FARMASI KLINIS
“Penangan Obat Sitostatika”
Dosen Pengampu :
Apt. Dewi Natalia Sri Harmoni, S.Farm., M.Farm
Di Susun Oleh
Kelompok 5
Ma’ahadur Roj’i (1908060057)
Fani Salsabila (1908060044)
Eko Aria Sapta (1908060055)
Sony Putra Bahrain (1908060054)
Widia Ningsih (1908060060)
Aulia Agustina (1908060058)
PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NTB
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “FARMASI
KLINIS TENTANG PENANGANAN OBAT SITOSTATIKA ”. Meskipun
banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tetapi kami
berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan, akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan. Semoga ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa
khususnya pada kelompok kami dan semua yang membaca makalah ini.
Kami menyadari mungkin masih ada kekurangan dan kesalahan dalam
makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah
yang kami buat ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
PENULIS
i
DAFTAR ISI
COVER
LAMPIRAN ........................................................................................................14
A. Kesimpulan .........................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengelolaan obat di rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan yang
menyangkut fungsi-fungsi manajemen yang meliputi seleksi, pengadaan,
distribusi, dan penggunaan obat. Kegiatan tersebut harus berjalan dengan baik
dan saling mendukung, sehingga pengelolaan obat dapat dilaksanakan secara
efisien dan efektif (Quick et al, 1997). Pentingnya pengendalian adalah untuk
menentukan stok yang benar sehingga dapat dilakukan cara untuk
menyeimbangkan antara pengaturan persediaan dengan biaya-biaya yang
ditimbulkannya (Pustaka?). Apabila persediaan obat tidak dikelola dengan
sistem pengendalian yang baik, maka akan menyebabkan pengeluaran dana
yang cukup besar. Persediaan obat terlalu banyak akan memerlukan
penyimpanan yang besar sehingga kemungkinan obat akan menjadi
rusak/kadaluarsa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Obat Sitostatika (OS).?
2. Bagaimana Melakukan Penanganan Obat OS.?
3. Apa saja golongan obat OS.?
1
C. Tujuan
1. Supaya Memahami Pengertian Obat Sitostatika.
2. Supaya Memahami Cara Penanganan Obat OS.
3. Supaya Memahami Golongan Dari Obat OS.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Obat Sitostatika
Sitostatika atau onkolitica adalah zat-zat yang dapat menghentikan
pertumbuhan pesat dari sel-sel ganas, pengertian lain dari sitostatika adalah
suatu pengobatan untuk mematikan sel-sel secara fraksional (fraksi tertentu
mati), sehingga 90% berhasil dan 10% tidak berhasil. Bahan sitostatika
adalah zat/ obat yang merusak dan membunuh sel normal dan sel kanker,
serta digunakan untuk menghambat pertumbuhan tumor malignan (Tjay dan
Kirana , 2007).
3
farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap
lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan
kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada
saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien
sampai pembuangan limbahnya (Kemenkes RI, 2009). Berdasarkan pada
Buku Pedoman Penanganan Sediaan Sitostatika, penanganan sediaan
sitostatika terdiri dari:
1. Penyiapan
a. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan
prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian)
b. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah,
nomor batch, tanggal kadaluarsa), serta melengkapi form permintaan
c. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak
jelas / tidak lengkap
d. Menghitung kesesuaian dosis
e. Memilih jenis pelarut yang sesuai
f. Menghitung volume pelarut yang digunakan
g. Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam medis,
ruang perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal
pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran
h. Membuat label pengiriman terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medis, ruang perawatan, jumlah paket
i. Melengkapi dokumen pencampuran
j. Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan
dilakukan pencampuran kedalam ruang steril melalui pass box
2. Pencampuran
a. Memakai APD sesuai prosedur tetap.
b. Mencuci tangan sesuai prosedur tetap
c. Biological Safety Cabinet (BSC) 5 menit sebelum digunakan
d. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai prosedur tetap
e. Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika
4
f. Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika
g. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol
70%.
h. Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari pass box
i. Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas
meja BSC
j. Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptis
k. Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah
berisi sediaan sitostatika
l. Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk
obatobat yang harus terlindung cahaya
m. Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah
pembuangan khusus
n. Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke
dalam wadah untuk pengiriman
o. Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi
melalui pass box
p. Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap
3. Cara Pemberian
a. Injeksi Intravena (i.v.)
Injeksi intravena dapat diberikan dengan berbagai cara, untuk jangka
waktu yang pendek atau untuk waktu yang lama.
b. Injeksi bolus
Injeksi bolus volumenya kecil ≤ 10 ml, biasanya diberikan dalamwaktu
3-5 menit kecuali ditentukan lain untuk obat-obatan tertentu.
c. Infus dapat diberikan secara singkat (intermittent) atau terus - menerus
(continous).
1) Infus singkat (intermittent infusion) Infus singkat diberikan
selama 10 menit atau lebih lama. Waktu pemberiaan infus
singkat sesungguhnya jarang lebih dari 6 jam per dosis.
5
2) Infus kontinyu (continous infusion) Infus kontinyu diberikan
selama 24 jam. Volume infus dapat beragam mulai dari volume
infus kecil diberikan secara subkutan dengan pompa suntik
(syringe pump), misalnya 1 ml per jam, hingga 3 liter atau lebih
selama 24 jam, misalnya nutrisi parenteral
d. Injeksi intratekal
Injeksi intratekal adalah pemberian injeksi melalui sumsum tulang
belakang. Volume cairan yang dimasukkan sama dengan volume
cairan yang dikeluarkan.
e. Injeksi subkutan
Injeksi subkutan adalah pemberian injeksi di bawah kulit.
4. Penanganan tumpahan
6
11) Tutup kantong dan tempatkan pada kantong kedua.
12) Tanggalkan pakaian pelindung lainnya dan sarung tangan dalam,
tempatkan dalam kantong kedua
13) Ikat kantong secara aman dan masukan dalam tempat penampung
khusus untuk dimusnahkan dengan incenerator
14) Cuci tangan
b. Membersihkan tumpahan di dalam BSC
1) Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk
basah untuk tumpahan serbuk
2) Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai dua pasang
sarungtangan baru
3) Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan
alas kerja / meja / penyerap dan tempatkan dalam wadah buangan
4) Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergen, bilas
dengan aqua destilata menggunakan kassa. Buang kassa dalam
wadah pada buangan
5) Ulangi pencucian tiga kali
6) Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan
7) Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir.
8) Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker, dalam wadah
buangan akhir untuk dimusnahkan dengan incenerator.
9) Cuci tangan
5. Penanganan kecelakaan kerja
a. Jika kontak dengan kulit:
1) Tanggalkan sarung tangan
2) Bilas kulit dengan air hangat
3) Cuci dengan sabun, bilas dengan air hangat
4) Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi
dengan larutan Chlorin 5% dan bilas dengan air hangat
5) Jika kulit sobek pakai H2O2 3%
6) Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus
7
7) Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD)
8) Laporkan ke supervisor
9) Lengkapi format kecelakaan
b. Jika kontak dengan mata :
1) Minta pertolongan
2) Tanggalkan sarung tangan
3) Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat
selama menit
4) Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan
larutan NaCl 0,9%
5) Aliri mata dengan larutan pencuci mata
6) Tanggalkan seluruh pakaian pelindung
7) Catat jenis obat yang tumpah
8) Laporkan ke supervisor
9) Lengkapi format kecelakaan kerja
c. Jika tertusuk jarum :
1) Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger untuk
menghisap obat yang mungkin terinjeksi
2) Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang
3) Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk mengambil
obat dalam jaringan yang tertusuk
4) Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk dengan air
hangat
5) Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat
6) Tanggalkan semua APD
7) Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi
8) Laporkan ke supervisor
9) Lengkapi format kecelakaan kerja
10) Segera konsultasikan ke dokter
6. Pengelolaan limbah sitostatika
8
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, limbah sitostatika adalah limbah dari bahan yang
terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitostatika untuk kemoterapi
kanker yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan sel. Limbah sitostatika dikumpulkan dalam wadah yang kuat,
anti bocor, dan diberi label bertuliskan “Limbah Sitostatika” (Menteri
Kesehatan RI, 2004).
9
C. Penggolongan Obat Sitostatika
Sebagian besar obat sitostatika yang digunakan saat ini bekerja terutama
terhadap sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel kanker
tersebut berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostatika
1. Alkylating agents
a. Siklofosfamid
b. Klorambusil
c. Prokarbazin
d. Karboplatin
2. Antimetabolit
a. 5-fluorourasil (5-FU)
b. Gemsitabin
c. 6-Merkaptopurin
d. Methotrexat
e. Sitarabin
3. Produk Alamiah
a. Vinkristin (VCR)
b. Vinblastin (VLB)
c. Paklitaksel
d. Etoposid
e. Irinotekan, Topotekan
f. Daktinomisin (Aktinimisin D)
g. Antrasiklin: Daunorubisin, Doksorubisin, Mitramisin
h. Bleomisin
4. Golongan Hormon dan Antagonis
a. Prednison
b. Medroksiprogesteron asetat
c. Etinil estradiol
d. Tamoksifen
e. Testosteron propionate
10
f. L-asparaginase
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Teknik aseptik
2. Pemberian dalam biological safety cabinet (BSC)
3. Petugas yang bekerja harus terlindungi
4. Jaminan mutu produk
5. Dilaksanakan oleh petugas yang terlatih
6. Adanya SOP
1. Alkylating agents
2. Antimetabolit
3. Produk Alamiah
4. Golongan Hormon dan Antagonis
12
DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI. 2009. Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sediaan Sitostatika.
Jakarta:Ditjen Binfar dan Alkes DepKes RI.
Kemenkes RI. 2018 . Farmasi Rumah Sakit. Jakarta: Dr. Rusli, Sp.FRS, Apt
Kemenkes RI. (2009). Direktorat Jendral Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik
2009 Pedoman Pencampuran Obat Suntik Dan Penanganan Sediaan
Sitostatika. Jakarta: Depkes RI.
Quick, J,D., Rankin, J.R., Laing, R.O., O’Connor, R.W., Hogerzeil, H.V., Dukes,
M.N.G., dan Garnett, A., 1997, Managing Drug Supply : The Selection,
Procurement, Distribution, And Use Of Pharmaceuticals In Primary
Health Care, Second Edition, Connecticut, Kumarin Press Inc.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja.2007. Obat-obat Penting. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo
13
LAMPIRAN
14
A. LAMPIRAN SOAL PILGAN
1. Memberi label yang sesuai pada setiap infuse dan spuit yang sudah berisi
sedian sitostatika merupakan proses dari…..
A. Penyiapan sitostatika
B. Pencampuran sitostatika
C. Penanganan tumpahan
D. Pengelolaan limbah sitostatika
E. Pengelolaan obat sitostatika
Jawaban B
4. Penanganan kecelakaan kerja akibat kontak dengan kulit antaranya,
kecuali….
A. Tanggalkan sarung tangan
B. Bilas kulit dengan air hangat
C. Laporkan ke supervisor
D. Lengkapi format kecelakaan
E. Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi
Jawaban E
5. Penanganan obat sitostatika meliputi penyiapan sitostatika, pencampuran
sitostatika, pemberian sitostatika, penanganan tumpahan dan kecelakaan
kerja sitostatika serta….
A. Pengelolaan sitostatika
B. Pengobatan sitostatika
C. Perbaikan mutu
D. Pemberian obat
E. Keamanan sitostatika
Jawaban A
6. Penggunaan sitostatika memiliki resiko yang sangat besar, toksisitas yang
sering dilaporkan berkenaan dengan preparasi dan handling cytotoxic
berupa toksisitas pada….
15
A. Liver
B. Pernafasan
C. Saluran cerna
D. Saraf
E. Darah
Jawaban A
7. Proses penyiapan sitostatika sama dengan proses penyiapan pencampuran
obat suntik yaitu, kecuali….
A. Menghitung kesesuaian dosis
B. Memilih jenis pelarut yang sesuai
C. Menghitung volume pelarut yang digunakan
D. Melengkapi dokumen pencampuran
E. Melakukan pencampuran sitostatika secara aseptis
Jawaban E
16