Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENERAPAN CSSD DI RUMAH SAKIT

DISUSUN OLEH :

Nama : M RIZKY RAMADHAN

NIM : 482011805067 (6B)

Dosen Pembimbing : Farizah S.Si., M.Si., Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN SITI KHADIJAH
PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,Sholawat serta salam kami
kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini tanpa halangan sedikit pun.

Demi memenuhi mata kuliah farmasi komunitas maka disusunlah makalah ini,yang berjudul
Interaksi obat tentang terapi antihipertensi

Besar harapan kami agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang
membacanya. Aamiin.

Palembang, 27 Agustus 2021

Penyusun
2
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR........................................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang.......................................................................................................................4

Rumusan Masalah..................................................................................................................4

Tujuan....................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi CSSD...................................................................................................................6

B. Peran Pusat Sterilisasi CSSD............................................................................................6

C. Tugas Pusat Sterilisasi CSSD............................................................................................7

D. Alur Fungsional Pusat Sterilisasi CSSD...........................................................................8

E. Ruang Pusat Sterilisasi CSSD...........................................................................................9

F. Penerapan CSSD di Rumah Sakit......................................................................................10

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ...........................................................................................................................12

Saran......................................................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sterilisasi merupakan suatu kegiatan yang menangani pengolahan alat atau bahan yang
mempunyai tujuan untuk menghambat atau membunuh semua bentuk kehidupan mikroba
termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika. Sterilisasi ini bertujuan
untuk menjamin sterilitas produk maupun karakteristik kualitas sediaannya, termasuk kestabilan
yang dimiliki oleh produk yang dihasilkan. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant. Proses
sterilisasi merupakan hal yang paling utama dalam menentukan kesterilan dari sediaan akhir, alat
kesehatan maupun bahan yang nantinya akan dibuat atau digunakan. Sehingga, perlu dilakukan
metode sterilisasi yang tepat dan sesuai dengan sifat masing-masing bahan, alat serta wadah yang
akan digunakan.

Sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk pengendalian infeksi dan
berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi
sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada unit penunjang lain seperti unsur pelayanan
medik, unsur penunjang medik maupun instalasi antara lain perlengkapan, rumah tangga,
pemeliharaan sarana rumah sakit, sanitasi dan lain-lain. Jika terjadi hambatan pada salah satu sub
unit di atas maka pada akhirnya akan mengganggu proses dan hasil sterilisasi. Jika dilihat
berdasarkan volume alat dan bahan yang harus disterilisasikan di rumah sakit demikian besar,
maka rumah sakit dianjurkan untuk memiliki suatu instalasi pusat sterilisasi tersendiri dan
mandiri, yang merupakan salah satu instalasi yang berada dibawah dan tanggung jawab langsung
kepada direktur atau wakil direktur rumah sakit. Instalasi pusat sterilisasi ini bertugas untuk
memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari semua
mikroorganisme (termasuk endospora) secara tepat dan cepat, untuk melaksanakan tugas
sterilisasi alat atau bahan secara profesional, diperlukan pengetahuan atau keterampilan tertentu
oleh perawat, apoteker ataupun tenaga non medik yang berpengalaman di bidang sterilisasi.

Rumusan Masalah

Apa itu CSSD ?

Apa peran dari CSSD ?

Apa tugas dari CSSD ?

Bagaimana penerapan CSSD pada rumah sakit ?

4
Tujuan

Untuk memenuhi tugas mata kuliah dari dosen

Untuk menambah pengetahuan tentang CSSD

Untuk memahami peranan dan tugas dari CSSD

Untuk mengetahui penerapan CSSD di rumah sakit

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI CSSD

Pusat sterlisasi (CSSD) merupakan instalasi yang sangat berperan untuk mencegah
terjadinya infeksi dan infeksi nosokomial di rumah sakit, sehingga patient safety (keamanan dan
keselamatan pasien) dapat diwujudkan.

Sterilisasi merupakan suatu kegiatan yang menangani pengolahan alat atau bahan yang
mempunyai tujuan untuk menghambat atau membunuh semua bentuk kehidupan mikroba
termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika. Sterilisasi ini bertujuan
untuk menjamin sterilitas produk maupun karakteristik kualitas sediaannya, termasuk kestabilan
yang dimiliki oleh produk yang dihasilkan. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant. Proses
sterilisasi merupakan hal yang paling utama dalam menentukan kesterilan dari sediaan akhir, alat
kesehatan maupun bahan yang nantinya akan dibuat atau digunakan. Sehingga, perlu dilakukan
metode sterilisasi yang tepat dan sesuai dengan sifat masing-masing bahan, alat serta wadah yang
akan digunakan.

B. PERAN PUSAT STERILISASI (CSSD)

Secara umum fungsi utama pusat sterilisasi yaitu menyiapkan alat-alat bersih dan steril
untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit. Secara lebih rinci fungsi dari pusat sterilisasi
adalah menerima, memproses, meproduksi, mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan
peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan medis.

1. Tujuan Pusat Sterilisasi (CSSD)

a. Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril, untuk mencegah
terjadinya infeksi.
b. Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta menanggulangi
infeksi nosokomial.
c. Efisiensi tenaga medis atau paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada pelayanan
terhadap pasien.
d. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan.

2. Fungsi Pusat Sterilisasi (CSSD)

Beberapa fungsi pusat sterilisasi antara lain:

6
a. Memberikan suplai barang dan instrumen ke area yang membutuhkan.
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan servis yang akurat.
c. Memberikan suplai barang steril meliputi linen, instrumen dan barang-barang steril
lainnya.
d. Melakukan pencatatan yang akurat terhadap kegiatan dekontaminasi, pencucian,
sterilisasi dan pengiriman barang steril.
e. Melakukan pengetatan keseragaman dan kemudahan dalam rak instrumen dan set operasi
di seluruh lingkungan rumah sakit.
f. Mempertahankan jumlah inventaris barang dan instrumen.
g. Melakukan monitoring dan kontrol terhadap tindakan pengendalian infeksi sesuai dengan
arahan komite pengendalian infeksi.
h. Membuat dan mempertahankan standart sterilisasi dan distribusinya.
i. Beroperasi secara efisien dalam rangka pengurangan biaya operasional.
j. Melakukan pengembangan sesuai dengan metode yang terbaru dan peraturan yang
berlaku.
k. Melakukan evaluasi berkala untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
l. Memberikan pelayanan konsultasi kepada bagian lain yang membutuhkan pemrosesan
dan sterilisasi instrumen. Meliputi penjelasan peraturan dan prosedur yang digunakan dan
implementasi metode baru.

C. TUGAS PUSAT STERILISASI (CSSD)

Pusat sterilisasi adalah menjamin sterilitas alat perlengkapan medik sebelum dipakai
dalam melakukan tindakan medik. Tugas utama pusat sterilisasi di rumah sakit adalah:

a. Menyediakan peralatan medis untuk perawatan pasien


b. Melakukan proses sterilisasi alat/bahan
c. Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruang perawatan, kamar operasi, dan
ruang lain yang membutuhkan
d. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman, efektif dan bermutu
e. Mempertahankan stok inventory yang memadai untuk keperluan perawatan
f. Mempertahankan standar yang ditetapkan
g. Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi, maupun
h. Sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu
i. Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan
pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi nasokomial
j. Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah sterilisasi
k. Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf instalasi CSSD baik yang bersifat
intern dan ekstern

7
l. Mengevaluasi hasil sterilisasi.

D. ALUR FUNGSIONAL PUSAT STERILISASI (CSSD)

Perlu diketahui bahwa alur aktivitas fungsional dari pusat sterilisasi secara umum dapat
digambarkan sebagai berikut :

1. Pengguna alat dan bahan steril (user)


2. Penerimaan alat
3. Seleksi/Pencatatan
4. Perendaman
5. Pencucian
6. Pengeringan
7. Pengemasan
8. Labeling
9. Sterilisasi
10. Kontrol indikator
11. Gudang alat
12. Distribusi

Alur CSSD Di Rumah Sakit

8
Gambar. Alur Proses Sterilisasi di Pusat Sterilisasi (CSSD) di rumah sakit

E. RUANG PUSAT STERILISASI (CSSD)

Saudara mahasiswa pusat sterilisasi merupakan jantung rumah sakit dimana tugas pokok
pusat sterilisasi adalah menerima bahan dan alat medik dari semua unit-unit di rumah sakit untuk
kemudian diproses menjadi alat/bahan medik dalam kondisi steril dan selanjutnya
mendistribusikan kepada unit lain yang membutuhkan kondisi steril, maka dalam menentukan
lokasi pusat sterilisasi perlu diperhatikan :

1. Ruang Dekontaminasi

Pada ruang ini, terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan pembersihan.
Ruang dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara dan dikontrol untuk mendukung efisiensi
proses dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja dari benda-benda yang dapat menyebabkan
infeksi, racun dan hal-hal berbahaya lainnya. Syarat-syarat ruang dekontaminasi antara lain :

a. Ventilasi

1) Sirkulasi udara yang dilengkapi dengan filter


2) Pergantian udara 10 kali/jam
3) Tekanan udara negatif
4) Tidak dianjurkan menggunakan kipas angin

b. Suhu dan kelembaban

1) Suhu 18-22°C
2) Kelembaban antara 35-75%

2. Ruang Pengemasan Alat

Ruang pengemasan alat merupakan tempat pengemasan alat, bongkar pasang alat, dan
penyimpanan barang bersih.

3. Ruang Prosesing Linen

Di ruang ini dilakukan pemeriksaan, pelipatan dan pengemasan linen yang akan
disterilisasi. Di ruang ini juga terdapat tempat tertutup untuk menyimpan barang. Selain itu di
ruangan ini juga dilakukan persiapan untuk bahan seperti kasa, kapas, dan cotton swab.

4. Ruang Sterilisasi

Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan. Untuk sterilisasi etilen oksida,
sebaiknya dibuatkan ruang tersendiri dan dilengkapi dengan saluran pembuangan (exhaust).

9
5. Ruang Penyimpanan Barang Steril

Syarat-syarat ruang penyimpanan barang steril antara lain :

a. Dekat dengan ruang sterilisasi


b. Suhu 18-22°C
c. Kelembaban 35-75%
d. Ventilasi menggunakan tekanan positif
e. Efisiensi partikulat 90-95% (untuk partikel berukuran 0,5 µm)
f. Jauh dari lalu lintas utama
g. Dinding terbuat dari bahan yang kuat, halus dan mudah dibersihkan

F. PENERAPAN CSSD DALAM RUMAH SAKIT

Walaupun teknologi ini telah tersedia tetap konsep CSSD belum terlalu popular di
Indonesia. Salah satu penyebab mengapa CSSD tidak popular di rumah sakit adalah absennya
sistem akreditasi standar. Jurang yang memisahkan konsep CSSD dan implementasinya di rumah
sakit juga dikarenakan langkanya dana dan kurangnya know-how di bidang ini. Lagipula,
manajemen rumah sakit sering kali tidak menganggap penting CSSD karena CSSD dianggap
sebagai cost center yang tidak menghasilkan laba. Perkembangan CSSD di Indonesia telah di
implementasikan oleh Rumah Sakit Berakreditasi B sampai A, contohnya Rumah Sakit Tarakan
Jakarta.

Saat ini, alat sterilisasi telah dikontrol secara otamatis dengan computer dengan sistem
backup yang tidak meninggalkan celah untuk kesalahan. Secara teori, kita dapat mencapai 100
persen sterilisasi, tapi dalam kenyataan di lapangan untuk mencapai hal tersebut sangatlah sulit.
Menurut guideline dari BGA (German Ministry of Health):

Disinfecting Levels for Washer Disinfectors

Level A 90 °C/1 min Destruction of vegetative bacteria forms including


mycobacterium, fungi and their spores.

Level B 93 °C/10 min Irreversible inactivation of all virus

Disinfecting Level for Autoclaves

Level C 105 °C/5 min Destruction of bacterial spores up to the resistant level of

10
bacillus anthracis

Level D 121 °C/20 min Destruction of all bacterial spores (e.g. clostridium tetani
and perfringens)

Faktor-faktor lainnya yang memengaruhi hasil sterilisasi adalah: - Proses Vacuum Proses
vacuum sangat penting dalam pre-treatment proses sterilisasi, dikarenakan udara yang tersisa
dapat membentuk kantong udara pada saat sterilisasi dan menghalangi penetrasi uap panas/zat
kimia sehingga tinggi kemungkinan permukaan alat yang terhalang tersebut tidak steril. -
Positive Pulse Positive pulse merupakan kelanjutan dari proses vaccum dan merupakah bagian
yang penting karena proses ini meng-optimisasikan penetrasi uap panas pada saat proses steril
juga memungkinkan pencapaian temperature steril yang lebih cepat (energy effecient).

Trend yang popular pada saat ini adalah dengan menggunakan alat sekali pakai dan alat
CSSD yang telah di automasi. Namun tingginya dana yang dibutuhkan untuk alat sekali pakai
dan CSSD automation adalah salah satu keterbatasan di negara berkembang seperti Indonesia.

Adakalanya rumah sakit membersihkan, men-disinfeksi dan men-sterilkan alat sekali


pakai. Hal ini hanya bisa dilakukan untuk mengurangi pengeluaran tanpa mengurangi kualitas
yang dapat membahayakan pasien.

Ada rumah sakit yang memilih untuk menggunakan alat sterilisasi dengan kualitas terbaik
untuk penghematan dana. Perawatan alat adalah hal penting yang menentukan kesuksesan dari
CSSD. Oleh karena itu rumah sakit sebaiknya memilih alat sterilisasi dengan kualitas terbaik
yang dapat mengoptimalkan kualitas, dengan biaya operasi dan biaya perawatan minimum.

Trend yang popular untuk rumah sakit kecil adalah menggunakan alat sterilisasi yang
tidak dapat dimonitor atau divalidasi. Hal ini tidak disarankan, hendaknya alat sterilisasi juga
dilengkapi dengan quality control check, dan memberikan digital output dalam bentuk print-out
dan grafik. Dengan ini kita dapat meminimalkan kemungkinan alat tidak steril, yang kemudian
dapat membahayakan pasien.

Beberapa hal yang dapat menghambat perkembangan CSSD seperti telah di uraikan di
atas, ada beberapa macam hal yang menghambat perkembangan CSSD di Indonesia. Satu hal
penting adalah minimnya pelatihan untuk CSSD. Purdue University yang berada di West
Lafayette, Indiana, US memiliki program untuk belajar jarak jauh selama 6 bulan untuk para
teknisi CSSD dan program 1 tahun untuk para supervisor CSSD.

BAB III

11
Kesimpulan

1. Pusat sterlisasi (CSSD) merupakan instalasi yang sangat berperan untuk mencegah
terjadinya infeksi dan infeksi nosokomial di rumah sakit, sehingga patient safety
(keamanan dan keselamatan pasien) dapat diwujudkan.

2. Secara umum fungsi utama pusat sterilisasi yaitu menyiapkan alat-alat bersih dan steril
untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit. Secara lebih rinci fungsi dari pusat
sterilisasi adalah menerima, memproses, meproduksi, mensterilkan, menyimpan serta
mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan
perawatan medis.

3. Walaupun teknologi ini telah tersedia tetap konsep CSSD belum terlalu popular di
Indonesia. Salah satu penyebab mengapa CSSD tidak popular di rumah sakit adalah
absennya sistem akreditasi standar. Jurang yang memisahkan konsep CSSD dan
implementasinya di rumah sakit juga dikarenakan langkanya dana dan kurangnya know-
how di bidang ini. Lagipula, manajemen rumah sakit sering kali tidak menganggap
penting CSSD karena CSSD dianggap sebagai cost center yang tidak menghasilkan laba.
Perkembangan CSSD di Indonesia telah di implementasikan oleh Rumah Sakit
Berakreditasi B sampai A, contohnya Rumah Sakit Tarakan Jakarta.

Saran

Walaupun rumah sakit baru mulai membuka mata akan pentingnya CSSD, beberapa ahli
mengusulkan bahwa CSSD juga sebaiknya di-install di puskesmas dan klinik. Konsep ini masih
jauh ke depan, pada saat ini rumah sakit dapat mengambil inisiatif untuk melatih staff mereka
untuk menggunakan teknologi yang ada serta mempelajari guideline internasional mengenai
CSSD.

Daftar Pustaka

12
Departemen Kesehatan RI, 2009, Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit,
Jakarta, 1-126.

Aslam M, Tan CK, Prayitno A, 2003, Farmasi Klinik , (Clinical Pharmacy), Menuju Pengobatan
Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, Elex Media komputindo, Jakarta.

Siregar Charles, J.P., Kumolosari, E., 2006, Farmasi Klinik : Teori dan Penerapan, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Jakarta.

Siregar Charles, J.P., Lia Amalia, 2003, Teori dan Penerapan Farmasi Rumah Sakit, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

Barber, N., Wilson, A., 2007, Clinical Pharmacy, Second Edition, Churchill Livingstone
Elsevier.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

13

Anda mungkin juga menyukai