Anda di halaman 1dari 50

PENGARUH PENGGUNAAN VITAMIN

RAMBUT BAGI PERTUMBUHAN TANAMAN


AMARANTHUS GANGETICUS

KARYA ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Tata Tulis Karya
Ilmiah pada Semester I Tahun Akademik 2018-2019

oleh

Rico Tri Putro 19818086


Muhamad Azka Adzillah Abdul Aziz 19818098
I Putu Ikrar Satyadharma 19818134

SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI


PROGRAM REKAYASA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2018
ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN VITAMIN RAMBUT BAGI
PERTUMBUHAN TANAMAN Amaranthus gangeticus

Oleh Kelompok 6 Tata Tulis Karya Ilmiah Kelas-11 Institut Teknologi Bandung

Tanaman merupakan makhluk hidup yang membentuk hingga 80% dari total
biomassa di Bumi. Di antara semua tanaman itu terdapat jenis atau bagian tanaman
yang dapat kita makan atau dapat disebut sebagai sayuran. Sayuran memiliki
banyak peranan dalam hidup manusia sebagai pelengkap kebutuhan nutrisi
manusia. Di Indonesia, bayam menjadi sayuran dengan tingkat konsumsi tertinggi
kedua di Indonesia setelah kangkung. Tingginya konsumsi bayam di Indonesia
mengakibatkan tingginya permintaan pasar akan sayur bayam. Untuk menanggapi
tingginya permintaan pasar, banyak dilakukan peneltian dan percobaan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bayam. Berdasarkan pemaparan di
atas, penulis menulis laporan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan
Vitamin Rambut bagi Pertumbuhan Tanaman Amaranthus gangeticus”.
Berdasarkan judul tersebut, penulis menentukan rumusan masalah yang tepat
adalah bagaimana pengaruh dan dampak dari penggunaan vitamin rambut pada
tanaman bayam dibandingkan dengan tanaman tanpa perlakuan itu. Dalam
mengumpulkan data penulis melakukan eksperimen dan pengamatan dari
perkecambahan dan pertumbuhan tanaman bayam yang diberikan vitamin rambut
terhadap tanaman bayam tanpa perlakuan (kontrol). Hasil pengamatan dicatat dan
dibandingkan menggunakan perkecambahan, pertambahan tinggi tanaman dan
jumlah daun sebagai indikator. Hasil dari penelitian ini akan didokumentasikan
dalam bentuk tabel dan grafik data pertumbuhan tanaman bayam dari masing-
masing perlakuan. Dari penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa vitamin yang
terdapat dalam vitamin rambut mempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan
tanaman Amaranthus gangeticus yaitu angka harapan hidup yang lebih tinggi
namun pertumbuhan yang lebih rendah ketika penggunaan mencapai masa jenuh.
Hasil penelitian ini berkorelasi dengan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
jurusan Biologi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember menunjukkan adanaya
korelasi positif antara konsentrasi vitamin B1, B3, dan B6 terhadap pertumbuhan
dan perkembangan biji anggrek D. laxiflorum secara in vitro.

Kata kunci: sayuran, bayam, perkecambahan, pertumbuhan, vitamin

iii
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa berkat nikmat dan karunia-Nya,

penulis mampu menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Penggunaan Vitamin Rambut bagi Pertumbuhan Tanaman Amaranthus

gangeticus”. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada dosen mata kuliah Tata

Tulis Karya Ilmiah, Ferry Fauzi Hermawan,S.Sos.,M.Hum., karena telah mendidik

dan membimbing kami dalam proses pembuatan laporan penelitian ini. Penulis juga

berterima kasih kepada orang tua penulis karena tanpa dukungan moral dan

finansial orang tua penulis, laporan penelitian serta penelitian ini tidak akan selesai

dengan lancar.

Laporan penelitian yang dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Tata Tulis

Karya Ilmiah diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber literasi landasan

penelitian tentang peningkatan produksi bayam di Indonesia serta menambah

wawasan pembaca laporan penelitian ini mengenai pengaruh vitamin pada

pertumbuhan tanaman. Untuk penulis sendiri, laporan penelitian ini bermanfaat

sebagai sarana pembelajaran dan pengembangan konsep ilmiah serta teknik

penulisan karya tulis ilmiah. Penulis sengaja mengangkat judul ini sebagai judul

penelitian agar topik ini dapat dikembangkan oleh peneliti di masa depan.

iv
Penulis sadar dalam proses penulisan laporan penelitian ini mengalami beberapa

kendala. Penulis sadar akan kesalahan sistematika, penggunaan diksi, serta

penggunaan kata nonformal yang terdapat saat pembuatan laporan penelitian ini.

Untuk mengatasi kendala ini, tim penulis sering melakukan crosscheck antara

sesama penulis, mencari rujukan ke Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

(PUEBI), serta mengonsultasikan sistematika pembuatan laporan kepada Dosen

Tata Tulis Karya Ilmiah, Ferry Fauzi Hermawan,S.Sos.,M.Hum.

Bandung, 1 Desember 2018

Tim Penulis

v
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan ridha-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan berjudul “Perbandingan Pertumbuhan
Tanaman Bayam Menggunakan Vitamin Rambut dengan Tanpa Vitamin Rambut”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta
yang tidak henti memberi dukungan dan semangat dalam mengerjakan laporan ini.
Selanjutnya, penulis berterimakasih kepada Bapak Ferry Fauzi Hermawan,
M.Hum., selaku dosen TTKI yang membimbing penulis untuk menyelesaikan
laporan ini.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan beliau dan semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... III
PRAKATA ........................................................................................................... IV
SANWACANA .................................................................................................... VI
DAFTAR ISI ...................................................................................................... VII
DAFTAR TABEL ............................................................................................... IX
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................X
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... XI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.3 Ruang Lingkup Kajian .................................................................................. 5
1.4 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 6
1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 6
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 6
1.5.3 Sistematika Penulisan................................................................................. 7
BAB II .................................................................................................................... 8
TEORI DASAR ..................................................................................................... 8
2.1 Pertumbuhan ................................................................................................. 8
2.2 Jenis pertumbuhan......................................................................................... 9
2.3 Ciri pertumbuhan ........................................................................................ 10
2.4 Pengertian perkecambahan.......................................................................... 11
2.5 Jenis perkecambahan ................................................................................... 11
2.6 Nutrisi.......................................................................................................... 12
2.7 Jenis Nutrisi................................................................................................. 12
2.8 Macam-Macam Nutrisi ............................................................................... 13
2.9 Pengertian laju pertumbuhan....................................................................... 21
BAB III ................................................................................................................. 22
TEORI DASAR .................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
3.1 Analisis perkecambahan tanaman bayam ................................................... 22
3.2 Analisis tinggi tanaman bayam ................................................................... 22
3.3 Analisis jumlah daun pada tanaman bayam ................................................ 22

vii
3.4 Analisis warna daun pada tumbuhan bayam ............................................... 22
3.5 Analisis laju pertumbuhan pada tanaman bayam ........................................ 22
3.6 Analisis perbandingan pertumbuhan tanaman bayam................................. 23
BAB IV ................................................................................................................. 28
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 28
4.1 Simpulan ..................................................................................................... 28
4.2 Saran ............................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29
INDEKS ............................................................................................................... 30
L A M P I R A N .................................................................................................. 29

viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Laju pertumbuhan tanaman bayam dengan perlakuan normal ................ 23
Tabel 2 Laju pertumbuhan tanaman bayam dengan perlakuan vitamin rambut ... 23
Tabel 3 Pertumbuhan tanaman bayam dengan perlakuan normal ........................ 24
Tabel 4 Pertumbuhan tanaman bayam dengan perlakuan vitamin rambut ........... 25

ix
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Perbandingan pertumbuhan tanaman bayam dengan perlakuan normal 26
Grafik 2 Pertumbuhan tanaman bayam dengan perlakuan vitamin rambut .......... 26
Grafik 3 Simpulan pertumbuhan tanaman bayam dengan perlakuan normal ....... 28
Grafik 4 Simpulan pertumbuhan tanaman bayam dengan perlakuan nutrisi rambut
............................................................................................................................... 29

x
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A LEMBAR KENDALI


B KERANGKA
C DRAF BAB I
D DRAF BAB II
E HALAMAN SAMPUL
F ABSTRAK
H PRAKATA
I SANWACANA
J DAFTAR ISI
K DAFTAR TABEL
L DAFTAR GRAFIK
M DAFTAR LAMPIRAN
N DAFTAR PUSTAKA
O INDEKS
P LAMPIRAN
Q RIWAYAT HIDUP
R FOTO KEGIATAN PENELITIAN
S TABEL HASIL PENELITIAN
T GRAFIK HASIL PENELITIAN

xi
xii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut web https://www.academia.edu/27781018/Pengertiansayuran,

“Sayuran merupakan semua jenis tanaman atau bagian tanaman yang bisa diolah

menjadi makanan. Beberapa jenis sayuran bisa dimakan begitu saja atau secara

mentah sedangkan sebagian lainnya hanya bisa dikonsumsi setelah dimasak terlebih

dahulu. Makanan ini mengandung banyak nutrisi penting untuk kesehatan tubuh

seperti karbohidrat, garam, mineral, vitamin, lemak, dan protein.”

Sayuran dikonsumsi dengan cara yang sangat bermacam-macam, baik sebagai

bagian dari menu utama maupun sebagai makanan sampingan. Kandungan nutrisi

antara sayuran yang satu dan sayuran yang lain pun berbeda-beda, meski umumnya

sayuran mengandung sedikit protein atau lemak, dengan jumlah vitamin,

provitamin, mineral, fiber dan karbohidrat yang bermacam-macam. Beberapa jenis

sayuran bahkan telah diklaim mengandung zat antioksidan, antibakteri, antijamur,

maupun zat anti racun. Namun, seringkali sayuran juga mengandung racun dan

antinutrisi seperti α-solanin, α-chaconine, enzim inhibitor (dari cholinesterase,

protease, amilase, dsb), sianida dan sianida prekursor, asam oksalat, dan banyak

lagi. Tergantung pada konsentrasi, senyawa tersebut dapat mengurangi sifat dapat
2

dimakan (edibility, palatability), nilai gizi, dan manfaat kesehatan dari diet sayuran.

Memasak dan mengolahnya dapat mengurangi sejumlah zat tersebut.

Berdasarkan paparan di atas, masuk akal bila sayuran menjadi salah satu bahan

pangan utama di dunia. Di Indonesia, sebanyak 97,29% masyarakatnya

mengonsumsi sayuran. Dengan jumlah konsumsi yang meningkat, dari 0,077

kg/hari pada tahun 2015 menjadi 0,086 kg/hari pada tahun 2016. Menurut web

http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2017/01/Paparan-BPS-Konsumsi-

Buah-Dan-Sayur.pdf, “bayam menjadi sayuran dengan tingkat konsumsi tertinggi

kedua di Indonesia setelah kangkung.”

Menurut Supriatna (2007). “Bayam adalah salah satu jenis tanaman daun yang

dapat tumbuh didataran rendah maupun tinggi, dan berbentuk tumbuhan

semak”(hal.27). Tanaman bayam berasal dari daerah Amerika tropik, bayam

merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan nama ilmiah Amaranthus spp.

Kata “maranth” dalam bahasa yunani berarti “everlasting” (abadi). Tanaman

bayam pada mulanya hanya digunakan sebagai tanaman hias, namun dalam masa

perkembangan selanjutnya tanaman bayam dipromosikan sebagai bahan pangan

sumber protein. Menurut Sellby (2010). “Bayam adalah salah satu sayuran yang

paling begizi. Bayam bermanfat mencegah berbagai penyakit karena melindungi

dan memperkuat tubuh melalui berbagai cara”. Bayam sendiri memiliki beberapa

macam jenis namun yang paling sering ditemukan dikalangan masyarakat adalah

jenis bayam Amaranthus Tricolor L.


3

Terdapat 3 jenis bayam yang umum di masayarakat yaitu bayam hijau biasa, bayam

merah, dan bayam putih yang warnanya hijau keputih-putihan. Bayam memiliki

daur hidup yang cukup singkat dengan umur siap panen antara 25-35 hari setelah

tanam. Dengan rata-rata pertumbuhan tinggi 0,5-0,67 cm per hari.

Menurut Rukmana, dalam bukunya yang berjudul Bayam Bertanam & Pengolahan

Pascapanen, “Tanaman bayam cocok ditanam di dataran tinggi dengan curah hujan

mencapai lebih dari 1.500 mm/tahun maka bayam termasuk tanaman yang

membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhannnya. Tanaman bayam

memerlukan cahaya matahari penuh. Kebutuhan akan sinar matahari untuk tanaman

bayam cukup besar. Pada tempat yang terlindungi (ternaungi), pertumbuhan bayam

menjadi kurus dan meninggi akibat kurang mendapat sinar matahari penuh. Suhu

udara yang sesuai untuk tanaman bayam berkisar antara 16-20 derajat C.

Kelembaban udara yang cocok untuk tanaman bayam antara 40-60%.”

Menurut Ekawati dalam bukunya yang berjudul Manajemen Produksi Bayam

(Amaranthus sp.) secara Optimum dan Kontinu, “Tingginya konsumsi bayam di

Indonesia mengakibatkan tingginya permintaan pasar akan sayur bayam. Untuk

menanggapi tingginya permintaan pasar, banyak dilakukan peneltian dan percobaan

untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bayam.


4

Penggunaan berbagai jenis pupuk organik, pupuk kimia, manipulasi media tanam,

hingga penggunaan bibit bayam yang telah dimodifikasi secara genetik telah

dlakukan oleh banyak orang ataupun organisasi untuk meningkatkan kualitas dan

kuantitas produksi bayam.”

Menurut web https://medlineplus.gov/vitamins.html, “Salah satu penelitian yang

membuat peneliti tertarik adalah “Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Vitamin terhadap

Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Dendrobium laxiflorum J.J Smith secara In

Vitro” yang dilakukan oleh tim mahasiswa jurusan Biologi dari Institut Teknologi

Sepuluh November. Pada penelitian itu, tim mahasiswa tersebut menemukan

adanya korelasi positif antara konsentrasi Thiamin atau Vitamin B1 terhadap

pertumbuhan dan perkembangan biji anggrek D. laxiflorum secara in vitro, diikuti

dengan Niasin atau Vitamin B3, serta Piridoksin atau Vitamin B6. Dari hasil

penelitian ini, penulis mengambil hipotesis bahwa adanya korelasi antara vitamin

dengan pertumbuhan tanaman. Vitamin adalah sekelompok senyawa organik

berbobot molekul kecil yang berfungsi sebagai kofaktor* dalam meabolisme setiap

organisme.”

Salah satu contoh produk dari vitamin adalah Vitamin Rambut yang memiliki

fungsi utama sebagai nutrisi tambahan untuk rambut manusia. Dari paparan penulis

pada paragraph-paragraf sebelumnya, penulis memutuskan untuk melakukan

sebuah penelitian yang membandingkan pertumbuhan tanaman bayam dengan dan

tanpa vitamin rambut.


5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang penulis ajukan di

antaranya.

1. Bagaimana pertumbuhan tanaman bayam tanpa menggunakan vitamin rambut?

2. Bagaimana pertumbuhan tanaman bayam dengan menggunakan vitamin

rambut?

3. Bagaimana pertumbuhan tanaman bayam menggunakan vitamin rambut

dengan tanpa menggunakan vitamin rambut?

1.3 Ruang Lingkup Kajian

Untuk menjawab rumusan masalah di atas perlu pengkajian beberapa hal di

antaranya pengertian pertumbuhan, jenis perumbuhan, ciri pertumbuhan,

pengertian nutrisi, jenis nutrisi, macam-macam nutrisi, komposisi nutrisi rambut,

pengertian perkecambahan, jenis perkecambahan, perkecambahan pada tanaman

bayam, tinggi tanaman bayam, jumlah daun pada tanaman bayam, warna daun pada

tanaman bayam, pengertian laju pertumbuhan, laju pertumbuhan pada tanaman

bayam, dan perbandingan pertumbuhan tanaman bayam dengan nutrisi rambut dan

tanpa nutrisi rambut.


6

1.4 Tujuan Penulisan

Berdasarkan ruang lingkup kajian tersebut, dapat diambil beberapa tujuan

penulisan sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan pertumbuhan tanaman bayam tanpa menggunakan vitamin

rambut;

2. Mendeskripsikan pertumbuhan tanaman bayam menggunakan vitamin rambut;

3. Menjelaskan perbandingan pertumbuhan tanaman bayam dengan dan tanpa

vitamin rambut.

1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1.5.1 Metode

Metode yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah eksperimen, bertujuan

melakukan eksperimen dari data yang diperoleh baik dari berbagai rujukan

maupun dari lapangan kemudian dianalisis. Hal-hal yang dianalisis yaitu seputar

perkecambahan, tinggi tanaman, jumlah daun, warna daun, dan laju pertumbuhan

pada tanaman bayam yang menggunakan vitamin rambut dan tanpa menggunakan

vitamin rambut.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah.

1. Studi kepustakaan dari bacaan yang relevan.

2. Kerja praktik menanam bayam.


7

1.5.3 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan penelitian ini terbagi menjadi empat bab, yaitu pendahuluan,

teori dasar, analisis pembahasan, dan simpulan.

Pada bab satu akan dibahas mengenai latar belakang pengangkatan aspek laporan

penelitian ini, rumusan masalah, ruang lingkup kajian, tujuan penelitian, metode

dan teknik pengumpulan data pada laporan penelitian ini, teknik pengumpulan data,

serta sistematika penulisan. Pada bab dua akan disajikan penjelasan umum dan

aspek-aspek yang akan dikaji dengan pengertian pertumbuhan, jenis pertumbuhan,

ciri pertumbuhan, pengertian perkecambahan, jenis perkecambahan, pengertian

nutrisi, jenis nutrisi, macam-macam nutrisi, dan pengertian laju pertumbuhan Pada

bab tiga akan menjabarkan dan manganalisis masalah-masalah yang telah

dirumuskan secara lengkap berupa komposisi nutrisi rambut, perkecambahan pada

tanaman bayam, tinggi tanaman bayam, jumlah daun pada tanaman bayam, warna

daun pada tanaman bayam, laju pertumbuhan pada tanaman bayam, dan

perbandingan pertumbuhan tanaman bayam. Bab empat berisi simpulan dari

penulis mengenai permasalahan yang kami angkat terkait perbandingan

pertumbuhan tanaman bayam dengan dan tanpa vitamin rambut.


8
BAB II

TEORI DASAR

2.1 Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah salah satu ciri paling dasar dari suatu makhluk hidup.

Namun, apa sebenarnya definisi dari pertumbuhan itu?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pertumbuhan adalah hal (keadaan)

tumbuh; perkembangan (kemajuan dan sebagainya) (KBBI: 2016). Dalam

pengertian lain dikatakan bahwa pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran

fisik (anatomi) dan struktur tubuh baik sebagian maupun seluruhnya karena

adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah

besarnya sel (IDAI,2002).

Menurut buku Cambridge IGCSE Biology, “Growth is a permanent increase in

size and dry mass by an increase in cell number or cell size or both. Even bacteria

and single-celled creatures show an increase in size. Multicellular organisms

increase the numbers of cells in their bodies, become more complicated and

change their shape as well as increasing in size” (Mackean, 2014:1).

“Pertumbuhan adalah pertambahan permanen dari ukuran dan massa kering yang

disebabkan pertambahan jumlah dan/atau ukuran sel. Bahkan bakteri dan makhluk

bersel tunggal menunjukkan pertambahan dalam ukuran. Organisme multiseluler

8
9

meningkatkan jumlah dari sel dalam tubuh mereka, menjadi lebih rumit dan

mengubah bentuk serta bertambah dalam ukuran” (Mackean, 2014:1).

2.2 Jenis pertumbuhan

Tumbuhan sebagai organisme multiseluler memiliki pertumbuhan yang lebih

rumit maka dari itu pertumbuhan tumbuhan dibagi menjadi dua, pertumbuhan

primer dan sekunder.

Menurut Suyatmi dalam webnya, “Pertumbuhan primer adalah Pertumbuhan yang

menyebabkan batang dan akar tumbuhan bertambah tinggi atau panjang yang

diawali dengan pembelahan sel di daerah meristem apikal. Meristem apikal

terbagi atas 3 daerah yaitu daerah pembelahan, daerah pemanjangan dan daerah

differensiasi. Teori tentang perkembangan meristem apikal diterangkan dengan

teori histogen dan teori tunika korpus

a. Teori tunika korpus

teori yang menyatakan bahwa titik tumbuh akar dan batang pada tumbuhan terdiri

atas 2 zona yang terpisah susunannya, yaitu tunika dan korpus.

Tunika merupak lapisan terluar, yang selanjutnya berkembang menjadi jaringan

primer. Korpus adalah bagian pusat titik tumbuh yang memiliki kemampuan

membelah ke segala arah.

Teori tunika korpus dikemukakan oleh ahli botani Schmidt

b. Teori histogen

Titik tumbuh akar dan batang pada tumbuhan disebut dengan histogen. Histogen
10

terdiri dari plerom (bagian pusat akar dan batang yang akan menjadi empulur dan

fasis), germatogen (Lapisan terluar yang akan menjadi epidermis) dan periblem

(lapisan yang akan menjadi korteks).

Teori ini dikemukakan oleh Hanstein

Pertumbuhan Sekunder pertumbuhan yang menyebabkan akar dan batang

bertambah lebar. Pertumbuhan ini disebabkan adanya pembelahan pada jaringan

meristem sekunder (meristem lateral).

Ada dua macam meristem lateral yaitu Kambium vaskuler (terletak diantara xilem

dan floem, yang menyebabkan pembelahan sel ke arah dalam membentuk

sekunder, dan membelah ke arah luar membentuk floem sekunder sehingga

batang tambah membesar) dan kambium gabus (disebut juga felogen terletak

dibawah epidermis dekar kolenkima yang berfungsi menebalkan batang, sehingga

epidermis lebih kedap terhadap air)” (Suyatmi, 2008).

2.3 Ciri pertumbuhan

Pertumbuhan pada tanaman dibagi menjadi dua, yaitu pertumbuhan primer dan

pertumbuhan sekunder. Pada pertumbuhan primer, pertumbuhan ditandai dengan

adanya pertambahan tinggi atau panjang tumbuhan. Menurut web

https://www.ck12.org/biology/plant-growth/lesson/Plant-Growth-BIO/

“…primary meristem because they allow growth in length or height, which is

known as primary growth.” Pada pertumbuhan sekunder, pertumbuhan ditandai

dengan pertambahan diameter batang, akar ataupun cabang.Menurut web

https://www.ck12.org/biology/plant-growth/lesson/Plant-Growth-BIO/
11

“Secondary meristems allow growth in diameter (secondary growth) in woody

plants.”

2.4 Pengertian perkecambahan

Perkecambahan atau germinasi adalah proses awal dari pertumbuhan suatu

tumbuhan.

Menurut “germination Sprouting of a seed; the first stages in the growth of a seed

from a seedling to an adult. After germination the embryonic shoot emerges and

grows

upward while the embryonic root grows downward. Food for germination is

located in the endosperm tissue within the seed and or seed leaves. Sprouting of

pollen grains on a stigma and growth of fungus or algal spores are examples of

germination.” (Rittner, 2004:164)

2.5 Jenis perkecambahan

Perkecambahan pada tanaman umumnya dibagi menjadi dua, eipegal dan

hipogeal. Epigeal adalah perkecambahan dimana hipokotil bertumbuh mendorong

kotiledon ke atas tanah sedangkan hypogeal adalah perkecambahan dimana

epikotil bertumbuh menyebabkan kotiledon tetap berada di bawah tanah.

“The initial morphology of the seedlings has traditionally been described by two

contrasting terms "epigeal" (above ground) and “hypogeal" (below ground), with

reference to the position of the cotyledons.


12

… In epigeal condition the hypocotyl is well developed and it exposes the

cotyledon to light ....

Hypogeal

In this type the hypocotyl Is undeveloped and the cotyledonary regions are hidden

beneath the ground” (Chapter V, -:83-85)

2.6 Nutrisi

Nutrisi adalah kandungan zat dalam makanan yang berfungsi untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme.

“Nutrition is the taking in of materials for energy, growth and development.

Plants require light, carbon dioxide, water and ions. Animals need organic

compounds and ions and usually need water (see Chapters 6 and 7). Organisms

can take in the materials they need as solid food, as animals do, or they can digest

them first and then absorb them, like fungi do, or they can build them up for

themselves, like plants do. Animals, using readymade organic molecules as their

food source, are called heterotrophs and form the consumer levels of food chains.

Photosynthetic plants are called autotrophs and are usually the first organisms in

food chains”(Mckean, 2014:1)

2.7 Jenis Nutrisi

Nutrisi secara umum dibagi menjadi dua, nutrisi makro dan mikro. Nutrisi makro

adalah nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah banyak sedangkan nutrisi mikro

dibutuhkan dalam jumlah sedikit.(Fuhrman, 2014:101-102)


13

Nutrisi makro terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, serat, air, dan etanol.

Nutrisi mikro terdiri dari mineral dan vitamin (Fuhrman, 2014:101-102)

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan nutrisi dalam bentuk vitamin.

Vitamin adalah suatu senyawa organik yang berinti sangat kecil dan memiliki 3

karakteristik, yaitu merupakan komponen alami dari makanan,memiliki fungsi

fisiologis normal, dan menyebabkan defisiensi spesifik pada keadaan tertentu.

Menurut web http://vikaspedia.in/health/nutrition/types-of-vitamins-and-minerals-

1, “Vitamins are organic compounds that are essential in very small amounts for

supporting normal physiologic function. We need vitamins in our diet, because

our bodies can’t synthesize them quickly enough to meet our daily needs.”

Vitamin mempunyai tiga karakteristik:

 Mereka adalah komponen alami makanan; biasanya hadir dalam jumlah yang

sangat kecil.

 Mereka penting untuk fungsi fisiologis normal (misalnya pertumbuhan,

reproduksi, dll).

 Ketika absen dari diet, mereka akan menyebabkan defisiensi spesifik.

2.8 Macam-Macam Nutrisi

Salah satu contoh dari nutrisi adalah vitamin. Vitamin terbagi menjadi 2,yaitu

vitamin yang larut dalam pelarut air dan vitamin yang larut dalam pelarut lemak.

Vitamin yang larut dalam air terdiri dari beberapa macam, yaitu

1. Vitamin B1

2. Vitamin B2
14

3. Vitamin B3

4. Vitamin B5

5. Vitamin B6

6. Vitamin B7

7. Vitamin B9

8. Vitamin B12

9. Vitamin C

Pada vitamin yang larut dalam lemak,beberapa diataranya adalah

1. Vitamin A

2. Vitamin D

3. Vitamin E

4. Vitamin K

“Vitamins are generally categorized into the following types

1. Water soluble

2. Fat soluble

Water-soluble vitamins

Vitamin B1 (Thiamine)

 Deficiency: Symptoms include burning feet, weakness in extremities, rapid

heart rate, swelling, anorexia, nausea, fatigue, and gastrointestinal problems.

 Toxicity: None known.


15

 Sources:Sunflower seeds, asparagus, lettuce, mushrooms, black beans, navy

beans, lentils, spinach, peas, pinto beans, lima beans, eggplant, Brussels

sprouts, tomatoes, tuna, whole wheat, soybeans

Vitamin B2 (Riboflavin)

 Deficiency: Symptoms include cracks, fissures and sores at corner of mouth

and lips, dermatitis, conjunctivitis, photophobia, glossitis of tongue, anxiety,

loss of appetite, and fatigue.

 Toxicity: Excess riboflavin may increase the risk of DNA strand breaks in the

presence of chromium. High-dose riboflavin therapy will intensify urine color

to a bright yellow (flavinuria) – but this is harmless.

 Sources: Almonds, soybeans/tempeh, mushrooms, spinach, whole wheat,

yogurt, mackerel, eggs, liver

Vitamin B3 (Niacin)

 Deficiency: Symptoms include dermatitis, diarrhea, dementia, and stomatitis.

 Toxicity: Niacin from foods is not known to cause adverse effects.

Supplemental nicotinic acid may cause flushing of skin, itching, impaired

glucose tolerance and gastrointestinal upset. Intake of 750 mg per day for less

than 3 months can cause liver cell damage. High dose nicotinamide can cause

nausea and liver toxicity.

 Sources: Mushrooms, asparagus, peanuts, brown rice, corn, green leafy

vegetables, sweet potato, potato, lentil, barley, carrots, almonds, celery,

turnips, peaches, chicken meat, tuna, salmon


16

Vitamin B5 (Pantothenic acid)

 Deficiency: Very unlikely. Only in severe malnutrition may one notice

tingling of feet.

 Toxicity: Nausea, heartburn and diarrhea may be noticed with high dose

supplements.

 Sources: Broccoli, lentils, split peas, avocado, whole wheat, mushrooms,

sweet potato, sunflower seeds, cauliflower, green leafy vegetables, eggs,

squash, strawberries, liver

Vitamin B6 (Pyridoxine)

 Deficiency: Symptoms include chelosis, glossitis, stomatitis, dermatitis (all

similar to vitamin B2 deficiency), nervous system disorders, sleeplessness,

confusion, nervousness, depression, irritability, interference with nerves that

supply muscles and difficulties in movement of these muscles, and anemia.

Prenatal deprivation results in mental retardation and blood disorders for the

newborn.

 Toxicity: High doses of supplemental vitamin B6 may result in painful

neurological symptoms.

 Sources: Whole wheat, brown rice, green leafy vegetables, sunflower seeds,

potato, garbanzo beans, banana, trout, spinach, tomatoes, avocado, walnuts,

peanut butter, tuna, salmon, lima beans, bell peppers, chicken meat
17

Vitamin B7 (Biotin)

 Deficiency: Very rare in humans. Keep in mind that consuming raw egg

whites over a long period of time can cause biotin deficiency. Egg whites

contain the protein avidin, which binds to biotin and prevents its absorption.

 Toxicity: Not known to be toxic.

 Sources: Green leafy vegetables, most nuts, whole grain breads, avocado,

raspberries, cauliflower, carrots, papaya, banana, salmon, eggs

Vitamin B9 (Folic acid)

Folate is the naturally occurring form found in foods. Folic acid is the synthetic

form used in commercially available supplements and fortified foods. Inadequate

folate status is associated with neural tube defects and some cancers.

 Deficiency: One may notice anemia (macrocytic/megaloblastic), sprue,

Leukopenia, thrombocytopenia, weakness, weight loss, cracking and redness

of tongue and mouth, and diarrhea. In pregnancy there is a risk of low birth

weight and preterm delivery.

 Toxicity: None from food. Keep in mind that vitamin B12 and folic acid

deficiency can both result in megaloblastic anemia. Large doses of folic acid

given to an individual with an undiagnosed vitamin B12 deficiency could

correct megaloblastic anemia without correcting the underlying vitamin B12

deficiency.

 Sources: Green leafy vegetables, asparagus, broccoli, Brussels sprouts,

citrus fruits, black eyed peas, spinach, great northern beans, whole grains,
18

baked beans, green peas, avocado, peanuts, lettuce, tomato juice, banana,

papaya, organ meats

Vitamin B12 (Cobalamin)

Vitamin B12 must combine with intrinsic factor before it’s absorbed into the

bloodstream. We can store a year’s worth of this vitamin – but it should still be

consumed regularly. B12 is a product of bacterial fermentation, which is why it’s

not present in higher order plant foods.

 Deficiency: Symptoms include pernicious anemia, neurological problems and

sprue.

 Toxicity: None known from supplements or food. Only a small amount is

absorbed via the oral route, thus the potential for toxicity is low.

 Sources: Fortified cereals, liver, trout, salmon, tuna, haddock, egg

Vitamin C (Ascorbic acid)

 Deficiency: Symptoms include bruising, gum infections, lethargy, dental

cavities, tissue swelling, dry hair and skin, bleeding gums, dry eyes, hair loss,

joint paint, pitting edema, anemia, delayed wound healing, and bone fragility.

Long-term deficiency results in scurvy.

 Toxicity: Possible problems with very large vitamin C doses including kidney

stones, rebound scurvy, increased oxidative stress, excess iron absorption,

vitamin B12 deficiency, and erosion of dental enamel. Up to 10 grams/day is

safe based on most data. 2 grams or more per day can cause diarrhea.
19

 Sources: Guava, bell pepper, kiwi, orange, grapefruit, strawberries, Brussels

sprouts, cantaloupe, papaya, broccoli, sweet potato, pineapple, cauliflower,

kale, lemon juice, parsley.

Fat soluble vitamins

Vitamin A (Retinoids)

Carotenoids that can be converted by the body into retinol are referred to as

provitamin A carotenoids.

 Deficiency: One may notice difficulty seeing in dim light and rough/dry skin.

 Toxicity: Hypervitaminosis A is caused by consuming excessive amounts of

preformed vitamin A, not the plant carotenoids. Preformed vitamin A is

rapidly absorbed and slowly cleared from the body. Nausea, headache,

fatigue, loss of appetite, dizziness, and dry skin can result. Excess intake

while pregnant can cause birth defects.

 Sources: Carrots, sweet potato, pumpkin, green leafy vegetables, squash,

cantaloupe, bell pepper, Chinese cabbage, beef, eggs, peaches

Vitamin D (Calciferol, 1,25-dihydroxy vitamin D)

Cholecalciferol = vitamin D3 = animal version; ergocalciferol = vitamin D2 =

plant version

 Deficiency: In children a vitamin D deficiency can result in rickets, deformed

bones, retarded growth, and soft teeth. In adults a vitamin D deficiency can

result in osteomalacia, softened bones, spontaneous fractures, and tooth

decay. Those at risk for deficiency include infants, elderly, dark skinned
20

individuals, those with minimal sun exposure, fat malabsorption syndromes,

inflammatory bowel diseases, kidney failure, and seizure disorders.

 Toxicity: Hypervitaminosis D is not a result of sun exposure but from chronic

supplementation. Excessive supplement use will elevate blood calcium levels

and cause loss of appetite, nausea, vomiting, excessive thirst, excessive

urination, itching, muscle weakness, joint pain and disorientation.

Calcification of soft tissues can also occur.

 Sources: Sunlight, fortified foods, mushrooms, salmon, mackerel, sardines,

tuna, eggs

Vitamin E (tocopherol)

 Deficiency: Only noticed in those with severe malnutrition. However,

suboptimal intake of vitamin E is relatively common.

 Toxicity: Minimal side effects have been noted in adults taking supplements

in doses less than 2000 mg/day. There is a potential for impaired blood

clotting. Infants are more vulnerable.

 Sources: Green leafy vegetables, almonds, sunflower seeds, olives,

blueberries, most nuts, most seeds, tomatoes, avocado

Vitamin K

 Deficiency: Tendency to bleed or hemorrhage and anemia.

 Toxicity: May interfere with glutathione. No known toxicity with high doses.

 Sources: Broccoli, green leafy vegetables, parsley, watercress, asparagus,

Brussels sprouts, green beans, green peas, carrots”


21

2.9 Pengertian laju pertumbuhan

Pertumbuhan sebagai sebuah standar yang memiliki satuan, pasti memiliki tingkat

laju yang menyatakan pertumbuhan suatu organisme terhadap waktu.

“To gain a more complete understanding of plant growth and development, it is

first essential to obtain clear and concise descriptions of changes that occur over

time. Classically, plant growth has been analyzed in terms of cell number or

overall size (i.e., mass). However, these measures tell only part of the story.

Growth in plants is defined as an irreversible increase in volume. The largest

component of plant growth is cell expansion driven by turgor pressure. During

this process, cells increase in volume many fold and become highly vacuolate.

However, size is only one criterion that may be used to measure growth. Growth

also can be measured in terms of change in fresh weight— that is, the weight of

the living tissue—over a particular period of time. However, the fresh weight of

plants growing in soil fl uctuates in response to changes in water status, so this

criterion may be a poor indicator of actual growth. In these situations,

measurements of dry weight are often more appropriate. Cell number is a

common and convenient parameter by which to measure the growth of unicellular

organisms, such as the green alga Chlamydomonas (FIGURE A2.1). In

multicellular plants, however, cell number can be a misleading growth

measurement because cells can divide without increasing in volume. For example,

during the early stages of embryogenesis, the zygote subdivides into progressively

smaller cells with no net increase in the size of the embryo. Only after it reaches

the eight-cell stage does the increase in volume begin to parallel the increase in
22

cell number. Another example of the lack of correlation between cell number and

growth occurs under the infl uence of environmental stress, which typically affects

cell division and cell elongation differentially. In this brief overview, we will

discuss both the classical defi nitions of growth and a more recent approach,

termed kinematics, which views growth and the related problem of cell expansion

in terms of motions of cells or “tissue elements.” As we will see, the advantage of

the kinematic approach is that it allows one to describe the growth patterns of

organs mathematically in terms of the expansion patterns of their component

cells. These quantitative and localized descriptions of growth provide a useful

perspective from which to develop models for underlying mechanisms that control

growth.” (Sinauer Associates, Inc, file growth rate, 2015)


BAB III

ANALISIS PENGARUH NUTRISI RAMBUT PADA TANAMAN

BAYAM

3.1 Analisis perkecambahan tanaman bayam

Tanaman bayam yang ditanam berkecambah pada hari ke 4 penanaman setelah

rutin diairi dengan air 37,5 ml secara merata pada permukaan tanah.

Perkecambahan terjadi secara epigeal yaitu kotiledon terdorong ke atas tanah.

3.2 Analisis tinggi tanaman bayam

Tinggi tanaman bayam diukur dari permukaan tanah hingga batang daun tanaman

bayam, rata-rata tinggi tanaman bayam setelah tumbuh selama 9 hari adalah 2,83

cm untuk tanaman tanpa vitamin rambut, 1,7 cm untuk tanaman dengan vitamin

rambut, dan 2,125 cm untuk gabungan keduanya.

3.3 Analisis jumlah daun pada tanaman bayam

Jumlah daun pada tiap benih tanaman bayam yang bertumbuh hingga 9 hari

adalah 2 lembar.

3.4 Analisis warna daun pada tumbuhan bayam

Warna daun pada tumbuhan bayam adalah hijau segar, baik yang diberi perlakuan

vitamin rambut maupun yang mendapat perlakuan normal. Tidak ditemukan

perbedaan warna setelah tumbuh selama 9 hari.

3.5 Analisis laju pertumbuhan pada tanaman bayam

Untuk tanaman bayam dengan perlakuan normal, laju pertumbuhan selama 9 hari

dinyatakan oleh tabel berikut.

22
23

Tabel 1 Laju pertumbuhan tanaman bayam dengan perlakuan normal

Tanaman Laju Pertumbuhan (cm/hari)

1 0,278

2 0,278

3 0,389

Tanaman bayam dengan perlakuan vitamin rambut tumbuh dengan laju

pertumbuhan yang digambarkan oleh tabel berikut.

Tabel 2 Laju pertumbuhan tanaman bayam dengan perlakuan vitamin rambut

Tanaman Laju pertumbuhan (cm/hari)

1 0,244

2 0,167

3 0,244

4 0,144

5 0,144

3.6 Analisis perbandingan pertumbuhan tanaman bayam

Perbandingan pertumbuhan tanaman bayam dengan perlakuan normal dan

perlakuan vitamin rambut digambarkan melalui tabel dan grafik pertumbuhan

tanaman dengan perlakuan normal dan tabel dan grafik pertumbuhan tanaman

dengan perlakuan vitamin rambut.


24

Tabel 3 Pertumbuhan tanaman bayam dengan perlakuan normal

Tinggi Tanaman 1 Tinggi Tanaman 2 Tinggi Tanaman 3

Hari (cm) (cm) (cm)

1 - - -

2 - - -

3 - - -

4 Berkecambah Berkecambah Berkecambah

5 1 1 2,5

6 2,5 2 2,9

7 2,5 2 2,9

8 2,5 2,5 3,5

9 2,5 2,5 3,5


25

Tabel 4 Pertumbuhan tanaman bayam dengan perlakuan vitamin rambut

Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5

Hari (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)

1 - - - - -

2 - - - - -

3 - - - - -

4 Kecambah Kecambah Kecambah Kecambah Kecambah

5 2 0,5 0,5 0,4 0,4

6 2 1 1,2 1 1,2

7 2,1 1,5 2 1,3 1,3

8 2,2 1,5 2,2 1,3 1,3

9 2,2 1,5 2,2 1,5 1,6


26

Grafik 1 Perbandingan pertumbuhan tanaman bayam dengan perlakuan normal

3,5

2,5
Tinggi (cm)

2 Tinggi Tanaman 1 (cm)

1,5 Tinggi Tanaman 2 (cm)


Tinggi Tanaman 3 (cm)
1

0,5

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hari

Grafik 2 Pertumbuhan tanaman bayam dengan perlakuan vitamin rambut

2,5

2
Tinggi (cm)

1,5 Tinggi Tanaman 1 (cm)


Tinggi Tanaman 2 (cm)
1 Tinggi Tanaman 3 (cm)
Tinggi Tanaman 4 (cm)
0,5 Tinggi Tanaman 5 (cm)

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hari
27

Dari hasil eksperimen diperoleh bahwa angka harapan tumbuh dari tanaman

bayam dengan perlakuan nutrisi rambut lebih tinggi dibandingkan tanpa

menggunakan nutrisi rambut. Hal ini terlihat dari tumbuhnya lima tanaman dari

lima bibit yang ditanam ketika menggunakan nutrisi rambut dan tumbuhnya tiga

tanaman dari lima bibit yang ditanam dengan perlakuan normal.

Pertumbuhan yang terjadi lebih tinggi pada tanaman dengan perlakuan normal,

hal ini terjadi akibat kondisi tanah yang dipenuhi vitamin menghalangi air untuk

menyebar pada tanah dan lebih jauh lagi menghalangi penyerapan air oleh akar

tumbuhan. Terlihat bawa pada hari-hari awal, pertumbuhan tanaman tidak begitu

berbeda, pada hari ke-6 keadaan tanah mulai jenuh dengan nutrisi rambut yang

selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan bayam.


BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Pertumbuhan tanaman bayam tanpa pemberian vitamin rambut menumbuhkan

tiga dari lima benih dengan laju pertumbuhan rata-rata 0,315 cm/hari, dan

perkecambahan pada hari ke-4.

Grafik 3 Simpulan pertumbuhan tanaman bayam dengan perlakuan normal

3,5

2,5
Tinggi (cm)

2 Tinggi Tanaman 1 (cm)

1,5 Tinggi Tanaman 2 (cm)


Tinggi Tanaman 3 (cm)
1

0,5

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hari

28
29

Pertumbuhan tanaman bayam dengan pemberian vitamin rambut menumbuhkan

lima dari lima benih dengan laju pertumbuhan rata-rata 0,189 cm/hari, dan

perkecambahan pada hari ke-4.

Grafik 4 Simpulan pertumbuhan tanaman bayam dengan perlakuan nutrisi


rambut
2,5

2
Tinggi (cm)

1,5
Tinggi Tanaman 1 (cm)
Tinggi Tanaman 2 (cm)
1
Tinggi Tanaman 3 (cm)
Tinggi Tanaman 4 (cm)
0,5
Tinggi Tanaman 5 (cm)

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hari

Angka harapan tumbuh dari tanaman bayam dengan perlakuan nutrisi rambut

lebih tinggi dibandingkan tanpa menggunakan nutrisi rambut. Pertumbuhan yang

terjadi lebih tinggi pada tanaman dengan perlakuan normal. Tanaman yang

diberikan vitamin rambut memiliki pertumbuhan yang lebih rendah.

4.2 Saran

Gunakan vitamin dengan kadar yang tidak berlebihan karena dapat menghambat

pertumbuhan tanaman
Daftar Pustaka
Berg J, Tymoczko dan JL, Stryer L. 2002. Biochemistry (5th ed.). San Francisco:

W.H. Freeman.

Fuhrman, Joel . 2014. The End of Dieting. Harper One (Harper Collins)

Mackean, D.G dan Hayward, Dave. 2014. Cambridge IGCSE Biology. London:

Bookpoint, Ltd

Sinauer Associates, Inc. 2015. File Growth Rate.

Rittner, D dan McCabe, T.L. 2004. Encyclopedia of Biology. New York: Facts On
File, Inc
Suyatmi. 2011. Jenis pertumbuhan dan perkembangan. [Internet]. Tersedia di:
https://suyatmibiologi.wordpress.com/2011/04/01/jenis-pertumbuhan-dan

perkembangan/ Diakses pada 13 November 2018 pukul 10.09

Naresh. 2014. Types of vitamins and minerals. [Internet]. Tersedia di:


http://vikaspedia.in/health/nutrition/types-of-vitamins-and-minerals

Diakses pada 11 November 2018 pukul 11.23

Wilkin, D. dan Brainard, J. Plant Growth. [Internet]. Tersedia di:

https://www.ck12.org/biology/plant-growth/lesson/Plant-Growth-BIO/

Diakses pada 11 November 2018 pukul 10.48

30
31

INDEKS

Meristem. 9, 10
Multiseluler. 8, 9

Nutrisi. 12

Perkecambahan. 11
Pertumbuhan. 8, 9, 10

Ukuran. 8

Vitamin. 12-19
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

Pada tanggal 7 Maret tahun 2000, lahir seorang bayi laki laki

bernama Rico Tri Putro yang sangat mirip dengan orang

tuanya. Dia lahir di Kota Bandung dan terlahir sebagai

seorang muslim. Rico menempuh pendidikan pertamanya di

TK Swandayani pada umur 5 tahun, kemudian melanjutkan pendidikan di SD

Priangan pada tahun 2006. Di sini dia pernah mejuarai lomba bernyanyi pupuh se-

Kabupaten Bandung pada kelas 4 SD dan 5 SD. Pada tahun 2012, Rico

melanjutkan pendidikan di SMPN 4 Bandung, setelah itu lulus dari sekolah yang

sama dan melanjutkan pendidikan di SMAN 20 Bandung. Di sini ia pernah

mengikuti ekstrakulikuler angklung. Disini Rico pernah mengikuti lomba cipta

lagu se-Kota Bandung dan mendapat juara ke-2, serta lomba cipta lagu se-

Provinsi Jawa Barat dan mendapat juara ke-1. Setelah lulus pada tahun 2018, Rico

melanjutkan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung dan masih berkuliah

sampai sekarang.
Pada tanggal 31 Mei tahun 2000 di Kamar Umar bin Khattab

nomor 3 Rumah Sakit Muhammadiyyah Kota Bandung, lahir

seorang lelaki dengan nama Muhamad Azka Adzillah Abdul

Aziz. Terlahir sebagai seorang muslim, Azka menempuh

pendidikan dasar di SD Islam Ibnu Sina. Pada tahun 2012

diterima sebagai siswa di SMPN 44 Bandung lalu lulus dari sekolah yang sama

dan menempuh pendidikan menengah di SMAN 5 Bandung. Kini terdaftar

sebagai Mahasiswa Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Program Rekayasa di

Institut Teknologi Bandung. Sejak SMP, Azka aktif menjadi Anggota DKM At-

Tarbiyyah SMPN 44 Bandung, Wakil Ketua Pendidikan Dasar Saung Kabaret dan

Teater 44, Ketua Duta Lingkungan SMPN 44 Bandung, dan Ketua Badminton

44. Pada masa sekolah menengah menjadi Anggota PMR SMAN 5 Bandung,

Anggota dan Pengajar di Ekskul Siswa Gemar Matematika, Anggota Divisi

Tarbiyyah Himpunan Rohis Kota Bandung, Sekretaris Umum Badminton 5,

Ketua Angkatan Nurul Khomsah 2018 dan Kepala Divisi Syiar DKM Nurul

Khomsah periode 2016-2017, dan Wakil Ketua Kreativitas Ilmiah Remaja. Azka

sempat mengikuti beberapa lomba, yaitu Olimpiade Sains Nasional di bidang

Geografi pada tingkat wilayah, beberapa lomba cerdas cermat, dan beberapa

lomba debat hingga sempat memenangkan Lomba Debat PAI tingkat Kota

Bandung pada Festival PAI Kota Bandung Tahun 2017 lalu menjadi perwakilan

untuk ajang Festival PAI tingkat Provinsi Jawa Barat.


Pada tanggal 20 Juni 2001 di Rumah Sakit Mitra Keluarga

Jatinegara (sekarang RS Premier Jatinegara), lahir seorang

bayi lelaki yang diberi nama I Putu Ikrar Satyadharma. Ikrar

memulai sekolah tingkat dasar di SD Negeri 05 Tebet Barat

pada umur 5 tahun. Diterima di SMP Negeri 73 Jakarta pada

tahun 2012 dan lulus dengan predikat lulusan terbaik angkatannya. Ikrar

melanjutkan pendidikannya pada tahun 2015 di SMA Negeri 8 Jakarta dan lulus

tepat waktu pada tahun 2018. Ikrar kini terdaftar sebagai Mahasiswa Sekolah Ilmu

dan Teknologi Hayati Program Rekayasa di Institut Teknologi Bandung. Sejak

SD hingga SMP Ikrar sering mengikuti berbagai macam perlombaan seperti

MGMP, OSN, serta IMSO saat SD. Sempat mengikuti Pelatihan Daerah OSP DKI

Jakarta saat SMP. Ikrar juga aktif dalam ekstrakurikuler PMR, Pramuka, dan

Pasukan Kibar Bendera (Paskibra) SMPN 73 Jakarta. Ikrar juga menjabat sebagai

Anggota, kemudian Ketua Bidang Kepramukaan OSIS SMPN 73 Jakarta. Selain

itu, Ikrar juga sering mengikuti lomba cerdas cermat, kepalangmerahan, dan

kepramukaan. Selama masa SMA, Ikrar aktif berorganisasi dalam General

English Syndicate (Unit bahasa inggris) sebagai Sekretaris, Japanese Club sebagai

Bendahara, dan Sains-dan-Perpustakaan sebagai Wakil Ketua Bidang Organisasi

serta aktif mengikuti kompetisi penelitian dan pernah mendapatkan Harapan III

pada KIRJAS 2016, Juara III pada OPSI Jakarta Selatan 2016 dan juga Juara I

pada OPSI Jakarta Selatan 2017 pada bidang penelitian Teknologi Terapan.

Pernah menjadi Ketua Tim LIA Pengadegan dalam lomba debat bahasa Inggris

antar LIA se-Indonesia hingga semifinal.

Anda mungkin juga menyukai