 Infeksi yang mempengaruhi ibu atau bayi.
 plasenta terlepas dari rahim terlalu cepat, mengakibatkan hilangnya oksigen.
 Lilitan tali pusat.
Bayi yang kekurangan oksigen sebelum, selama, atau setelah melahirkan dapat
mengalami asfiksia neonatorum. Kekurangan oksigen dapat menyebabkan kerusakan
secara langsung yang dapat terjadi dalam beberapa menit. Kerusakan juga bisa terjadi
ketika sel-sel pulih dari kekurangan oksigen sebagai akibat dari pelepasan zat racun ke
dalam tubuh.
Bayi prematur berada pada peningkatan risiko tertinggi untuk asfiksia. Bayi yang
lahir dari ibu dengan kondisi yang mempengaruhi kehamilan, seperti diabetes mellitus
atau preeklampsia, juga berisiko lebih besar. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Italian
Journal of Pediatrics mencatat bahwa usia ibu atau berat badan lahir rendah bayi juga
menjadi faktor risiko. Asfiksia juga lebih umum di negara-negara berkembang di mana
ibu kurang memiliki akses ke layanan prenatal dan perawatan postnatal yang tepat.
Penegakan Diagnosis
Bayi akan menerima skor Apgar sekitar 1 sampai 5 menit setelah lahir dari dokter atau
bidan. Sistem penilaian Apgar ini terdiri dari lima faktor penilaian:
 pernafasan
 nadi
 penampilan
 Respon terhadap stimulus
 tonus otot
Setiap faktor akan memiliki skor 0, 1, atau 2 tergantung kondisinya. Total skor
tertinggi dari kelima faktor tersebut adalah 10 yang artinya kondisi bayi sehat. Seorang
bayi dengan skor Apgar rendah memiliki risiko lebih tinggi untuk asfiksia neonatorum.
Skor Apgar yang lebih rendah dari 7 dapat menunjukkan bahwa bayi tidak
memiliki cukup oksigen. Dokter mungkin mencurigai bayi memiliki asfiksia neonatorum
jika mereka memiliki skor Apgar 3 atau lebih rendah selama lebih dari 5 menit pertama.
Seorang dokter juga dapat memeriksa darah bayi untuk melihat kadar asam yang tinggi.
Ini dapat menunjukkan rendahnya oksigenasi. Dokter juga dapat memesan tes darah
untuk melihat apakah ginjal, jantung, dan hati bayi terpengaruh.
- NGT
NGT adalah kependekan dari Naso Gastric Tube. Alat ini adalah alat yang
digunakan untuk memasukkan nutsrisi cair dengan selang plastic yang dipasang melalui
hidung sampai lambung. Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi
lambung, juga digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makananan. NGT ini
digunakan hanya dalam waktu yang singkat. (Metheny&Titler,2001).
Ukuran NGT diantaranya di bagi menjadi 3 kategori yaitu:
- ·Dewasa ukurannya no 14-20
- ·Anak-anak ukurannya no 8-16
- ·Bayi ukuran no 5-7
MACAM-MACAM NGT :
1.Selang NGT dari karet
2.Selang NGT dari bahan plastic
3.Selang NGT dari bahan silicon
Langkah –langkah dalam pemasangan NGT diantaranya dengan:
1.Siapkan peralatan di butuhkan seperti yang telah disebutkan diatas termasuk plester 3
untuk tanda, fiksasi di hidung dan leher dan juga ukuran selang NGT
2.Setelah peralatan siap minta izin pada pasien untuk memasang NGT dan jelaskan pada
pasien atau keluarganya tujuan pemasangan NGT tapi sebelumnya jangan lupa cuci tangan
3.Setelah minta izin bawa peralatan di sebelah kanan pasien. Secara etika perawat saat
memasang NGT berada di sebelah kanan pasien
4.Cek kondisi lubang hidung pasien , perhatikan adanya sumbatan
5.Untuk menentukan insersi NGT, instruksikan klien untuk rileks dan bernapas secara
normal dengan menutup salah satu hidung. Kemudia ulangi pada lubang hidung lainnya
(bagi pasien sadar)
6.Pakai handscun kemudian posisikan pasien dengan kepala hiper ekstensi
7.Pasang handuk didada pasien untuk menjaga kebersihan kalau pasien muntah
8.Letakkan bengkok di dekat pasien
9.Setelah selesai tandai selang dengan plaster untuk batas selang yang akan dimasukkan
10.Olesi jelly pada NGT sepanjang 10-20 cm
11.Instruksikan pada pasien bahwa selang akan dimasukan dan instruksikan pada pasien
untuk mengatur posisi ekstensi
12.Masukkan selang dengan pelan-pelan, jika sudah sampai epiglottis suruh pasien untuk
menelan dan posisikan kepala pasien fleksi, setelah sampai batas plester cek apakah selang
sudah benar-benar masuk dengan pen light jika ternyata masih di mulut tarik kembali
selang dan pasang lagi
13.Jika sudah masuk cek lagi apakah selang benar-benar masuk lambung atau trakea
dengan memasukkan angin sekitar 5-10 cc dengan spuit. Kemudian dengarkan dengan
stetoskop, bila ada suara angin berarti sudah benar masuk lambung. Kemuadian aspirasi
kembali udara yang di masukkan tadi
14.Jika sudah sampai lambung akan ada cairan lambung yang teraspirasi
15.Kemudian fiksasi dengan plester pada hidung, setelah fiksasi lagi di leher. Jangan lupa
mengklem ujung selang supaya udara tidak masuk
16.Evaluasi pasien setelah terpasang NGT
17.Setelah selesai rapikan peralatan dan permisi pada pasien atau keluarga.
18.Cuci tangan
19.Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan perawatan
20.Selang NGT maksimal dipasang 3 x 24 jam jika sudah mencapai waktu harus dilepas
dan di pasang NGT yang baru.
- Umbilikal Kateter Pada Bayi
Prosedur ini dapat digunakan untuk resusitasi atau transfusi tukar dan umumnya
dilakukan pada neonatus pada hari-hari pertama kehidupannya. Dalam beberapa situasi,
hal ini mungkin juga dilakukan pada neonatus sampai berumur 5 hari.
 Pasang sebuah keran-3-arah (3-way-stopper) steril dan semprit pada kateter 5 FG dan
isi dengan garam normal, lalu tutup keran untuk mencegah masuknya udara (yang
dapat mengakibatkan emboli udara)
 Bersihkan umbilikus dan kulit sekelilingnya dengan larutan antiseptik, lalu ikat
benang mengelilingi dasar umbilikus
 Potong umbilikus 1–2 cm dari dasar dengan pisau steril. Tentukan vena umbilikus
(pembuluh yang menganga lebar) dan arteri umbilikus (dua pembuluh berdinding
tebal). Pegang umbilikus (yang dekat dengan pembuluh vena) dengan forseps steril
 Pegang bagian dekat ujung kateter dengan forseps steril dan masukkan ke dalam vena
(kateter harus dapat menembus dengan mudah ) sepanjang 4–6 cm
 Periksa kateter tidak menekuk dan darah mengalir balik dengan mudah; jika ada
sumbatan tarik pelan-pelan umbilikus, tarik ke belakang sebagian kateter dan
masukkan kembali
 Fiksasi kateter dengan 2 jahitan ke umbilikus dan sisakan benang sepanjang 5 cm.
Plester benang dan kateter (seperti pada gambar)
 Setelah kateter dicabut, tekan tunggul umbilikus selama 5–10 menit.
- Emergency Nurshing Intermediate Level (ENIL)
Pelatihan Emergency Nursing Intermediate Level (ENIL) diselenggarakan bertujuan
untuk meningkatkan kualitas perawat terhadap pelayanan kegawatdaruratan di setting
sarana pelayanan kesehatan, komunitas, dan lingkungan yang rawan bencana baik yang
disengaja maupun bencana alam.
Kata triase (triage) berarti memilih. Jadi triase adalah proses skrining secara cepat
terhadap semua anak sakit segera setelah tiba di rumah sakit untuk mengidentifikasi ke
dalam salah satu kategori berikut:
 Dengan tanda kegawatdaruratan (EMERGENCY SIGNS): memerlukan penanganan
kegawatdaruratan segera.
 Dengan tanda prioritas (PRIORITY SIGNS): harus diberikan prioritas dalam antrean
untuk segera mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan tanpa ada keterlambatan.
 Tanpa tanda kegawatdaruratan maupun prioritas: merupakan kasus NON-URGENT
sehingga dapat menunggu sesuai gilirannya untuk mendapatkan pemeriksaan dan
pengobatan.
Tanda kegawatdaruratan, konsep ABCD:
 Airway. Apakah jalan napas bebas? Sumbatan jalan napas (stridor) Breathing. Apakah
ada kesulitan bernapas? Sesak napas berat (retraksi dinding dada, merintih, sianosis)?
 Circulation. Tanda syok (akral dingin, capillary refill > 3 detik, nadi cepat
 dan lemah).
 Consciousness. Apakah anak dalam keadaan tidak sadar (Coma)? Apakah kejang
(Convulsion) atau gelisah (Confusion)?
 Dehydration. Tanda dehidrasi berat pada anak dengan diare (lemah, mata cekung,
turgor menurun).
Anak dengan tanda gawat-darurat memerlukan tindakan kegawatdaruratan segera
untuk menghindari terjadinya kematian.
4. Batasan Kegiatan
Kegiatan pelatihan dilaksanakan di RSU Sembiring Delitua. Sasaran kegiatan adalah
perwakilan setiap instalasi dan unit kerja di RSU Sembiring Delitua. Jumlah peserta kegiatan
berjumlah 150 orang.

5. Indikator Keluaran
- Mengetahui pengertian masing-masing pelatihan
- Mampu mengenali tanda dan gejala.
- Mampu mencegah
- Mampu menilai masing-masing pelatihan.

6. Cara Melaksanakan Kegiatan


a. Metode Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan adalah dengan pelatihan dan simulasi dengan boneka.
b. Tahapan Kegiatan
- Persiapan
- Pelaksanaan
- Evaluasi.

7. Tempat Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan di ruang diklat lanati II RSU Sembiring Delitua
alamat jalan besar delitua no 77 kabupaten deli serdang, kecamatan delitua, provinsi sumatera
utara.

8. Pelaksanaan dan Penanggung Jawab Kegiatan


a. Penerima Manfaat
Penerima Manfaat dari kegiatan ini adalah karyawan RSU Sembiring Delitua.
b. Pelaksanaan Kegiatan
Waktu :
- 13/01/2020 (Pelatihan Excellent Services )
- 17/02/2020 (Pelatihan Perawatan Luka)
- 16/03/2020 (Pelatihan BTCLS)
- 20/04/2020 (Pelatihan Pemasangan Infus)
- 18/05/2020 (Pelatihan Pembuatan Asuhan Keperawatan)
- 22/06/2020 (Pelatihan EWS)
- 20/07/2020 (Pelatihan Asesment Pasien)
- 24/08/2020 (Pelatihan Asfiksia Neonatrum)
- 21/09/2020 (Pelatihan NGT)
- 19/10/2020 (Pelatihan Umbilikal Kateter Pada Bayi)
- 23/11/2020 (Pelatihan emergency nurshing intermediate level (ENIL))
- 7/12/2020 (Pelatihan emergency nurshing intermediate level (ENIL) II)
Penanggung Jawab Kegiatan Direktur Utama RSU Sembiring Delitua.

9. Jadwal Kegiatan
No Judul Jumlah Jadwal Quantity
Total biaya
pelatihan Pesert Pelatihan Rincian Biaya Total
Pelatihan
a
1 Pelatihan 150 13/01/2020 Ns, S.Kep 4 Rp 1.500.000 Rp 6.000.000
Excellent
Fee Speaker Moderator 1 Rp 1.500.000 Rp 1.500.000
Services
MC 1 Rp 1.000.000 Rp 1.000.000
konsumsi Lunch 160 Rp 120.000 Rp 19.200.000
(Peserta + snack X 2 160
Panitia) Rp 80.000 Rp 12.800.000
Pengurusan 3 SKP 150 Rp
Rp 150.000 Rp 22.500.000 78.950.000
SKP
Cetak Cetak Sertifikat 150 Rp 10.000 Rp 1.500.000
Seminar Kit Peserta 150 Rp 50.000 Rp 7.500.000
AC Portable 2 Rp 850.000 Rp 1.700.000
Sewa alat Kursi 150 Rp 15.000 Rp 2.250.000
Sound Sistem 1 Rp 3.000.000 Rp 3.000.000

2 Pelatihan 150 17/02/2020 Spesialis Konsultan 2 Rp 5.000.000 Rp 10.000.000


Perawatan
Ns, S.Kep 2 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000
Luka Rp
Fee Speaker Fasilitator (Ns, 2
Rp 1.000.000 Rp 2.000.000 81.250.000
S.Kep)
Moderator 1 Rp 1.500.000 Rp 1.500.000
(dr.umum)
MC 1 Rp 1.000.000 Rp 1.000.000
konsumsi Lunch 160 Rp 120.000 Rp 19.200.000
(Peserta + snack X 2 160
Panitia) Rp 80.000 Rp 12.800.000
Pengurusan 2 SKP 150
Rp 100.000 Rp 15.000.000
SKP
Cetak Cetak Sertifikat 150 Rp 10.000 Rp 1.500.000
Seminar Kit Peserta 150 Rp 50.000 Rp 7.500.000
Biaya Transport Spesialis Konsultan 2 Rp 400.000 Rp 800.000
AC Portable 2 Rp 850.000 Rp 1.700.000
Sewa alat Kursi 150 Rp 15.000 Rp 2.250.000
Sound Sistem 1 Rp 3.000.000 Rp 3.000.000

3 Pelatihan 120 16/03/2020 Spesialis Konsultan 2 Rp 5.000.000 Rp 10.000.000


BTCLS Ns, S.Kep 2 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000
Fasilitator (Ns, 4
Fee Speaker Rp 1.000.000 Rp 4.000.000
S.Kep)
Moderator 1
Rp 1.500.000 Rp 1.500.000
(dr.umum)
MC 1 Rp 1.000.000 Rp 1.000.000
konsumsi Lunch 130 Rp 120.000 Rp 15.600.000
(Peserta + snack X 2 130
Panitia) Rp 80.000 Rp 10.400.000
Rp
Pengurusan 2 SKP 120 84.000.000
Rp 100.000 Rp 12.000.000
SKP
Cetak Cetak Sertifikat 120 Rp 10.000 Rp 1.200.000
Seminar Kit Peserta 120 Rp 50.000 Rp 6.000.000
Biaya Transport Spesialis Konsultan 2 Rp 400.000 Rp 800.000
AC Portable 2 Rp 850.000 Rp 1.700.000
Kursi 120 Rp 15.000 Rp 1.800.000
Sewa alat
Sound Sistem 1 Rp 3.000.000 Rp 3.000.000
Alat Peraga 4 Rp 3.000.000 Rp 12.000.000

4 Pelatihan 120 20/04/2020 Spesialis Konsultan 2 Rp


Rp 5.000.000
Pemasangan 10.000.000
Infus Ns, S.Kep 1 Rp
Rp 1.500.000
1.500.000 Rp
Fee Speaker
Fasilitator (Ns, S.Kep) 4 Rp 74.000.000
Rp 1.000.000
4.000.000
Moderator (dr.umum) 1 Rp
Rp 1.500.000
1.500.000
MC 1 Rp
Rp 1.000.000
1.000.000
Lunch 130 Rp
konsumsi Rp 120.000
15.600.000
(Peserta +
snack X 2 130 Rp
Panitia) Rp 80.000
10.400.000
Pengurusan 2 SKP 120 Rp
Rp 100.000
SKP 12.000.000
Cetak Sertifikat 120 Rp
Cetak Rp 10.000
1.200.000
Peserta 120 Rp
Seminar Kit Rp 50.000
6.000.000
Biaya Spesialis Konsultan 2 Rp
Rp 400.000
Transport 800.000
AC Portable 2 Rp
Rp 850.000
1.700.000
Kursi 120 Rp
Rp 15.000
1.800.000
Sewa alat
Sound Sistem 1 Rp
Rp 3.000.000
3.000.000
Alat Peraga 4 Rp
Rp 875.000
3.500.000

5 Pelatihan 120 18/05/2020 Spesialis Konsultan 2 Rp


Rp 5.000.000
Pembuatan 10.000.000
Asuhan Ns, S.Kep 2 Rp
Rp 1.500.000
Keperawatan 3.000.000
Fee Speaker
Moderator (dr.umum) 1 Rp
Rp 1.500.000
1.500.000
MC 1 Rp
Rp 1.000.000
1.000.000
Lunch 130 Rp
konsumsi Rp 120.000
15.600.000
(Peserta +
snack X 2 130 Rp
Panitia) Rp 80.000
10.400.000 Rp
Pengurusan 2 SKP 120 Rp 67.650.000
Rp 100.000
SKP 12.000.000
Peserta 120 Rp
Seminar Kit Rp 50.000
6.000.000
Biaya Spesialis Konsultan 2 Rp
Rp 400.000
Transport 800.000
AC Portable 3 Rp
Rp 850.000
2.550.000
Kursi 120 Rp
Sewa alat Rp 15.000
1.800.000
Sound Sistem 1 Rp
Rp 3.000.000
3.000.000

6 Pelatihan 120 22/06/2020 Spesialis Konsultan 2 Rp


Rp 5.000.000
EWS 10.000.000
Ns, S.Kep 1 Rp Rp
Fee Speaker Rp 1.500.000
1.500.000 76.150.000
Fasilitator (Ns, S.Kep) 4 Rp 1.000.000 Rp
4.000.000
Moderator (dr.umum) 1 Rp
Rp 1.500.000
1.500.000
MC 1 Rp
Rp 1.000.000
1.000.000
Lunch 130 Rp
konsumsi Rp 120.000
15.600.000
(Peserta +
snack X 2 130 Rp
Panitia) Rp 80.000
10.400.000
Pengurusan 2 SKP 120 Rp
Rp 100.000
SKP 12.000.000
Peserta 120 Rp
Seminar Kit Rp 50.000
6.000.000
Biaya Spesialis Konsultan 2 Rp
Rp 400.000
Transport 800.000
AC Portable 3 Rp
Rp 850.000
2.550.000
Kursi 120 Rp
Rp 15.000
1.800.000
Sewa alat
Sound Sistem 1 Rp
Rp 3.000.000
3.000.000
Alat Peraga 4 Rp
Rp 1.500.000
6.000.000

7 Pelatihan 120 20/07/2020 Spesialis Konsultan 2 Rp


Rp 5.000.000
Asesment 10.000.000
Pasien Ns, S.Kep 1 Rp
Rp 1.500.000
1.500.000
Fasilitator (Ns, S.Kep) 6 Rp
Fee Speaker Rp 1.000.000
6.000.000
Moderator (dr.umum) 1 Rp
Rp 1.500.000
1.500.000
MC 1 Rp
Rp 1.000.000
1.000.000
Lunch 130 Rp
konsumsi Rp 120.000
15.600.000
(Peserta +
snack X 2 130 Rp
Panitia) Rp 80.000
10.400.000 Rp
Pengurusan 2 SKP 120 Rp 78.150.000
Rp 100.000
SKP 12.000.000
Peserta 120 Rp
Seminar Kit Rp 50.000
6.000.000
Biaya Spesialis Konsultan 2 Rp
Rp 400.000
Transport 800.000
AC Portable 3 Rp
Rp 850.000
2.550.000
Kursi 120 Rp
Rp 15.000
1.800.000
Sewa alat
Sound Sistem 1 Rp
Rp 3.000.000
3.000.000
Alat Peraga 6 Rp
Rp 1.000.000
6.000.000
8 Pelatihan 120 24/08/2020 Spesialis Konsultan 2 Rp
Rp 5.000.000
Asfiksia 10.000.000
Neonatrum Ns, S.Kep 2 Rp
Rp 1.500.000
3.000.000
Fasilitator (Ns, S.Kep) 4 Rp
Fee Speaker Rp 1.000.000
4.000.000
Moderator (dr.umum) 1 Rp
Rp 1.500.000
1.500.000
MC 1 Rp
Rp 1.000.000
1.000.000
Lunch 130 Rp
konsumsi Rp 120.000
15.600.000
(Peserta +
snack X 2 130 Rp
Panitia) Rp 80.000
10.400.000 Rp
Pengurusan 2 SKP 120 Rp 77.650.000
Rp 100.000
SKP 12.000.000
Peserta 120 Rp
Seminar Kit Rp 50.000
6.000.000
Biaya Spesialis Konsultan 2 Rp
Rp 400.000
Transport 800.000
AC Portable 3 Rp
Rp 850.000
2.550.000
Kursi 120 Rp
Rp 15.000
1.800.000
Sewa alat
Sound Sistem 1 Rp
Rp 3.000.000
3.000.000
Alat Peraga 4 Rp
Rp 1.500.000
6.000.000

9 Pelatihan NGT 150 21/09/2020 Spesialis Konsultan 2 Rp


Rp 5.000.000
10.000.000
Ns, S.Kep 2 Rp
Rp 1.500.000
3.000.000
Fasilitator (Ns, S.Kep) 5 Rp
Fee Speaker Rp 1.000.000
5.000.000
Moderator (dr.umum) 1 Rp
Rp 1.500.000
1.500.000
MC 1 Rp
Rp 1.000.000
1.000.000
Lunch 160 Rp
konsumsi Rp 120.000
19.200.000 Rp
(Peserta +
snack X 2 160 Rp 89.000.000
Panitia) Rp 80.000
12.800.000
Pengurusan 2 SKP 150 Rp
Rp 100.000
SKP 15.000.000
Peserta 150 Rp
Seminar Kit Rp 50.000
7.500.000
Biaya Spesialis Konsultan 2 Rp
Rp 400.000
Transport 800.000
AC Portable 2 Rp
Rp 850.000
1.700.000
Sewa alat
Kursi 150 Rp
Rp 15.000
2.250.000
Sound Sistem 1 Rp
Rp 3.000.000
3.000.000
Alat Peraga 5 Rp
Rp 1.250.000
6.250.000

10 Pelatihan 100 19/10/2020 Spesialis Konsultan 2 Rp


Rp 5.000.000
Umbilikal 10.000.000
Kateter Pada Fasilitator (Ns, S.Kep) 5 Rp
Rp 1.000.000
Bayi 5.000.000
Fee Speaker
Moderator (dr.umum) 1 Rp
Rp 1.500.000
1.500.000
MC 1 Rp
Rp 1.000.000
1.000.000
Lunch 110 Rp
konsumsi Rp 120.000
13.200.000
(Peserta +
snack X 2 110 Rp
Panitia) Rp 80.000
8.800.000
Pengurusan 3 SKP 100 Rp Rp
Rp 150.000
SKP 15.000.000 71.500.000
Peserta 100 Rp
Seminar Kit Rp 50.000
5.000.000
Biaya Spesialis Konsultan 2 Rp
Rp 400.000
Transport 800.000
AC Portable 2 Rp
Rp 850.000
1.700.000
Kursi 100 Rp
Rp 15.000
1.500.000
Sewa alat
Sound Sistem 1 Rp
Rp 3.000.000
3.000.000
Alat Peraga 5 Rp
Rp 1.000.000
5.000.000

11 Pelatihan 75 23/11/2020 Ns, S.Kep 3 Rp


Rp 1.500.000
emergency 4.500.000
nurshing Fasilitator (Ns, S.Kep) 3 Rp
Rp 1.000.000
intermediate 3.000.000
Fee Speaker
level (ENIL) Moderator (dr.umum) 1 Rp
Rp 1.500.000
1.500.000
MC 1 Rp
Rp 1.000.000
1.000.000
Lunch 85 Rp
konsumsi Rp 120.000
10.200.000
(Peserta + Rp
snack X 2 85 Rp
Panitia) Rp 80.000 56.075.000
6.800.000
Pengurusan 4 SKP 75 Rp
Rp 200.000
SKP 15.000.000
Peserta 75 Rp
Seminar Kit Rp 50.000
3.750.000
AC Portable 2 Rp
Rp 850.000
1.700.000
Sewa alat Kursi 75 Rp
Rp 15.000
1.125.000
Sound Sistem 1 Rp 3.000.000 Rp
3.000.000
Alat Peraga 3 Rp
Rp 1.500.000
4.500.000

12 Pelatihan 75 7/12/2020 Ns, S.Kep 3 Rp


Rp 1.500.000
emergency 4.500.000
nurshing Fasilitator (Ns, S.Kep) 3 Rp
Rp 1.000.000
intermediate 3.000.000
Fee Speaker
level (ENIL) II Moderator (dr.umum) 1 Rp
Rp 1.500.000
1.500.000
MC 1 Rp
Rp 1.000.000
1.000.000
Lunch 85 Rp
konsumsi Rp 120.000
10.200.000
(Peserta +
snack X 2 85 Rp
Panitia) Rp 80.000
6.800.000
Pengurusan 4 SKP 75 Rp Rp
Rp 200.000
SKP 15.000.000 56.075.000
Peserta 75 Rp
Seminar Kit Rp 50.000
3.750.000
Biaya Spesialis Konsultan 0 Rp
Rp 400.000
Transport -
AC Portable 2 Rp
Rp 850.000
1.700.000
Kursi 75 Rp
Rp 15.000
1.125.000
Sewa alat
Sound Sistem 1 Rp
Rp 3.000.000
3.000.000
Alat Peraga 3 Rp
Rp 1.500.000
4.500.000

Rp.
GRAND TOTAL
890.450.000,-

Demikianlah kerangka acuan kerja/ tor (term of reference) pelatihan penanganan bayi
asfiksia neonatorum dan pencegahan eklamsia pada post partum tahun 2019. Semoga
pealatihan ini dapat terlaksana dengan baik, atas perhatian dan partisipasinya kami ucapkan
terima kasih.
Delitua, September2019
Diklat RSU Sembiring Delitua

(dr. Alprindo Sembiring, M.Kes)


Direktur Utama

Anda mungkin juga menyukai