Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan sebuah kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap orang.

Namun, kesehatan seringkali menjadi dampak dari berbagai permasalahan yang dialami

individu dan lingkungan sekitarnya. Padahal, kesehatan merupakan modal awal bagi

perkembangan potensi individu dalam hidup. Maka dari itu kesehatan merupakan hal yang

sangat penting dan perlu diperhatikan dalam kehidupan manusia. Sehat adalah suatu keadaan

kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan

hanya bebas dari penyakit atau kecacatan (World Health Organization, 2008). Definisi

kesehatan menurut Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 yaitu merupakan keadaan sehat,

baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial untuk memungkinkan setiap orang untuk

hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Kemenkes RI, 2009). Tujuan utama dari

kesehatan masyarakat itu sendiri baik dalam bidang promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif adalah agar setiap warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, sosial, serta diharapkan berumur

panjang.

Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat

diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan

dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Perilaku sehat merupakan perilaku yang

dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan atau mempertahankan kesehatan. Menurut

Notoatmodjo (2010:23) perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan sebagai respon

seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan
faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman, dan

pelayanan kesehatan.

Dasar orang berperilaku dapat ditentukan oleh nilai, sikap, dan pendidikan atau

pengetahuan. Setiap elemen masyarakat memiliki konsep sehat dan sakit yang berbeda-beda

sehingga akan mempengaruhi health seeking behavior ketika mengalami kondisi sakit,

sehingga persepsi masyarakat terhadap sehat dan juga sakit memiliki hubungan yang erat

terhadap health seeking behavior (Dwi et al., 2017).

Masalah kesehatan masyarakat terbagi menjadi dua kategori, yaitu masoalah

kesehatan individu dan masalah kesehatan kelompok yang saling berkaitan erat dengan

masalah-masalah diluar kesehatan itu sendiri. Berdasarkan model trias epidemiologi dalam

faktor penyebab penyakit terdiri dari tiga komponen yang saling berhubungan meliputi faktor

agen penyakit, faktor inang (host), dan faktor lingkungan (Irwan, 2017). Status kesehatan

individu atau masyarakat merupakan hasil interaksi beberapa faktor dari dalam individu

(internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor internal meliputi faktor psikis dan fisik.

Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor budaya, ekonomi, politik, lingkungan fisik. Salah

satu teori yang menjelaskan tentang status kesehatan adalah teori dari HL. Blum yang

menyatakan bahwa terdapat empat faktor utama yang mempengaruhi status kesehatan

seseorang, yaitu meliputi 40% faktor lingkungan, 30% faktor perilaku, 20% faktor pelayanan

kesehatan, dan 10% faktor genetika (keturunan). Status kesehatan akan tercapai apabila

keempat faktor tersebut berada dalam kondisi yang optimal.

Sampah merupakan salah satu permasalahan kompleks yang dihadapi oleh negara-

negara berkembang maupun negaranegara maju di dunia, termasuk Indonesia. Permasalahan

sampah bukan lagi sekedar masalah kebersihan dan lingkungan saja, akan tetapi sudah

menjadi masalah sosial yang berpotensi menimbulkan konflik (Sultoni & Miswan, n.d.).
Sistem pengolahan sampah di Indonesia umumnya masih terbilang tradisional dan hal ini

seringkali akhirnya berubah menjadi praktek pembuangan sampah secara sembarangan tanpa

mengikuti ketentuan teknis di lokasi yang sudah ditentukan. Pengelolaan sampah saat ini

berdasarkan UU No 18 Tahun 2008 dan PP No 81 Tahun 2012 dilakukan dengan dua fokus

utama yakni pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah seperti yang di

jelaskan di dalam UU maupun PP yang telah disebutkan dilakukan mulai dari sumber sampah

sampai pada pengelolaan akhir. Pada dasarnya pengolahan sampah difokuskan pada TPS

(Tempat Pengolahan Sementara) dan TPA (Tempat Pengelolaan Akhir) yang sudah

ditentukan oleh pemerintah setempat, hal ini sebenarnya belum terlalu efektif dalam hal

penanganan sampah.

Sampah merupakan salah satu persoalan yang perlu mendapat perhatian serius dari

semua kalangan baik pemerintah, swadaya maupun masyarakat. Selama ini masyarakat

membuang sampah begitu saja ditempat pembuangan tanpa pengelolaan yang baik. Bahkan

adapula masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Karena pada dasarnya

masyarakat beranggapan bahwa sampah merupakan sesuatu yang tidak dipakai, tidak

disenangi atau sesuatu yang harus dibuang.

Permasalahan sampah di Indonesia antara lain semakin banyaknya limbah sampah

yang dihasilkan oleh masyarakat, kurangnya tempat untuk pembuangan sampah, sampah

sebagai tempat berkembangnya sarang dari serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan

pencemaran tanah, air, udara, menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang

berdampak pada kesehatan. Pembuangan sampah yang tercampur dapat merusak dan

mengurangi nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan

organik dapat mengkontaminasi atau mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di

daur ulang dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya.


Pengelolaan sampah masih menjadi permasalahan yang terjadi di Desa Jabranti

Kecamatan Karangkancana. Masyarakat setempat masih banyak yang membuang sampah ke

sungai. Permasalahan ini seringkali disebabkan karena perilaku masyarakat itu sendiri yang

minim menerapkan reduce, reuse, recycle atau yang secara umum dikenal sebagai metode 3R

dalam pengelolaan sampah. Kondisi ini juga disebabkan karena pengetahuan dan kemauan

masyarakat masih rendah serta perilaku masyarakat yang keliru dalam mengelola sampah,

sehingga masyarakat bingung dalam mengelola sampah dan memilih cara paling mudah yaitu

membuang sampah ke sungai. Selain itu, pencemaran sampah di desa Jabranti juga terjadi

karena minimnya peran pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan sampah dan tidak

tersedianya pengangkutan sampah dari TPS sampai TPA. Kondisi ini membawa dampak

negatif, seperti tercemarnya air sungai, menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit

maupun menjadi media perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Hal ini akan menjadi

tempat yang subur bagi mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan

juga menjadi tempat sarang lalat, tikus, dan hewan liar lainnya.

Hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Peraturan Bupati

Kuningan Nomor 46 Tahun 2018 tentang Kebijakan Dan Strategi Kabupaten Kuningan

Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Untuk mewujudkan lingkungan yang baik dan mempunyai manfaat bagi masyarakat, maka

harus ada peran yang aktif dari pemerintah. Aktif dalam artian yang sebenarnya yaitu

pemerintah mampu mengelola dan juga mempunyai peran pengawasan yang dominan

terhadap lingkungan hidup.

Pembuangan sampah yang tidak diurus dengan baik, akan mengakibatkan masalah

besar. Karena penumpukan sampah atau membuangnya sembarangan ke kawasan terbuka

akan mengkibatkan pencememaran tanah yang juga akan berdampak ke saluran air tanah.

Demikian juga pembakaran sampah akan mengakibatkan pembakaran pencemaran udara,


pembuangan sampah ke sungai akan mengakibatkan pencemaran air, tersumbatnya saluran

air dan banjir (Azmianti et al., 2022)

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi persoalan sampah.

Akan tetapi upaya-upaya tersebut belum menunjukkan hasil yang optimal. Sehingga

persoalan sampah mutlak harus diatasi. Bila masalah sampah ini tidak dilakukan penanganan

dengan baik sebagaimana mestinya, maka akan berpengaruh terhadap pencemaran

lingkungan. Hal ini terjadi akibat masyarakat setempat belum memiliki rasa tanggung jawab

serta masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap manfaat lingkungan, khususnya

masyarakat Desa Jabranti.

Salah satu wujud nyata dari usaha tersebut yaitu Praktek Belajar Lapangan (PBL)

yang dilakukan oleh mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Kuningan (STIKes). Selain itu, kegiatan PBL ini merupakan salah satu wujud penerapan ilmu

kesehatan masyarakat yang telah didapat oleh mahasiswa dari proses perkuliahan, salah

satunya adalah upaya pemecahan masalah kesehatan atau dikenal dengan Problem Solving

Cycle. Analisis situasi sebagai tahap awal dalam upaya pemecahan masalah merupakan

langkah untuk mengetahui gambaran nyata kondisi kesehatan masyarakat yang sedang

dihadapi suatu daerah, sehingga dapat diambil tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan

tersebut. PBL I ini dilaksanakan di Desa Jabranti Kecamatan Karangkancana Kabupaten

Kuningan.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Melakukan identifikasi diagnosis masyarakat di Desa Jabranti Kecamatan

Karangkancana Kabupaten Kuningan Tahun 2023.


1.2.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan analisis situasi masalah kesehatan masyarakat di Desa Jabranti

Kecamatan Karangkancana.

2. Melakukan identifikasi masalah kesehatan masyarakat di Desa Jabranti

Kecamatan Karangkancana.

3. Menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat di Desa Jabranti Kecamatan

Karangkancana.

4. Menyusun akar penyebab masalah kesehatan masyarakat di Desa Jabranti

Kecamatan Karangkancana.

5. Menentukan prioritas penyebab masalah kesehatan masyarakat di Desa Jabranti

Kecamatan Karangkancana.

1.3 Manfaat

Dari kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL-1) diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut :

a. Bagi Masyarakat Desa Jabranti

1. Mendapatkan informasi mengenai masalah kesehatan masyarakat yang ada di

Desa Jabranti Kecamatan Karangkancana Kabupaten Kuningan.

2. Masyarakat dapat lebih menyadari akan pentingnya kesehatan di lingkungan

sekitar, sehingga diharapkan adanya perubahan perilaku bagi masyarakat.

b. Bagi Pemerintah Desa Jabranti

1. Dapat memajukan suatu program desa terutama di bidang kesehatan di Desa

Jabranti Kecamatan Karangkancana Kabupaten Kuningan.

2. Mendapatkan informasi dari hasil PBL-1 terkait masalah kesehatan

masyarakat di Desa Jabranti dan memberi masukan, serta pertimbangan


dalam pemecahan masalah kesehatan sehingga dapat membantu meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat di Desa Jabranti Kecamatan Karangkancana.

c. Bagi Mahasiswa

1. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang di peroleh selama perkuliahan

dengan kondisi di lingkungan masyarakat Desa Jabranti Kecamatan

Karangkancana Kabupaten Kuningan.

2. Dapat melatih kemampuan mahasiswa dalam bersosialisasi, pengambilan data

(SDKM), menganalisis data, mengolah data dan penulisan laporan

Pengalaman Belajar Lapangan (PBL-1).

3. Mahasiswa dapat mengenal dan memahami perilaku, kebiasaan, dan adat

istiadat masyarakat yang ada di Desa Jabranti Kecamatan Karangkancana

Kabupaten Kuningan.

d. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

1. Dapat meningkatkan kerjasama dengan instansi pemerintah terkait.

2. Mengenalkan Prodi Kesehatan Masyarakat STIKes Kuningan kepada

masyarakat di Desa Jabranti Kecamatan Karangkancana Kabupaten Kuningan.

3. Mendapatkan informasi masalah kesehatan masyarakat di Desa Jabranti,

sehingga pihak Prodi Kesehatan Masyarakat STIKes Kuningan dapat

memberikan suatu kegiatan promotif dan preventif kepada masyarakat terkait

masalah yang terjadi di Desa Jabranti.

e. Bagi Puskesmas Karangkancana

1. Memperoleh gambaran informasi kesehatan masyarakat di Desa Jabranti,

Kecamatan Karangkancana, Kabupaten Kuningan.


2. Dapat membantu masukan dalam pengambilan kebijakan guna pengembangan

kesehatan di lingkungan Desa Jabranti serta dalam upaya meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat.

Azmianti, Faradila, A., Andini, Rezaldi, A., Feren Riannda, Faarlina, I., Indah, & Nadirah, S. (2022).

Pendampingan Pengolahan Sampah di Desa Kalawara. 88–98.

Dwi, S., Triyono, K., & Herdiyanto, Y. K. (2017). Konsep Sehat Dan Sakit Pada Individu Dengan

Urolithiasis ( Kencing Batu ) Di Kabupaten Klungkung , Bali. 4(2), 263–276.

Irwan. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular.

Sultoni, & Miswan. (n.d.). Efektifitas Mikroorganisme Lokal (Mol) Limbah Nasi Sebagai Aktif Ator

Pembuatan Pupuk Kompos Organik.

Anda mungkin juga menyukai