Anda di halaman 1dari 34

Kelembagaan Dalam

Manajemen
Lingkungan
Kelompok 6 MLP
NAMA ANGGOTA KELOMPOK

ERZA FAHRANI AZZAHRA 21080119140142


ALFADJRI SYAH AULIA 21080119140119
TITA NUR APRIANI 21080118120010
HARSYA GIRAS HASFIAWAN 21080119130115
RIZKIANTO YUDA IRKHAMI 21080118130111
ALIFIA AZKA SHAFANISA 21080118130100
TALITHA TSANY SALSABILA LUTFI 21080118130085
FATHAN SURYA PRATAMA 21080119140148
ANANG YOGI SAPUTRA 24020121187001
CINDRAWATI 21010121187002
DAVID REVALINO S. T. 21080116140073
1.1 LATAR
BELAKANG
Kelompok 6 MLP
1.1 LATAR BELAKANG

Dalam era globalisasi, dengan keterbukaannya sistem perkotaan, segala perubahan yang terjadi
berlangsung begitu cepat. Salah satu aspek yang paling cepat mengalami perubahan ialah tata
guna lahan. Seiring dengan semakin bertambahnya penduduk yang tinggal di kota, maka
meningkat pula tekanan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup di kawasan perkotaan. Manajemen
perkotaan diharapkan dapat mencegah dan mengatasi persoalan di perkotaan untuk mencapai
wilayah kota yang ideal, produktif, pembangunan yang merata, dan berwawasan lingkungan
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja lembaga yang mengatur tentang manajemen lingkungan perkotaan di Indonesia?
2. Apa saja program yang dilakukan di Indonesia?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa saja Lembaga yang mengatur manajemen perkotaan di Indonesia
2. Untuk mengetahui berbagai program yang dilakukan di Indonesia

1.4 MANFAAT
1. Mengetahui Lembaga-lembaga yang mengatur manajemen perkotaan di Indonesia
2. Mengetahui berbagai program yang dilakukan di Indonesia
2.1 Komponen
Manajemen
Perkotaan
Kelompok 6 MLP
Wilayah perkotaan (Urban) dapat diasumsikan sebagai suatu kesatuan sistem. Komponen wilayah perkotaan
dapat dibagi menjadi komponen utama, komponen kelembagaan, dan komponen lingkungan.

KOMPONEN UTAMA
Penduduk dan segenap kegiatannya
Sistem aktivitas/kegiatan
(sistem demand)
Ruang (darat, laut, udara) dan beragam penggunaannya

Prasarana dan sarana pelayanan sosial


Sistem jaringan
Prasarana dan sarana pelayanan ekonomi
Wilayah perkotaan (Urban) dapat diasumsikan sebagai suatu kesatuan sistem. Komponen wilayah perkotaan
dapat dibagi menjadi komponen utama, komponen kelembagaan, dan komponen lingkungan.

KOMPONEN KELEMBAGAAN
Sistem lingkungan (sistem environment)
Fisik-sosial-ekonomi-politik (misalnya dalam masalah urban poverty, urban productivity, dan
sebagainya)
Lokal-regional-nasional-internasional (misalnya kota dengan wilayah sekitarnya dalam era
borderless country)

KOMPONEN LINGKUNGAN
Sistem kelembagaan/institusional (sistem penunjang/pelengkap)
Aspek legal (kebijaksanaan, hukum, dan peraturan perundangan)
Keuangan (sumber dana)
Organisasi (lembaga/pelaku terkait)
Gambaran Sistem Perkotaan
2.2 Perangkat
Hukum
Kelompok 6 MLP
Perangkat hukum yang berhubungan dengan lingkungan hidup mengacu pada:

UU No.23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Keppres No.2/2002 tentang pengalihan tugas, fungsi dan kewenangan


Bapedal ke Menteri Negara Lingkungan Hidup

Keppres No.4/2002 tentang unit organisasi dan tugas eselon I Menteri


Negara Lingkungan Hidup

UU, PP, Keppres, maupun Kepmen yang berhubungan erat dengan


lingkungan hidup
Disamping memuat wewenang Pemerintah dalam mengatur kebijakan untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup, UU No.23/1997 juga berisi persyaratan penaatan, penyelesaian sengketa, penyidikan, dan ketentuan
pidana. Persyaratan penataan lingkungan hidup dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:

PERIJINAN

Setiap kegiatan yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki
analisis mengenai dampak lingkungan untuk memperoleh ijin melakukan kegiatan tersebut. Ijin
diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PENGAWASAN
Menteri mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap kegiatan atas ketentuan yang telah
ditetapkan dalam perundang-undangan lingkungan hidup. Untuk melakukan pengawasan tersebut
Menteri dapat menetapkan pejabat yang berwenang.
Disamping memuat wewenang Pemerintah dalam mengatur kebijakan untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup, UU No.23/1997 juga berisi persyaratan penaatan, penyelesaian sengketa, penyidikan, dan ketentuan
pidana. Persyaratan penataan lingkungan hidup dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:

SANKSI
ADMINISTRASI

Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I berwenang melakukan paksaan pemerintah terhadap penanggung


jawab kegiatan yang melanggar perundang-undangan lingkungan hidup. Wewenang ini dapat diserahkan
kepada Bupati/Walikotamadya/Kepala Daerah Tingkat II dengan Peraturan Daerah Tingkat I.

AUDIT
Pemerintah mendorong penanggung jawab kegiatan untuk melakukan audit lingkungan hidup.
Isi dari UU Lingkungan Hidup yang penting lainnya adalah:
● Bila terjadi sengketa lingkungan hidup maka dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan
berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.
● Untuk lebih meningkatkan penegakan hukum, selain penyidik Pejabat Polisi, Pejabat Pegawai Sipil
tertentu dapat diberi wewenang khusus sebagai penyidik sesuai dengan UU Hukum Acara Pidana yang
berlaku.
● Bila terjadi tindak pidana yang mengakibatkan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup maka
diancam dengan pidana penjara paling lama 10 tahun atau denda paling banyak lima ratus juta rupiah.
2.3 Lembaga
Kelompok 6 MLP
2.3.1 Instansi Pemerintah

Kementerian Negara Lingkungan Hidup sekarang ini telah berganti nama menjadi
Kementerian Lingkungan hidup dan Kehutanan. Pada awal kegiatan tersebut dilakukan
pendekatan advokasi, upaya penyadaran lingkungan dan pembangunan fasilitas dasar
perlindungan lingkungan. Pada tahun 1988, langkah selanjutnya dimulai, yaitu akuntabilitas.
Maka dibentuklah Bapedal dan mengembangkan institusi dan meningkatkan penataan melalui
pendekatan hukum dan instrumen politik alternatif. Kelanjutan dari fase ini terdiri dari
pengembangan berbagai produk hukum operasional, pembentukan bapedal wilayah, dan
mendorong pembentukan bapedal daerah. Pada tahun 1999, muncul aspek baru perlindungan
lingkungan yaitu aspek etika lingkungan. Ini termasuk keterbukaan yang lebih aktif dan
keterlibatan masyarakat yang lebih besar dalam mekanisme upaya perlindungan lingkungan.
2.3.2 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

LSM tumbuh secara swdaya, atas kehendak dan keinginan sendiri dan bergerak dalam
bidang kemasyarakatan tertentu. Dalam Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup (KPLH), LSM berperan sebagai penunjang dalam pengelolaan lingkungan hidup. LSM
berperan untuk mengajak anggota masyarakat dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan
hidup.
2.3.3 Pusat Studi Lingkungan (PSL)

Tahun 1979 dibentuk PSL yang tersebar di berbagai perguruan tinggi. PSL merupakan alat
perluasan kerja Kementerian Negara Lingkungan Hidup di bidang penelitian, pelatihan dan
pengelolaan lingkungan di daerah. Berkaitan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas
permasalahan lingkungan dan peningkatan kebutuhan keahlian dalam lingkup yang luas, maka
PSL diharapkan dapat sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan dan pelayanan, baik untuk
sektor privat maupun umum. Meskipun secara struktural tetap dibawah dan bertanggung jawab
pada perguruan tinggi masing-masing, PSL memiliki peran yang sangat besar dalam pendidikan
lingkungan hidup di daerah. Hampir semua pendidikan AMDAL dilakukan PSL. Kursus-kursus
AMDAL di PSL di berbagai perguruan tinggi di Indonesia mulai diselenggarakan tahun 1982.
Saat ini jumlah PSL yang tercatat sebanyak 88 buah.
2.4 Program
Pemerintah
Kelompok 6 MLP
2.4.1 AMDAL

AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha atau kegiatan.

Dengan AMDAL pemerintah dapat mengetahui kira-kira dampak dari usaha atau kegiatan tersebut
terhadap lingkungan hidup akan melampaui batas standar baku yang ditoleransi atau tidak,
menyebabkan eksternalitas negatif yang dapat menimbulkan pertentangan antar individu atau kelompok
atau tidak

AMDAL mencakup tiga unsur kegiatan :


- ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan)
- Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
- Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
2.4.2 BUMI LESTARI
Kegiatan ini difokuskan pada upaya-upaya untuk mengendalikan dan menanggulangi masalah lingkungan global yang telah
mengancam bumi sebagai sistem penopang kehidupan (life support system). Masalah global yang dimaksud adalah
penipisan ozon, gas rumah kaca, dan perairan internasional. Masalah tersebut ditangani dengan merumuskan,
mengkoordinasikan dan memantau pelaksanaan kebijakan sektoral, keruangan dan daerah. Kegiatan-kegiatan yang termasuk
dalam program ini sebagai contoh adalah: kebijakan Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism -
CDM); penghapusan penggunaan unsur-unsur penyebab penipisan ozon (ozone depleted substance); kebijakan perlindungan
pencemaran dan kerusakan perairan internasional. Masalah lingkungan yang terkait dengan perubahan tataguna lahan,
kerusakan keanekaragaman hayati, perubahan iklim, penipisan lapisan ozon dan emisi gas rumah kaca. Masalah tersebut
perlu ditangani secara lintas sektoral, bahkan lintas negara, dan melibatkan banyak pihak. Kelestarian planet bumi yang
diperlukan untuk mendukung kehidupan manusia akan sangat ditentukan oleh penanganan masalah lingkungan domestik di
setiap negara. Sehingga kerjasama internasional dalam masalah lingkungan menjadi sangat penting. Berkaitan dengan hal
diatas, maka perlu suatu koordinasi dan fasilitas guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan selain meningkatkan
kemitraan global. Untuk mendukung tercapainya koordinasi, perlu suatu rumusan kebijakan dan perangkat kelembagaan
yang efektif untuk melaksanakan komitmen nasional dan internasional dalam kaitannya dengan perlindungan atmosfer dan
keanekaragaman hayati.
2.4.3 SUMBER DAYA ALAM LESTARI

Kegiatan ini difokuskan pada upaya-upaya untuk mencegah, mengendalikan dan memulihkan kerusakan
sumberdaya hutan, lahan, air dan keanekaragaman hayati, serta upaya untuk siaga dan tanggap terhadap
keadaan darurat karena kerusakan lingkungan skala luas (kebakaran hutan). Kegiatan yang termasuk dalam
program ini sebagai contoh adalah:

● Penataan/perbaikan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam untuk mencegah percepatan kerusakan


sumberdaya alam.
● Pengembangan hukum agraria untuk pengakuan hak masyarakat adat dalam penguasaan sumberdaya
alam.
● Penegakan hukum terhadap penyebab kerusakan sumberdaya alam.
● Perlindungan keselamatan hayati.
● Penyebarluasan penerapan perangkat manajemen untuk pengelolaan lestari sumberdaya alam
(misalnya: ekolabel dan analisis daur hidup).
● Pengembangan prosedur dan sarana siaga dan tanggap darurat terhadap kebakaran hutan.
2.4.4 Program Kali Bersih (PROKASIH)
● Program pengendalian pencemaran air sungai secara efektif & efisien yang strategis dengan
cara mengurangi beban pencemaran limbah yang masuk ke badan sungai.
● Bertujuan:
○ Meningkatkan kualitas perairan sungai sampai memenuhi baku mutu air sesuai
peruntukannya;
○ Menunjang pembangunan berkelanjutan;
○ Mewujudkan kesadaran, kepedulian, serta tanggung jawab masyarakat dalam menjaga
& melestarikan perairan sungai.
● Dimulai sejak tahun 1988 dan masih dilanjutkan hingga saat ini.
● Pada April 1992 Prokasih mendapatkan penghargaan dari American Society of Environmental
di bidang manajemen.
● Direkomendasikan oleh berbagai pihak di luar negeri untuk model percontohan dalam
kegiatan pengendalian pencemaran sungai.
● Program ini juga telah menghasilkan baku mutu untuk air sungai dan limbah cair dari
kegiatan industri.
2.4.5 Pantai Lestari
● Program pencegahan & pengendalian pencemaran/kerusakan lingkungan pada
wilayah/ekosistem pantai, pesisir, dan lautan berskala nasional yang dilaksanakan secara
mandiri oleh masing-masing daerah otonom.
● Bertujuan:
○ Menjaga & melestarikan fungsi lingkungan pesisir;
○ Menunjang pembangunan berkelanjutan bagi kesejahteraan manusia;
○ Menjadi contoh atau acuan yang nyata dalam pengelolaan lingkungan pesisir yang
dapat dilakukan masyarakat Indonesia.
● Program Pantai Lestari ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
○ Pantai Wisata Bersih - Untuk kawasan pariwisata
○ Taman Lestari - Untuk kawasan terumbu karang & mangrove
○ Bandar Indah - Untuk kawasan pelabuhan
2.4.6 Program Langit Biru
merupakan program untuk pengendalian pencemaran
udara.Berdasarkan sifat gerakan sumber pencemar, program
terbagi menjadi 3 :

Sumber Titik
Sumber Bergerak Sumber Sumber Gangguan
Bergerak
Menyadarkan dunia industri - Mengurangi produksi bensin - Kebisingan
untuk menurunkan beban mengandung timbal (Pb) - Getaran
pencemar dan menyediakan - Diversifikasi energi BBG dan - Kebauan
sarana dan prasarana LPG
pengendalian pencemaran - Menetapkan baku mutu emisi gas
udara buang
2.4.7. Kalpataru

Penghargaan tertinggi di bidang lingkungan


hidup yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia
yang diberikan setiap Hari Lingkungan Sedunia
pada tanggal 5 Juni oleh Presiden Indonesia.

Penghargaan ini bertujuan untuk merangsang


dan memotivasi peran aktif masyarakat dalam
melestarikan fungsi lingkungan dalam bentuk
pengabdiannya masing-masing. Terdapat empat
kategori penghargaan, yaitu: Perintis
Lingkungan, Pengabdi Lingkungan, Penyelamat
Lingkungan dan Pembina Lingkungan
No. Hari Lingkungan Hidup Tanggal

1 Hari Pencanangan Gerakan Sejuta 10 Januari


Pohon
2.4.8 2 Hari Lahan Basah 2 Februari
Hari Lingkungan 3 Hari Air 22 Maret
Hidup
Upaya pemerintah mengadakan kegiatan 4 Hari Bumi 22 April
berupa kampanye atau kegiatan sosial
5 Hari Keanekaragaman Hayati 22 Mei
dalam peringatan mengenai lingkungan
6 Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni
hidup.Hal itu bertujuan untuk mendorong
7 Hari Ozon 16 September
peran, kesadaran, serta partisipasi
masyarakat mengenai kelestarian 8 Hari Habitat Dunia Hari Senin Pertama
di Bulan Oktober
lingkungan hidup.
9 Hari Cipta Puspa dan Satwa Nasional 5 November
2.5 Contoh
Kelembagaan:
DLH Prov DKI
Jakarta
Kelompok 6 MLP
2..5.1 Struktur
Organisasi
DLH DKI Jakarta
2..5.1 Contoh Program
Program kolaborasi dengan Bloomberg Philanthropies dan Vital Strategies yang
Jakarta Clean Air bertujuan untuk mengatasi polusi udara melalui peningkatan ketersediaan dan
Partnership penggunaan data kualitas udara, analisis solusi kebijakan, serta mempromosikan
kesadaran publik tentang dampak polusi udara terhadap kesehatan. Website
jakarta.cleanair.id/
Si Pepeng Paling Rukun Ikhtiar Jakarta
Sistem Informasi Pendampingan Pengelolaan Sampah Dokumen yang berisi strategi dan rencana aksi
Lingkup Rukun Warga (Si Pepeng Paling Rukun) adalah terpadu aksi mitigasi/ adaptasi krisis iklim serta
sebuah pendampingan terhadap kepengurusan Bidang komitmen pemangku kepentingan sektor berkaitan
Pengelolaan Sampah Rukun Warga (BPS-RW) melalui perubahan iklim, seperti energi dan bangunan hijau,
sosialisasi berbentuk materi/ bimbingan teknis, transportasi dan kualitas udara, limbah padat dan
dokumentasi pelaksanaan dan infografis serta video. cair, air, ruang terbuka hijau, pertanian perkotaan,
kesehatan dan kebencanaan. Ikhtiar Jakarta juga
memiliki website berisi informasi dan dapat
membuat Janji Personal aksi iklim
Kesimpulan

Di Indonesia Lembaga – lembaga yang mengatur manajemen lingkungan terdiri dari instansi
pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan Pusat Studi Lingkungan. Selain itu ada juga
ada dukungan Program Pemerintah yang banyak dengan salah satu contoh yaitu AMDAL yang
mengkaji mengenai dampak besar dan penting suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup, dan Bumi Lestari dengan upaya-upaya untuk mengendalikan dan menanggulangi
masalah lingkungan global yang telah mengancam bumi sebagai sistem penopang kehidupan.
Dengan banyaknya Lembaga dan program – program yang dibuat oleh pemerintah sudah
seharusnya tercipta lingkungan yang baik
Saran

1. Adanya sinkronisasi dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah untuk menegakkan hukum
lingkungan yang berlaku dan memberikan sanksi dengan tegas kepada pihak manapun yang
melanggar peraturan yang telah dibuat.

2. Lembaga – lembaga yang mengatur manajemen lingkungan seperti: instansi pemerintah, LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat), Pusat Studi Lingkungan dan pihak swasta harus saling bekerja
sama agar tercipta manajemen lingkungan yang berkualitas.

3. Lembaga – lembaga yang mengatur manajemen lingkungan seharusnya diatur dalam peraturan
yang jelas agar kewenangannya tidak tumpang tindih dan menimbulkan permasalahan. Juga agar
fungsinya dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai