DISUSUN OLEH:
FAKULTAS FARMASI
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. serta salawat dan salam kami
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. karena atas rahmat serta hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Teknologi Semisolid ini dengan baik.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Praktikum Steril
semester 3. Penulis mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini dalam bentuk penyajian maupun dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu
dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
penyusunan-penyusunan makalah selanjutnya.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Istilah...................................................................................................................2
1.3 Manfaat...............................................................................................................3
1.4 Rumusan Masalah...............................................................................................3
1.5 Tujuan.................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................4
2.1 Peran Pusat Sterilisai (CSSD) Di Rumah Sakit.................................................4
2.2 Ketenagaan .........................................................................................................6
2.3 Sarana Dan Prasarana..........................................................................................8
2.4 Ruang Dekontaminasi.........................................................................................9
2.5 Pelayanan Dan Pusat Sterilisai............................................................................12
2.6 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (KJ).............................................................19
BAB III PENUTUP....................................................................................................27
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya
angka infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk mencapai hal tersebut maka perlu
dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit.
Pusat sterilisasi merupakan salah satu pemutus mata rantai kehidupan mikroba
termasuk endospora. Pusat sterilisasi adalah tempat yang penting di dalam rumah sakit
untuk mengendalikan infeksi dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya
menekan kejadian infeksi di rumah sakit. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, pusat
sterilisasi sangat tergantung dengan berbagai unit lain yang terkait antara lain, unsur
pelayanan medik, penunjang medik, bagian lain seperti perlengkapan, logistik,
perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana, sanitasi dan lain-lain. Apabila terjadi
hambatan pada salah satu unit maka pada akhirnya akan mengganggu proses dan hasil
sterilisasi.
1
1.2 ISTILAH
1. Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru disterilkan gas etilen oksida pada
3sirkulasi udara untuk menghilangkan sisa gas etilen oksida.
2
20. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora
21. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora
melalui cara fisika atau kimia
22. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.
23. Termokopel adalah sepasang kabel termo-elektrik untuk mengukur perbedaan
suhu dan digunakan untuk mengkalibrasi suhu pada mesin sterilisasi.
1.3 MANFAAT
Sebagai pedoman penatalaksanaan pusat sterilisasi (CSSD) dalam meningkatkan mutu
pelayanan yang bertujuan untuk mencegah resiko terjadinya infeksi di Rumah Sakit.
1.5 TUJUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tujuan
1. Membantu unit/ ruang lain di rumah sakit yang membutuhkan alat dan bahan
kondisi steril untuk mencegah terjadinya infeksi.
2. Menurunkan angka kejadian infeksi yang timbul akibat perawatan di rumah sakit.
3. Membantu mencegah serta menanggulangi infeksi nosokomial.
4. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilitas terhadap produk yang
dihasilkan.
5. Membantu effisiensi tenaga medis dan perawat dalam kegiatan pengelolaan alat.
4
14. Tanggung jawab pusat sterilisasi di rumah sakit tergantung dari besar kecilnya rumah
sakit. Hal ini juga terkait dengan struktur organisasi dan proses sterilisasi yang
dilakukan.
Akltivitas sterilisasi dilakukan setiap hari dengan frekuensi yang cukup sering. Dan supaya
aktivitas tersebut berjalan lancer, baik dan tidak terkendala, diperlukan pemeliharaan,
pengaturan jadwal dan maintenance yang teratur terhadap mesin/ alat sterilisasi.
5
2.2 KETENAGAAN
A. Status Kesehatan
Seluruh tenaga yang bekerja di pusat sterilisasi Rumah Sakit (CSSD) diharapkan:
1. Sehat jasmani, rohani
2. Tidak pernah menderita/ sedang menjalani proses pengobatan TBC pada setahun
terakhir.
3. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik dan X-ray untuk penyakit
paru.
4. Cek up kesehatan dan mempunyai laporan mengenai sakit yang pernah dialami
selama bekerja di CSSD seperti infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi
gastrointestinal, infeksi pada mata dan tertusuk jarum minimal setahun satu kali.
6
a. Mengarahkan semua aktivitas staf yang berkaitan dengan proses sterilisasi di
rumah sakit.
b. Mengarahkan semua aktivitas terkait supply alat medis steril bagi perawatan
pasien di rumah sakit.
c. Mengikuti ilmu pengetahuan terkini dalam pengembangan diri/ personel lain
demi kemajuan CSSD.
d. Menentukan metode yang tepat dan effektif bagi pelayanan sterilisasi
e. Bertanggungjawab terhadap penggunaan alat dan bahan sterilisasi secara
benar.
f. Memastikan bahwa proses yang diterapkan dalam pelayanan sterilisasi
diterapkan dengan baik.
g. Melakukan koordinasi dengan unit lain dan bekerjasama dalam mewujudkan
mutu pelayanan.
h. Memberikan masukan dan mengusulkan rencana program CSSD
i. Bertanggungjawab langsung kepada direktur pelayanan rumah sakit.
j. Membuat program orientasi tenaga baru.
k. Membuat rencana program terhadap kebutuhan alat dan bahan sesuai
kebutuhan.
7
b. Kualifikasi Tenaga:
1. Minimal lulusan SMA/ SMK atau sederajat dengan tambahan kursus/ pelatihan
sterilisasi.
2. Dapat belajar dengan cepat.
3. Mempunyai ketrampilan yang baik.
4. Personal hygiene baik.
5. Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
6. Disiplin dalam mengerjakan tugas harian.
4. Administrator
a. Uraian tugas:
1. Bertanggungjawab kepada penanggungjawab CSSD
2. Bertanggungjawab terhadap bahan yang digunakan di CSSD
3. Menerapkan apa saja yang sudah diajarkan
4. Mengikuti prosedur kerja/ standar prosedur operasional yang ada
5. Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara langsung maupun melalui telp.
6. Dapat menjalankan pekerjaan rutin/ harian terkait pelaporan.
7. Dapat menjalankan tugas administrasi dan stok CSSD dengan baik.
8. Dapat menerima tekanan kerja.
9. Memakai alat pelindung diri setiap melakukan aktifitas CSSD.
10. Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD terhadap peralatan, gedung/
bangunan dan aset yang ada.
Sarana fisik dan peralatan di CSSD sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan membantu
pelayanan di pusat sterilisasi rumah sakit. Dalam perencanaan sarana fisik dan bangunan
sebaiknya melibatkan staf CSSD. Mengingat pusat sterilisasi merupakan jantung rumah
sakit dimana CSSD mempunyai tugas pokok menerima bahan dan alat medik dan
menjadikan seluruh bahan dan alat medik dari semua unit di rumah sakit dalam kondisi
steril serta mendistribusikannya sesuai kebutuhan kondisi steril. Hal ini tidak lepas dari
menentukan lokasi/tempat CSSD berada.
9
a. Ventilasi
Udara dan partikel kecil pada debu dapat membawa mikroorganisme dari satu termpat ke
tempat lainsehingga dapat mengkontaminasi alat kesehatan yang sudah melewati
dekontaminasi, alat bersih siap disterilkan dan bahkan alat yang sudah steril. Oleh sebab itu,
ruang dekontaminasi harus mempunyai sistem ventilasi yang baik, yaitu:
1) Udara dapat keluar/ dengan dihisap. Ruang dekontaminasi dengan menggunakan
system sirkulasi udara yang mempunyai filter.
2) Tekanan udara harus negatif supaya tidak mengkontaminasi udara ruang lainnya.
3) Tidak dianjurkan penggunaan kipas angin.
b. Suhu dan kelembaban
Suhu dan kelembaban akan mempengaruhi lingkungan kerja dan juga kenyamanan para
petugas di ruang dekontaminasi. Suhu dan kelembaban yang direkomendasikan adalah:
1) Suhu udara ruangan antara 18 C- 22 C
2) Kelembaban udara antara 35 %- 75 %
c. Kebersihan
Kebersihan ruang CSSD sangatlah penting. Pembersihan ruang, alat dan bahan yang ada di
CSSd harus menggunakan pembersih yang sesuai.Debu, serangga dan vermin adalah
pembawa mikroorganisme penyebab/ penyebar infeksi. Harus ada peraturan tertulis
mengenai prosedur pengumpulan sampah, pembuangan limbah dan transportasinya. Hal ini
diberlakukan pada sampah dan limbah baik yang menyebabkan infeksi dan yang berbahaya
atau tidak.
10
Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat. Alat kesehatan sebelum masuk mesin
sterilisasi disetting sesuai dengan kebutuhan alat yang dibutuhkan oleh
berbagai unit/ ruangan. Diruang ini juga menyimpan alat dan bahan bersih dan dianjurkan
ada tempat penyimpanan barang bersih.
Petugas yang berdinas di ruang penyimpanan barang steril adal;ah petugas yang terlatih,
sehat, terbebas dari penyakit menular terutama yang ditularkan melalui droplet. Petugas
didalam ruang penyimpanan bahan steril menggunakan jas khusus yang sesuai dengan
persyaratan. Lokasi ruang penyimpanan barang steril tidak berada di lalu lintas utama
dengan pintu khusus dan jendela yang minim untuk mengurangi kemungkinan kuman dari
luar masuk.
11
2. Perbaikan terhadap komponen umum dapat dilakukan oleh RS dengan petugas yang
telah mendapat pelatihan dari supplier alat.
3. Perbaikan komponen hanya dilakukan oleh pihak supplier dan petugas RS yang
berkompeten.
4. Staf teknisi yang terlibat dalam pemeliharaan peralatan CSSD harus terlatih oleh
lembaga berwenang atau pihak pembuat mesin sterilisasi tersebut.
5. Produsen mesin harus membuat instruksi tertilis untuk pemeliharaan mesin sterilisasi.
F. Pendokumentasian
Setiap mesin yang ada mempunyai dokumentasi riwayat pemeliharaan/ perawatan mesin.
Dokumentasi ini tersimpan dan dilaporkan pada bagian pemelihgaraan sarana medis RS,
teknisi CSSD atau pihak yang membutuhkan perawatan mesin tersebut.
Informasi yang dimuat adalah:
1. Tanggal permohonan servis/ maintenance mesin.
2. Model dan jenis alat.
3. Nama teknisi servis.
4. Alasan/ hasil servis (deskripsi yang dilakukan).
5. Jenis dan kuantitas suku cadang jika ada yang diganti.
6. Keterangan/ lain-lain,
7. Alat Pelindung Diri
Pusat sterilisasi (CSSD) harus dilengkapi dengan alat pelindung diri sesuai kebutuhan
tenaga kerja yang ada didalamnya. Apron lengan panjang yang tahan terhadap cairan kimia,
penutup kepala, masker dan goggle yang dipakai oleh staf saat melakukan pekerjaan yang
memungkinkan adanya percikanatau kontaminasi cairan yang mengandung darah atau
cairan infeksius lainnya. Harus ada alas kaki khusus untuk memasuki ruang dekontaminasi
dan penutup kaki yang tahan air.
Penggunaan sarung tangan, gaun pelindung dan goggle harus dicuci setiap selesai dipakai.
12
6. Gudang logistic/ perlengkapan.
7. Perawatan (rawat inap, unit khusus, dll).
13
5. Pencucian dan dekontaminasi
6. Pengeringan
7. Pengesetan
8. Pengemasan
9. Labeling
10. Proses sterilisasi
11. Gudang simpan steril
12. Distribusi
1) Peralatan habis pakai dipisahkan dari limbahnya. Ditempatkan oleh pekerjanya
langsung yang mengetahui potensi terjadinya infeksi dari peralatan tersebut.
2) Pisahkan benda tajam dan masukkan kedalam container khusus benda tajam
3) Kain dan linen dipisahkan dan masukkan ke unit loundry untuk penanganan lebih
lanjut.
4) Peralatan yang terkontaminasi ditempatkan dalam wadah khusus dan masuk keruang
dekontaminasi melewati petugas pencatatan
14
Pembersihan alat pakai ulang yang terkontaminasi harus sesegera mungkin setelah dipakai.
Hal ini dumaksudkan untuk mencegah kotoran menjadi kering dan lebih sulit dalam
pembersihannya. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka:
1) Langsung dikirim ke CSSD segera setelah digunakan.
2) Dibersihkan dari kotoran, dicuci dengan air mengalir di tempat pemakaian sesuai
prosedur yang berlaku dan langsung dibungkus untuk menghindari cipratan, tumpahan atau
penguapan dan dibawa keruang dekontaminasi CSSD.
1) Sesuai dengan bahan yang disarankan pada alat dan metode mencuci yang dipilih.
2) Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai tipe bahan pencuci yang dapat dipakai.
3) Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada tipe kotoran yang ada. Protein cukup
bengan detergen yang bersifat basa. Garam mineral dengan menggunakan detergen asam.
4) Pertimbangkan penggunaan enzyme pelarut protein untuk mencuci alat.
15
3) Bilas dengan air mengalir dengan suhu 40 C-50 C. Lebih baik lagi menggunakan
air deionisasi atau air sulingan.
4) Setelah dicuci, dibilas, keringkan terlebih dahulu sebelum melalui proses
berikutnya.
2. Pengemasan
Pengemasan yang dimaksud adalah termasuk semua material yang tersedia untuk
membungkus, mengemas dan menampug alat-alat yang dipakai ulang sebelum proses
sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian. Tujuan pengemasan adalah sebagai perlindungan
terhadap alat dan bahan terhadap segala penyebab yang merusak kondisi steril.
16
e. Penempatan alat-alat dalam kemasan
f. Tips dan penempatan yang tepat indicator kimia eksternal dan internal
g. Metode atau teknik pengemasan
h. Metode pemberian segel kemasan
i. Metode dan penempelan label identifikasi isi kemasan
j. Aplikasi informasi pengendalian mutu, seperti nomer lot, tanggal, kode petugas
k. Petunjuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi
l. Peringatan waktu pengeringan, pendinginan dan penanganan asetelah proses
sterilisasi
m. Informasi aplikasi pelindung
n. Petunjuk penempatan pada penyimpanan dan atau distribusi ke tempat pemakaian
o. Informasi kepada pemakai untuk mencegah kemungkinan kontaminasi
17
c. Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam pemberian pelayanan
sterilisasi di Rumah Sakit. Monitoring sebaiknya dilakukan sesuai keperluan dan
dipergunakan segera untuk perbaikan program.
B. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu di evaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap
pengemasan, sterilisasi dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka
kinerja dari pengelolaan sterilisasi di Rumah Sakit
Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain :
1. Meningkatkan kinerja pengelolaan sterilisasi Rumah Sakit
2. Sebagai acuan/masukan dalam perencanaan sterilisasi, bahwa barang-barang yang
disterilkan di jamin kesterilannya.
3. Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan mesin-mesin sterilisasi
4. Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya
manusia.
18
2.6 KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
Penanganan yang salah terhadap alat-alat tajam terkontaminasi seperti pisau, jarum dll dapat
menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang pada akhirnya dapat memungkinkan
masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh sehingga menyebabkan terjadinya
penyakit.
19
C. Penyiapan Proses Sterilisasi dan Daerah Sterilisasi
Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih yang sudah
mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara menggunakan mesin
sterilisasi secara benar. Dengan demikian maka kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja
dapat diperkecil dan upaya untuk menghasilkan barang-barang steril menjadi lebih terjamin.
Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit maupun
membran mukosa, akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun akibat terlalu
dekatnya posisi terhadap sumber panas (sterilisasi uap atau kereta barang yang panas). Luka
bakar elektris, akibat penggunaan instrument/alat listrik. Luka pada mata akibat cipratan zat
kimia sehingga pemakaian alat pelindung mata diperlukan.
1. Alkohol
Alkohol dalam bentuk Etil atau Isopropil alkohol (60-90 %) digunakan sebagai desinfektan
intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal.
Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi,
dan penatalaksanaan sirkulasi
2. Formaldehid
21
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bau menyengat. Umumnya digunakan
sebagai disinfektan. Formalin adalah larutan yang mengandung formaldehid dan methanol
dengan kadar bervariasi (biasanya antara 12-15 %).
Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi,
dan penatalaksanaan sirkulasi
22
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup
e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi,
dan penatalaksanaan sirkulasi
23
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
d. Jangan biarkan korban menggosok mata
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata
4. Lisol
Lisol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat, hidroksibenzena,
asam fenilat, resol, karbon kreolin, likresol. Lisol banyak digunakan sebagai desinfektan
rumah tangga untuk membersihkan lantai, kamar mandi/WC dan untuk menghilangkan bau
busuk. Dalam bidang kesehatan digunakan sebagai larutan antiseptic dengan konsentrasi
antara 1-2 %. LDL oral pada manusia adalah 140 mg/kg.
24
kardiovaskuler
Efek pada ginjal : Urin berwarna gelap karena hemoglobinuri
Efek pada
pernafasan : Depresi pernafasan dan gagal nafas
Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berup penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi
dengan oksigen lembab 100 %, dan penatalaksanaan sirkulasi
25
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi
dengan oksigen lembab 100 %, dan penatalaksanaan sirkulasi
26
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dalam makalah ini, antara lain:
27
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (Central Sterile Supply
Department/CSSD) Di Rumah Sakit. Jakarta : DepKes RI.
28