Anda di halaman 1dari 11

Mata Kuliah : Etika profesi

Dosen Penanggung Jawab : Andi Bungawati, SKM., M,SI.

MELAKUKAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK KESEHATAN


LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH :
MOH ADAM
TINGKAT III NON REGULER

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI DIII SANITASI
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Undang –undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan
mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi –tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis, serta setiap manusia berhak mendapatkan
lingkungan yang sehat dalam pencapaian derajat kesehatan.

Dalam rangka mewujudkan pencapaian derajat kesehatan diperlukan


adanya pengelolaan dan perlindungan terhadap lingkungan salah satu upaya
yang dapat dilakukan dengan Analsis Risiko Kesehatan Lingkungan, hal ini
juga di perkuat oleh Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1
ayat 9 yang menyatakan Analisis Risiko adalah metode atau pendekatan untuk
mengkaji lebih cermat terhadap potensi risiko kesehatan yang berkenaan
dengan kualitas media lingkungan.

ARKL (risk assessment)dilakukan dengan maksud untuk


mengidentifikasi bahaya apa saja yang membahayakan, memahami hubungan
antara dosis agen resiko dan respon tubuh yang diketahui dari berbagai
penelitian, mengukur seberapa besar pajanan agen risiko tersebut dan
menetapkan tingkat risiko suatu agen resiko tidak aman atau tidak bisa
diterima pada suatu populasi tertentu dan memberikan pengelolaan resiko
yang dibutuhkan.

AMDAL untuk pertama kalinya lahir dengan dicetuskannya Undang-


Undang lingkungan hidup yang disebut National Environmental Policy Act
(NEPA) oleh Amerika Serikat pada Tahun 1969. NEPA mulai berlaku pada
tanggal 1 Januari 1970. Pasal 102 ayat (2) (C) dalam undang-undang ini
menyatakan bahwa semua usulan legislasi dan aktivitas pemerintah federal
yang besar diperkirakan akan mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan diharuskan disertai laporan Enviromental Impact Assesment
(Analisis Dampak Lingkungan).

AMDAL dengan cepat menyebar di negara-negara maju yang


kemudian disusul oleh negara berkembang dengan banyaknya pihak yang
telah merasakan bahwa AMDAL adalah alat yang mampu untuk menghindari
terjadinya kerusakan lingkungan yang lebih parah akibat aktivitas manusia.
Dengan mengacu pada NEPA, maka untuk pertama kalinya pada tahun 1982
Indonesia mencetuskan Undang-Undang Lingkungan Hidup Nomor 4 Tahun
1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-undang ini merupakan langkah awal Indonesia untuk menjadikan
pembangunan berwawasan lingkungan. Pasal 16 UULH Nomor 4 Tahun 1982
menyatakan bahwa setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak
penting terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi dengan analisis mengenai
dampak lingkungan yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah.

AMDAL dimaksudkan untuk pembangunan, perbaikan pembangunan,


perbaikan pembangunan diidentifikasi dengan AMDAL. AMDAL merupakan
salah satu alat pembangunan berkelanjutan sebagai sarana pengambilan
keputusan di tingkat pelaksanaan usaha. Seharusnya amdal sebagai salah satu
motor pembangunan, namun jika dalam pelaksanaanya salah langkah maka
proses AMDAL bisa menjadi beban.

Kedudukan dan fungsi AMDAL bagi suatu perusahaan juga dapat


memberikan rambu-rambu pada tujuan perusahaan. Menurut Bryant Maynard
Jr dan Susan E Mehrtens dalam perspektif ilmu hukum perusahaan, tujuan
perusahaan tidak hanya berfokus untuk mencari keuntungan (profit), namun
juga menciptakan kesejahteraan sosial (people) dan melestarikan lingkungan
hidup (planet).19 Selanjutnya Elkinston Elkinston menegaskan bahwa
perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka
(profit). Melainkan pula, memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan
(planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Melakukan Analisis Mengenaik Dampak Kesehatan
Lingkungan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian AMDL
Pada dasarnya setiap pembangunan menyebabkan terjadinya perubahan
lingkungan. Dampak pembangunan ini ada yang bersifat positif maupun negatif.
Oleh karena itu, setiap rencana pembangunan perlu disertai dengan wawasan jauh
ke depan tentang perkiraan timbulnya dampak tersebut. Wawasan ini diterapkan
dengan mengadakan analisis perkiraan dampak penting terhadap komponen
lingkungan fisik, kimia, biologi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat. Analisis
tersebut harus dilakukan secara terperinci tentang dampak negatif maupun dampak
positif yang akan timbul, sehingga sejak dini dapat dipersiapkan langkah untuk
menanggulanginya (Supardi, 2003).
Pembangunan kita perlukan untuk mengatasi banyak masalah, termasuk
masalah lingkungan, namun pengalaman menunjukkan, pembangunan mempunyai
dampak negatif. Dengan adanya dampak negatif tersebut, haruslah kita waspada.
Pada satu pihak kita tidak boleh takut untuk melakukan pembangunan, karena
tanpa pembangunan tingkat kesejahteraan kita akan terus merosot, pada lain pihak
kita harus memperhitungkan dampak negatif dan berusaha untuk menekannya
menjadi sekecil-kecilnya. Pembangunan itu harus berwawasan lingkungan dan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) merupakan salah satu
alat dalam upaya dilakukannya pembangunan berwawasan lingkungan
(Soemarwoto, 1999).
Kegunaan AMDAL, khususnya dalam usaha menjaga kualitas lingkungan adalah:
1. Mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tidak rusak, terutama
sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui; Menghindari efek samping
dari pengolahan sumber daya terhadap sumber
2. daya alam lainnya, proyek-proyek lain dan masyarakat agar tidak timbul
pertentangan-pertentangan; .
3. Mencegah terjadinya perusakan lingkungan akibat pencemaran, misalnya
timbulnya pencemaran air, udara, tanah, kebisingan dan sebagainya sehingga
tidak mengganggu kesehatan, kenyamanan dan keselamatan masyarakat;
Agar dapat diketahui manfaat yang berdayaguna dan berhasilguna bagi
masyarakat, bangsa, dan negara (Supardi, 2003).

Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah merupakan


salah satu Instrumen pencegahan terhadap pencemaran lingkungan hidup (Pasal
14, Undang-Undang N0 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup), sebagaimana definisi AMDAL sesuai dengan Pasal 1 butir
11 Undang-Undang N0 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup adalah Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan, ini
berarti bahwa AMDAL dibuat/disusun pada tahap perencanaan sebelum
memasuki tahap pra konstruksi, bukan pada tahap konstruksi, tahap pasca
konstruksi, tahap operasional apalagi tahap pasca operasional.

Akan tetapi perlu untuk dipahami bahwa AMDAL bukanlah merupakan


suatu alat serbaguna dalam menyelesaikan persoalan-persoalan lingkungan hidup
sebagai akibat dari dampak suatu kegiatan dan/atau usaha yang ada atau yang
akan ada, karena AMDAL hanya merupakan salah satu instrumen saja dan masih
banyak instrumen pencegahan pencemaran terhadap lingkungan hidup yang lain,
akan tetapi yang lebih terpenting adalah bagaimana efektifitas AMDAL dapat
dilaksanakan dan konsistensi para penegak hukum dan pengawas lingkungan
hidup daerah dalam perannya untuk mengawasi dan menegakkan hukum
lingkungan terhadap pelaksanaan dari dokumen AMDAL tersebut oleh para
penanggung jawab usaha/pelaku usaha.

Banyak para pelaku usaha berfikir bahwa AMDAL hanya sebagai pelengkap
proses untuk memilliki izin usaha saja dan sedikit sekali para pelaku usaha
menganggap bahwa dokumen AMDAL itu merupaka suatu janji/komitment
kepeduliannya terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sehingga
dokumen AMDAL yang telah disepakati bersama hanya sebagai penghias lemari
arsip di ruang kerja suatu perusaahan saja, dan terlebih lagi jika pengawasan dan
penegakan hukumnya yang sangat tidak konsistendapat memberi celah kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan semakin tidak memperdulikan
janji/komitmentnya yang dituangkan dalam dokumen AMDAL sebagai rencana
bentuk realisasi kepedulian terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkngan
hidup.

AMDAL merupakan suatu Kajian terhadap dampak yang ditimbulkan oleh


suatu usaha dan/atau kegiatan, baik mengenai dampak penting maupun dampak
negatif akibat dari usaha dan/atau kegiatan dari suatu proyek, Kajian terhadap
dampak positif dan negatif tersebut biasanya disusun dengan mempertimbangkan
aspek lingkungan baik secara Fisik, Kimia, Biologi, sosial-ekonomi, sosial-
budaya, kesehatan masyarakat.

Suatu rencana kegiatan dapat dinyatakan tidak layak lingkungan, jika


berdasarkan hasil kajian AMDAL, dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi
yang ada/tersedia dan juga jika biaya yang diperlukan untuk menaggulangi
dampak negatif yang akan ditimbulkan lebih besar daripada manfaat positif yang
akan ditimbulkan, maka rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dapat
diputuskan tidak layak lingkungan dan tidak dapat dilanjutkan pembangunannya.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Pengaturan AMDAL


AMDAL untuk pertama kalinya lahir dengan dicetuskannya undang-undang
mengenai lingkungan hidup yang disebut National Environmental Policy
Act(NEPA) oleh Amerika Serikat pada tahun 1969. NEPA mulai berlaku
pada tanggal 1 Januari 1970. Pasal 102 (2) (C) dalam undang-undang ini
menyatakan bahwa semua usulan legislasi dan aktivitas pemerintah federal
yang besar yang diperkirakan akan mempunyai dampak penting terhadap ling-
kungan diharuskan disertai laporan Environ-mental Impact Assessment(Analisis
Dampak Lingkungan).
AMDAL dengan cepat menyebar di negara-negara maju yang kemudian
disusul oleh negara berkembang dengan banyaknya pihak yang telah merasakan
bahwa AMDAL adalah alat yang ampuh untuk menghindari terjadinya
kerusakan lingkungan yang lebih parah akibat aktivitas manusia. Dengan
mangacu pada NEPA, maka untuk pertama kalinya pada tahun 1982
Indonesia men-cetuskan Undang-Undang Lingkungan Hidup Nomor 4
Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Undang-undang ini merupakan langkah awal Indonesia untuk
menjadikan pembangunan berwawasan ling-kungan.
Pasal 16 UULH Nomor 4 Tahun 1982 menyatakan bahwa setiap
rencana yang diperkirakan mempunyai dampak pen-ting terhadap lingkungan
hidup wajib di-lengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan yang
pelaksanaannya diatur de-ngan peraturan pemerintah.Untuk menindaklanjuti
operasionalnya, dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dalam Lembaran Ne-gara Tahun
1986 Nomor 42 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3338. Isinya menyatakan
bahwa AMDAL dimaksudkan sebagai bagian dari studi kelayakan pem-bangunan
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Peraturan PemerintahNomor 29 Tahun
1986 kemudian dicabut dan diganti dengan Peraturan PemerintahNomor 51 Tahun
1993 yang kemudian diganti lagi dengan Peraturan PemerintahNomor 27 Tahun
1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Semenjak itulah semakin
banyak munculnya peraturan perundang-undangan lain mengenai AMDAL, salah
satu yang tergolong sangat penting untuk menentukan bentuk kajian lingkungan
yang akan dilakukan adalah Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No-mor 17
Tahun 2001 mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
AMDAL.Dariuraian di atas PelaksanaanAMDAL di Indonesia dapat dibagi
menjadi empat periode yaitu tahap implementasi, pengembangan, perbaikan, dan
revitalisasi.

B. AMDAL dalam Sistem Perizinan Lingkungan.


AMDAL sebagai salah satu persyaratan dalam izin lingkungan merupakan
studi aktivitas yang tersusun secara sistematik dan ilmiah dengan menggunakan
teknik pendekatan yang bersifat interdisipliner bahkan multidisipliner, maka studi
tersebut haruslah tersusun secara runtut dan komprehensif-integral (terpadu-lintas
sektoral)3. AMDAL dalam sistem perizinan berdasarkan UUPPLH:1.AMDAL
sebagai informasi yang harus terbuka bagi masyarakat (BAB VIII, Pasal 62
UUPPLH). 2.AMDAL sebagai alat prediksi kemungkinan terjadinya dampak/ong-
kos.3.AMDAL sebagai alat pemantau/RPL dan pengelolaan/RKL kegiatan.
4.AMDAL sebagai legal evidence.
Dalam konteks perizinan kegiatan usaha, AMDAL akan menjadi tolak ukur
yang mendasar secara spesifik, terkait tindak lanjut perizinan usaha tersebut. Maka
AMDAL tiap-tiap jenis kegiatan usaha akan memiliki analisa ilmiah yang
berbeda-beda pula. AMDAL sebagai dasar pertama sistem perizin usaha akan
berpengaruh besar terhadap izin lingkungan yang akan dikeluarkan oleh
pemerintah. Kemudian akan berlanjut kepada izin usaha/kegiatan. Boleh dikatakan
AMDAL adalah keran utama penentu baik buruknya kualitas izin lingkungan dan
izin kegiatan
C. Penyusunan AMDAL Berdasarkan Peraturan Perundangan-Undangan Se-karang
Ini
Dalam mekanisme AMDAL dikenal adanya dokumen-dokumen yang harus
dipenuhi, yakni Analisis Dampak Ling-kungan (ANDAL), rencana pengelolaan
lingkungan (RKL), rencana pemantauan lingkungan (RPL). PP Nomor 27 Tahun
2012tentang Izin Lingkungan menentukan bahwa pemrakarsa menyusun ANDAL,
RKL dan RPL berdasarkan kerangka acuan yang telah mendapatkan keputusan
instansi yang berkompeten. ANDAL digunakan sebagai telaah yang cermat
mengenai dam-pak suatu kegiatan. Pada dasarnya ANDAL bertujuan untuk
mengalisa suatu kegiatan yang berpotensi memberikan dampak terhadap
lingkungan, yang juga sekaligus nanti-nya akan menjadi salah satu poin penting
dalam pengambilan putusan terkait izin sua-tu kegiatan. RKL adalah uapaya
pananganan dampak besar dan penting yang timbul seba-gai akibat dari rencana
kegiatan. Sedangkan RPL adalah upaya pemantauan komponen lingkungan yang
terkena dampak besar dan penting sebagai akibat dari rencana kegiatan. Secara
ilmiah prosedur pelaksanaan akan bersinggungan dengan disiplin ilmu-ilmu
lainnya. Ini akan menjadi bukti, bahwa AMDAL memiliki metode ilmiah sendiri
dalam setiap jenis kegiatan/usaha.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
Pasal ayat (1), mengamanatkan secara prosedural penyu-sunan dokumen
AMDAL:Tata laksana pelaksanaan AMDAL menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 2012 mengatakan bahwasanya dalam pelaksanaan AMDAL
harus melalui tahapan-tahapan yang diantaranya Setiap Usaha dan/atau Kegiatan
yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL.
Proses penyusunan AMDAL menurut PP ini menguraikan bahwa dalam
penyusunanya melalui tahapan sebagai berikut :a.AMDAL dapat disusun sendiri
oleh pemrakarsa atau meminta bantuan pihak lain.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
AMDAL sebagai salah satu persyaratan dalam izin lingkungan
merupakan studi aktivitas yang tersusun secara sistematik dan ilmiah dengan
menggunakan teknik pende-katan yang bersifat interdisipliner bahkan
multidisipliner.
Penyusunan tahap perenca-naan AMDAL dituangkan ke dalam doku-
men yang terdiri dari: Kerangka Acuan, Andal, RKL-RPL. Selanjutnya
penilaian dokumen KA ANDAL, ANDAL RKL dan RPLkemudian
permohonan izin lingkungan. Bahwa dokumen AMDAL dan/ UKL-UPL
haruslah mencakup semua tahapan, yakni tahap konstruksi, tahap
pelaksanaan, dan tahap pemantauan.Tujuandan sasaran utama AMDAL
adalah untuk menjamin agar suatu usaha atau kegiatan pembangunan dapat
beroperasi secara berkelanjutan tanpa merusak dan mengorbankan lingkungan
atau dengan kata lain usaha atau kegiatan tersebut layak dari segi aspek
lingkungan.
Dokumen RKL-RPL dalam AMDAL merupakan manajemen
lingkungan.Untuk menjaga agar AMDAL sesuai dengan peruntukannya maka
penega-kan hukum administratif menjadi penting dan strategis, hal ini
disebabkan oleh ciri utama sanksi administratif yang bersifat pencegahan dan
pemulihan. Sanksi adminis-tratif berupa:teguran tertulis; paksaan pemerintah;
pembekuan izin lingkungan; atau pencabutan izin lingkungan.
Perlu memaksimalkan pembuatan do-kumen AMDAL dan/atau UKL-
UPL mengacu perundang-undangan yang berlaku, dari awal mulai dari
pengiriman pertama sehingga meminimalisir kebutuhan revisi.
Perlutransparansidana pengurusan AMDAL dan/atau UKL-UPL.
DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi, 2010, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan


Publik, Sinar Grafika, Jakarta.Arief Sidharta, 1999,
Refleksi terhadap Paradigma Ilmu Hukum di Indonesia(Bahan Kuliah
Filsafat Hukum pada Program Pascasarjana Unpad, Bandung.Bagir Manan,
2005.Menyongsong Fajar Otonomi Daerah.
Pusat Studi Hukum, FH UII-Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Barda
Nawawi Arief, 1996, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya,
Bandung. Ikomatussuniah, Perizinan, Pengajar Hukum Perizinan UNTIRTA.Jimly
Asshiddiqie, Penegakan Hukum secara Umum, 2005
Koesnadi Hardjasoemantri, 2001, Hukum Tata Lingkungan, Yogyakarta;
Gadjah Mada University Press. (edisi Revisi, 2005).
M. Daud Silalahi, AMDAL dalam Sistem Hukum Pertambangan, Universitas
Padjadjaran. (Presentasi AMDAL).
M. Hadin Muhjad, 2015, Hukum Lingkungan Sebuah Pengantar Untuk
Konteks Indonesia, Yogyakarta: Genta Publishing.
Mochtar Kusumaatmadja, 1995, Hukum, Masyarakat, dan Pembinaan Hukum
Nasional, Bina Cipta, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai