Manajemen
Lingkungan
Kelompok 6 MLP
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
Dalam era globalisasi, dengan keterbukaannya sistem perkotaan, segala perubahan yang terjadi
berlangsung begitu cepat. Salah satu aspek yang paling cepat mengalami perubahan ialah tata
guna lahan. Seiring dengan semakin bertambahnya penduduk yang tinggal di kota, maka
meningkat pula tekanan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup di kawasan perkotaan. Manajemen
perkotaan diharapkan dapat mencegah dan mengatasi persoalan di perkotaan untuk mencapai
wilayah kota yang ideal, produktif, pembangunan yang merata, dan berwawasan lingkungan
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja lembaga yang mengatur tentang manajemen lingkungan perkotaan di Indonesia?
2. Apa saja program yang dilakukan di Indonesia?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa saja Lembaga yang mengatur manajemen perkotaan di Indonesia
2. Untuk mengetahui berbagai program yang dilakukan di Indonesia
1.4 MANFAAT
1. Mengetahui Lembaga-lembaga yang mengatur manajemen perkotaan di Indonesia
2. Mengetahui berbagai program yang dilakukan di Indonesia
2.1 Komponen
Manajemen
Perkotaan
Kelompok 6 MLP
Wilayah perkotaan (Urban) dapat diasumsikan sebagai suatu kesatuan sistem. Komponen wilayah perkotaan
dapat dibagi menjadi komponen utama, komponen kelembagaan, dan komponen lingkungan.
KOMPONEN UTAMA
Penduduk dan segenap kegiatannya
Sistem aktivitas/kegiatan
(sistem demand)
Ruang (darat, laut, udara) dan beragam penggunaannya
KOMPONEN KELEMBAGAAN
Sistem lingkungan (sistem environment)
Fisik-sosial-ekonomi-politik (misalnya dalam masalah urban poverty, urban productivity, dan
sebagainya)
Lokal-regional-nasional-internasional (misalnya kota dengan wilayah sekitarnya dalam era
borderless country)
KOMPONEN LINGKUNGAN
Sistem kelembagaan/institusional (sistem penunjang/pelengkap)
Aspek legal (kebijaksanaan, hukum, dan peraturan perundangan)
Keuangan (sumber dana)
Organisasi (lembaga/pelaku terkait)
Gambaran Sistem Perkotaan
2.2 Perangkat
Hukum
Kelompok 6 MLP
Perangkat hukum yang berhubungan dengan lingkungan hidup mengacu pada:
PERIJINAN
Setiap kegiatan yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki
analisis mengenai dampak lingkungan untuk memperoleh ijin melakukan kegiatan tersebut. Ijin
diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PENGAWASAN
Menteri mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap kegiatan atas ketentuan yang telah
ditetapkan dalam perundang-undangan lingkungan hidup. Untuk melakukan pengawasan tersebut
Menteri dapat menetapkan pejabat yang berwenang.
Disamping memuat wewenang Pemerintah dalam mengatur kebijakan untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup, UU No.23/1997 juga berisi persyaratan penaatan, penyelesaian sengketa, penyidikan, dan ketentuan
pidana. Persyaratan penataan lingkungan hidup dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
SANKSI
ADMINISTRASI
AUDIT
Pemerintah mendorong penanggung jawab kegiatan untuk melakukan audit lingkungan hidup.
Isi dari UU Lingkungan Hidup yang penting lainnya adalah:
● Bila terjadi sengketa lingkungan hidup maka dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan
berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.
● Untuk lebih meningkatkan penegakan hukum, selain penyidik Pejabat Polisi, Pejabat Pegawai Sipil
tertentu dapat diberi wewenang khusus sebagai penyidik sesuai dengan UU Hukum Acara Pidana yang
berlaku.
● Bila terjadi tindak pidana yang mengakibatkan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup maka
diancam dengan pidana penjara paling lama 10 tahun atau denda paling banyak lima ratus juta rupiah.
2.3 Lembaga
Kelompok 6 MLP
2.3.1 Instansi Pemerintah
Kementerian Negara Lingkungan Hidup sekarang ini telah berganti nama menjadi
Kementerian Lingkungan hidup dan Kehutanan. Pada awal kegiatan tersebut dilakukan
pendekatan advokasi, upaya penyadaran lingkungan dan pembangunan fasilitas dasar
perlindungan lingkungan. Pada tahun 1988, langkah selanjutnya dimulai, yaitu akuntabilitas.
Maka dibentuklah Bapedal dan mengembangkan institusi dan meningkatkan penataan melalui
pendekatan hukum dan instrumen politik alternatif. Kelanjutan dari fase ini terdiri dari
pengembangan berbagai produk hukum operasional, pembentukan bapedal wilayah, dan
mendorong pembentukan bapedal daerah. Pada tahun 1999, muncul aspek baru perlindungan
lingkungan yaitu aspek etika lingkungan. Ini termasuk keterbukaan yang lebih aktif dan
keterlibatan masyarakat yang lebih besar dalam mekanisme upaya perlindungan lingkungan.
2.3.2 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
LSM tumbuh secara swdaya, atas kehendak dan keinginan sendiri dan bergerak dalam
bidang kemasyarakatan tertentu. Dalam Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup (KPLH), LSM berperan sebagai penunjang dalam pengelolaan lingkungan hidup. LSM
berperan untuk mengajak anggota masyarakat dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan
hidup.
2.3.3 Pusat Studi Lingkungan (PSL)
Tahun 1979 dibentuk PSL yang tersebar di berbagai perguruan tinggi. PSL merupakan alat
perluasan kerja Kementerian Negara Lingkungan Hidup di bidang penelitian, pelatihan dan
pengelolaan lingkungan di daerah. Berkaitan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas
permasalahan lingkungan dan peningkatan kebutuhan keahlian dalam lingkup yang luas, maka
PSL diharapkan dapat sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan dan pelayanan, baik untuk
sektor privat maupun umum. Meskipun secara struktural tetap dibawah dan bertanggung jawab
pada perguruan tinggi masing-masing, PSL memiliki peran yang sangat besar dalam pendidikan
lingkungan hidup di daerah. Hampir semua pendidikan AMDAL dilakukan PSL. Kursus-kursus
AMDAL di PSL di berbagai perguruan tinggi di Indonesia mulai diselenggarakan tahun 1982.
Saat ini jumlah PSL yang tercatat sebanyak 88 buah.
2.4 Program
Pemerintah
Kelompok 6 MLP
2.4.1 AMDAL
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha atau kegiatan.
Dengan AMDAL pemerintah dapat mengetahui kira-kira dampak dari usaha atau kegiatan tersebut
terhadap lingkungan hidup akan melampaui batas standar baku yang ditoleransi atau tidak,
menyebabkan eksternalitas negatif yang dapat menimbulkan pertentangan antar individu atau kelompok
atau tidak
Kegiatan ini difokuskan pada upaya-upaya untuk mencegah, mengendalikan dan memulihkan kerusakan
sumberdaya hutan, lahan, air dan keanekaragaman hayati, serta upaya untuk siaga dan tanggap terhadap
keadaan darurat karena kerusakan lingkungan skala luas (kebakaran hutan). Kegiatan yang termasuk dalam
program ini sebagai contoh adalah:
Sumber Titik
Sumber Bergerak Sumber Sumber Gangguan
Bergerak
Menyadarkan dunia industri - Mengurangi produksi bensin - Kebisingan
untuk menurunkan beban mengandung timbal (Pb) - Getaran
pencemar dan menyediakan - Diversifikasi energi BBG dan - Kebauan
sarana dan prasarana LPG
pengendalian pencemaran - Menetapkan baku mutu emisi gas
udara buang
2.4.7. Kalpataru
Di Indonesia Lembaga – lembaga yang mengatur manajemen lingkungan terdiri dari instansi
pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan Pusat Studi Lingkungan. Selain itu ada juga
ada dukungan Program Pemerintah yang banyak dengan salah satu contoh yaitu AMDAL yang
mengkaji mengenai dampak besar dan penting suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup, dan Bumi Lestari dengan upaya-upaya untuk mengendalikan dan menanggulangi
masalah lingkungan global yang telah mengancam bumi sebagai sistem penopang kehidupan.
Dengan banyaknya Lembaga dan program – program yang dibuat oleh pemerintah sudah
seharusnya tercipta lingkungan yang baik
Saran
1. Adanya sinkronisasi dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah untuk menegakkan hukum
lingkungan yang berlaku dan memberikan sanksi dengan tegas kepada pihak manapun yang
melanggar peraturan yang telah dibuat.
2. Lembaga – lembaga yang mengatur manajemen lingkungan seperti: instansi pemerintah, LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat), Pusat Studi Lingkungan dan pihak swasta harus saling bekerja
sama agar tercipta manajemen lingkungan yang berkualitas.
3. Lembaga – lembaga yang mengatur manajemen lingkungan seharusnya diatur dalam peraturan
yang jelas agar kewenangannya tidak tumpang tindih dan menimbulkan permasalahan. Juga agar
fungsinya dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar.
TERIMA KASIH