Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia sebagaimana yang tercantum

dalam UUD 1945, UU Kes. No. 36 Tahun 2009 dan sekaligus sebagai

investasi, sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan oleh

setiap individu dan seluruh komponen bangsa, agar masyarakat dapat

menikmati hidup sehat, pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang optimal. Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah

penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai

kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat

kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan

umum dari tujuan nasional. (Depkes, RI, 2010)

Isu permasalahan kesehatan tentang Kesehatan yang Baik dan

Kesejahteraan Air Bersih dan Sanitasi, merupakan dua dari 17 Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goal) atau SDGS,

yang merupakan lanjutan dan penyempurnaan dari Tujuan Pembangunan

Milenium atau MDGS yang telah berakhir pada tahun 2015. Dua dari 17 tujuan

SDGS tersebut menyangkut kesehatan terdiri dari, 1) menjamin kehidupan

yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia, 2)

menjamin ketersediaan dan manajemen air dan sanitasi bagi semua Orang

secara berkelanjutan (Sustainable Development, 2016).

1
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara

pada Tahun 2016 di ketahui bahwa dari 10 besar penyakit di temukan

penyakit, dengan urutan kasus terbanyak yaitu penyakit ISPA dengan total

jumlah 119.626 kasus. Sedangkan jumlah kasus terendah adalah penyakit

demam berdarah (DBD) dengan jumlah kasus 2.269 kasus.

Kabupaten Konawe adalah salah satu bagian dari daerah Provinsi

Sulawesi Tenggara dengan luas wilayah daratannya sebesar 666.652 km atau

17,48 persen dari luas wilayah daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Selain

dari wilayah daratan terdapat pulau-pulau kecil yaitu pulau Wawonii, pulau

Bokori, pulau Saponda Laut, pulau Saponda Darat.Secara Administratif

wilayah Kabupaten Konawe terbagi dalam 30 (tiga puluh) Kecamatan yang

meliputi 20 (dua puluh) kecamatan wilayah darat yang meliputi 220 Desa dan

50 Kelurahan, dan 10 (sepuluh) kecamatan wilayah pesisir dan laut meliputi

90 Desa dan 8 Kelurahan.

Desa bajo indah merupakan salah satu wilayah yang terdapat di

kecamatan soropia, yang terdiri atas 3 dusun. Dengan jumlah penduduk Pada

dusun satu sebesar 268 jiwa, dan jumlah penduduk pada dusun dua sebesar

244 jiwa sedangkan pada dusun tiga terdapat 154 jiwa. dengan total jumlah

penduduk sebanyak 666 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 178 KK, yang

terdiri dari tiga dusun yaitu pada dusun satu terdapat 72 KK, dusun dua

terdapat 63 KK, dan dusun tiga terdapat 43 KK.

2
Praktek Belajar Lapangan (PBL) merupakan suatu proses belajar untuk

mendapatkan kemampuan profesional kesehatan masyarakat yang didapatkan

selain melalui Pengalaman Belajar Ceramah (PBC) dan Pengalaman Belajar

Praktek (PBP). PBL dilaksanakan untuk menambah pengalaman dan

pengetahuan tentang situasi lapangan masalah kesehatan masyarakat; serta

pembelajaran lapangan untuk memecahkan masalah kesehatan masyarakat

berdasarkan seluruh siklus pemecahan masalah kesehatan masyarakat. Seluruh

siklus pemecahan masalah kesehatan masyarakat tersebut dilaksanakan dalam

3 tahap PBL, yakni PBL I, II, dan III, dengan muatan siklus pemecahan

masing-masing. PBL I bertujuan untuk melakukan analisa situasi kesehatan

masyarakat, dan menentukan prioritas masalah hingga penentuan program

pemecahan masalah berdasarkan hasil analisa.

Analisa situasi kesehatan pada PBL I dilakukan dengan menggunakan

kerangka konsep analisa situasi dengan pendekatan Hendrik L. Blum.

Hasilnya, diperoleh kejelasan tentang daftar masalah kesehatan masyarakat di

Desa Bajo Indah sebagai lokasi PBL, serta keterkaitan antar berbagai masalah

tersebut. Masalah-masalah kesehatan tersebut terfokus pada 1 (satu) masalah

pokok dengan jumlah kasus terbanyak yaitu tempat pembuangan sampah.

3
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menganilisis dan memprioritaskan masalah kesehatan masyarakat dan

menyusun rencana program intervensinya, berdasarkan hasil identifikasi

masalah yang di dapat pada PBL I di Desa Bajo Indah Kec. Soropia Kab.

Konawe.

2. Tujuan Khusus

1. Menganalisis dan memprioritaskan masalah kesehatan masyarakat

dengan mengunakan metode CARL di Desa Bajo Indah Kec. Soropia

Kab. Konawe tahun 2018

2. Menentukan tujuan pemecahan masalah kesehatan masayarakat yang

telah di prioritaskan

3. Menyusun alternatif pemecahan masalah kesehatan masyarakat

berdasarkan tujuan pemecahan masalah kesehatan masyarakat

4. Memprioritaskan alternatif pemecahan masalah kesehatan masyarakat

berdasarkan tujuan prioritas masalah

5. Menyusun rencana program intervensi kesehatan masyarakat di Desa

Bajo Indah Kec. Soropia Kab. Konawe.

4
C. Manfaat

1. Masyarakat Desa Bajo Indah

Dapat menjadi contoh dan motivasi bagi masyarakat dalam

meningkatkan derajat kesehatan secara pribadi maupun kelompok. Membina

situasi kesehatan Desa Bajo Indah. Membina peran serta masyarakat di Desa

Bajo Indah dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk membangun

hidup yang sehat.

2. Program Studi Kesehatan Masyarakat

Terlaksananya Kurikulum Akademik untuk mempersiapkan

Mahasiswa yang handal pada program studi S1 Kesehatan Masyarakat STIK

Avicenna. Sebaga bentuk aplikasi tridarma institusi pendidikan program studi

S1 Kesehatan Masyarakat dalam melahirkan Sarjana Kesehatan Masyarakat

(SKM) yang bermutu. Sebagai bentuk implimentasi tridarma institusi

pendidikan deprogram studi S1 kesehatan masyarakat dalam melahirkan

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dengan ilmu dan pengalaman yang

professional.

3. Mahasiswa

Menambah wawasan mahasiswa peserta PBL terutama mengenai

metode penentuan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan penyusunan

rencana program intervensinya di Desa Bajo Indah. Membantu mahasiswa

5
dalam mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dibangku perkuliahan. Dapat

membantu potensi dan kualifikasi ilmu yang lebih baik.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sampah

1. Pengertian Sampah

Pengertian sampah adalah suatu yang tidak dikehendaki lagi

oleh yang punya dan bersifat padat. Menurut UU No 18 Tahun 2008

tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari

manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat

berupa zat organik atau anorganik yang bersifat dapat terurai atau tidak

dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang

kelingkungan, (Slamet, 2002:15 ).Berdasarkan definisi diatas, maka

dapat dipahami bahwa sampah adalah :

1). Sampah yang dapat membusuk (garbage), menghendaki pengelolaan

yang cepat. Gas-gas yang dihasilkan dari pembusukan sampah

berupa gas metan dan H2S yang bersifat racun bagi tubuh.

2). Sampah yang tidak dapat membusuk (refuse), terdiri dari sampah

plastik, logam, gelas karet dan lain-lain.

3). Sampah berupa debu/abu sisa hasil pembakaran bahan bakar atau

sampah.

4). Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, yakni sampah B3

adalah sampah karena sifatnya, jumlahnya, konsentrasinya atau

karena sifat kimia, fisika dan mikrobiologinya dapat meningkatkan

mortalitas dan mobilitas secara bermakna atau menyebabkan

7
penyakit reversible atau berpotensi irreversible atau sakit berat yang

pulih.

5). menimbulkan bahaya sekarang maupun yang akan datang terhadap

kesehatan atau lingkungan apabila tidak diolah dengan baik.

2. Sumber- Sumber Sampah

Menurut Gilbert, 1996:23-24, sumber-sumber timbulan

sampah sebagai berikut:

1) Sampah Dari Pemukiman Penduduk.

Pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu

keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis

sampah yang dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti sisa

makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan

lainnya.

2). Sampah dari tempat – tempat umum dan perdagangan

Tempat- tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan

banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat –

tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam

memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan

dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa –

sisa makanan, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng- kaleng

serta sampah lainnya.

3). Sampah dari sarana pelayanan masyarakat dan pemerintah

Yang dimaksud di sini misalnya tempat hiburan umum,

8
pantai, masjid, rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana

pemerintah lainnya yang menghasilkan sampah kering dan sampah

basah.

4). Sampah dari industri

Dalam pengertian ini termasuk pabrik – pabrik sumber

alam perusahaan kayu dan lain – lain, kegiatan industri, baik

yang termasuk distribusi ataupun proses suatu bahan mentah. Sampah

yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah

kering abu, sisa – sisa makanan, sisa bahan bangunan.

5). Sampah Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang daerah

pertanian, misalnya sampah dari kebun, kandang, ladang atau sawah

yang dihasilkan berupa bahan makanan pupuk maupun bahan

pembasmi serangga tanaman.

Berbagai macam sampah yang telah disebutkan diatas

hanyalah sebagian kecil saja dari sumber- sumber sampah yang

dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan

bahwa kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari sampah.

3. Jenis-jenis Sampah

Jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka

ragam, ada yang berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah

pasar, sampah rumah sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah

9
peternakan, sampah institusi/kantor/sekolah, dan sebagainya.

Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua)

yaitu sebagai berikut :

1). Sampah Organik

Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari

bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau

bersifat biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan

melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar

merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya

sampah dari dapur, sisa – sisa makanan, pembungkus (selain kertas,

karet dan plastik), tepung , sayuran, kulit buah, daun dan ranting.

2). Sampah Anorganik

Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari

bahan-bahan non-hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil

proses teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik

dibedakan menjadi : sampah logam dan produk-produk olahannya,

sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik, sampah

detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh

alam/mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable).

Sementara, sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu

yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya

botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng, (Gelbert, 1996).

10
4. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan Lingkungan

1. Dampak Terhadap Kesehatan Pembuangan sampah yang tidak terkontrol

dengan baik merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan

menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat

menimbulkan penyakit.

Potensi bahaya yang ditimbulkan adalah sebagai berikut :

a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus

yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat

bercampur dengan air minum. Penyakit DBD dapat juga meningkat

dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang

memadai.

b. Penyakit jamur dapat juga menyebar ( misalnya jamur kulit ).

c. Sampah beracun; Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira – kira

40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah

terkontaminasi oleh raksa ( Hg ). Raksa ini berasal dari sampah

yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan

akumulator.

2. Dampak Terhadap Lingkungan Cairan terhadap rembesan sampah yang

masuk kedalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai

organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan

lenyap dan hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan

biologis.

11
3. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi – Pengelolaan sampah yang kurang

baik dapat membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi

masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena

sampah bertebaran dimana – mana.

a. Memberikan dampak negatif bagi kepariwisataan usaha pengendalian

sampah untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh

perlu dilakukan alternativ pengolahan yang benar. Teknologi yang

paling tepat untuk pemecahan masalah adalah teknologi pemusnahan

sampah yang hemat dalam penggunaan lahan dengan cara

pembakaran yang terkontrol atau Insinerasi dengan cara memakai

Incenerator.

b. Selain itu juga memakai prinsip reduksi bersih yang diterapkan dalam

keseharian misalnya dengan menerapkan prinsip 4 R yaitu ( Reduce,

Reuse, Recycle dan Replace ). Dalam keseharian, dan dapat

dilakukan oleh siapa saja untuk mengurangi volume sampah dan

mencegah penularan penyakit dapat dilakukan antara lain :

c. Belanja jangan boros, perhitungkan keperluan dengan cermat.

d. Bawalah keranjang belanja yang dapat dipakai berulang kali sehingga

mengurangi sampah plastik.

e. Upayakan daun sebagai pembungkus karena sampah daun hancur

ditanah.

f. Jangan masukan sampah kedalam got sungai atau laut.

12
g. Sampah dapur dan dedaunan untuk kompos, kertas untuk daur ulang,

kaleng untuk pot.

5. Pengelolaan Sampah

Prinsip dasar dari pengelolaan sampah mandiri adalah memilah

sampah rumah tangga menjadi dua bagian: sampah kering dan sampah

basah. Yang tergolong sampah kering adalah kertas, botol kaca ataupun

plastik, karet, kain, dan sejenisnya. Sedangkan sampah basah adalah

sampah yang berasal dari bahan organik, misalnya: sisa makanan, kulit

buah dan sayuran, dan sejenisnya. Sampah basah ini akan diolah menjadi

kompos dengan bantuan mikroorganisme yang ada dalam starter.

Umumnya kompos dibuat dengan cara menimbun sampah basah di dalam

tanah. Sulitnya mendapatkan lahan kosong di kota-kota besar, bisa

disiasati dengan memakai tempat/ wadah seperti glangsing, gentong,

kaleng bekas, atau keranjang untuk memproses sampah basah menjadi

kompos.

Langkah-langkah pembuatan kompos dari sampah basah:

1. Potong kecil-kecil sampah basah

2. Siapkan alat pengolah kompos yang tersusun dari :

a. Bantalan sekam yang dibungkus kain tipis di bagian paling bawah

b. Starter yang berupa kompos yang sudah jadi

c. Tanah yang dicampur dengan air gula dan air leri (bekas cucian

beras)

13
d. Potongan sampah basah

e. Ditutup bantalan berisi sekam

3. Aduk tiap hari untuk menambah oksigen yang berguna untuk proses

pembusukan

4. Jaga kelembabannya, bila kurang lembab ditambah air, aduk lagi

5. Setelah dua minggu sampah akan berubah menjadi kompos

6. Keluarkan kompos yang telah jadi, sisakan sedikit untuk starter,

yang belum sempurna menjadi kompos dimasukkan lagi

7. Masukkan sampah baru yang telah dipotong kecil

8. Penambahan sampah bisa dilakukan setiap hari kemudian diaduk

lagi

Kompos yang dihasilkan bisa dipakai sendiri atau dijual. Pengelolaan

sampah mandiri ini diharapkan bisa menginspirasi masyarakat untuk

peduli dan turut serta dalam upaya penyelamatan bumi.

Sedangkan untuk sampah kering bisa di setorkan di bank sampah

yang sudah ada di lingkungan anda, atau bisa di daur ulang menjadi benda-

benda yang berguna seperti payung, jaket dan lain-lain, sehingga anda bisa

mendapatkan pemasukan ekonomi secara langsung. (kim swaraguna

Surabaya).

14
B. Penentuan Prioritas Masalah

1. Metode CARL

Metode CARL merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan

untuk menentukan prioritas masalah jika data yang tersedia adalah data

kualitatif. Metode ini dilakukan dengan menentukan skor atas kriteria

tertentu, seperti kemampuan (capability), kemudahan (accessibility),

kesiapan (readiness), serta faya ungkit (leverage). Semakin besar skor

semakin besar masalahnya, sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan

prioritas.

Penggunaan metode CARL untuk menetapan prioritas masalah

dilakukan apabila pengelola program menghadapi hambatan keterbatasan

dalam menyelesaikan masalah. Pengunanaan metode ini menekankan pada

kemampuan pengelola program.

1. Langkah-langkah CARL
a. Persiapan

Dalam melaksanakan penentuan prioritas masalah dengan metode CARL


persiapan yang perlu dilakukan antara lain :

1. Persiapan gugus tugas

Pembagian pekerjaan atau gugus tugas perlu dilaksanakan

sebelum pertemuan dimulai, dimana ditentukan siapa yang akan

menjadi pimpinan proses CARL, siapa yang melakukan tugas sebagai

notulis, dan orang yang menulis di flipchart, siapa yang melakukan

scoring dan menghitung hasilnya untuk menetukan ranking, serta

siapa yang membacakan hasilnya.

15
Susunan petugas untuk metode teknik scoring dengan metode CARL,

yakni sebagai berikut :

a. Pimpinan CARL

b. Petugas pencatat flipchart

c. Petugas scoring dan ranking

d. Personil yang bertugas sebagai notulis

2. Persiapan ruang pertemuan

Ruang pertemuan yang akan digunakan sebainya menggunakan

ruangan yang cukup luas dan nyaman. Meja dan tempat duduk diatur

setengah lingkaran atau seperti hurf U yang terbuka ujungnya atau

meja bundar (Round table), dimana pada ujung meja yang terbuka

ditempatkan flipchart atau papan tulis atau white board.

2. Persiapan peralatan atau sarana

Sarana atau perlatan yang diperlukan dalam proses kegiatan ini

adalah :

a. Daftar hadir atau absensi

b. Kertas flipchart, papan tulis atau whiteboard lengkaap dengan

alat tulisnya.

16
c. Alat tulis dimasing-masing meja.

d. Kalkulator

b. Peserta

Sebelum melakukan pemilihan atau seleksi untuk peserta,

beberapa hal yang perlu dijelaskan oleh pimpinan atau yang akan

memimpin pelaksanaan CARL, yaitu:

1. Peserta yang akan bergabung dalam kelompok MCUA, adalah

karena kemampuan mereka untuk melakukan analisis dan

mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah.

2. Menekankan pentingnya tugas kelompok

3. Menekankan pentingnya sumbangan pikiran setiap peserta

4. Memberikan petunjuk kegunaan hasil pertemuan

5. Memberikan sambutan yang bersifat hangat dan ramah

Selanjunya tentukan siapa yang akan diundang atau dilibatkan

dalam pertemuan untuk melakukan proses metode MCUA, dengan

jumlah peserta berkisar antara 7-10 peserta

c. Data yang dibutuhkan

Data atau informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan metode

CARL, yakni sebagai berikut:

1. Hasil analisa situasi

2. Informasi tentang sumber daya yang dimiliki

17
3. Dokumen-dokumen tentang perundang-undangan, peraturan,

serta kebijakan pemerintah yang berlaku.

d. Proses dinamika kelompok

Sebelum memasuki proses atau langkah inti pada pelaksanaan

metode CARL, pimpinan kelompok metode MCUA memberikan

sambutan dalam bentuk kata pengantar, yang berisi:

1. Ucapan selamat datang pada peserta MCUA

2. Penjelasan tentang teknik scoring, proses, terutama

menyangkut jalannya proses,

3. dengan menekankan pada pentingnya untuk menciptakan

suasana kerjasama, saling pengertian dan kesatuan pandangan

dari setip peserta dalam melaksanakan setiap tahapan proses.

4. Tujuan pertemuan diadakan, yakni berorientasi pada masalah

dan pemecahan masalah.

e. Langkah Inti Pelaksanaan CARL

Pemberian skor pada masing-masing masalah serta perhitungan

hasilnya (dengan Alokasi Waktu 30 menit).

1. Daftar atau tulislah masalah yang didapat dari kegiatan analisa

situasi, dan cantumkan flipchart atau papan tulis.

2. Tentukan skor atau nilai yang akan diberikan pada tiap masalah

berdasarkan kesepakatan bersama. Misalnya disepakati secara

18
aklamasi bahwa nilai atau skor yang diberikan adalah sebagai

berikut:

Nilai 1 = Sangat tidak menjadi masalah.

Nilai 2 = Tidak menjadi masalah

Nilai 3 = Cukup menjadi masalah

Nilai 4 = Sangat menjadi masalah

Nilai 5 = Sangat, sangat menjadi masalah (mutlak).

C. Kerangka konsep H.L.Blum

Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-

masing faktor saling keterkaitan berikut penjelasannya :

1. Perilaku masyarakat

Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan

kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada

perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh

kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial

ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.

Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang

peranan penting untuk mewujudkan Indonesia Sehat. Hal ini dikarenakan

budaya hidup bersih dan sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri

masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Diperlukan suatu program

19
untuk menggerakan masyarakat menuju satu misi Indonesia Sehat.

Sebagai tenaga motorik tersebut adalah orang yang memiliki kompetensi

dalam menggerakan masyarakat dan paham akan nilai kesehatan

masyarakat. Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan

menghasilkan budaya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.

Pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga dilakukan

dengan pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat

Sebab, apabila upaya dengan menjatuhkan sanksi hanya bersifat jangka

pendek.Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan

masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model harus diajak

turut serta dalam menyukseskan program-program kesehatan.

2. Lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti

perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan.Lingkungan sangat bervariasi,

umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan

dengan aspek fisik dan 20actor.Lingkungan yang berhubungan dengan

aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, iklim, perumahan, dan

sebagainya.Sedangkan lingkungan 20actor merupakan hasil interaksi

antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.

Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari

kondisi fisik.Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat

menjadi sumber berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan

kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak

20
dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat

menjadi penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab

semua pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak.

Puskesmas sendiri memiliki program kesehatan lingkungan dimana

berperan besar dalam mengukur, mengawasi, dan menjaga kesehatan

lingkungan masyarakat. Namun dilematisnya di puskesmas jumlah

tenaga kesehatan lingkungan sangat terbatas padahal banyak penyakit

yang berasal dari lingkungan kita seperti diare, demam berdarah,

malaria, TBC, cacar dan sebagainya.

Sebagai mahluk 21actor kita membutuhkan bantuan orang lain,

sehingga interaksi individu satu dengan yang lainnya harus terjalin

dengan baik. Kondisi lingkungan 21actor yang buruk dapat

menimbulkan masalah kejiwaan.

3. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan 21actor ketiga yang

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas

kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan,

pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta

kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan.

Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, yang dapat dijangkau atau

tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi

dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh

21
pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri, sesuai dengan

kebutuhan masyarakat yang memerlukan.

Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan

masyarakat. Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah

sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam

mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk

pelayanan kesehatan dasar yang memang banyak di butuhkan masyarakat.

Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan juga

mesti di tingkatkan.

Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan

masyarakat sangat besar peranannya. Sebab di Puskesmaslah akan

ditangani masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan primer.

Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang memiliki

kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun

program-program kesehatan.Utamanya program-program pencegahan

penyakit yang bersifat preventif sehingga masyarakat tidak banyak yang

jatuh sakit.

Banyak kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah seperti

diare, demam berdarah, malaria, dan penyakit degeneratif yang

berkembang saat ini seperti jantung karoner, stroke, diabetes militus dan

lainnya. Penyakit itu dapat dengan mudah dicegah asalkan masyarakat

paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan dan

kesehatannya.

22
4. Genetik / Keturunan (Heriditas)

Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya.

Oleh sebab itu kita harus terus meningkatkan kualitas generasi muda kita

agar mereka mampu berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam

membangun bangsanya.

Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab

pada masa inilah perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa

mendatang. Namun masih banyak saja anak Indonesia yang status gizinya

kurang bahkan buruk. Padahal potensi alam Indonesia cukup mendukung.

Oleh sebab itulah program penanggulangan kekurangan gizi dan

peningkatan status gizi masyarakat masih tetap diperlukan. Utamanya

program Posyandu yang biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW.

Dengan berjalannya program ini maka akan terdeteksi secara dini status

gizi masyarakat dan cepat dapat tertangani.

Program pemberian makanan tambahan di posyandu masih perlu

terus dijalankan, terutamanya daerah yang miskin dan tingkat pendidikan

masyarakatnya rendah. Pengukuran berat badan balita sesuai dengan

KMS harus rutin dilakukan. Hal ini untuk mendeteksi secara dini status

gizi balita. Bukan saja pada gizi kurang kondisi obesitas juga perlu

dihindari. Bagaimana kualitas generasi mendatang sangat menentukan

kualitas bangsa Indonesia mendatang.

23
BAB III
METODE KEGIATAN
A. Metode dan Desain

Metode yang digunakan dalam menetapkan urutan prioritas masalah

yang dihadapi Desa Bajo Indah, Kec. Soropia, Kab. Konawe, mengunakan

teknik skoring dengan metode CARL

B. Lokasi dan waktu

1. Lokasi

Lokasi Praktikum Belajar Lapangan (PBL I) dilaksanakan di Desa

Bajo Indah, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

2. Waktu Kegiatan

Kegiatan ini telah dilaksanakan pada tanggal 11 Desember -24

desember 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam kegiatan ini adalah seluruh masyarakat yang

bertempat tinggal di desa bajo indah dan tercatat sebagai masyarakat desa

bajo indah, yang berjumlah 666 jiwa, dengan 178 KK, yang tersebar di

tiga dusun, dusun I sebanyak 72 KK, dusun II 63 KK, dusun III 43 KK.

24
2. Sampel

Pengambilan data sampel dilakukan secara Snow ball sampling yaitu

sebuah cara pemilihan anggota sampel yang dilakukan dengan cara

mendatangi salah satu rumah yang dijadikan sampel kemudian

mendapatkan informasi sampel yang lain dari sampel yang telah didatangi.

Sampel diperoleh dari responden sesuai dengan besarnya sampel yang

diinginkan. Dalam pengambilan sampel, diperoleh sebanyak 98 KK yang

di data dari total 178 KK.

D. Jenis Data

1. Pengumpulan Data

Kegiatan PBL I untuk mengumpulkan data dan menentukan

prioritas masalah kesehatan masyarakat.dilakasanakan dalam individu dan

kelompok dengan metode pengumpulan data sebagai berikut;

a. Data primer diperoleh dengan cara kunjungan rumah secara langsung

wawancara, Pencatatan, Observasi langsung kepada responden dengan

menggunakan Kuesioner PBL I.

b. Data sekunder diperoleh dengan mencatat data demografi dikantor di

Balai Desa serta mencatat data-data mengenai kesehatan di puskesmas

setempat.

2. Input Data

Input data dilakukan selama 5 hari. Mulai tanggal 13-18 Desember

2018. Kegiatan input data ini kami lakukan pada malam hari setelah

melakukan pendataan pada pagi hingga sore harinya. Kegiatan ini

25
dilakukan oleh semua anggota kelompok guna mempercepat proses

pelaksanaan input data.

3. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses pemasukan data. Pengolahan

data mengunakan beberapa tahapan yaitu:

a. Cleaning dan editan yaitu proses memeriksa kelengkapan

kuesioner yang dibagikan kepada responden di desa bajo indah

serta melakukan perbaikan apabila ada kesalahan pengisan data

kuesioner.

b. Coding yaitu memberikan kode pada hasil isian kuesioner untuk

memudahkan dalam proses pemasukan data.

c. Tabulating yaitu menyusun data hasil isian kuesioner yang telah

diberikan kode kedalam tabel yang telah disiapkan dan dibuat

sesuai dengan tujuan.

d. Mendeksripsikan data yaitu menyusun redaks yang berupa

presentasi , grafik atau tabel agar hasil analisis data muda untuk

dipahami.

e. Menghubungkan hasil data dengan teori H.L Blum (pelayanan

kesehatan, perilaku, dan lingkungan) yang untuk selanjutnya akan

digunakan dalam alternatif pemecahan masalah.

26
4. Analisis Data

Dalam melakukan analisis data yang dilakukan adalah analisis

deksriptif yaitu ditentukan ratio, proporsi serta presentasi dengan

mengunakan program Microsoft excel.

Analsis deskriptif yaitu analisis yang di lakukan untuk memilih

karakteristik dari sebuah data yang di tentukan berdasarkan ratio,

proporsi, serta presentase dengan mengunakan program Microsoft

excel.

Analisis deskriptif merupakan analisis yang paling mendasar

mengambarkan keadaan data secara umum. Dalam analisis deskriptif

data-data di sajikan dalam bentuk tabel, diagram, grafik. Hal ini di

tujukan untuk mempermuda memahami data-data yang disajikan,

sehingga penyampaian informasi lebih muda di terima dan di pahami.

27
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Desa

1. Sejarah Desa

Desa Bajo indah, pada awalnya merupakan bagian dari Desa Mekar,

seiring perkembangan jumlah penduduk, kompleksitas permasalahan

pembangunan dan untuk memudahkan rentang kendali pelayanan, maka

pada tanggal 27 Desember Tahun 2007, Desa Bajo indah dikukuhkan

menjadi desa persiapan di Kecamatan Soropia. Tanggal 05 Mei Tahun

2010 Desa Bajo indah Menjadi desa definitif dengan Surat Keputusan

Bupati Konawe Nomor 272 Tahun 2010. Pada awal terbentuknya, nama

desa ini bukan Bajo indah, tetapi Desa Dange-Dangea. karena mereka

menganggap bahwa nama Dange-Dangea tidak memiliki makna yang

bagus. Menurut masyarakat bahwa Dange-Dangea adalah nama sebuah

penyakit, oleh karena itu mereka mengganti nama Dange-Dangea menjadi

Bajo indah. Penamaan Bajo indah didasari oleh pertimbangan bahwa di

desa ini bermukim sebagian besar masyarakat suku Bajo indah sehingga

dinamakan Desa Bajo indah.

2. Keadaan Geografis

a. Luas Wilayah

Desa Bajo Indah merupakan salah satu desa yang berada di

wilayah Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi

28
Tenggara. Luas wilayah Desa Bajo Indah adalah 340 Ha, yang terbagi

dalam 3 Dusun, yaitu Dusun I, Dusun II, Dusun III.

b. Letak Wilayah

Adapun batas-batas wilayah Desa Bajo Indah adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Nipa - nipa

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Pulau Bajo indah

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa leppe

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Mekar

c. Kondisi Geografis

Desa Bajo Indah, secara geografis terdiri atas dataran rendah dan

dataran tinggi dengan ketinggian di atas permukaan laut sekitar 0-850

Meter.

3. Keadaan Demografis

a. Jumlah Penduduk

Berdasarkan data administrasi pemerintahan desa, jumlah

penduduk Desa Bajo Indah tercatat 178 KK dan 666 jiwa yang

tersebar di 3 dusun.

Tabel 1. Jumlah Penduduk

JUMLAH JIWA KEPALA


NO DUSUN KELUAR
L P TOTAL
GA
1. Dusun I 135 133 268 72
2. Dusun II 127 117 244 63
3. Dusun III 74 80 154 43
JUMLAH 336 330 666 178
Sumber : Data Sekunder dari Buku Kependudukan Desa Bajo Indah

29
Dari tabel 1 tercatat jumlah penduduk Desa Bajo Indah adalah sebanyak

666 jiwa, yang terdiri dari tiga dusun, dusun I sebanyak 268 jiwa, dusun II

sebanyak 244 dan dusun III sebanyak 154 jiwa.

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan data tahun 2018 jumlah jenis kelamin yang ada di

Desa Bajo Indah yang tersebar di 3 Dusun.

Tabel 2. Jenis Kelamin


No Jenis Kelamin Jumlah (n) Persen %
1 Laki-Laki 336 50,4%
2 Perempuan 330 49,5%
3 Total 666 100%
Sumber : Data Primer

Dari tabel 2 di atas tercatat jumlah jenis kelamin Desa Bajo Indah

sebanyak 666 jenis kelamin, diantaranya 336 jenis kelamin laki-laki 50,4%

dan 330 jenis kelamin perempuan 49,5%.

c. Pendidikan

Berdasarkan data tahun 2018 pendidikan yang ada di Desa Bajo

Indah yang tersebar di 3 Dusun.

Tabel 3. Pendidikan
No Pendidikan Persen (%) Jumlah
(jiwa)
Belum Sekolah 22,5 % 150
1 Tidak Tamat SD 15,6 % 104
2 Tamat SD 25,8 % 172
3 Tamat SMP 15,0 % 100
4 Tamat SLTA 18,0 % 120
5 Tamat Perguruan Tinggi 3,3 % 22
6 Jumblah 100 % 666

30
Sumber : Data Sekunder dari Buku Kependudukan Desa Bajo Indah

Dari tabel 3 di atas tercatat bahwa jumlah masyarakat yang tamat

SD sebesar 172 (25,8%) dan tidak tamat SD sebesar 104 (15,6%).

d. Jumlah KK Desa Bajo Indah

Berdasarkan data tahun 2018 jumlah KK yang ada di Desa Bajo

Indah yang tersebar di 3 Dusun.

Tabel 4. Jumlah KK Desa Bajo Indah


No KK Berdasarkan Dusun Jumlah KK Jiwa
1 KK Dusun I 72 268
2 KK Dusun II 63 244
3 KK Dusun III 43 154
4 Total 178 666
Sumber : Data Sekunder dari Buku Kependudukan Desa Bajo Indah

Dari tabel 4 di atas di ketahui bahwa total kepala keluarga Desa

Bajo Indah sebesar 178 kepala keluarga, yang terbagi di masing-masing

Dusun, yaitu Dusun I 72 KK, Dusun II 63 KK, dan Dusun III 43 KK.

4. Keadaan Ekonomi dan Sosial Budaya

a. Sarana Perhubungan

Untuk dapat menjangkau Desa Bajo Indah, dapat di tempuh dengan

menggunakan sarana perhubungan darat. Sarana perhubungan darat yaitu

kendaraan roda dua dan roda empat, dengan waktu jarak tempuh ± 40

menit dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Avicenna.

b. Agama dan Kepercayaan

Agama yang di anut penduduk Desa Bajo Indah adalah Islam,

dengan sarana ibadah 1 buah Mesjid.

31
c. Sumber Penghasilan

Sumber penghasilan utama masyarakat di Desa Bajo Indah yaitu

dari sector kelautan, perkebunan, PNS,dan wiraswasta lainnya.

Tabel 5. Penghasilan
No Mata Pencaharian Jumlah KK
1 Petani 3
2 PNS/TNI/Polri 6
3 Pedagang 12
4 Tukang 10
5 Nelayan 135
6 Wirausaha 12
Jumlah 178
Sumber : Data Sekunder dari Buku Kependudukan Desa Bajo Indah

Berdasarkan tabel 5 di ketahui bahwa mayoritas pekerjaan kepala

keluarga adalah mayoritas nelayan yakni sebesar 135, dan sisanya bekerja

seebagai pedagang, petani, tukang, PNS, dan wirausaha.

d. Pendapatan Keluarga

Tabel 6. Pendapatan Keluarga


No Pendapatan Keluarga Jumlah (n) Persen %
1 <Rp. 1.500.000 22 12,3%
2 Rp. 2000.000 18 10,1%
3 Rp. 500.000 70 39,3%
4 >Rp. 1.000.000 65 36,5%
Total 178 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 6 di atas di ketahui bahwa dari 178 kepala

keluarga, mayoritas pendapatan penduduk Desa Bajo Indah sekitar

500.000 (39,3%) dan sebagian kecil lainya memiliki pendapatan sebesar

2000.000 (10,1%).

32
B. Hasil PBL I

1. Identifikasi Masalah

Berikut adalah hasil pendataan kegiatan PBL 1 yang telah dilakukan

selama 14 hari yakni tanggal 11 desember hingga 24 desember 2018 yang

telah disajikan dalam bentuk tabel :

a. Data Pengetahuan Kesehatan

Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan Kesehatan Desa

Bajo Indah Kec. Soropia Kab. Konawe Tahun 2018.

Tabel 7. Pengetahuan kesehatan


Pengetahuan kesehatan Jumlah Persentase(%)
Baik 90 50%
Sedang 63 35%
Kurang 25 19%
Total 178 100%
Sumber : Data Sekunder dari puskesmas Soropia Tahun 2018

Berdasarkan tabel 7 di atas diketahui bahwa, dari 178 KK, memiliki

pengetahuan kesehatan yang berbeda, pengetahuan yang baik 50%,

pengetahuan sedang 35% dan pengetahuan kurang 19%.

33
b. Data Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Distribusi Responden Data PHBS Desa Bajo Indah Kec. Soropia

Kab. Konawe Tahun 2018.

1. Data Perilaku PHBS

Tabel 8. Data Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


PHBS Jumlah Persentase (%)
Baik 90 50,5%
Sedang 35 20,2%
Kurang 53 29,7%
Total 178 100%
Sumber : Data Sekunder dari Puskesmas Soropia Tahun 2018.

Berdasarkan tabel 8 di ketahui bahwa, dari 178 KK, mempunyai

perilaku hidup bersih yang berbeda-beda, yakni presentase baik 50,5%,

presentase sedang 20,2% dan presentase kurang 29,7%.

2. Data keluarga yang Merokok

Tabel 9. Data keluarga yang merokok


Perilaku Kesehatan Jumlah Persentase (%)
Merokok 64 35,9%
Tidak 34 19,1%
Total 98 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 9 di ketahui bahwa, dari 98 responden,

mempunyai perilaku kesehatan yang berbeda-beda, yakni presentase

perokok 35,9%, dan tidak merokok 19,1%.

34
c. Data Status Kesehatan

Distribusi Responden berdasarkan Status Kesehatan Desa Bajo

Indah Kec. SoropiaKab. KonaweTahun 2018.

Tabel 10. Status kesehatan


Status Jumlah Presentase
Kesehatan
Baik 60 33,7%
Sedang 80 44,9%
Kurang 48 26,9%
Total 178 100%
Sumber : Data Sekunder dari Puskesmas Soropia Tahun 2018

Berdasarkan tabel 10 di ketahui bahwa, dari 178 KK, masing-

masing memiliki status kesehatan yang berbeda, yakni presentase baik

33,7%, presentase sedang 44,9% dan presentase kurang 26,9%.

d. Data Penyakit yang di Derita

Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan Kesehatan Desa

Bajo Indah Kec. Soropia Kab. Konawe Tahun 2018

Tabel 11. Data 10 Besar Penyakit


No Jenis Penyakit Jumlah Orang
1 Diare 14
2 Rematik 8
3 Hypertensi 7
4 Sesak Nafas 6
5 Gastritis 6
6 Malaria 3
7 Demam/Panas 4
8 Batuk 3
9 TBC 1
10 Typus 2
Sumber : Data Sekunder dari Puskesmas Soropia Tahun 2018

35
Berdasarkan tabel 11 di ketahui bahwa dari 10 besar jenis

pennyakit ada penyakit yang besar berpengaruh di masyarakat yaitu

penyakit diare dengan jumlah 14 orang, penyakit kedua yaitu rematik

dengan jumlah 8 orang .

e. Data Pelayanan Kesehatan

Tabel 12. Pelayanan Kesehatan


Jumlah Persen
No Pelayanan kesehatan
(n) (%)
Ya (memanfaatkan pelayanan
1. 155 87.0 %
kesehatan)
Tidak ((memanfaatkan
2. 23 12. 9 %
pelayanan kesehatan)
Total 178 100%
Sumber : Data Sekunder dari Puskesmas Soropia Tahun 2018

Berdasarkan table 12 dari data di atas jumlah KK yang mendapat

pelayanan kesehatan adalah 155 (87,0%) dan yang tidak 23 (12.9%).

f. Data Presepsi Masyarakat Tentang Sehat

Tabel 13. Presepsi Tentang Sehat


Jumlah Persen
No Persepsi tentang sehat
(n) (%)
1. Penting 156 87.6 %
2. TidakPenting 22 12.3 %
Total 178 100%
Sumber : Data Sekunder dari Puskesmas Soropia Tahun 2016

Berdasarkan table 13 di atas Sebagian besar warga berpendapat bahwa

kesehatan adalah hal yang sangat penting 156 (87,6 %) dan berpendapat

tidak penting 22 (12,3%).

36
g. Data Kondisi Lingkungan Rumah

1. Jenis Rumah

Tabel 14. Jenis Rumah


Jenis rumah Jumlah Persen
Batu 15 15,3%
Pavilon 0 0%
Papan 83 84,6%
Petak 0 0%
Lain-Lain 0 0%
Total 98 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 14 diketahui bahwa dari 98 responden yang di

data, mayoritas penduduk bajo indah memiliki jenis rumah papan yakni

83 (84,6%) dan rumah batu yakni 15 (15,3%).

2. Status Rumah

Tabel 15.Status Rumah

Status rumah Jumlah Persen


Milik Pribadi 90 91,8%
Kontrakan 0 0%
Menumpang 8 8,1%
Total 98 100%

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 15 diketahui bahwa dari 98 responden yang di

data status kepemilikan rumah penduduk 91 (91,8%) milik pribadi dan 8

(8,1%) menumpang dilahan orang.

37
3. Luas Pekarangan Rumah

Tabel 16. Pekarangan Rumah

Luas pekarangan Jumlah Persen


rumah
Ada 15 15,3%
Tidak ada 83 84,6%
Total 98 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 16 diketahui bahwa dari 98 responden yang di

data mayoritas penduduk yang tidak memiliki pekarangan rumah 84,6%

dan yang memiliki pekarangan rumah 15,3%.

4. Penerangan di Rumah

Tabel 17. Penerangan Rumah

Penerangan di rumah Jumlah Persen


Listrik 98 100%
Petromax 0 0%
Lampu temple 0 0%
Total 98 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 17 diketahui bahwa dari 98 responden yang di

data mayoritas penduduk yang memiliki listrik 100 %.

5. Jenis Lantai Rumah

Tabel 18. Jenis Lantai Rumah

Jenis lantai rumah Jumlah Persen


Ubin/kramik 0 0%
Plaster/semen 30 30,6%
Tanah 0 0%
Papan 68 61,2%
Total 98 100%
Sumber : Data Primer

38
Berdasarkan tabel 18 diketahui bahwa dari 98 responden yang di

data mayoritas penduduk yang memiliki lantai plaster/semen 30,6% dan

yang memiliki lantai papan 61,2%.

6. Cahaya yang Masuk dalam Rumah Siang Hari

Tabel : 19. Cahaya Yang Masuk Dalam Rumah

Cahaya yang masuk Jumlah Persen


dalam rumah siang hari
Ya 98 100%
Tidak 0 1,3%
Total 98 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 19 diketahui bahwa dari 98 responden yang di

data bahwa mayoritas memiliki pencahayaan di rumahnya 100%

h. Pembuangan/Pengolahan Sampah dan Air Limbah

1. Keluarga yang mempunyai tempat pembuangan sampah akhir

Tabel 20. Tempat Pembuangan Sampah

Keluarga yang Jumlah Persen


mempunyai TPS
Ada 8 8,10%
Tidak Ada 90 91,8%
Total 98 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 20 diketahui bahwa dari 98 responden yang di

data mayoritas penduduk yang tidak memiliki tempat sampah 91,8% dan

yang memiliki tempat sampah 8,10%.

39
2. Pembuangan Air Limbah

Tabel 21. Pembuangan Air Limbah

Pembuangan air Jumlah Persen


limbah
Tergenang 3 3,0%
Tidak Tergenang 15 15,3%
Lain-Lain (laut) 80 81,6%
Total 98 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 21 diketahui bahwa dari 98 responden yang di

data mayoritas penduduk membuang air limbahnya di laut 81,6% dan

yang tergenang 3,0%. Tidak tergenang 15,3%.

i. Sumber Air Keluarga

1. sumber air keluarga

Tabel 22. Sumber Air Keluarga

Pembuangan air Jumlah Persen


limbah
Sumur 3 3,0%
Sungai 75 76,5%
PAM 0 0%
Sumur Bor 0 0%
Lain-Lain 20 20,4%
Total 98 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 22 diketahui bahwa dari 98 responden yang di

data mayoritas penduduk yang mengambil air di sungai 76,5% yang

mengambil di sumur 3,0%. Dan lain-lain 20,4%.

40
2 . Pengambilan sumber air untuk air minum

Tabel 23. Sumber Air Minum

Pengambilan sumber Jumlah Persen


air untuk air minum
Ada 98 100%
Tidak Ada 0 0%
Total 98 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 23 diketahui bahwa dari 98 responden yang di

data mayoritas penduduk tersedian untuk sumber air minum 100%.

3 . Keadaan sumber air

Tabel 24. Keadaan Sumber Air

Keadaan sumber air Jumlah Persen


Berwarna 0 0%
Tidak Berwarna 0 0%
Berbau 0 100%
Tidak Berbau 0 0%
Berasa 90 91,8%
Tidak Berasa 0 0%
Ada Endapan 8 8,1%
Tidak Ada Endapan 0 0%
Total 98 100%
Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 24 diketahui bahwa dari 98 responden yang di

data keadaan sumber air dikonsumsi beras91,8% dan yang mempunyai

endapan 8,1%.

41
j. Jamban Keluarga

1. Kepemilikan Jamban/WC Keluarga

Tabel 25. Jamban / WC Keluarga

Kepemilikan jamban Jumlah Persen


keluarga
Ada 90 91,8%
Tidak Ada 8 8,1%
Total 98 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 25 diketahui bahwa dari 98 responden yang di

data mayoritas penduduk yang memiliki jamban 91,8% dan yang tidak

memiliki 8,1%.

2. Bentuk Jamban/WC

Tabel 26. Bentuk Jamban

Bentuk jamban Jumlah Persen


Leher Angsa 10 10,2%
Cemplung 80 81,6%
Lain-Lain 8 8,1%
Total 98 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 26 diketahui bahwa dari 98 reponden yang di

data mayoritas penduduk yang memiliki bentu jamban cemplung 81,6%

dan yang memiliki bentuk jamban leher angsa 10,2%. Yang tidak

memiliki jamban 8,1%.

42
Dari segi faktor Lingkungan, yang meliputi :

a. Kesehatan Lingkungan

Lingkungan Fisik di Desa Bajo indah, Kec, Soropia, Kab. Konawe,

Sulawesi Tenggara berdasarkan pengamatan lapangan dapat di uraikan

sebaga berikut:

1. Suhu udara di Desa Bajo Indah mengikuti iklim atau cuaca, dan pada

siang hari akan sangat panas dan pada malam hari sangat dingin karena

berada di pesisir laut.

2. Kelembaban

3. Penyinaran matahari di Desa Bajo Indah Kec.Soropia cukup terik /

panas.

4. Tingkat kebisingan di Desa Bajo Indah kecamatan soropia tidak terlalu

bising karena belum terlalu banyak kendaraan dan tidak ada industri

pabrik yang dapat menyebabkan kebisingan.

5. Debu di Desa Bajo Indah kecamatan Soropia tidak terlalu mengganggu

dikarenakan banyak pepohonan dan masih dikelilingi oleh hutan.

2. Analisis Prioritas Masalah

Menurut Hendrik L blum ada 4 aktor yang mempengaruhi

status derajat kesehatan masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor

tersebut da Menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi

status derajat kesehatan masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor

tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

43
a. Lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh yang peranan terbesar diikuti

perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat

bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang

berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang

berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah,

ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial

merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan,

pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.

Desa Bajo indah memiliki lingkungan yang kurang kondusif dan

memberi pengaruh kurang baik bagi kelangsungan hidup masyarakat Desa

Bajo Indah Hal ini terlihat dari data yang di peroleh dengan 98 responden

pada tabel 20 – tabel 21.

b. Perilaku

Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan

kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada

perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh

kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial

ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.

Dari 98 responden yang di data mayoritas responden berpotensi terganggu

derajad kesehatannya akibat dari perilaku masyarakat. Hal ini dapat

dilihat pada Tabel 8– Tabel 9.

44
c. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi

derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat

menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan

terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan

masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan

fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak.

Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan

motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh

pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai

dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan. Hal ini dapat dilihat

pada tabel 12 di atas.

d. Keturunan
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri
manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit
keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronehial.

45
3. Penentuan Prioritas Masalah

Tabel: 27 rekapitulasi prioritas masalah dengan mengunakan metode

CARL.

HASIL RANGKIN
NO MASALAH SKOR CXAXRXL G
C A R L

1 Tempat 50 40 40 50 4.000.000 1
Pembuangan
sampah

2 Jamban 40 40 50 40 3.200.000 2

3 Prilaku hidup 40 30 40 30 1.440.000 3


bersi dan sehat
(PHBS)

4 Faktor 40 30 30 30 1.080.000 5
lingkungan
(Kebersihan
Rumah)

5 Sumber air 30 40 30 40 1.440.000 4


keluarga

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 27 diketahui bahwa dari hasil rekapitulasi sepuluh

peserta Musyawarah Masyarakat Desa, telah diketahui prioritas masalah

berdasarkan hasil rangking yaitu:

1. Pembuangan sampah dan air limbah

2. Jamban

3. Perilaku Hidup Bersi dan Sehat (PHBS)

4. Sumber air keluarga

5. Faktor lingkungan

46
C. Pembahasan

1. Pembahasan Masalah

Setelah melaksanakan pertemuan dengan beberapa tokoh

masyarakat kami menyimpulkan beberapa prioritas masalah yang ada di

Desa Bajo Indah. Yang telah dilakukan penentuan prioritas masalah

dengan menggunakan metode CARL, dan selanjutnya masyarakat

menentukan 5 masalah, dan kemudian masalah tersebut dilakukan

rankingan berdasarkan penilaian masyarakat Desa Bajo Indah. Dari hasil

rangkingan tertinggi telah di uraikan berdasarkan urutan antara lain :

1. Masalah Tempat Pembuangan Sampah (TPS)

Dari jumlah 98 responden kebanyakan tidak memiliki tempat

Pembuangan sampah yang seharusnya dari jumlah 98 responden

yang memiliki tempat sampah 8 (8,1%) kepala keluarga, yang tidak

memiliki yaitu 90 (91,8%) kepala Keluarga, dan lain-lain 0 (0%). Hal

inilah yang sangat menjadi masalah, akan penurunan kualitas derajat

kesehatan masyarakat Desa Bajo Indah.

2. Masalah Jamban/WC

Dari 98 responden yang di data jenis jamban yang digunakan

penduduk yaitu leher angsa sebesar 10 (10,2%) dan jamban cemplung

sebesar 80 (81,6%) dan tidak ada sebesar 8 (8,1%). Hal inilah yang

mempengaruhi kesehatan lingkungan masyarakat Desa Bajo Indah

terutama kehidupan ekosistem laut, karna masyarakt mengunakan

jamban cemplung sehinga segala kotoran manusia lansung tercemar

47
ke laut, hal inilah yang menurunkan status derajat kesehatan

masyarakat setempat.

3. Masalah Perilaku Hidup Bersi dan Sehat ( PHBS)

Berdasarkan dari 98 responden yang di data diketahui responden

yang kurang atas Perilaku Hidup Bersi dan Sehat sekitar 64

responden yang merokok dan 34 responden yang tidak merokok,

sehinga kejadian ini menjadi masalah yang dapat mempengaruhi

kesehatan mereka.

4. Sumber Air Bersih

Dari jumlah responden yang ada, diketahui tempat pengambilan

sumber air yang berbeda, sungai 75 (76,7%), sumur 3 (3,0%), dan

lain-lain 20 (20,4%). Hal inlah yang dapat mempengaruhi kesehatan

mereka karena sumber air yang berbeda serta ada kadar penurunal

kualtas air karena adanya endapan serta air yang berasa.

5. Faktor lingkungan rumah ( kebersian rumah)

Yang menjadi masalah keterakhir adalah kebersihan rumah, karena

berdasarkan hasil pendataan 98 reponden, terdapat 53 responden

54,0% yang kurang memerhatikan kebersihan rumah masyarakat Desa

Bajo Indah, sehingg masalah inilah yang dapat mempengaruhi atau

menurunkan derajat kesehatan mereka.

48
2. Penyebab Masalah

1. Tempat Penampungan Sampah

Disebabkan oleh kurangnya perhatian warga setempat dan

disebabkan oleh faktor lingkungan serta kurangya perhatian

pemerintah setempat dalam menangani permasalahan sampah Di desa

Bajo Indah.

2. Masalah Jamban

Disebabkan oleh faktor lingkungan yang tidak memungkinkan

dan Tingkat Ekonomi warga Untuk Membuat Jamban Sendiri

Seharusya pemerintah Harus Turun tangan atau memberikan Bantuan

jamban di masing-masing rumah warga.

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS)

Disebabkan kurangnya pengetahuan warga tentang bagaimana

menjaga kebersihan pribadi dan rumah tangga, dan kurangya

pemberian penyuluhan kesehatan tentang hidup bersih dan sehat di

Desa Bajo Indah.

4. Penyediaan Sumber Air Bersih

Disebabkan kurang tanggapnya pemerintah dalam mengatasi

permasalahan penyediaan air bersih bagi warga serta kurang

tersedianya dana yang mencukupi guna penyediaan sumber air bersih

49
5. Faktor lingkunggan rumah

Disebabkan oleh faktor lingkungan, dan kurangya pengetahuan

warga tentang bagaimana desain standar ruma sehat.

4. Alternatif penyelesaian masalah

Berdasarkan masalah yang telah di tentukan warga Desa Bajo

Indah yaitu, tempat pembuangan sampa (TPS) maka alternatif yang di

berikan yaitu:

1. Pembuatan tempat sampah dengan beton cincin sumur yang berfungsi

sebagai tempat penampungan sampah kering dan basah, beton cincin

sumur ini sangat tahan, maka dari itu sampah yang ada bisa lansung di

bakar di dalam cincing beton tersebut.

2. Pembuatan tempat sampah dengan mengunakan droom bekas, tempat

sampah yang satu ini sangat memadai untuk masyarakat setempat,

karena tidak terlalu membutuhkan biaya sangat banyak serta tenaga

yang berat, tempat sampah ini juga sangat berfungsi sebagai

penampungan sampa kering dan basah. Dan sampah kering tersebut

bisa lansung di bakar dalam droom karena droom ini terbuat dari

besih. Carah pembuatan tempat sampah ini sangat gampang dan tidak

rumit, caranya penutup atas dan bawa droom tersebut di buka terlebi

dahulu agar ketika di tanam air tidak menampung dalam droom,

kemudian potong tenggah droom tersebut menjadi dua bagian, setelah

itu letakan drom dalam tanah yang telah di galih dengan kedalaman 10

cm, selanjutnya cor mengunakan semen di samping droom tersebut,

50
tunggu cor semen kering hingga mengeras dan tempat sampah dapat

di gunakan.

51
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil pelaksanaan PBL I yang di alokasikan di Desa Bajo

Indah Kec. Soropia yang mengambil sample dari 3 dusun Desa Bajo

Indah, di peroleh sebagai berikut:

1. Masyarakat Desa Bajo Indah masih kurang pengetahuan tentang

tempat pembuangan sampah sementara (TPS).

2. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang Jamban dan

pengaruh perliaku warga yang tidak kebiasaan mengunakan jamban

bentuk leher angsa, serta kurangya saluran air di tiap-tiap dusun.

3. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat.

B. Saran

Adapun saran yang di berikan:

1. Harus adanya partisipasi dan peran serta masyarakat dalam

mendukung terlaksanannya setiap program kesehatan, dalam

pembuatan tempat sampah (TPS).

2. Harus adanya kordinasi dan komunikasi yang lebih aktif sehingga

lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat, dan menjadi perantara

terciptanya peningkatan hubungn kerja sama yang lebih baik demi

terealisasinya program yang akan direncanakan.

52
3. Pada saat pelaksanaan program diharapkan peran serta masyarakat

yang lebih aktif agar tujuan bersama yang ingin dicapai dapat terwujut

sebagaimana yang diharapkan, karena tanpa dukungan masyarakat

program intervensi yang akan dilaksanakan pada PBL II tidak akan

berhasil dengan baik.

53
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. -. Fertilitas [http://www.scribd.com/doc/13199536/fertilitas] diakses


pada tanggal 26 Desember 2018.

Buku Panduan PBL I, Institut Teknologi Dan Kesehatan Avicenna Kendari.

http//www. Badan Pusat Statistika Kab.konawe .com, diakses pada tanggal 28


Desember 2018

http//www. Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat, Diakses Pada


Tanggal 28 Desember 2018

Wikipedia. Migrasi http://id.wikipedia.org/wiki/Migrasi diakses pada tanggal


22Januari 2019 .http://id.wikipedia.org/wiki/Harapan_hidup

54

Anda mungkin juga menyukai