Judul
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dengan teknik pengumpulan
data saat pandemi yang dilakukan secara daring dengan melakukan analisis berdasarkan
pada ketentuan yang ada dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Disertai
pula kajian teori ilmiah sebagai salah satu dasar pengembangan pemikiran dalam analisis
ini.
Hasil Penelitian
Nichomachean Ethics Dalam Kaitannya Dengan Kedudukan AMDAL Sebagai
Bentuk Perlindungan Lingkungan Hidup Berkelanjutan
Etika Nikomakea adalah salah satu karya terbesar Aristoteles yang di dalamnya terdapat
pemikirannya tentang kebajikan dan moralitas. Etika Nikomakea memusatkan perhatian
pada pentingnya membiasakan berperilaku bajik dan mengembangkan watak yang bajik
pula. Aristoteles menekankan pentingnya konteks dalam perilaku etis, dan kemampuan
dari orang yang bajik untuk mengenali langkah terbaik yang perlu diambil.
Dalam kaitannya dengan lingkungan, sebagaimana yang telah diatur pada pasal 65 ayat
(4) UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlidungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
dinyatakan di dalamnya bahwa “setiap orang berhak untuk berperan dalam rangka
perlindungan dan pengelolan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.” Dalam hal ini, manusia sebagai makhluk sosial memiliki kesempatan dan
kewajiban yang sama dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup karena hal
ini tidak dapat terlepas dari harkat manusia sebagai individu yang turut berperan serta
dalam pemeliharaan lingkungan hidup. Sebagai makhluk yang paling mendominasi
pemberian dampak bagi lingkungan hidup, sudah selayaknya manusia untuk
membiasakan perilaku bajik dan mengembangkan watak yang bajik pula, dengan
demikian pelestarian lingkungan hidup dapat terjaga secara berkelanjutan. Sehingga,
pemanfaatan lingkungan hidup dapat dirasakan oleh tiap-tiap generasi manusia dan
disitulah letak kebahagiaan yang dimaksud dalam etika nikomakea akan tercapai.
Salah satu hal yang kembali perlu disadari bahwa AMDAL memiliki peran penting
sebagai alat pengelolaan dan pemantauan lingkungan bagi kegiatan yang bersangkutan
dengan tujuan untuk menghindari dampak, meminimalisasir dampak, serta melakukan
mitigasi/kompensasi dampak. AMDAL dipandang sebagai “environmental safe guard”
ia bermanfaat dalam pengembangan wilayah, pedoman pengelolaan lingkungan, dan
rekomendasi dalam proses perizinan.18 Sehingga, kedudukannya seharusnya tidak
dianggap remeh dalam pembangunan lingkungan.
Menurut Graham Haughton pada prinsipnya ada 3 dasar dari pembangunan
berkelanjutan, yaitu:
1. Kesetaraan antar generasi kini dan yang akan datang
2. Keadilan sosial
3. Tanggung jawab
Dari ketiga prinsip tersebut menunjukkan bahwa perhatian pembangunan yang dilakukan
masa kini, bukan berarti melakukan eksploitasi secara habis-habisan dalam pemenuhan
kebutuhan ekonomi semata, melainkan ada upaya, kemauan komitmen, tanggung jawab
serta kepedulian yang besar dan lahir dari lubuk hati seorang manusia untuk dapat
memikirkan kondisi masa datang, yang tak lain merupakan generasi muda penerus kita
semua dengan segenap harapan bahwa apa yang mereka butuhkan dalam pemenuhan
hidup dan kehidupan, berada dalam suatu ekosistem yang seimbang dan berkualitas, serta
tersedia dalam keadaan baik. Demikian pula pada prinsip tersebut sebenarnya cukup
mengingatkan kita bahwa dalam melakukan kegiatan yang bersinggungan dengan
lingkungan hidup berkelanjutan agar dapat lebih bijak dan cermat memperhatikan
perlakukan kita terhadap alam sekitar, dengan disertai tujuan bahwa kondisi yang terjadi
hari ini, tidak akan menjadi beban dengan meninggalkan dampak negatif terhadap
lingkungan yang menyebabkan kerusakan dan menggiring menjadi suatu masalah sosial
bagi masyarakat, dengan adanya tanggung jawab dari manusia untuk berperilaku bajik
untuk menjaga, memelihara serta melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup yang ada
dalam kehidupan saat ini senantiasa akan mengantarkan masyarakat kepada suatu
kebahagiaan yang dapat dinikmati secara bersama-sama.
Kesimpulan
Kedudukan AMDAL dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup dapat dilihat dari bagaimana
AMDAL berfungsi sebagai suatu instrumen pencegahan pencemaran lingkungan yang
dapat menentukan mutu lingkungan. AMDAL juga berperan penting sebagai alat
pengelolaan dan alat pemantauan lingkungan bagi kegiatan yang bersangkutan dengan
tujuan untuk menghindari, meminimalisasir serta melakukan kompensasi dampak. Dalam
pengembangan suatu teknologi, diperlukan suatu hal yang dapat dijadikan jaminan bahwa
teknologi tersebut tidak merusak lingkungan. Oleh karena itu, seharusnya keberadaan
AMDAL harus dijadikan fondasi atau dasar utama sebelum suatu proyek/kegiatan
berjalan. Penempatan kedudukan yang salah terhadap AMDAL akan menyebabkan peran
dan fungsi AMDAL tidak akan berjalan semestinya, sehingga menimbulkan dampak-
dampak bagi lingkungan yang padahal, hal-hal seperti ini seharusnya bisa dihindari
sebelum kegiatan pembangunan dilakukan.
Merujuk kepada pandangan Aristoteles mengenai Nichomachean Ethics ada makna
penting yang dapat kita tarik dan kaitkan dengan peran serta fungsi AMDAL yang kerap
diragukan eksistensinya yaitu kebahagiaan senantiasa dapat tercipta dari perilaku bajik
seorang manusia yang kemudian dari perilaku bajik itu lah manusia memiliki kemampuan
untuk merencanakan dengan baik suatu tindakan yang berdampak bagi lingkungannya.
Selaras dengan AMDAL yang merupakan salah satu bentuk analisis terkait dampak
lingkungan dari perencanaan suatu pembangunan. Sederhananya, pembuatan AMDAL
yang baik merupakan refleksi dari manusia yang berperilaku bajik terhadap lingkungan.
Sehingga, terciptanya kebahagiaan di masyarakat menjadi suatu hal yang dengan
sendirinya akan terkaruniai apabila manusia mulai membuka pandangan akan pentingnya
kedudukan AMDAL dalam suatu pembangunan yang berkaitan dengan lingkungan.
Jurnal#2
Penilaian Uji Konsistensi Dokumen AMDAL yang disahkan Oleh Komisi Penilai
AMDAL Provinsi Sumatera Selatan
Tujuan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) merupakan studi atau kajian
dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang dibutuhkan dalam proses
pengambilan keputusan penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup serta dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
yang cukup efektif (Wahyono et al, 2012). Implementasi dokumen AMDAL menjadi
parameter paling peka terhadap keberhasilan kelayakan lingkungan (Masri, 2016).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, AMDAL menjadi salah satu
instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, sehingga
kedudukan AMDAL dalam pengelolaan lingkungan hidup sangat penting dan strategis
(Sukananda dan Nugraha, 2020).
Dengan adanya studi AMDAL diharapkan pelaku usaha dan/atau kegiatan pembangunan
dapat mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam secara efisien, memaksimalkan
dampak positif dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup (Mukono,
2005). Dokumen AMDAL setidaknya dapat meminimalisir berbagai perilaku suatu usaha
dan/atau kegiatan yang akan menjurus kepada perusakan lingkungan (Frastiawan and
Sup, 2020).
Provinsi Sumatera Selatan memiliki banyak kegiatan pembangunan yang berpotensi
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti kegiatan industri. Apabila
tidak dikelola dengan baik, maka pencemaran/kerusakan lingkungan terus terjadi.
Semakin berkembangnya kegiatan industri di Provinsi Sumatera Selatan menyebabkan
terjadinya peningkatan pencemaran terhadap beberapa aliran sungai di Provinsi Sumatera
Selatan, seperti pencemaran Sungai Musi (Setianto dan Fahritsani, 2019). Kasus ini
sangat erat kaitannya dengan mutu dokumen AMDAL kegiatan tersebut, terutama terkait
aspek konsistensi data rona lingkungan awal sebelum kegiatan dilaksanakan, konsistensi
kajian terhadap dampak penting hipotetik yang ditimbulkan oleh kegiatan, konsistensi
dampak lingkungan dengan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Oleh
karena itu, sangat diperlukan penilaian uji konsistensi Dokumen AMDAL di Provinsi
Sumatera Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai uji konsistensi Dokumen
AMDAL yang disahkan oleh Komisi Penilai AMDAL Provinsi Sumatera Selatan.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pada
penelitian ini, pengambilan sampel menggunakan sampling total. Sampling total adalah
teknik pengambilan sampel yang seluruh anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono,
2019).
Pada penelitian ini dilakukan uji konsistensi terhadap Dokumen AMDAL dengan
menggunakan formulir uji yang telah disiapkan. Pedoman penilaian aspek konsistensi
dokumen AMDAL adalah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun
2013 tentang Tata Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta
Penerbitan Izin Lingkungan dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penilaian serta Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Dalam Pelaksanaan Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.
Hasil penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, tidak ada dokumen AMDAL yang diteliti memiliki hasil uji
konsistensi 100%. Hasil uji konsistensi antara 25,38% - 95,84%. Berikut ini merupakan
penjabaran mengenai hasil uji konsistensi.
1. Kegiatan Pembangunan Stockpile Batubara, Hauling Road, Terminal Khusus dan
Fasilitas Pendukung
Uji konsistensi dilakukan terhadap 33 DPH. Hasil uji konsistensi antara 21,21% - 39,39%,
Hasil uji konsistensi DPH Hasil Pelingkupan pada KA-ANDAL dengan metode studi,
metode prakiraan dampak, rona lingkungan awal, prakiraan besaran dampak, sifat penting
dampak, evaluasi secara holistik, RKL dan RPL kurang dari 40%. Konsistensi yang paling
rendah adalah konsistensi antara DPH Hasil Pelingkupan pada KA-ANDAL dengan
prakiraan besaran dampak, evaluasi secara holistik, RKL dan RPL, yaitu 7 dari 33 DPH
(21,21%). Hal ini disebabkan karena banyak DPH baru pada dokumen ANDAL, RKL-
RPL tidak dilingkup pada KA-ANDAL dan DPH yang sudah dilingkup pada KA-
ANDAL tidak semua dikaji pada Dokumen ANDAL, RKL-RPL.
Semua DPH Hasil Pelingkupan Pada KA-ANDAL sudah konsisten dengan metode studi,
metode prakiraan dampak, prakiraan besaran dampak, sifat penting dampak, evaluasi
secara holistik, rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup, tetapi
konsistensi dengan rona lingkungan awal hanya 53,85%. Hal ini disebabkan karena
banyak data rona lingkungan awal tidak terdapat pada Dokumen ANDAL, seperti data
kondisi air larian eksisting dan kondisi sungai pada lokasi kegiatan, data tingkat
kebisingan sebelum adanya kegiatan dan data terkait lalu lintas sungai.
Menurut Wagner dan Suteki (2019), dokumen AMDAL yang memiliki mutu yang
berbeda dipengaruhi oleh kualitas penyusun dan penilai AMDAL. Penyusun dan penilai
AMDAL yang berkualitas akan menghasilkan Dokumen AMDAL dengan aspek
konsistensi baik dan sangat baik, sedangkan penyusun dan penilai AMDAL yang tidak
berkualitas akan menghasilkan Dokumen AMDAL dengan aspek konsistensi buruk.
Dokumen AMDAL dengan hasil uji mutu aspek konsistensi baik dan sangat baik (Tabel
14) disusun oleh tim atau konsultan penyusun Dokumen AMDAL berkompeten yang
dibuktikan dengan keabsahan bukti registrasi Lembaga Penyedia Jasa Penyusunan (LPJP)
AMDAL bagi penyusun yang memiliki LPJP AMDAL, kepemilikan Sertifikat
Kompetensi Penyusun Dokumen AMDAL, riwayat pengalaman menyusun Dokumen
AMDAL dan sertifikat keahlian yang dimiliki. Penilai Dokumen AMDAL, yaitu Komisi
Penilai AMDAL Provinsi Sumatera Selatan juga memiliki kualitas yang baik.
Jurnal#3
Tujuan
Metode penelitian
Metode kualitatif dengan fokus deskriptif diambil dalam penelitian ini. Angka penelitian
kualitatif adalah yang didasarkan pada kebenaran pada sisi kriteria ilmu empiris yang
berusaha mengeksploitasi, mendeskripsikan, menjelaskan, dan mengantisipasi peristiwa
yang terjadi dalam situasi sosial (Aan, Komariah dan Santori 2010).
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data model interaktif, yang terdiri
dari tahapan-tahapan sebagai berikut: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hal ini dilakukan dengan mencari makna dari setiap
gejala yang diperoleh dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin
ada, aliran kausalitas fenomena, dan proposisi yang dapat disimpulkan dengan dukungan
teori dan penyempurnaan teori (Sugiyono 2016).
Hasil penelitian
Kehadiran tambang di Desa Sempayau memberikan dampak yang cukup besar bagi
kehidupan warga setempat, khususnya yang berkaitan dengan sosial ekonomi
masyarakat. Berikut ini adalah beberapa konsekuensi yang diakibatkan oleh adanya
keseimbangan batubara di Desa Sempayau:
1. Dampak Positif
Ada sedikit keraguan bahwa penambangan batu bara di Desa Sempayau memiliki dampak
yang
baik, yang dirasakan oleh masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Keberadaan perusahaan tambang batubara dapat memberikan efek menguntungkan bagi
masyarakat Desa Sempayau, yang dapat mengarah pada peningkatan taraf hidup mereka.
Beberapa contoh dampak yang menguntungkan ini adalah sebagai berikut:
a. Membuka Lapangan Kerja
Sebelum ada perusahaan batu bara di daerah itu bernama PT.GAM, mayoritas perhatian
masyarakat tertuju pada pertanian. Namun, hasil yang diperoleh dari kegiatan pertanian
tidak memuaskan. Hal ini dikarenakan tanah yang tidak subur akibat panasnya batu bara
di daerah tersebut menghambat penanaman tanaman subur di daerah desa Sempayau
berada. Warga desa bersyukur bahwa ada perusahaan batu bara (PT.GAM) di daerah
tersebut karena telah membantu mengurangi pengangguran dan meningkatkan
kesempatan kerja.
b. Meningkatkan ekonomi masyarakat lokal
Beberapa warga Desa Sempayau tidak mampu membiayai pendidikan anak-anak mereka
agar mereka dapat menyelesaikan tingkat Pendidikan sampai ke perguruan tinggi karena
kendala keuangan. Keberadaan perusahaan batu bara di Desa Sempayau yang berdampak
baik bagi masyarakat membuat masyarakat senang dan bermanfaat. Efek langsungnya
adalah pada perekonomian mereka. Orang-orang mampu memenuhi kebutuhan sehari-
hari mereka dan membayar pendidikan anak-anak mereka.
c. Meningkatkan Usaha Masyarakat lokal
Merupakan tanggung jawab perusahaan batu bara di Desa Sempayau untuk meningkatkan
iklim ekonomi masyarakat dengan mendorong pembangunan fasilitas baru untuk
pemanfaatan
masyarakat dalam meningkatkan usaha masyarakat setempat, khususnya usaha
perdagangan, peningkatan usaha sarang burung walet, usaha depo air, dimana usaha depo
air rakyat bekerja sama dengan perusahaan batu bara, dan masyarakat yang menyediakan
air minum bagi perusahaan. Selain itu, ketring merupakan bisnis yang terus berkembang
sebagai dampak langsung dari keberadaan perusahaan batubara.
d. Pembangunan Infrastruktur
Kehadiran kegiatan pertambangan batubara di Desa Sempayau antara lain diikuti dengan
pembangunan berbagai jenis infrastruktur, antara lain jalan, sekolah, dan tempat ibadah.
Masyarakat baik di dalam maupun di luar area pertambangan diuntungkan dengan adanya
infrastruktur yang dibangun perusahaan batu bara. Ini karena infrastrukturnya ada.
Perusahaan batubara di Desa Sempayau telah memberikan kontribusi yang signifikan
bagi desa dengan membangun berbagai bangunan dan infrastruktur. Selain itu,
perusahaan batu bara memasok masyarakat dengan fasilitas yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perusahaan telah membangun sejumlah
fasilitas, salah satunya fasilitas untuk membangun dan memelihara jalan bagi masyarakat
Desa Sempayau.
2. Dampak Negatif
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan batubara sebagai akibat dari kegiatan
yang
terkait dengan penambangan batubara adalah keadaan yang baik secara langsung maupun
tidak
langsung menimbulkan kerugian bagi masyarakat desa sempayau. Secara tidak langsung,
efeknya adalah kerugian yang akan ditimbulkan oleh korporasi, yang kemudian akan
diteruskan kepada masyarakat di beberapa titik di masa depan. Salah satunya adalah
lubang menganga yang tertinggal di tanah setelah penggalian dilakukan oleh perusahaan
batubara.
Menurut temuan penelitian yang dilakukan, perusahaan batubara bertanggung jawab atas
sejumlah dampak yang merugikan, yang semuanya berdampak buruk terhadap kehidupan
sosial dan ekonomi masyarakat yang tinggal di desa Sempayau. Adalah sebagai berikut:
a. Penebangan hutan untuk kegiatan pertambangan
Keberadaan penambangan batu bara di daerah sekitar Desa Sempayau bertanggung jawab
atas berkurangnya luas hutan di sekitarnya, kegiatan penambangan batu bara
menggambarkan kondisi hutan saat ini, yaitu semakin menipis, dan terjadi perubahan
lingkungan sebagai akibat
dari penambangan. Pergeseran flora dan fauna ekosistem inilah yang menyebabkan
keadaan menjadi semakin gersang. Kegiatan penambangan yang meninggalkan lubang
tersebut berpengaruh pada ekosistem di sekitarnya karena tanah yang mereka tempati
tidak dapat lagi dimanfaatkan untuk keperluan pertanian.
b. Pencemaran Lingkungan
Kontaminasi air bersih merupakan dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat baik
secara
langsung maupun tidak langsung. Ada beberapa aliran sungai di Desa Sempayau yang
saat ini
sudah keruh. Warga Desa Sempayau mengalami bahaya langsung berupa debu yang
diakibatkan oleh pengangkutan truk perusahaan batu bara, yang mengakibatkan
pencemaran udara. Tidak diragukan lagi bahwa polusi debu atau undara memiliki efek
pada kesehatan masyarakat, ke titik di mana hal itu dapat merugikan kesehatan
masyarakat atau ekonomi.