PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan sebuah kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap orang.
Namun, kesehatan seringkali menjadi dampak dari berbagai permasalahan yang dialami
individu dan lingkungan sekitarnya. Padahal, kesehatan merupakan modal awal bagi
perkembangan potensi individu dalam hidup. Maka dari itu kesehatan merupakan hal yang
sangat penting dan perlu diperhatikan dalam kehidupan manusia. Sehat adalah suatu keadaan
kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan (World Health Organization, 2008). Definisi
kesehatan menurut Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 yaitu merupakan keadaan sehat,
baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial untuk memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Kemenkes RI, 2009). Tujuan utama dari
kesehatan masyarakat itu sendiri baik dalam bidang promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif adalah agar setiap warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, sosial, serta diharapkan berumur
panjang.
Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat
diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan
dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Perilaku sehat merupakan perilaku yang
seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan
faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman, dan
pelayanan kesehatan.
Dasar orang berperilaku dapat ditentukan oleh nilai, sikap, dan pendidikan atau
pengetahuan. Setiap elemen masyarakat memiliki konsep sehat dan sakit yang berbeda-beda
sehingga akan mempengaruhi health seeking behavior ketika mengalami kondisi sakit,
sehingga persepsi masyarakat terhadap sehat dan juga sakit memiliki hubungan yang erat
kesehatan individu dan masalah kesehatan kelompok yang saling berkaitan erat dengan
masalah-masalah diluar kesehatan itu sendiri. Berdasarkan model trias epidemiologi dalam
faktor penyebab penyakit terdiri dari tiga komponen yang saling berhubungan meliputi faktor
agen penyakit, faktor inang (host), dan faktor lingkungan (Irwan, 2017). Status kesehatan
individu atau masyarakat merupakan hasil interaksi beberapa faktor dari dalam individu
(internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor internal meliputi faktor psikis dan fisik.
Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor budaya, ekonomi, politik, lingkungan fisik. Salah
satu teori yang menjelaskan tentang status kesehatan adalah teori dari HL. Blum yang
menyatakan bahwa terdapat empat faktor utama yang mempengaruhi status kesehatan
seseorang, yaitu meliputi 40% faktor lingkungan, 30% faktor perilaku, 20% faktor pelayanan
kesehatan, dan 10% faktor genetika (keturunan). Status kesehatan akan tercapai apabila
Sampah merupakan salah satu permasalahan kompleks yang dihadapi oleh negara-
sampah bukan lagi sekedar masalah kebersihan dan lingkungan saja, akan tetapi sudah
menjadi masalah sosial yang berpotensi menimbulkan konflik (Sultoni & Miswan, n.d.).
Sistem pengolahan sampah di Indonesia umumnya masih terbilang tradisional dan hal ini
seringkali akhirnya berubah menjadi praktek pembuangan sampah secara sembarangan tanpa
mengikuti ketentuan teknis di lokasi yang sudah ditentukan. Pengelolaan sampah saat ini
berdasarkan UU No 18 Tahun 2008 dan PP No 81 Tahun 2012 dilakukan dengan dua fokus
utama yakni pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah seperti yang di
jelaskan di dalam UU maupun PP yang telah disebutkan dilakukan mulai dari sumber sampah
sampai pada pengelolaan akhir. Pada dasarnya pengolahan sampah difokuskan pada TPS
(Tempat Pengolahan Sementara) dan TPA (Tempat Pengelolaan Akhir) yang sudah
ditentukan oleh pemerintah setempat, hal ini sebenarnya belum terlalu efektif dalam hal
penanganan sampah.
Sampah merupakan salah satu persoalan yang perlu mendapat perhatian serius dari
semua kalangan baik pemerintah, swadaya maupun masyarakat. Selama ini masyarakat
membuang sampah begitu saja ditempat pembuangan tanpa pengelolaan yang baik. Bahkan
adapula masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Karena pada dasarnya
masyarakat beranggapan bahwa sampah merupakan sesuatu yang tidak dipakai, tidak
yang dihasilkan oleh masyarakat, kurangnya tempat untuk pembuangan sampah, sampah
sebagai tempat berkembangnya sarang dari serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan
pencemaran tanah, air, udara, menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang
berdampak pada kesehatan. Pembuangan sampah yang tercampur dapat merusak dan
mengurangi nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan
organik dapat mengkontaminasi atau mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di
sungai. Permasalahan ini seringkali disebabkan karena perilaku masyarakat itu sendiri yang
minim menerapkan reduce, reuse, recycle atau yang secara umum dikenal sebagai metode 3R
dalam pengelolaan sampah. Kondisi ini juga disebabkan karena pengetahuan dan kemauan
masyarakat masih rendah serta perilaku masyarakat yang keliru dalam mengelola sampah,
sehingga masyarakat bingung dalam mengelola sampah dan memilih cara paling mudah yaitu
membuang sampah ke sungai. Selain itu, pencemaran sampah di desa Jabranti juga terjadi
karena minimnya peran pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan sampah dan tidak
tersedianya pengangkutan sampah dari TPS sampai TPA. Kondisi ini membawa dampak
negatif, seperti tercemarnya air sungai, menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit
maupun menjadi media perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Hal ini akan menjadi
tempat yang subur bagi mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan
juga menjadi tempat sarang lalat, tikus, dan hewan liar lainnya.
Hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Peraturan Bupati
Kuningan Nomor 46 Tahun 2018 tentang Kebijakan Dan Strategi Kabupaten Kuningan
Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Untuk mewujudkan lingkungan yang baik dan mempunyai manfaat bagi masyarakat, maka
harus ada peran yang aktif dari pemerintah. Aktif dalam artian yang sebenarnya yaitu
pemerintah mampu mengelola dan juga mempunyai peran pengawasan yang dominan
Pembuangan sampah yang tidak diurus dengan baik, akan mengakibatkan masalah
akan mengkibatkan pencememaran tanah yang juga akan berdampak ke saluran air tanah.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi persoalan sampah.
Akan tetapi upaya-upaya tersebut belum menunjukkan hasil yang optimal. Sehingga
persoalan sampah mutlak harus diatasi. Bila masalah sampah ini tidak dilakukan penanganan
lingkungan. Hal ini terjadi akibat masyarakat setempat belum memiliki rasa tanggung jawab
Salah satu wujud nyata dari usaha tersebut yaitu Praktek Belajar Lapangan (PBL)
yang dilakukan oleh mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kuningan (STIKes). Selain itu, kegiatan PBL ini merupakan salah satu wujud penerapan ilmu
kesehatan masyarakat yang telah didapat oleh mahasiswa dari proses perkuliahan, salah
satunya adalah upaya pemecahan masalah kesehatan atau dikenal dengan Problem Solving
Cycle. Analisis situasi sebagai tahap awal dalam upaya pemecahan masalah merupakan
langkah untuk mengetahui gambaran nyata kondisi kesehatan masyarakat yang sedang
dihadapi suatu daerah, sehingga dapat diambil tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan
Kuningan.
1.2 Tujuan
Kecamatan Karangkancana.
Kecamatan Karangkancana.
Karangkancana.
Kecamatan Karangkancana.
Kecamatan Karangkancana.
1.3 Manfaat
c. Bagi Mahasiswa
Kabupaten Kuningan.
Azmianti, Faradila, A., Andini, Rezaldi, A., Feren Riannda, Faarlina, I., Indah, & Nadirah, S. (2022).
Dwi, S., Triyono, K., & Herdiyanto, Y. K. (2017). Konsep Sehat Dan Sakit Pada Individu Dengan
Sultoni, & Miswan. (n.d.). Efektifitas Mikroorganisme Lokal (Mol) Limbah Nasi Sebagai Aktif Ator