Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENCAMPURAN OBAT SUNTIK

DAN SITOSTATIS

OLEH:

KELOMPOK 6

MEGAWATI (17 3145 201 029)

VEREN CAROLINA. L (17 3145 201 010)

KRISSELGA LEUWOL (17 3145 201 011)

ANDELA KASIM (17 3145 201 018)

FAKULTAS FARMASI TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN INFORMATIKA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencampuran obat suntik dan penanganan sediaan sitostatika

seharusnya dilakukan oleh apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, tetapi

kenyataannya sebagian besar masih dilaksanakan oleh tenaga kesehatan lain

dengan sarana dan pengetahuan yang sangat terbatas, sedangkan pekerjaan

kefarmasian tersebut memerlukan teknik khusus dengan latar belakang

pengetahuan antara lain sterilitas, sifat fisikokimia dan stabilitas obat,

ketidaktercampuran obat serta risiko bahaya pemaparan obat. Selain hal

tersebut diperlukan juga sarana dan prasarana khusus yang menunjang

pekerjaan hingga tujuan sterilitas, stabilitas dan ketercampuran obat dapat

tercapai.

Berdasarkan hal tersebut di atas Direktorat Bina Farmasi Komunitas

dan Klinik menyusun Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan

Sediaan Sitostatika untuk dapat digunakan sebagai acuan bagi apoteker

dalam melakukan pencampuran obat suntik dan penanganan sediaan

sitostatika di Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel – sel

secara fraksional ( fraksi tertentu mati), sehingga 90 % berhasil daan 10 %

tidak berhasil.
BAB II

PEMBAHASAN

TEKNIK PENCAMPURAN OBAT SUNTIK

A. Penyiapan

Sebelum menjalankan proses pencampuran obat suntik, perlu dilakukan

langkah langkah sebagai berikut:

1. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip 5

BENAR (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian);

2. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah, nomer

batch, tgl kadaluarsa), serta melengkapi form permintaan;

3. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas/tidak

lengkap;

4. Menghitung kesesuaian dosis;

5. Memilih jenis pelarut yang sesuai;

6. Menghitung volume pelarut yang digunakan;

7. Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam medis, ruang

perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan,

dan tanggal kadaluarsa campuran. (contoh label obat, lampiran 1);

8. Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomer rekam medis,

ruang perawatan, jumlah paket. (contoh label pengiriman, lampiran;


9. Melengkapi dokumen pencampuran (contoh form pencampuran dibuku 1:

Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril);

10. Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan dilakukan

pencampuran kedalam ruang steril melalui pass box.

B. Pencampuran

Proses pencampuran obat suntik secara aseptis, mengikuti langkah –

langkah sebagai berikut:

1. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

2. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi sesuai prosedur tetap (lampiran 3)

3. Menghidupkan Laminar Air Flow (LAF) sesuai prosedur tetap

4. Menyiapkan meja kerja LAF dengan memberi alas penyerap cairan dalam

LAF.

5. Menyiapkan kantong buangan sampah dalam LAF untuk bekas obat

6. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alkohol 70 %.

7. Mengambil alat kesehatan dan obat-obatan dari pass box.

8. Melakukan pencampuran secara aseptis

C. Tehnik memindahkan obat dari ampul

1. Membuka ampul larutan obat: (gambar 1)

a) Pindahkan semua larutan obat dari leher ampul dengan mengetuk-ngetuk

bagian atas ampul atau dengan melakukan gerakan J-motion;

b) Seka bagian leher ampul dengan alkohol 70 %, biarkan mongering;

c) Lilitkan kassa sekitar ampul;


d) Pegang ampul dengan posisi 45º, patahkan bagian atas ampul dengan arah

menjauhi petugas. Pegang ampul dengan posisi ini sekitar 5 detik;

e) Berdirikan ampul;

f) Bungkus patahan ampul dengan kassa dan buang ke dalam kantong

buangan.

2. Pegang ampul dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam ampul, tarik

seluruh larutan dari ampul, tutup needle;

3. Pegang ampul dengan posisi 45º, sesuaikan volume larutan dalam syringe

sesuai yang diinginkan dengan menyuntikkan kembali larutan obat yang

berlebih kembali ke ampul;

4. Tutup kembali needle;

5. Untuk permintaan infus Intra Vena , suntikkan larutan obat ke dalam botol

infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui dinding agar tidak berbuih dan

tercampur sempurna;

6. Untuk permintaan Intra Vena bolus ganti needle dengan ukuran yang sesuai

untuk penyuntikan;

7. Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke dalam

kantong buangan tertutup.


SITOSTATIKA

Bahan Sitostatika adalah zat/obat yang merusak dan membunuh sel normal

dan sel kanker, serta digunakan untuk menghambat pertumbuhan tumor malignan.

Istilah sitostatika biasa digunakan untuk setiap zat yang mungkin genotoksik,

mutagenik, onkogenik, teratogenik, dan sifat berbahaya lainnya. Sitostatika tergolong

obat beresiko tinggi karena mempunyai efek toksik yang tinggi terhadap sel, terutama

dalam reproduksi sel sehingga dapat menyebabkan karsinogenik, mutagenik dan

tertogenik. Oleh karena itu, penggunaan obat sitstatika membutuhkan penanganan

khusus untuk menjamin keamanan, keselamatan penderita, perawat, profesional

kesehatan, dan orang lain yang tidak menderita sakit. Tujuan penanganan bahan

sitostatika adalah untuk menjamin penanganannya yang tepat dan aman di rumah

sakit

Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat,

tidak terkendali, dan akan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan

sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang

organ-organ penting serta syaraf tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya

akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak.

Sebaliknya sel kanker akan membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya,

sehingga akan terjadi penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas. Penumpukan

sel tersebut mendesak dan merusak jaringan normal, sehingga mengganggu organ

yang ditempatinya. Kanker dapat terjadi diberbagai jaringan dalam berbagai organ di
setiap tubuh, mulai dari kaki sampai kepala. Bila kanker terjadi di bagian permukaan

tubuh, akan mudah diketahui dan diobati. Namun bila terjadi didalam tubuh, kanker

itu akan sulit diketahui dan kadang - kadang tidak memiliki gejala. Kalaupun timbul

gejala,biasanya sudah stadium lanjut sehingga sulit diobati.

Penanganan sitostatika harus memperhatikan :

1. Tehnik aseptik

2. Pemberian dalam biological safety cabinet

3. Petugas yang bekerja harus terlindungi

4. Jaminan mutu produk

5. Dilaksanakan oleh petugas yang terlatih

6. Adanya Protap

Standar kerja yang harus dipersiapkan meliputi :

1. Tehnik khusus penanganan sitostatika

2. Perlengkapan pelindung (baju, topi, masker, sarung tangan)

3. Pelatihan petugas

4. Penandaan, pengemasan, transpotasi

5. Penanganan tumpahan obat sitostatika

6. Penanganan limbah
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pencampuran sediaan steril harus dilakukan secara aseptis oleh tenaga

yang terlatih, karena ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti

kontaminasi terhadap produk,paparan sediaan terhadap petugas serta lingkungan

(terutama untuk sediaan sitostatika).

Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel – sel secara

fraksional ( fraksi tertentu mati), sehingga 90 % berhasil daan 10 % tidak berhasil.

B. Saran
Kiranya para tenaga teknik kesehatan dapat memberikan pelayan obat
yang terbaik bagi pasien terutama teknik pencampuran obat suntuk.

Anda mungkin juga menyukai