Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KHUSUS MAKALAH

PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT

SITOTOKSIK

NURUL FATMA NELLY

B 231 052

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak jaman dahulu dikenal beberapa cara pengobatan untuk


menyembuhkan penyakit kanker. Cara paling tua adalah pembedahan,
kemudian menyusul penyinaran terhadap sel-sel tumor ganas yang peka sinar
gamma dan dengan perkembangan pengetahuan mengenai struktur, fungsi,
proliferasi sel dan mekanisme regulasi didalamnya, pengobatan kimiawi pada
tahun-tahun terakhir maju dengan pesat.
Sitostatika merupakan salah satu pengobatan kanker yang paling banyak
menunjukkan kemajuan dalam pengobatan penderita kanker. Karena itu pula
harapan dan tumpuan dunia medis terhadap efek pengobatan dengan
sitostatika terus meningkat. Sejalan dengan harapan tersebut upaya
menyembuhkan atau sekurangnya mengecilkan ukuran kanker dengan
sitostatika terus meluas.Prosedur penanganan obat sitostatika yang aman perlu
dilaksanakan untuk mencegah risiko kontaminasi pada personel yang terlibat
dalam preparasi, transportasi, penyimpanan dan pemberian obat sitostatika.
Potensial paparan pada petugas pemberian sitostatika telah banyak diteliti.
Falck dkk, th.1979 melaporkan bahwa perawat yang bekerja pada ward
kemoterapi tanpa perlindungan yang memadai menunjukkan aktivitas
mutagenik yang signifikan lebih besar dari pada control subject. Toksisitas
yang sering dilaporkan berkenaan dengan preparasi dan handling sitostatika
berupa toksisitas pada liver, neutropenia ringan, fetal malformation, fetal loss,
atau kasus timbulnya kanker. Tahun 1983 Sotaniemi, dkk. Melaporkan adanya
kerusakan liver pada 3 orang perawat yang bekerja pada ward oncology. Di
dua rumah sakit di Italy telah dilakukan penelitian ditemukan
cyclophosphamide dan ifosfamide dalam urine perawat dan staf farmasi yang
tidak mengikuti peraturan khusus dalam menangani obat-obat kanker.
Selain untuk melindungi petugas dan lingkungan dari keterpaparan obat
kanker, preparasi obat sitostatika secara aseptis diperlukan untuk 3 tujuan :
· Produk harus terlindung dari kontaminasi microba dengan teknik aseptis
· Personal yang terlibat harus terlindung dari exposure bahan berbahaya
· Lingkungan harus terhindar dari paparan bahan berbahaya
Terpaparnya obat sitostatika kedalam tubuh dapat melalui inhalasi,
absorpsi, atau ingestion.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Bahaya Obat Sitotoksik

Senyawa sitotoksik adalah suatu senyawa atau zat yang dapat merusak dan
sel normal dan juga sel kanker, serta digunakan untuk menghambat pertumbuhan
dari sel tumor maliginan. Istilah dari toksisitas juga dapat digunakan untuk zat-zat
yang bersifat genotoksik, mutagenik, onkogenik, teratogenik, dan zat-zat yang
bersifat berbahaya (Sarce, 2009).
Obat sitotoksik adalah agen yang ditujukan untuk terapi, khususnya pada
pengobatan kanker. Obat ini diketahui sangat beracun bagi sel-sel, terutama
melalui tindakannya pada reproduksi sel. Obat sitotoksik semakin sering
digunakan dalam berbagai pengaturan kesehatan, laboratorium dan klinik hewan
untuk pengobatan kanker dan kondisi medis lainnya seperti rheumatoidarthritis,
multiple sclerosis dan kelainan auto-imun.
Obat sitotoksik mencakup obat yang menghambat atau mencegah fungsi sel.
Obat sitotoksik termasuk obat-obatan yang terutama digunakan untuk mengobati
kanker, sering sebagai bagian dari rezim kemoterapi. Bentuk yang paling umum
dari obat sitotoksik dikenal sebagai antineoplastik. Obat sitotoksik memiliki efek
mencegah pertumbuhan yang cepat dan pembagian (mitosis) sel kanker . Namun,
obat sitotoksik juga mempengaruhi pertumbuhan sel-sel lain membagi cepat
dalam tubuh seperti folikel rambut dan lapisan dari sistem pencernaan. Sebagai
hasil dari pengobatan, banyak sel-sel normal yang rusak bersama dengan sel-sel
kanker.
Pajanan obat sitotoksik dan limbah yang terkait dapat terjadi di mana
kontrol tindakan gagal atau tidak di tempat. Paparan dapat terjadi melalui kontak
kulit, menghirup aerosol dan partikel obat , dan luka benda tajam .
Paparan dapat terjadi ketika :

● mempersiapkan obat

● memberikan obat-obatan
● mengangkut obat

● penanganan limbah pasien

● mengangkut dan membuang limbah

● membersihkan tumpahan .

Mereka yang paling mungkin terlibat dalam kegiatan ini meliputi:

● Perawat dan petugas medis

● Apoteker

● Staf laboratorium

● Pembersihan, pemeliharaan dan limbah staf pembuangan

● Penjaga

● Staf kesehatan hewan

● Petugas ambulans dan driver

Penandaan obat sitotoksik


Semua bahan sitotoksik universal diidentifikasi oleh simbol ungu yang
menggambarkan sel di akhir telofase.

Penyimpanan
● Obat sitotoksik harus dikemas dalam label , disegel , wadah anti bocor

dengan kantong luar panas yang disegel secara tepat.

● Obat sitotoksik harus disimpan dalam ruangan berdinding keras dan

wadah yang kuat , tertutup rapat dan diberi label dengan peringatan
sitotoksik.

● Dinginkan obat seperlunya (jika akan digunakan).

B. Definisi dan Tujuan Handling Cytotoxic

Handling cytotoxic drugs adalah penanganan penggunaan obat sitostatika.


Hal ini perlu dilakukan karena obat ini dikenal sangat beracun untuk sel, terutama
melalui tindakan mereka pada reproduksi sel. Banyak yang terbukti menjadi
karsinogen, mutagen atau teratogen.
Adapun tujuan Handling Cytotoxid yaitu :
1. Mencegah kontak langsung atau keterpaparan petugas kesehatan terhadap
sitostatika pada waktu pencampuran, pengoplosan , dan pemberian kpd
pasien.
2. Menjamin sterilitas produk akhir sitostatika setelah dicampur / dioplos
3. Menjamin keamanan buangan sisa sitostatika dan material yg dipakai yg telah
terkontaminasi dgn sitostatika
C. Penanganan Obat Sitotoksik
Sitostatika tergolong obat beresiko tinggi karena mempunyai efek toksik
yang tinggi terhadap sel, terutama dalam reproduksi sel sehingga dapat
menyebabkan karsinogenik, mutagenik dan tertogenik. Oleh karena itu,
penggunaan obat sitstatika membutuhkan penanganan khusus untuk menjamin
keamanan, keselamatan penderita, perawat, profesional kesehatan, dan orang lain
yang tidak menderita sakit. Tujuan penanganan bahan sitostatika adalah untuk
menjamin penanganannya yang tepat dan aman di rumah sakit
Penanganan sitostatika harus memperhatikan :
1. Tehnik aseptik

2. Pemberian dalam biological safety cabinet

3. Petugas yang bekerja harus terlindungi

4. Jaminan mutu produk

5. Dilaksanakan oleh petugas yang terlatih

6. Adanya Protap

Preparasi sediaan steril


a. Syringe dan infus set harus menggunakan jenis luer lock, untuk
menghindari terjadinya tumpahan jika terbuka. Penutup jarum harus selalu
tertutup untuk menghindari tumpahan dan menjaga sterilitas.

b. Jarum yang digunakan untuk menghisap larutan dari vial melalui tutup
karet dipilih yang mempunyai lubang besar untuk menghindari adanya
tekanan yang terlalu tinggi. Biasanya dipilih needle 18.

c. Tutup karet vial harus diseka alcohol sebelum ditusuk jarum untuk
menghindari adanya kontaminan masuk kedalam vial

d. Dibuat tekanan negatif dalam vial untuk menghindari terjadinya percikan


dari lobang pada karet penutup.

e. Pada saat membuka ampul operator harus memastikan bahwa tidak ada
serbuk atau cairan yang menempel di leher ampul, dengan cara mengetuk
dinding ampul sampai semua materi dalam ampul ada dibagian bawah
leher ampul

f. Pada saat mematahkan ampul gunakan kasa atau kain pelindung dan
arahkan menjauhi operator.

Preparasi sediaan non steril


a. Sediaan steril melliputi capsul, puyer, atau krim yang tidak tersedia di
pasaran. Preparasi harus dilaksanakan didalam Cytotoxic Drug Safety
Cabinet. Operator harus menggunakan pakaian pelindung lengkap.

b. Untuk sediaan serbuk gunakan mortir dalam kantong plastik untuk


menghindari serbuk berterbangan.Laminair Air Flow dalam kondisi off.
c. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya agar tidak memegang
sediaan dengan tangan langsung, gunakan sendok atau sarung tangan
untuk menghindari kontaminasi.

d. Semua alat yang digunakan (mortir,stampler, alat penghitung tablet ) harus


segera dicuci dan dikeringkan dengan kasa disposible.

D. Sarana dan Prasarana Handling Cytotoxic

a) Laminar Air Flow Cabinet (LAFC)


Laminar Air Flow Cabinet adalah alat yang memenuhi kriteria ruangan
bersih kelas 100. LAFC memiliki sistem penyaringan ganda yang memiliki
efisiensi tingkat tinggi, sehingga dapat berfungsi sebagai penyaring bakteri
dan bahan-bahan eksogen dari udara, menjaga aliran udara tetap konstan dan
laminar (teratur), serta mencegah masuknya kontaminan ke dalam LAFC.
Terdapat dua tipe LAFC:

● LAFC Horizontal

LAFC dengan aliran udara horizontal (aliran udara menuju ke arah


depan), sehingga melindungi obat dari kontaminasi tetapi tidak
melindungi petugas dari paparan obat. Alat ini cocok digunakan untuk
pencampuran obat steril non sitostatika.
● LAFC Vertikal

LAFC dengan aliran udara vertikal (aliran udara menuju ke bawah)


sehingga memberikan lingkungan kerja yang lebih aman bagi petugas.
LAFC vertikal disebut juga dengan Biological Safety Cabinet (BSC).
BSC juga memiliki banyak tipe dan yang digunakan untuk pencampuran
sitostatika adalah BSC kelas II yang dirancang untuk memberikan
perlindungan terhadap petugas, produk, dan lingkungan. Pada tipe ini
terjadi resirkulasi udara di mana hanya 30% udara yang dikeluarkan dan
70% udara dimasukkan kembali ke area kerja.

b) Biological Safety cabinet (BSC)


Alat ini digunakan untuk pencampuran sitostatika yang berfungsi untuk
melindungi petugas, materi yang dikerjakan dan lingkungan sekitar. Prinsip
kerja dari alat ini adalah : tekanan udara di dalam lebih negatif dari dari
tekanan udara diluar sehingga aliran udara bergerak dari luar ke dalam BSC.
Didalam BSC udara bergerak vertikal membentuk barier sehingga jika ada
peracikan obat sitostatika tidak terkena petugas. Untuk validasi alat ini harus
dikalibrasi setiap 6 bulan.
c) Ruangan
Persyaratan ruang aseptik

● Ruang tidak ada sudut atau siku

● Dinding terbuat dari epoksi

● Partikel udara sangat dibatasi : kelas 100, 1000, 10.000 partikel/liter

● Aliran udara diketahui dan terkontrol

● Tekanan ruangan diatur

● Suhu dan kelembaban udara terkontrol (suhu : 18-22 derajat celcius dan

kelembaban 35-50%)

Tata letak ruangan


Dalam melakukan pencampuran sedian steril diperlukan ruangan dan
peralatan khusus untuk menjaga sterilitas produk yang dihasilkan dan
menjamin keselamatan petugas dan lingkungannya. Penanganan sitostatika
memerlukan ruangan khusus dan terkontrol. Letak ruangan diusahakan tidak
untuk lalu lintas orang.
Ruangan ini terdiri dari:
o Ruang persiapan
Digunakan untuk kegiatan administrasi (perhitungan dosis dan volume
cairan, pembuatan etiket, pelabelan) dan penyiapan bahan obat serta alat
kesehatan yang dibutuhkan.
o Ruang cuci tangan dan ganti
Sebelum masuk ke ruang antara, petugas harus mencuci tangan dan
mengenakan APD.
o Ruang antara
Petugas masuk ke clean room melalui ruang antara atau ruang penyangga
udara. Ruangan ini diatur dengan tepat sehingga hanya satu pintu pada
satu sisi saja yang dapat dibuka pada saat yang bersamaan.
o Ruang bersih (clean room)
LAFC harus diletakkan di sebuah clean room (ruang bersih). Clean room
merupakan ruangan khusus yang dibuat dengan pengendalian terhadap
ukuran dan jumlah partikel. Ruangan ini dirancang untuk mencegah
partikel masuk dan tertahan dalam ruangan, pengendalian juga dilakukan
terhadap suhu, kelembaban, dan tekanan udara.

● Jumlah partikel terkontrol

Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000


partikel per meter kubik udara, jumlah mikroorganisme tidak lebih
dari 100 per meter kubik udara.

● Konstruksi khusus

Dinding, langit-langit dan lantai tidak bersudut, tidak retak, dan


dilapisi dengan bahan yang mudah dibersihkan dan kedap air untuk
mengurangi penyebaran atau penumpukan partikel. Sebaiknya tidak
ada bagian ruangan yang tersembunyi dan sukar dibersihkan.

● Suhu dan kelembaban terkontrol

Suhu berkisar 18-28ºC dan kelembaban 35-50% untuk menjaga agar


petugas tetap nyaman dalam ruangan dengan pakaian kerjanya dan
tidak berkeringat secara berlebihan. Di dalam ruangan tersedia
termometer serta barometer untuk mengukur suhu dan kelembaban
ruangan dan dicatat setiap hari.

● Barang dalam ruangan diusahakan seminimal mungkin dan mudah


dibersihkan.

● Dilengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) filter untuk


menyaring udara yang keluar dan masuk ruangan. HEPA filter
merupakan penyaring dengan efisiensi yang sangat tinggi (99,97-
99,99%).

● Tekanan udara di dalam ruangan lebih positif daripada tekanan udara


di ruang sekitarnya.

● Terdapat pass box yang menghubungkan ruang


persiapan dengan clean room. Pass box merupakan
tempat untuk keluar masuknya alat dan obat dari
clean room sebelum dan sesudah pencampuran.
Idealnya, pass box dilengkapi dengan vakum dan
lampu UV untuk meminimalisasi kontaminasi.

● Tersedia alat komunikasi (interkom) dan sebaiknya dirancang agar


mudah dibersihkan.
d) Peralatan
Peralatan yang harus dimiliki untuk melakukan pencampuran sediaan steril
meliputi :
1. Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan dalam pencampuran sediaan
steril meliputi :
a. Baju Pelindung

● Pakaian terdiri dari pakaian dalam dan pakaian luar

● Pakaian Pelindung (pakaian luar) harus terbuat dari material yang tidak
melepaskan debu dan serat.

● Bahan yang digunakan tidak tembus oleh cairan

● Pakaian pelindung dibuat lengan panjang dengan manset elastik pada


tangan dan kaki.
b. Sarung tangan
Sarung tangan yang dipilih harus memiliki permeabilitas yang minimal
sehingga dapat memaksimalkan perlindungan bagi petugas dan cukup
panjang untuk menutup pergelangan tangan. Sarung tangan terbuat dari
latex dan tidak berbedak (powder free). Khusus untuk penanganan
sediaan sitostatika harus menggunakan dua lapis.
c. Tutup Kepala
Tutup kepala harus dapat menutupi rambut sekeliling agar tidak ada
partikel kotoran yang dapat mengkontaminasi sediaan.
d. Masker & Kaca mata

● Untuk melindungi mata dan mengurangi inhalasi digunakan kaca mata

dan masker.

● Disamping untuk melindungi petugas penggunaan masker juga untuk

mengurangi kontaminan.

● Kaca mata yang digunakan harus dapat melindungi mata dari

kemungkinan adanya percikan obat kanker.


e. Sepatu

● Terbuat dari bahan yang tidak tembus benda tajam

● Tutup kaki digunakan sampai menutup manset baju dalam

E. Standar Kerja handling Cytotoxic

Standar kerja yang harus dipersiapkan meliputi :


1. Tehnik khusus penanganan sitostatika
2. Perlengkapan pelindung (baju, topi, masker, sarung tangan)
3. Pelatihan petugas
4. Penandaan, pengemasan, transpotasi
5. Penanganan tumpahan obat sitostatika
6. Penanganan limbah
a) Fasilitas Fisik
Australian standard mensyaratkan menggunakan Cytotoxic Drugs Safety
Cabinet (CDSC) yang diletakkan dalam Clean Room. CDSC dan Clean
Room dilengkapi dengan HEPA Filter. Cytotoxic Drugs Safety Cabinet yang
digunakan bisa Type ISOLATOR atau Biological Safety Cabinet dengan
aliran Vertikal. Tekanan Udara di dalam CDSC lebih negatif dibanding
didalam Clean Room dan tekanan udara didalam Clean lebih positif
dibandingkan diluar. Transportasi keluar masuknya obat-obatan dan alat-alat
pendukung preparasi obat dilakukan melalui Pass Box, untuk meminimalkan
kontaminasi udara kedalam clean room. Komunikasi petugas didalam clean
room dengan petugas diluar dilakukan dengan intercom.
Perawatan Cytotoxic Drugs Safety Cabinet & Clean Room :

● Cytogard dibersihkan setiap hari dengan desinfectant atau detergent .

● Desinfeksi clean room dilakukan 1 kali seminggu.

● Uji mikrobiologi dilakukan secara periodik untuk memeriksa apakah

HEPA Filter bekerja dengan baik sehingga dapat menjaga sterilitas


sediaan

● Pengukuran jumlah partikel didalam Cytogard maupun dalam clean room

dilakukan secara periodic.


b) Personal

● Personal yang akan terlibat dalam preparasi obat sitostatika harus

mendapatkan pelatihan yang memadai tentang teknik aseptic dan


penanganan obat sitostatika.

● Petugas wanita yang sedang hamil atau merencanakan untuk hamil tidak

dianjurkan untuk terlibat dalam rekonstitusi obat sitostatika.

● Petugas wanita yang sedang menyusui tidak dianjurkan terlibat dalam

rekonstitusi obat sitostatika

● Petugas yang sedang sakit atau mengalami infeksi pada kulit harus

diistirahatkan dari tugas ini.


Setiap petugas yang akan terlibat dalam rekonstitusi obat sitostatika
seminggu sebelumnya harus mendapat pemeriksaan laboratorium, yang terdiri
dari :

● Complete blood count

● Liver Function Test


● Renal Function Test

Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan secara periodik setiap 6 bulan, jika


terdapat kelainan hasil pemeriksaan harus diteliti lebih dalam. Semua hasil
harus didokumentasikan.
c) Penyiapan
Proses penyiapan sediaan sitostatika sama dengan proses penyiapan
pencampuran obat suntik, yaitu :
1. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip 5
BENAR (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian).
2. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah, nomer
batch, tannggal kadaluarsa), serta melengkapi form permintaan.
3. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak
jelas/tidak lengkap.
4. Menghitung kesesuaian dosis.
5. Memilih jenis pelarut yang sesuai.
6. Menghitung volume pelarut yang digunakan.
7. Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam medis, ruang
perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal
pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran. (contoh label obat, lampiran
1)

8. Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomer rekam medis,
ruang perawatan, jumlah paket. (contoh label pengiriman, lampiran 2)
9. Melengkapi dokumen pencampuran (contoh form pencampuran dibuku
1: Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril)
10. Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan dilakukan
pencampuran kedalam ruang steril melalui pass box.
d) Pencampuran
Proses pencampuran sediaan sitotoksik sebagai berikut :
1. Memakai APD sesuai PROSEDUR TETAP
2. Mencuci tangan sesuai PROSEDUR TETAP
3. Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum
digunakan.
4. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai PROSEDUR
TETAP
Protap Desinfeksi Dan Dekontaminasi
Persiapan Bahan Dan Alat
a) Mempersiapkan bahan yang terdiri dari

● Alkohol swab

● Alkohol 70 % dalam botol spray

● Mendesinfeksi bagian luar kemasan bahan obat sitostatika dan

pelarut dengan menyemprotkan alcohol 70 %


b) Mempersiapkan alat yang terdiri dari

● Mensterilkan alas untuk sitostatika

● Mensterilkan bahan untuk sealing (parafin)


● Mensterilkan sarung tangan , masker, baju, topi, sarung kaki

● Spoit inj. Ukuran 2 X vol yang dibutuhkan.

● Jarum

▪ Mendesinfektan etiket, label, klip plastik, kantong plastik untuk

disposal dengan menyemprotkan alkohol 70 %.


5. Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika.
6. Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika.
7. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%.
8. Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari passbox.
9. Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas
meja BSC.
10. Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptis.
11. Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi
sediaan sitostatika
12. Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-obat
yang harus terlindung cahaya.
13. Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah pembuangan
khusus.
14. Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke
dalam wadah untuk pengiriman.
15. Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi
melalui pass box.
16. Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap.

F. Penanganan Kecelakaan Kerja

Adapun mekanisme cara terpaparnya obat kanker ke dalam tubuh adalah :

● Inhalasi Terhirup pada saat rekostitusi


● Absorpsi Masuk dalam kulit jika tertumpah

● Ingesti Kemungkinan masuk jika tertelan

a) Penanganan kecelakaan kerja

Dekontaminasi akibat kontak dengan bagian tubuh:


1. Kontak dengan kulit:

● Tanggalkan sarung tangan

● Bilas kulit dengan air hangat

● Cuci dengan sabun, bilas dengan air hanga

● Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi dengan

larutan Chlorin 5% dan bilas dengan air hangat

● Jika kulit sobek pakai H2O2 3 %

● Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus

● Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD)

● Laporkan ke supervisor

● Lengkapi format kecelakaan.

2. Kontak dengan mata

● Minta pertolongan
● Tanggalkan sarung tangan

● Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat selama 5

menit

● Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan larutan

NaCl 0,9%

● Aliri mata dengan larutan pencuci mata

● Tanggalkan seluruh pakaian pelindung

● Catat jenis obat yang tumpah

● Laporkan ke supervisor

● Lengkapi format kecelakaan kerja.

3. Tertusuk jarum

● Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger untuk

menghisap obat yang mungnnkin terinjeksi

● Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang

● Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk mengambil obat

dalam jaringan yang tertusuk

● Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk dengan air hangat

● Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat

● Tanggalkan semua APD

● Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi


● Laporkan ke supervisor

● Lengkapi format kecelakaan kerja

● Segera konsultasikan ke dokter.

G. Prosedur Penanganan Sitotoksik

a) Prosedur Tetap Mencuci Tangan yaitu :


1. Basahi tangan dengan air bersih
2. Ambil sabun antiseptik
3. Gosok kedua telapak tangan bagian atas dan bawah serta diantara jari-jari
dan kuku selama 20 detik
4. Bilas tangan dengan air mengalir dan bersih selama 10 detik
5. Tutup kran dengan beralaskan lap bersih atau bila memungkinkan dengan
siku
6. Keringkan tangan dengan lap bersih atau pengering listrik.
b) Prosedur Tetap Berganti Pakaian
1. Memasuki ruangan steril harus melalui ruangan-ruangan ganti pakaian
dimana pakaian biasa diganti dengan pakaian pelindung khusus untuk
mengurangi pencemaran jasad renik dan partikel.
2. Pakaian steril hendaklah disimpan dan ditangani sedemikian rupa setelah
dicuci dan disterilkan untuk mengurangi rekontaminasi jasad renik dan
debu.
3. Ruangan Ganti Pakaian Pertama

▪ Mula-mula pakain biasa dilepaskan diruang ganti pakaian pertama.

Arloji dan perhiasan dilepaskan dan disimpan atau diserahkan


kepada petugas yang ditunjuk.

▪ Pakaian dan sepatu hendaklah dilepas dan disimpan pada tempat

yang telah disediakan.


4. Ruangan Ganti Pakaian Kedua
a. Petugas hendaklah mencuci tangan dan lengan hingga siku tangan
dengan larutan desinfektan (yang setiap minggu diganti). Kaki
hendaklah dicuci dengan sabun dan air dan kemudian dibasuh dengan
larutan desinfektan.
b. Tangan dan lengan dikeringkan dengan pengering tangan listrik
otomatis. Sepasang pakaian steril diambil dari bungkusan dan dipakai
dengan cara berikut.
c. Penutup kepala hendaklah menutupiseluruh rambut dan diselipkan ke
dalam leher baju terusan. Penutup mulut hendaklah juga menutupi
janggut. Penutup kaki hendaklah menyelubungi seluruh kaki dan
ujung kaki.
d. Celana atau baju terusan (overall) diselipkan ke dalam penutup kaki.
Penutup kaki diikat sehingga tidak turun waktu bekerja. Ujung lengan
baju hendaklah diselipkan ke dalamsarung tangan. Kaca mata
pelindung dipakai pada tahap akhir ganti pakaian.
e. Sarung tangan dibasahi dengan alkohol 70 % atau larutan desinfektan.
f. Membuka pintu untuk memasukiruang penyangga udara dan ruang
steril hendaklah dengan menggunakan siku tangan dan
mendorongnya.
g. Setiap selesai bekerja dan meninggalkan ruangan steril petugas
melepaskan sarung tangan dan meletakkannya pada wadah yang
ditentukan untuk itu dan mengganti pakaian sebelum keluar dengan
urutan yang berlawanan ketika memasuki ruangan steril.
c) Prosedur Tetap Melepaskan alat Pelindung Diri
Melepaskan pakaian pelindung:
1. Melepaskan sarung tangan luar

● Tempatkan jari-jari sarung tangan pada bagian luar manset.


● Angkat bagian sarung tangan luar dengan menariknya ke arah

telapak tangan. Jari-jari sarung tangan luar tidak boleh menyentuh


sarung tangan dalam ataupun kulit.

● Ulangi prosedur dengan tangan lainnya.

● Angkat sarung tangan luar sehingga ujung-ujung jari berada di

bagian dalam sarung tangan.

● Pegang sarung tangan yang diangkatdari dalam sampai seluruhnya

terangkat.

● Buang sarung tangan tersebut kedalam kantong tertutup.

2. Melepaskan baju pelindung

● Buka ikatan baju pelindung.

● Tarik keluar dari bahu dan lipat sehingga bagian luar terletak di

dalam.

● Tempatkan dalam kantong tertutup.

2. Melepaskan tutup kepala dan buang dalam kantong tertutup.


3. Melepaskan sarung tangan dalam, bagian luar sarung tangan tidak boleh
menyentuh kulit. Buang dalam kantong tertutup.
4. Tempatkan kantong tersebut dalam kointainer buangan sisa.
5. Cuci tangan.
d) Prosedur Tetap Distribusi
1. Ambil wadah yang telah berisi obat hasil rekonstitusi dari pass box.
2. Periksa kembali isi dan mencocokan formulir permintaan yang telah
dibuat dengan prinsip 5 BENAR dan kondisi obat-obatan yang diterima
(nama obat, jumlah, nomer batch, tgl kadaluarsa setelah obat
direkonstitusi).
3. Beri label luar pada wadah.
4. Kirim obat-obat tersebut ke ruang perawatan dengan menggunakan troli
tertutup dan tidak boleh melewati jalur yang banyak kontaminan (seperti:
lift barang, dll) untuk mengurangi kontaminasi.
5. Lakukan serah terima dengan pasien atau petugas perawat
e) Prosedur Tetap Penanganan Limbah Sitostatika
1. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD).
2. Tempatkan limbah pada kontainer buangan tertutup. Untuk benda-benda
tajam seperti syringe, vial, ampul, tempatkan di dalam kontainer yang
tidak tembus benda tajam, untuk limbah lain tempatkan dalam kantong
berwarna dan berlogo cytotoxic.
3. Beri label peringatan pada bagian luar kantong.
4. Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup.
5. Musnahkan limbah dengan incenerator 1000ºC.
6. Cuci tangan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

● Obat sitotoksik adalah agen yang ditujukan untuk terapi, khususnya pada

pengobatan kanker. Obat ini diketahui sangat beracun bagi sel-sel,


terutama melalui tindakannya pada reproduksi sel.

● Handling cytotoxic drugs adalah penanganan penggunaan obat sitostatika.

Hal ini perlu dilakukan karena obat ini dikenal sangat beracun untuk sel,
terutama melalui tindakan mereka pada reproduksi sel. Banyak yang
terbukti menjadi karsinogen, mutagen atau teratogen.

● Tujuan handling cytotoxic adalah :

o Mencegah kontak langsung atau keterpaparan petugas kesehatan


terhadap sitostatika pada waktu pencampuran, pengoplosan , dan
pemberian kpd pasien.
o Menjamin sterilitas produk akhir sitostatika setelah dicampur /
dioplos
o Menjamin keamanan buangan sisa sitostatika dan material yg
dipakai yg telah terkontaminasi dgn sitostatika
DAFTAR PUSTAKA

Bakti Husada, 2009, Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sediaan
Sitostatika, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Sarce, 2009, Proteksi Diri Perawat dalam Pemberian Sitostatika di Rumah Sakit Umum
DaerahPropinsi Sulawesi Tenggara, Artikel Riset Keperawatan, Universitas Diponegoro,
Semarang.

Widhiatmoko, A., Yulinah Trihadiningrum, 2010, Kajian Pengelolaan Limbah Padat B3 di


Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Ramelan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai