Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AMDAL

( Latar Belakang Amdal )

Oleh :

Kelompok I

( Reguler 1 )

1. Pelangi Rera Assifa 10. Milna Mahirda


2. Isthy Khoirun Nisa 9. Septina Indri
3. Sheilla Fitri 11. Rully Efrina
4. Chairun Nisak 12. Mela Musyarofah
5. Oca Jesica 13. Muhammad Ramadhan
6. Dwi Tyas 14. Yasin Habibi
7. Belia Rahma Dewanty 15. Ahmad Ihsyan
8. Diva Amalia 16. Radiant Ratri G
10. Milna Mahirda

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN

JURUSAN SANITASI LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak
besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek
yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.
Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-
ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat.Dasar hukum AMDAL adalah
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang “Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup”.
Dokumen AMDAL terdiri dari :
1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)
2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
3. Dokumen Rencana Michelangelo Lingkungan Hidup (RKL)
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) AMDAL digunakan
untuk:
a. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah
b. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan
hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan
c. Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana
usaha dan/atau kegiatan
d. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup
e. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari
suatu rencana usaha dan atau kegiatan.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:

1. Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL

2. Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu


rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan
3. masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala
bentuk keputusan dalam proses AMDAL.

Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:


1. Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia
menggunakan/menerapkan penapisan 1 langkah dengan menggunakan daftar
kegiatan wajib AMDAL (one step scoping by pre request list). Daftar kegiatan
wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 11 Tahun 2006
2. Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib
menyusun UKL-UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 86 Tahun 2002

3. Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai


dengan Permen LH NO. 08/2006
4. Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008
AMDAL untuk pertama kalinya lahir dengan dicetuskannya undang- undang mengenai
lingkungan hidup yang disebut National Environmental Policy Act (NEPA) oleh Amerika
Serikat pada tahun 1969. NEPA mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1970. Pasal 102 (2) (C)
dalam undang-undang ini menyatakan bahwa semua usulan legislasi dan aktivitas pemerintah
federal yang besar yang diperkirakan akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan
diharuskan disertai laporan Environmental Impact Assessment (Analisis Dampak
Lingkungan).

AMDAL dengan cepat menyebar di negara-negara maju yang kemudian disusul oleh
negara berkembang dengan banyaknya pihak yang telah merasakan bahwa AMDAL adalah
alat yang ampuh untuk menghindari terjadinya kerusakan lingkungan yang lebih parah akibat
aktivitas manusia. Dengan mangacu pada NEPA, maka untuk pertama kalinya pada tahun
1982 Indonesia mencetuskan UULH No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang ini merupakan langkah awal Indonesia
untuk menjadikan pembangunan berwawasan lingkungan. Pasal 16 UULH No. 4 tahun 1982
menyatakan bahwa setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan hidup wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan yang
pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah.
Untuk menindak lanjuti operasionalnya, dikeluarkanlah PP No. 29 Tahun 1986
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dalam Lembaran Negara Tahun 1986 No. 42
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3338. Isinya menyatakan bahwa AMDAL dimaksudkan
sebagai bagian dari studi kelayakan pembangunan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. PP
No. 29 Tahun 1986 kemudian dicabut dan diganti dengan PP No. 51 Tahun 1993 yang
kemudian diganti lagi dengan PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan. Semenjak. itulah semakin banyak munculnya peraturan perundang-undangan
lain mengenai AMDAL, salah satu yang tergolong sangat penting untuk menentukan bentuk
kajian lingkungan yang akan dilakukan adalah Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 17
Tahun 2001 mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL.

Dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan hidup sebagai


upaya sadar dan berencana mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan
yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup, perlu dijaga
keserasian antara berbagai aktivitas (usaha) dan semacamnya. Pada bulan Juni 1990, Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) di Indonesia dibentuk. Mandat BAPEDAL
adalah untuk membantu Presiden dalam mengelola dampak pencemaran. Pada saat itu Emil
Salim, Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup menjabat Ketua BAPEDAL
dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Misi BAPEDAL adalah untuk
melaksanakan fungsi pemerintah untuk mengendalikan dampak lingkungan dengan
menggunakan prinsip-prinsip ekologi dalam pemanfaatan sumberdaya alam sehingga dampak
negatif pembangunan tidak mengubah fungsi lingkungan. Kebijakan pengelolaan lingkungan
BAPEDAL meliputi pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya secara efektif; peminimalan
limbah; daur-ulang; dan pembuangan yang aman; penggunaan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) sebagai alat untuk pembangunan yang berkelanjutan; peminimalan
penggunaan bahan-bahan berbahaya dan pengelolaan limbah berbahaya yang dihasilkan;
pengembangan sistem pendukung pengelolaan lingkungan seperti kelembagaan, hukum,
insentif, pelatihan, laboraturium, sistem informasi, dan lain-lain; dan peningkatan kesadaran
dan partisipasi masyarakat luas. (Bapedal & EMDI, 1992).

Hal tersebut bermakna bahwa pemerintah Indonesia telah memandang dan


menempatkan lingkungan hidup sebagai salah satu faktor penting yang menunjang
pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Untuk itu masalah lingkungan hidup harus mendapat
perhatian ekstra dari seluruh komponen masyarakat bangsa Indonesia. Permasalahan
lingkungan hidup lebih terasa signifikansinya bila ditinjau dari aspek pembangunan yang
menitik beratkan pada pembangunan ekonomi yang dalam hal ini adalah satu lokomotif
pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat yakni peningkatan
pertumbuhan perusahaan-perusahaan (industri).

Kehadiran perusahaan-perusahaan (industri) pada kenyataannya tidak hanya


memberikan keuntungan semata, akan tetapi juga menimbulkan dampak yang menimbulkan
permasalahan, khususnya yang berkaitan dengan pencemaran akibat limbah industri yang
dihasilkannya.Upaya pengaturan dan pencegahan serta pengendalian pencemaran limbah
industri menjadi sebuah keharusan, baik oleh pemerintah, pelaku usaha maupun peran serta
masyarakat pada umumnya.
AMDAL diperlukan dengan tugas menjaga kualitas lingkungan supaya tidak rusak
karena adanya kegiatan-kegiatan pembangunan seperti dijelaskan sebelumnya. Soeratmo, G,
(2002), menjelaskan bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan nya
melakukan berbagai aktivitas dari yang sederhana sampai yang sangat canggih, mulai dari
yang hanya sedikit saja merubah sumberdaya alam dan lingkungan sampai yang
menimbulkan perubahan besar. Pada awal kebudayaan manusia perubahan lingkungan oleh
aktivitas manusia masih dalam kemampuan alam untuk memulihkan diri sendiri secara
alamiah, tetapi aktivitas manusia makin lama makin menimbulkan perubahan sumberdaya
alam dan lingkungannya. Perubahan-perubahan lingkungan makin lama makin menimbulkan
kerugian bagi manusia sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, kesejahteraannya,
bahkan keselamatan dirinya, yaitu dalam bentuk dampak kegiatan pembangunan atau
akibatakibat sampingan dengan adanya kegiatan pembangunan. Oleh karena itu untuk
menghindari akibat-akibat atau dampak-dampak tersebut, perlu dipersiapkan rencana
pengendalian dampak negatif yang akan terjadi. Untuk itu perlu memperkirakan dampak-
dampak apa saja yang akan terjadi, langkah ini disebut dengan prakiraan dampak atau
pendugaan dampak atau Environmental Impact Assessment dan langkah-langkah tersebut
merupakan proses dalam AMDAL. Dengan demikian AMDAL dilakukan untuk
mengendalikan setiap kegiatan pembangunan supaya mengacu pada pendekatan ansipasi
terhadap perubahan lingkungan dan ekosistem dan dapat mempunyai kegunaan dan manfaat
bagi masyarakat. Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran
yang diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan
pemerintah tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah satu
syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi
AMDAL sebelum memberikan ijin usaha/kegiatan. AMDAL digunakan untuk mengambil
keputusan tentang penyelenggaraan/ pemberian ijin usaha dan / atau kegiatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Amdal


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang sering disingkat AMDAL,
merupakan reaksi terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia yang
semakin meningkat. Reaksi ini mencapai keadaan ekstrem sampai menimbulkan sikap
yang menentang pembangunan dan penggunaan teknologi tinggi.Dengan ini timbullah
citra bahwa gerakan lingkungan adalah anti pembangunan dan anti teknologi tinggi
serta menempatkan aktivis lingkungan sebagai lawan pelaksana dan perencana
pembangunan.Karena itu banyak pula yang mencurigai AMDAL sebagai suatu alat
untuk menentang dan menghambat pembangunan.
AMDAL adalah singkatan dari analisis mengenai dampak lingkungan. Dalam
peraturan pemerintah no. 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak
lingkungan disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar
dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Kriteria mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup
antara lain:

1. jumlah manusia yang terkena dampak

2. luas wilayah persebaran dampak

3. intensitas dan lamanya dampak berlangsung

4. banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak

5. sifat kumulatif dampak

6. berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak

Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan pemerintah
tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah satu syarat
perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi
AMDAL sebelum memberikan ijin usaha/kegiatan. AMDAL digunakan untuk
mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau kegiatan.
Dokumen AMDAL terdiri dari :
 Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)
 Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
 Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
 Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
Tiga dokumen (ANDAL, RKL dan RPL) diajukan bersama-sama untuk dinilai oleh
Komisi Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan apakah rencana usaha
dan/atau kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan apakah perlu
direkomendasikan untuk diberi ijin atau tidak.
AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat
pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan. Hal-hal yang
dikaji dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosialbudaya,
dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan. AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk
pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
Guna amdal
• Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah
• Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau kegiatan
• Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau
kegiatan
• Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup
• Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana
usaha dan atau kegiatan

2.2 Peranan AMDAL


Persoalan kerusakan lingkungan akibat industri dan rumah tangga, khususnya
di Negara berkembang seperti Indonesia sudah sangat kompleks dan sudah
menghawatirkan. Karena itu perlu kesadaran semua pihak untuk turut menangai
pencemaran lingkungan. Pemerintah melalui kebijakan dan aturan harus mampu
mengatur industi dalam pengolahan limbah baik cair, kayu dan udara. Pihak
industripun harus menyadari peranan pencemarannya yang sangat besar sehingga
harus mau membangun pengolahan limbah. Masyarakat pun harus mempunyai
peranan yang sangat besar dalam pengolahan limbah rumah tangga dan lingkungan
sekitar sehingga kelestarian lingkungan baik, udara, tanah maupun air dapat terjaga
dengan baik.

Amdal dilakukan untuk menjamin tujuan proyek-proyek pembangunan yang


bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat tanpa merusak kualitas lingkungan hidup.
Amdal bukanlah suatu proses yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari
proses Amdal yang lebih besar dan lebih penting sehingga Amdal merupakan bagian
dari beberapa hak berikut :

7. Pengelolaan lingkungan

8. Pemantauan proyek

9. Pengelolaan proyek

10. Pengambilan keputusan

11. Dokumen yang penting

AMDAL bukan suatu proses yang berdiri sendiri melainkan bagian dari proses
AMDAL yang lebih besar dan penting, menyeluruh dan utuh dari perusahaan dan
lingkungannya, sehingga AMDAL dapat dipakai untuk mengelola dan memantau
proyek dan lingkuangannya deengan menggunakan dokumen yang benar.

Selanjutnya, beberapa peran AMDAL dijelaskan sebagai berikut : Peran AMDAL


dalam pengelolaan lingkuangan.Aktivitas pengelola lingkungan baru dapat dilakukan
apabila rencana pengelolaan lingkungan telah disusun berdasarkan perkiraan dampak
lingkungan yang akan timbul akibat dari proyek yang akan dibangun.Dalam
kenyataan nanti,apabila dampak lingkungan yang telah diperkirakan jauh berbeda
dengan kenyataan, ini dapat saja terjadi karena kesalahan-kesalahan dalam menyusun
AMDAL atau pemilik proyek tidak menjalankan proyeknya sesuai AMDAL .Agar
dapat dihindari kegagalan ini maka pemantauan haruslah dilakukan sedini
mungkin,sejak awal pembangunan,secara terus menerus dan teratur.
AMDAL sebagai dokumen penting.Laporan AMDAL merupakan dokumen
penting sumber informasi yang detail mengenai keadaan lingkungan pada waktu
penelitian proyek dan gambaran keadaan lingkungan di masa setelah proyek
dibangun.Dokumen ini juga penting untuk evaluasi,untuk membangun proyek yang
lokasinya berdekatan dan dapat digunakan sebagai alat legalitas.

AMDAL dimaksudkan sebagai alat untuk merencanakan tindakan preventif


terhadap kerusakanlingkungan yang mungkin akan ditimbulkan oleh suatu aktivitas
pembangunan yang sedang direncanakan.

Dampak, adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas, yang
dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik maupun biologi.Dalam konteks AMDAL,
penelitian dampak dilakukan karena adanya rencana aktivitas manusia dalam
pembangunan.

2.3 Manfaat AMDAL


1. Bagi Pemerintahan.

a) Menghindari perusakan lingkungan hidup seperti timbulnya pencemaran


air, pencemaran udara, kebisingan, dan lain sebagainya. Sehingga tidak
mengganggu kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan masyarakat.
b) Menghindari pertentangan yang mungkin timbul, khususnya dengan
masyarakat dan proyek - proyek lain.
c) Mencegah agar potensi dumber daya yang dikelola tidak rusak.

d) Mencegah rusaknya sumber daya alam lain yang berada diluar lokasi
proyek, baik yang diolah proyek lain, masyarakat, ataupun yang belum
diolah.

2. Bagi pemilik modal.

a) Menentukan prioritas peminjaman sesuai dengn misinya.

b) Melakukan pengaturan modal dan promosi dari berbagai sumber modal.

c) Menghindari duplikasi dari proyek lain yang tidak perlu.

d) Untuk dapat menjamin bahwa modal yang dipinjamkan dapat dibayar


kembali oleh proyek sesuai pada waktunya, sehingga modal tidak
hilang.
3. Bagi pemilik proyek.
a) Melihat masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi dimasa yang akan
datang.
b) Melindungi proyek yang melanggar undang – undang atau peraturan yang
berlaku.
c) Mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah yang akan dihadapi dimasa
yang akan datang.
d) Melindungi proyek dari tuduhan pelanggaran atau suatu damoak negatif
yang sebenarnya tidak dilakukan.
4. Bagi masyarakat.

a) Mengetahui rencana pembangunan didaerahnya.

b) Turut serta dalam pembangunan di daerah sejak awal.

c) Mengetahui kewajibannya dalam hubungan dengan proyek tersebut.

d) Memahami hal ihwan mengenai proyek secara jelas akan ikut


menghindarkan timbulnya kesalahpahaman.

5. Bagi peneliti dan ilmuan.

a) Kegunaan didalam penelitian.

b) Kegunaan didalam analisis kemajuan dan ilmu pengetahuan.

c) Kegunaan didalam meningkatkan keterampilan didalam penelitian dan


meningkatkan pengetahuan.

2.4 Kriteria wajib AMDAL


Kriteria ini hanya diperlukan bagi proyek-proyek yang menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan yang pada umumnya terdapat pada rencana-rencana
kegiatan berskala besar, kompleks serta berlokasi di daerah yang memiliki lingkungan
sensitif.
Jenis-jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
AMDAL dapat dilihat pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 17
tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan
AMDAL.
Jenis Usaha dan Atau Kegiatan Wajib AMDAL:
1. Pertahanan dan Keamanan
2. Pertanian
3. Perikanan
4. Kehutanan
5. Kesehatan
6. Perhubungan
7. Teknologi Satelit
8. Perindustrian
9. Prasarana Wilayah
10. Energi dan Sumber Daya Mineral
11. Pariwisata
12. Pengelolaan
2.5 Prosedur Amdal
Prosedur AMDAL terdiri dari :
• Proses penapisan (screening) wajib AMDAL
• Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat
• Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)
• Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL
Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi kegiatan wajib AMDAL,
yaitu menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau
tidak. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Berdasarkan Keputusan
Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana
kegiatannya selama waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi
masukan yang diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat
terlebih dulu sebelum menyusun KA-ANDAL. Proses penyusunan KA-ANDAL.
Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk menentukan lingkup permasalahan
yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses pelingkupan). Proses penilaian KA-
ANDAL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen KAANDAL
kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu
maksimal untuk penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang
dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali
dokumennya. Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL,
RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati
(hasil penilaian Komisi AMDAL). Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL.
Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen ANDAL, RKL dan RPL
kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu
maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu
yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali
dokumennya.
2.6 Yang Menyusun Amdal
Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan. Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa
konsultan untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL
harus telah memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan
standar minimal cakupan materi penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan
Kepala Bapedal Nomor 09/2000. Siapa saja pihak yang terlibat dalam proses
AMDAL? Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai
AMDAL, pemrakarsa, dan masyarakat yang berkepentingan. Komisi Penilai
AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat pusat
berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi berkedudukan
di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat
Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup
Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga
masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini.
Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi
Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan
Bupati/Walikota. Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang
bertanggungjawab atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilaksanakan. Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh
atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan
antara lain sebagai berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau
kegiatan, faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada
lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilainilai atau norma yang dipercaya.
Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi
masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dilakukan untuk menjaga


kualitas lingkungan supaya tidak rusak karena adanya kegiatan-kegiatan
pembangunan. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia.
AMDAL merupakan instrumen pengelola lingkungan yang wajib disusun oleh
penyelenggara kegiatan/usaha yang melakukan kegiatan/usaha yang termasuk dalam
daftar wajib AMDAL.

AMDAL terdiri dari :

1. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL)

2. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

3. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)

4. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

Persyaratan Kompetensi Dalam Penyusunan Dokumen Amdal

1. Dokumen Amdal yang diajukan kepada Komisi Penilai Amdal wajib disusun
oleh pemrakarsa.

2. Dalam penyusunan dokumen Amdal pemrakarsa dapat meminta bantuan


kepada lembaga penyedia jasa penyusunan dokumen Amdal yang telah
mendapatkan tanda registrasi kompetensi.
3. Penyusun dokumen Amdal wajib memiliki sertifikat kompetensi.

4. Dalam penyusunan dokumen Amdal, penyusun dokumen Amdal wajib


menggunakan data dan/atau informasi yang sahih dan sesuai dengan kaidah ilmiah.
5. Komisi Penilai Amdal wajib menolak pengajuan dokumen Amdal yang
penyusunannya tidak memenuhi ketentuan.
TAHAPAN PENILAIAN AMDAL

Penilaian Amdal dilakukan dengan tahap sebagai berikut :

1. Penerimaan dan penilaian KA secara administratif.

2. Penilaian KA secara teknis.

3. Persetujuan KA.

4. Penerimaan dan penilaian permohonan izin lingkungan hidup berdasarkan


Andal dan RKL-RPL.
5. Penilaian Andal dan RKL-RPL secara teknis.

6. Penilaian kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup berdasarkan


Andal dan RKL-RPL.
7. Penyampaian rekomendasi hasil penilaian kelayakan lingkungan hidup.

Kendala dalam penilaian dokumen Amdal dan solusinya

1. Kelengkapan administrasi

2. Perbaikan KA yang lama oleh konsultan

Anda mungkin juga menyukai