BAB I
PENANGANAN OBAT SITOSTATIKA
A. Latar Belakang
Sejak jaman dahulu dikenal beberapa cara pengobatan untuk
menyembuhkan penyakit kanker. Cara paling tua adalah pembedahan, kemudian menyusul
penyinaran terhadap sel-sel tumor ganas yang peka sinar gamma dan dengan
perkembangan pengetahuan mengenai struktur, fungsi, proliferasi sel dan mekanisme
regulasi didalamnya, pengobatan kimiawi pada tahun-tahun terakhir maju dengan pesat.
Sitostatika merupakan salah satu pengobatan kanker yang paling banyak
menunjukkan kemajuan dalam pengobatan penderita kanker. Karena itu pula harapan dan
tumpuan dunia medis terhadap efek pengobatan dengan sitostatika terus meningkat. Sejalan
dengan harapan tersebut upaya menyembuhkan atau sekurangnya mengecilkan ukuran
kanker dengan sitostatika terus meluas.Prosedur penanganan obat sitostatika yang aman
perlu dilaksanakan untuk mencegah risiko kontaminasi pada personel yang terlibat dalam
preparasi, transportasi, penyimpanan dan pemberian obat sitostatika. Potensial paparan
pada petugas pemberian sitostatika telah banyak diteliti. Falck dkk, th.1979 melaporkan
bahwa perawat yang bekerja pada ward kemoterapi tanpa perlindungan yang memadai
menunjukkan aktivitas mutagenik yang signifikan lebih besar dari pada control subject.
Toksisitas yang sering dilaporkan berkenaan dengan preparasi dan handling sitostatika
berupa toksisitas pada liver, neutropenia ringan, fetal malformation, fetal loss, atau kasus
timbulnya kanker. Tahun 1983 Sotaniemi, dkk. Melaporkan adanya kerusakan liver pada 3
orang perawat yang bekerja pada ward oncology. Di dua rumah sakit di Italy telah dilakukan
penelitian ditemukan cyclophosphamide dan ifosfamide dalam urine perawat dan staf
farmasi yang tidak mengikuti peraturan khusus dalam menangani obat-obat kanker.
Selain untuk melindungi petugas dan lingkungan dari keterpaparan obat kanker,
preparasi obat sitostatika secara aseptis diperlukan untuk 3 tujuan :
BAB II
ISI
A. Pengertian Sitostatika
Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel – sel secara fraksional
( fraksi tertentu mati), sehingga 90 % berhasil daan 10 % tidak berhasil. (Hanifa
Wignjosastro, 1997)
Bahan Sitostatika adalah zat/obat yang merusak dan membunuh sel normal dan
sel kanker, serta digunakan untuk menghambat pertumbuhan tumor malignan. Istilah
sitostatika biasa digunakan untuk setiap zat yang mungkin genotoksik, mutagenik,
onkogenik, teratogenik, dan sifat berbahaya lainnya. Sitostatika tergolong obat beresiko
tinggi karena mempunyai efek toksik yang tinggi terhadap sel, terutama dalam reproduksi sel
sehingga dapat menyebabkan karsinogenik, mutagenik dan tertogenik. Oleh karena itu,
penggunaan obat sitstatika membutuhkan penanganan khusus untuk menjamin keamanan,
keselamatan penderita, perawat, profesional kesehatan, dan orang lain yang tidak menderita
sakit. Tujuan penanganan bahan sitostatika adalah untuk menjamin penanganannya yang
tepat dan aman di rumah sakit
Penanganan sitostatika harus memperhatikan :
1. Tehnik aseptik
2. Pemberian dalam biological safety cabinet
3. Petugas yang bekerja harus terlindungi
4. Jaminan mutu produk
5. Dilaksanakan oleh petugas yang terlatih
6. Adanya Protap
Standar kerja yang harus dipersiapkan meliputi :
1. Tehnik khusus penanganan sitostatika
2. Perlengkapan pelindung (baju, topi, masker, sarung tangan)
3. Pelatihan petugas
4. Penandaan, pengemasan, transpotasi
5. Penanganan tumpahan obat sitostatika
6. Penanganan limbah
Contoh Prosedur tetap penanganan sitostatika yang aman terdiri dari :
1. Persiapan
² Bahan : obat sitostatika, pelarut
² Alat : spuit, jarum, baju, sarung tangan, masker, topi, sarung kaki
2. Protap ruang aseptik
3. Protap pengerjaan dalam ampul
4. Protap pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan saat penyiapan
sitostatika
5. Protap penanganan jika obat jatuh dan pecah
6. Protap penanganan limbah sitostatika
Sarana dan Prasarana yang diperlukan untuk penanganan sitostatika
a. Ruang
1. Persyaratan Ruang Aseptik
² Ruang tidak ada sudut atau siku
² Dinding terbuat dari epoksi
² Partikel udara sangat dibatasi : kelas 100, 1000, 10.000 partikel/liter
² Aliran udara diketahui dan terkontrol
² Tekanan ruangan diatur
² Suhu dan kelembaban udara terkontrol (suhu : 18-22 derajat celcius dan
kelembaban 35-50%)
² Ada Hepa filter
2. Ruang Transisi
Ruangan ini terletak antara ruang cuci tangan dan ruang aseptik, di
ruanngan ini petugas menggunakan perlengkapan steril
3. Ruang Cuci Tangan
Ruangan ini digunakan untuk membersihkan tangan sebelum dan sesudah
melakukan penanganan obat sitostatatika
b. Alat
1. Pass Box
Jendela antara ruang administrasi dan ruang aseptik berfunsi untuk keluar
masuknya obat kedalam ruang aseptik
1. Fasilitas Fisik
Australian standard 2639 mensyaratkan menggunakan Cytotoxic Drugs Safety
Cabinet (CDSC) yang diletakkan dalam Clean Room. CDSC dan Clean Room dilengkapi
dengan HEPA Filter. Cytotoxic Drugs Safety Cabinet yang digunakan bisa Type ISOLATOR
atau Biological Safety Cabinet dengan aliran Vertikal. Tekanan Udara di dalam CDSC lebih
negatif dibanding didalam Clean Room dan tekanan udara didalam Clean lebih positif
dibandingkan diluar. Transportasi keluar masuknya obat-obatan dan alat-alat pendukung
preparasi obat dilakukan melalui Pass Box, untuk meminimalkan kontaminasi udara kedalam
clean room. Komunikasi petugas didalam clean room dengan petugas diluar dilakukan dengan
intercom.
Perawatan Cytotoxic Drugs Safety Cabinet & Clean Room :
· Cytogard dibersihkan setiap hari dengan desinfectant atau detergent .
· Desinfeksi clean room dilakukan 1 kali seminggu.
· Uji mikrobiologi dilakukan secara periodik untuk memeriksa apakah HEPA Filter bekerja
dengan baik sehingga dapat menjaga sterilitas sediaan
· Pengukuran jumlah partikel didalam Cytogard maupun dalam clean room dilakukan
secara periodic.
2. Pakaian Pelindung
Pakaian ( Gown )
· Pakaian terdiri dari pakaian dalam dan pakaian luar
· Pakaian Pelindung (pakaian luar) harus terbuat dari material yang tidak
melepaskan debu dan serat.
· Bahan yang digunakan tidak tembus oleh cairan
· Pakaian pelindung dibuat lengan panjang dengan manset elastik pada
tangan dan kaki
Sarung tangan
Tutup Kepala
Tutup kepala harus dapat menutupi rambut sekeliling agar tidak ada partikel
kotoran yang dapat mengkontaminasi sediaan.
Tutup Kaki
· Untuk melindungi mata dan mengurangi inhalasi digunakan kaca mata dan
masker.
· Disamping untuk melindungi petugas penggunaan masker juga untuk
mengurangi kontaminan.
· Kaca mata yang digunakan harus dapat melindungi mata dari
kemungkinan adanya percikan obat kanker.
3. Personal
· Personal yang akan terlibat dalam preparasi obat sitostatika harus mendapatkan pelatihan
yang memadai tentang teknik aseptic dan penanganan obat sitostatika.
· Petugas wanita yang sedang hamil atau merencanakan untuk hamil tidak dianjurkan untuk
terlibat dalam rekonstitusi obat sitistatika
· Petugas wanita yang sedang menyusui tidak dianjurkan terlibat dalam rekonstitusi obat
sitostatika
· Petugas yang sedang sakit atau mengalami infeksi pada kulit harus diistirahatkan dari
tugas ini.
· Setiap petugas yang akan terlibat dalam rekonstitusi obat sitostatika seminggu
sebelumnya harus mendapat pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
1. Complete blood count
2. Liver Function Test
3. Renal Function Test
· Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan secara periodic setiap 6 bulan, jika terdapat
kelainan hasil pemeriksaan harus diteliti lebih dalam
· Semua hasil harus didokumentasikan
4. Tehnik Penanganan sediaan Sitostatika
1. Penyiapan
Proses penyiapan sediaan sitostatika sama dengan proses penyiapan
pencampuran obat suntik. Penyiapan sediaan sitostatika sama dengan proses penyiapan
jarum suntik.
1. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip 5 BENAR (benar
pasien, obat dosis, rute dan waktu pemberian)
2. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima ( nama obat, jumlah, nomor batch, tanggal
kadaluarsa), serta melengkapi formulir permintaan.
3. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas atau tidak
lengkap.
4. Menghitung kesesuaian dosis.
5. Memilih jenis pelarut yang sesuai.
6. Menghitung volume pelarut yang digunakan.
7. Membuat label obat berdasarkan nama pasien, nomor rekam medis, ruang perawatan
dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan, dan tanggal
kadaluarsa campuran (contoh label obat, lampiran 1).
8. Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medis, ruang
perawatan, jumlah paket (contoh label pengiriman, lampiran 2).
9. Melengkapi dokomen pencampuran.
2. Pencampuran
a. Proses pencampuran sediaan sitostatika
1. Memakai APD sesuai PROSEDUR TETAP
2. Mencuci tangan sesuai PROSEDUR TETAP
3. Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum digunakan.
4. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai PROSEDUR TETAP
5. Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika.
6. Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika.
7. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%.
8. Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari pass box.
9. Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas meja BSC.
10. Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptis.
11. Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi sediaan
sitostatika
12. Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-obat yang harus
terlindung cahaya.
13. Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah pembuangan khusus.
14. Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke dalam wadah
untuk pengiriman.
15. Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi melalui pass
box.
16. Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap (lampiran 4):
3. Cara Pemberian
Cara pemberiaan sediaan sitostatika sama dengan cara pemberiaan obat suntik
kecuali intramuskular
4. Penanganan tumpahan dan kecelakan kerja
1. Penanganan tumpahan
Membersihkan tumpahan dalam ruangan steril dapat dilakukan petugas
tersebut atau meminta pertolongan orang lain dengan menggunakan chemotherapy
spill kit yang terdiri dari:
1) Membersihkan tumpahan di luar BSC dalam ruang steril
a Meminta pertolongan, jangan tinggalkan area sebelum diizinkan.
b Beri tanda peringatan di sekitar area.
c Petugas penolong menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
d Angkat partikel kaca dan pecahan-pecahan dengan menggunakan alat
seperti sendok dan tempatkan dalam kantong buangan.
e Serap tumpahan cair dengan kassa penyerap dan buang dalam kantong
tersebut.
f Serap tumpahan serbuk dengan handuk basah dan buang dalam kantong
tersebut.
g Cuci seluruh area dengan larutan detergent.
h Bilas dengan aquadest.
i Ulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh obat terangkat.
j Tanggalkan glove luar dan tutup kaki, tempatkan dalam kantong pertama.
k Tutup kantong dan tempatkan pada kantong kedua.
l Tanggalkan pakaian pelindung lainnya dan sarung tangan dalam,
tempatkan dalam kantong kedua.
m Ikat kantong secara aman dan masukan dalam tempat penampung khusus
untuk dimusnahkan dengan incenerator.
n Cuci tangan.
2) Membersihkan tumpahan di dalam BSC
a Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk basah
untuk tumpahan serbuk.
b Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarung tangan
baru.
c Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan alas
kerja/meja/penyerap dan tempatkan dalam wadah buangan.
d Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergent, bilas
dengan aquadestilata menggunakan kassa. Buang kassa dalam wadah
pada buangan.
e Ulangi pencucian 3 x.
f Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan.
g Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir.
h Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker, dalam wadah
buangan akhir untuk dimusnahkan dengan inscenerator.
i Cuci tangan.
2. Penanganan kecelakaan kerja
a. Dekontaminasi akibat kontak dengan bagian tubuh:
1) Kontak dengan kulit:
a) Tanggalkan sarung tangan.
b) Bilas kulit dengan air hangat.
c) Cuci dengan sabun, bilas dengan air hangat.
d) Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi dengan
larutan Chlorin 5% dan bilas dengan air hangat.
e) Jika kulit sobek pakai H2O2 3 %.
f) Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus.
g) Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD)
h) Laporkan ke supervisor.
i) Lengkapi format kecelakaan.
2) Kontak dengan mata
a) Minta pertolongan.
b) Tanggalkan sarung tangan.
c) Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat selama5
menit.
d) Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan larutan
NaCl 0,9%.
e) Aliri mata dengan larutan pencuci mata.
f) Tanggalkan seluruh pakaian pelindung.
g) Catat jenis obat yang tumpah.
h) Laporkan ke supervisor.
i) Lengkapi format kecelakaan kerja.
3) Tertusuk jarum
a) Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger untuk
menghisap obat yang mungkin terinjeksi.
b) Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang.
c) Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk mengambil obat
dalam jaringan yang tertusuk.
d) Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk dengan air hangat.
e) Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat.
f) Tanggalkan semua APD.
g) Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi.
h) Laporkan ke supervisor.
i) Lengkapi format kecelakaan kerja.
j) Segera konsultasikan ke dokter.
BAB III
PENUTUP
Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel – sel secara fraksional
( fraksi tertentu mati), sehingga 90 % berhasil dan 10 % tidak berhasil. Tujuan Pemberian
Kemoterapi : Meringankan gejala, Mengontrol pertumbuhan sel- sel kanker. Cara pemberian obat
sitostatika dapat dilakukan secara PO : Per Oral, SC : Sub Cutan, IM : Intra Muscular, IV : Intra
Vena, IT : Intra Thecal, IP : Intra Peritoneal / Pleural
Prinsip kerja Kemoterapi adalah membunuh sel-sel yang cepat berkembang biak
(terutama sel-sel kanker) dengan merusak atau mengganggu proses pembelahan sel. Persiapan
pencampuran obat memakai alat “biosafety laminary airflow” untuk menghindari adanya efek
terhadap petugas yang mempersiapkan obat kemotherapi. Efek samping kemoterapi yang sering
terjadi adalah:
Rambut rontok / menipis, Mual / muntah, Sembelit, Diare, Stomatitis / sariawan /
gomen, Penurunan daya tahan tubuh, Perubahan kulit : kering, gatal.
DAFTAR PUSTAKA
Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001
R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta :
EGC ; 1997